Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan Air
Disusun Oleh:
Kelompok 24 Kelautan
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul Perhitungan Sel Darah
Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laporan praktikum ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penyusun dapat
memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang
perikanan dan umumnya bagi semua pihak.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Kegunaan .................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele ..................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Ikan Lele ................................................................... 4
2.3 morfologi ikan Lele .................................................................... 4
2.4 Biologi Ikan Lele ........................................................................ 6
2.5 Habitat ........................................................................................ 6
2.6 Kebiasaan Makan ........................................................................ 7
2.7 Sisitem Peradaran Darah Pada Ikan ............................................ 8
2.8 Sel Darah Merah ......................................................................... 9
2.9 Nilai Hematokrit ......................................................................... 10
2.10 Sel Darah Putih ........................................................................... 10
2.11 Perhitungan Jumlah Eritrosit ...................................................... 12
2.12 Perhitungan Total Leukosit ......................................................... 12
2.13 Larutan Hayem ........................................................................... 13
2.14 Larutan Turks .............................................................................. 13
2.15 Haemacytometer ......................................................................... 13
ii
iii
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
v
DAFTAR GAMBAR
1 Ikan Lele 4
4 Bagian-bagian Haemocytometer 14
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan
sel darah putih pada ikan lele (Clarias sp.).
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah praktikan dapat
menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan
lele (Clarias sp). Praktikan juga dapat mengetahui dan menyimpulkan kondisi
ikan dari hasil perhitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih ini.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Lele (Clarias sp.)
Ikan lele (Clarias sp.) menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum
Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi,
sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias sp.
Jenis ikan lele yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di
Indonesia adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (lele
dumbo). Namun demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini
berbeda. Warna badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) akan berubah
menjadi loreng - loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih
agresif, patil tidak beracun, tidak merusak pematang. Warna badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita
stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil beracun, dan merusak pematang dengan
membuat lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10-
15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan bobot badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) hanya mencapai 1 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama
(Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias sp.) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan
air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini
memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang
udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk
bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias sp.) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif
bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele
berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).
Ikan Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Di Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut.
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura
3
4
(Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air
payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,
telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
4
5
punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih
jinak (Suyanto 2007).
Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah
(depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal,
rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung
dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Mempunyai alat pernafasan yang
terdapat dalamrongga insang, bentuknya merupakan membran berlipat-lipat yang
penuh dengan kapiler darah dan berada dalam ruang udara sebelah atas insang.
Ikan lele memiliki patil yang digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan
di atas tanah. Oleh karena itu lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking
catfish (Suyanto, 2007).
Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala di dalam rongga yang
dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernafasan iniberwarna kemerahan
dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Alat
pernafasan tambahan tersebut sering disebut dengan nama labyrinth yang
memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasan
(Hernowo, 2008). Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh
empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut
maksilar dan dua pasang sungut mandibula. Fungsi sungut tersebut adalah sebagai
alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan.
Najiyati (2003), menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan
yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis
yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan.
Bagian depannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian
tengah dan belakang berbentuk pipih.
Sebagaimana halnya ikan dari jenis lele, lele memiliki kulit tubuh yang
licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele
berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng
seperti mozaik hitam-putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar dari panjang
total tubuhnya. Tanda spesifik dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar
5
6
mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau
mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).
Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut,
sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang dengan
ujung runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil. Patil
pada lele sangkuriang dan lele dumbo tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun
dibanding jenis lele lainnya (Najiyati, 2003).
2.5. Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,
meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang
seperti waduk, danau, telaga, rawa, dan genangan air seperti kolam. Ikan lele
tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan
terhadap pencemaran bahan-bahan organik.
Suyanto (2006), menyatakan lele dapat hidup normal di lingkungan yang
memiliki kandungan oksigen (DO) terlarut 4 ppm dan air yang odeal bagi leel
dumbo mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan
dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air
6
7
yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran irigasi ataupun aikr sumur.
Ikan lele dapat hidup baik di dataran rendah sampai dengan perbukitan yang tidak
terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan perbukitan yang tidak
terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 m.
Disamping itu lele dumbo juga bisa hidup pada perairan yang sedikit payau,
seperti di Kendal, Jawa Tengah. Aktivitasnya pada siang hari dan lebih menyukai
tembat-tempat yang gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa dimengerti karena
lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari. Pada siang hari lele lebih sukaberdiam atau
berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi, pada kolam pemeliharaan,
terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pellet pada
pagi atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan
pada malam hari.
Lele juga mampu hidup di luar air (dasar) selama beberapa jam, asalkan
udara disekitarnya cukup lembab. Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini
tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir ketika dipelihara di
kolam. Karena itu lele dapat juga dipelihara pada kondisi kualitas air yang buruk,
seperti comberan, atau tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang terdapat
di belakang rumah. Walaupun begitu para ahli perikanan tetap memberi syarat
darikualitas air (kimia dan fisika) yang harus dipenuhi jika ingin sukses
membudidayakan lele. Berikut ini persyaratan yang dikemukakan oleh Khairuman
(2008): suhu yang cocok ontuk memelihara lele dumbo adalah 20-30 0C dan
optimal 270C, kandungan oksigen dalam air minimal 3 ppm, NH3 sebesar 0,05
7
8
8
9
kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan sistem
arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.
Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak
sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari
jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,
kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem
peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.
Peredaran darah mempunyai peranan penting terutama dalam pengangkutan
oksige hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil proses pencernaan, dan
pengangkutan sisa metabolisme yang selanjutnya dibuang melalui insang, kulit
dan ginjal. Oleh karena itu sistem sirkulasi erat kaitannya dengan proses
pernapasan, sekresi, pencernaan dan osmoregulasi.
9
10
berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al.
1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan
Yasutake 1977).
10
11
1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah
limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada
mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada
mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3 (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 - 15
mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari
seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki
morfologi yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978).
Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan
memfagositosis sisa sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.
Gambar 3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),
Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008).
11
12
melaporkan bahwa persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah
heterofil pada ikan teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia,
yaitu berkisar antara (3 6) x 103 sel/mm3.
12
13
2.15. Haemacytometer
Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung
sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe
lain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).
Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas gelas
kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan lekukan
yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang
membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang
yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.
13
14
14
15
BAB III
METODOLOGI
Alat alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah
Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah
Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
1. Ikan Lele
2. Larutan Hayems
3. Tissue
4. Aquades
15
16
16
17
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, data yang dihasilkan
dalam bentuk table mengenai jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada
ikan lele
17
18
9 2940000 1082400
10 3430000 1197000
11 2646000 2003200
12 4020000 375200
13 3350000 1742400
14 3370000 792000
15 3640000 286400
16 3020000 1056000
17 3580000 1330400
18 1214000 387200
19 1742500 545600
20 3960000 630400
21 2850000 137600
22 1185000 336960
23 2940000 140800
24 3520000 478400
25 1218000 390400
18
19
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
KELOMPOK
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Data Kelompok
Pada praktikum mengenai Perhitungan Sel Darah Merah Pada Ikan Lele
(Clarias sp.) didapat hasil perhitungan dengan total 3.520.000 sel/mm3. Jumlah
eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al., 1985). Jumlah
eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005).
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar
antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat
(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan
basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
19
20
(Nabib dan pasaribu 1989). Ukuran rata rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 m
(Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar
antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di dalam darah ikan
lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada
ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3
(Roberts 1978).
pengamatan, kelompok kami memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah
478.400 Sel/mm3 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada
keadaan tidak normal karena melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei
atau ikan lele.
20
21
(3.520.000 sel/ mm3) berada dalam nilai yang normal (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3.
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara
20.000-150.000 butir tiap mm3. Dari hasil pengamatan, kelompok kami
memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah 478.400 Sel/mm3. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada keadaan tidak normal karena
melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei atau ikan lele.
21
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 24, didapatkan hasil
jumlah sel darah merah pada ikan lele adalah 3.520.000 sel/mm3. Apabila
dibandingkan dengan jumlah sel darah merah yang normal pada ikan lele yaitu
sekitar 3.180.000 sel/mm3, jumlah sel darah merah pada ikan lele yang kita teliti
dapat dikatakan normal. Karena jumlah sel darah merah yang didapat tidak jauh
berbeda dengan keadaan normal. Lalu dari ikan lele yang kita teliti didapat juga
jumlah sel darah putih yaitu, 478.400 sel/mm3. Jumlah sel darah putih yang
normal pada ikan lele sendiri yaitu sekitar 20.000-150.000 sel/mm3. Dibandingkan
dengan jumlah normal sel darah putih pada ikan lele, hasil yang kami dapatkan
terbilang cukup jauh. Peningkatan jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon
dari tubuh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres
dan infeksi penyakit.
5.2 Saran
Saran dari kelompok kami, apabila sedang melakukan pratikum , hal
terpenting yang perlu diperhatikan adalah ketelitian. Karena ketelitian merupakan
hal terpenting yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Dan juga dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil penelitian. Untuk melihat sel darah merah dan
sel darah putih di mikroskop diperlukan juga pikiran yang cerah dan konsentrasi
yang tinggi agar kita tetap focus. Apabila kita tidak sedang dalam kondisi yang
fokus maka akan banyak sel darah putih atau merah yang terlewat.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
23
24
Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The
Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The
US Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 :
1-17.
Zonneveld NE, EA Huisman, JH Boon. 1991. Prinsip - Prinsip Budidaya Ikan.
Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 381 hal
24
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat praktikum
No Nama Alat Fungsi Gambar
25
26
Lampiran 2. Bahan
26
27
Lampiran 3. Dokumentasi
27