Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PERHITUNGAN SEL DARAH MERAH DAN SEL DARAH


PUTIH PADA IKAN LELE (Clarias sp)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan Air

Disusun Oleh:
Kelompok 24 Kelautan

Mumuh Abdul Muhaimin 230210160047


Williem Hartono 230210160072
Muhammad Rafiq 230210160079

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul Perhitungan Sel Darah
Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias sp.). Laporan praktikum ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penyusun dapat
memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang
perikanan dan umumnya bagi semua pihak.

Jatinangor, Oktober 2017

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Kegunaan .................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele ..................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Ikan Lele ................................................................... 4
2.3 morfologi ikan Lele .................................................................... 4
2.4 Biologi Ikan Lele ........................................................................ 6
2.5 Habitat ........................................................................................ 6
2.6 Kebiasaan Makan ........................................................................ 7
2.7 Sisitem Peradaran Darah Pada Ikan ............................................ 8
2.8 Sel Darah Merah ......................................................................... 9
2.9 Nilai Hematokrit ......................................................................... 10
2.10 Sel Darah Putih ........................................................................... 10
2.11 Perhitungan Jumlah Eritrosit ...................................................... 12
2.12 Perhitungan Total Leukosit ......................................................... 12
2.13 Larutan Hayem ........................................................................... 13
2.14 Larutan Turks .............................................................................. 13
2.15 Haemacytometer ......................................................................... 13

III BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 15
3.2.1 Alat.............................................................................................. 15
3.2.1 Bahan .......................................................................................... 15
3.4 Prosedur Praktikum..................................................................... 16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ........................................................................................... 17
4.1.1 Hasil Kelompok .......................................................................... 17
4.1.2 Hasil Kelas .................................................................................. 17
4.2 Pembahasan ............................................................................... 19
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok ...................................................... 19

ii
iii

4.2.2 Pembahasan Data Kelas .............................................................. 20

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 22
5.2 Saran ........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23


LAMPIRAN .......................................................................................... 25

iii
iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3. Hasil pengamatan data kelompok.................................17


4. Hasil pengamatan data kelas.................................17

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Ikan Lele 4

2 Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei 9

3 Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp) 11

4 Bagian-bagian Haemocytometer 14

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses kehidupannya, organisme senantiasa berusaha mempertahankan
kelangsungan hidupnya tak terkecuali pada ikan. Salah satu mekanisme dalam menjaga
kelangsungan hidup adalah dengan melakukan proses metabolism yang didapat dari asupan
makanan. Organisme memerlukan makanan dan oksigen untuk melakukan metabolisme di
seluruh tubuhnya. Berbagai proses metabolism menghasilkan sisa (sampah) yang harus
dikeluarkan oleh tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan oleh
tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolism dan sisa-sisanya dilakukan oleh system
peredaran darah.
Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah mengangkut
oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena
penyakit ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui kondisi
gambaran darah kita dapat mengetahui kondisi kesehatan suatu organisme (Delmann and
Brown, 1989).
Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Pemeriksaan darah
(hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit
(Bastiawan, dkk., 2001). Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan
penentuan kesehatan ikan (Lestari, 2001).
Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian terhadap kualitas darah dari
suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk mengetahui dan menyimpulkan kondisi
dari organisme tersebut. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah sel
darah merah dan sel darah putih dari suatu sampel ikan.

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan
sel darah putih pada ikan lele (Clarias sp.).

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah praktikan dapat
menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan
lele (Clarias sp). Praktikan juga dapat mengetahui dan menyimpulkan kondisi
ikan dari hasil perhitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih ini.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Lele (Clarias sp.)
Ikan lele (Clarias sp.) menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum
Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi,
sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias sp.
Jenis ikan lele yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di
Indonesia adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (lele
dumbo). Namun demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini
berbeda. Warna badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) akan berubah
menjadi loreng - loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih
agresif, patil tidak beracun, tidak merusak pematang. Warna badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita
stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil beracun, dan merusak pematang dengan
membuat lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10-
15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan bobot badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) hanya mencapai 1 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama
(Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias sp.) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan
air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini
memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang
udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk
bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias sp.) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif
bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele
berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).
Ikan Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Di Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut.
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura

3
4

(Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air
payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa,
telaga, waduk, sawah yang tergenang air.

2.2. Klasifikasi Lele (Clarias sp.)


Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari Ikan Lele (Clarias sp.) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.)

2.3. Morfologi Lele (Clarias sp.)


Ikan lele (Clarias sp.) mempunyai ciri ciri yang bisa digunakan untuk
membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang,
bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan
mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil,
mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan
sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai

4
5

punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih
jinak (Suyanto 2007).
Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah
(depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal,
rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung
dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Mempunyai alat pernafasan yang
terdapat dalamrongga insang, bentuknya merupakan membran berlipat-lipat yang
penuh dengan kapiler darah dan berada dalam ruang udara sebelah atas insang.
Ikan lele memiliki patil yang digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan
di atas tanah. Oleh karena itu lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking
catfish (Suyanto, 2007).
Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala di dalam rongga yang
dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernafasan iniberwarna kemerahan
dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Alat
pernafasan tambahan tersebut sering disebut dengan nama labyrinth yang
memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasan
(Hernowo, 2008). Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh
empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut
maksilar dan dua pasang sungut mandibula. Fungsi sungut tersebut adalah sebagai
alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan.
Najiyati (2003), menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan
yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis
yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan.
Bagian depannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian
tengah dan belakang berbentuk pipih.
Sebagaimana halnya ikan dari jenis lele, lele memiliki kulit tubuh yang
licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele
berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng
seperti mozaik hitam-putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar dari panjang
total tubuhnya. Tanda spesifik dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar

5
6

mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau
mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002).
Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut,
sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang dengan
ujung runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil. Patil
pada lele sangkuriang dan lele dumbo tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun
dibanding jenis lele lainnya (Najiyati, 2003).

2.4. Biologi Ikan Lele (Clarias sp.)


Ikan lele adalah anggota dari family Ictaluridae yang terdiri dari tujuh marga
dan paling sedikit 45 spesies. Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan Asia,
terdapat di perairan umum yang berair tawar secara liar. Di beberapa negara
khususnya Asia, seperti Filipina, Thailand, Indoneia, Laos, Kamboja, Vietnam,
Birma dan India, ikan lele telah banyak dibudidayakan dan dipelihara di kolam.
Di Indonesia ikan lele ini secara alami terdapat di pulau Jawa (Suyanto, 2006).
Banyak macam-macam ikan yang baik, tetapi untuk ikan lele hampir semua
produksi foodfish komersial di Amerika Serikat.
Ikan lele yang asli terdapat di pusat Amerika Utara antara pegunungan
Rocky dan Appalachian, dari Teluk Meksiko utara ke drainase Teluk Hudson.
Ikan lele adalah ikan aktif yang populer, dan telah diperkenalkan secara luas di
seluruh Amerika Utara.

2.5. Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,
meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang
seperti waduk, danau, telaga, rawa, dan genangan air seperti kolam. Ikan lele
tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan
terhadap pencemaran bahan-bahan organik.
Suyanto (2006), menyatakan lele dapat hidup normal di lingkungan yang
memiliki kandungan oksigen (DO) terlarut 4 ppm dan air yang odeal bagi leel
dumbo mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan
dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air

6
7

yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran irigasi ataupun aikr sumur.
Ikan lele dapat hidup baik di dataran rendah sampai dengan perbukitan yang tidak
terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan perbukitan yang tidak
terlalu tinggi, misalnya di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 m.
Disamping itu lele dumbo juga bisa hidup pada perairan yang sedikit payau,
seperti di Kendal, Jawa Tengah. Aktivitasnya pada siang hari dan lebih menyukai
tembat-tempat yang gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa dimengerti karena
lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari. Pada siang hari lele lebih sukaberdiam atau
berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi, pada kolam pemeliharaan,
terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pellet pada
pagi atau siang hari, walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan
pada malam hari.
Lele juga mampu hidup di luar air (dasar) selama beberapa jam, asalkan
udara disekitarnya cukup lembab. Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini
tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir ketika dipelihara di
kolam. Karena itu lele dapat juga dipelihara pada kondisi kualitas air yang buruk,
seperti comberan, atau tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang terdapat
di belakang rumah. Walaupun begitu para ahli perikanan tetap memberi syarat
darikualitas air (kimia dan fisika) yang harus dipenuhi jika ingin sukses
membudidayakan lele. Berikut ini persyaratan yang dikemukakan oleh Khairuman

(2008): suhu yang cocok ontuk memelihara lele dumbo adalah 20-30 0C dan

optimal 270C, kandungan oksigen dalam air minimal 3 ppm, NH3 sebesar 0,05

ppm, NO2 sebesar 0,25 ppm, NO3 sebesar 250 ppm.

Suyanto (2006) menyatakan bahwa ikan lele digolongkan sebagai ikan


karnivora. Pakan alami yang baik untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton
seperti Moina sp., Daphnia sp., cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga),
siput-siput kecil dan sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk peberian
pakan lele pada fase larva sampai benih. Ikan lele biasanya mencari makanan di
dasar kolam.

7
8

2.6. Kebiasaan Makan


Murhananto (2002), menyatakan bahwa ikan lele dapat memakan segala
macam makanan. Pakan alami ikan lele adalah binatang-binatang renik yang
hidup di lumpur dasar maupun didalam air, antara lain cacing, jentik-jentik
nyamuk, serangga lainnya, anak-anak siput, kutu air (zooplankton). Selain itu, lele
juga dapat memakan kotoran atau bahkan apa saja yang ada dalam air. Lele
merupakan jenis ikan pemakan campuran (omnivora)tidak banyak memilih pakan
yang akan dimakannya. Ikan ini lebih mudah menyesuaikan dengan makanan
yang diberikan.
Selain pakan alami, lele juga memerlukan pakan tambahan untuk
pertumbuhan dan mempercepat kematangan gonad. Untuk itu, jenis pakan
tambahannya harus banyak mengandung protein hewani yang mudah dicerna.
pakan tambahan yang digunakan dapat berupa pellet komersial yang mengandung
protein diatas 20% (Prihartono et al., 2000).
Menurut Mahyuddin (2008), menyatakan bahwa lele mempunyai kebiasaan
makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).berdasarkan jenis pakannya,
lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di
habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jetik-jentik
serangga, kutu air dan larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan
tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani.
Jika pakan yang diberikan mengandung pritein nabati, pertumbuhannya lambat.
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri.
Jika kurang pakan, lele tidak segan-segan memangsa kawan sendiri. sifat
kanibalisme juga akan timbul oleh karena perbedaan ukuran. Lele yang berukuran
besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil.

2.7. Sistem Peredaran Darah pada Ikan


Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran
darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada
hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan materi
dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan

8
9

kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan sistem
arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.
Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak
sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari
jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,
kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem
peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.
Peredaran darah mempunyai peranan penting terutama dalam pengangkutan
oksige hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil proses pencernaan, dan
pengangkutan sisa metabolisme yang selanjutnya dibuang melalui insang, kulit
dan ginjal. Oleh karena itu sistem sirkulasi erat kaitannya dengan proses
pernapasan, sekresi, pencernaan dan osmoregulasi.

Gambar 2. Sistem Peredaran Vena pada Ikan Teleostei

2.8. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada
ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada
ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Eritrosit
berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 -
36 m (Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai
bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele
(Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 m) (12 x 13 m), dengan diameter inti
berkisar antara 4 5 m. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106
sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan

9
10

berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al.
1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan
Yasutake 1977).

2.9. Nilai Hematokrit


Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997).
Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan
plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume
darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit
(Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan
pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond 1979). Presentase nilai hematokrit ikan
lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5% (Angka et al., 1985). Nilai
hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi
hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya
defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan
bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit
sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin
di dalam sirkulasi darah.

2.10. Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara
khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara
20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle
dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil
jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
(Nabib dan pasaribu 1989).
Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah
kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.

10
11

1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah
limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada
mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada
mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3 (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 - 15
mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari
seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki
morfologi yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978).
Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan
memfagositosis sisa sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.

Gambar 3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),
Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008).

Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 -


13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma
berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap
(Chinabut et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila
terdapat infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978)

11
12

melaporkan bahwa persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah
heterofil pada ikan teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia,
yaitu berkisar antara (3 6) x 103 sel/mm3.

2.11. Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al., 1991)


Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah
Larutan Hayem (Lampiran 3) sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan
cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut
dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat
dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan
dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan
rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).

2.12. Penghitungan Total leukosit (Svobodova et al., 1991)


Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan
Larutan Turks (Lampiran 3) sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan
cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut
dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer
yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat
dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan
dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan
rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989) (Lampiran 4):

12
13

2.13. Larutan Hayems


Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan
hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas
bentuknya. Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram
Na2SO4, 1 gram NaCl, 0.5 gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan
hayems terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5 gram dan Akuades
1000 ml.

2.14. Larutan Turks


Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel
darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Komposisi larutan turks
menurut Anonim (2007) terdiri atas Acetil Acid Glacial 2 ml, Gentian Violet 1
ml, dan Akuades 100 ml.

2.15. Haemacytometer
Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung
sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe
lain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).
Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas gelas
kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan lekukan
yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang
membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang
yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.

13
14

Gambar 4. Bagian-bagian Haemocytometer (Anonim, 2008)

Haemocytomete Improved Neubaeur (Counting Chamber) berupa


lempeng kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel dalam lapisan
tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan-guratan terdiri dari
segiempat-segiempat dan bujur sangkar yag besar yang tersusun dalam baris dan
kolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar di pusatnya dipisahkan
lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah lempeng lebih rendah
daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan parit dalam memisahkan
bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi. Lapisan penutupnya tebal
sehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya lapisan tipis suspensi sel
dengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang terletak di atas segiempat-
segiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel diperkirakan dengan
menghitung sel dalam bujur-sangkar yang khas. Jenis pengaturan dalam guratan.

14
15

BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air tentang Perhitungan Sel Darah
Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele (Clarias Sp.) ini berlangsung pada
tanggal 3 Oktober 2017 bertempat di laboraotium MSP, Gedung 2 Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat

Alat alat yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah
Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :

1. Haemacytometer, terdiri dari:


kamar hitung tipe improved Neubauer
Pipet Thomma
2. Mikroskop
3. Hand counter
4. Pipet tetes
5. Cover glass
6. Pisau bedah
7. Talenan

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah
Pada Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
1. Ikan Lele
2. Larutan Hayems
3. Tissue
4. Aquades

15
16

3.3. Prosedur Praktikum

Seekor ikan lele diletakan pada nampan, kemudian


sayat bagian kulit pangkal ekor caudal , darah akan
mengalir keluar
Gunakan 2 pipet untuk mengambil sampel darah
dengan cara dihisap manual secara perlahan, tiap
pipet sama takarannya
Setelah darah ikan dihisap dengan takaran yang
cukup, kemudian pada pipet pertama ditambahkan
cairan Hayem (eritrosit). lalu di homogenkan
Pipet kedua dilakukan perlakuan yang sama namun
larutan yang digunakan berbeda, yaitu larutan
Turks (leukosit). lalu di homogenkan
Kedua larutan yang ada dalam pipet kemudian
diamati di counting chamber pada mikroskop yang
berbeda

16
17

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, data yang dihasilkan
dalam bentuk table mengenai jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada
ikan lele

4.1.1 Tabel Hasil Kelompok


Luas Ketebalan Jumlah sel
Jumlah Sel Darah Merah pengen
Total X kotak hemosito darah
ceran
1 2 3 4 5 hitung meter merah

78 57 69 65 83 352 70.4 200 25 10 3520000

Luas Ketebalan Jumlah sel


Jumlah Sel Darah Putih pengenc
Total X kotak hemosito darah
eran
1 2 3 4 hitung meter merah

167 157 125 149 598 149.5 20 16 10 478400

4.1.2 Tabel Hasil Kelas Perhitungan


KELOMPOK JUMLAH SEL DARAH JUMLAH SEL DARAH
MERAH PUTIH
1 2880000 150400
2 660000 703200
3 2780000 506400
4 4240000 143200
5 1090000 717600
6 4190000 136000
7 2970000 501600
8 2950000 507200

17
18

9 2940000 1082400
10 3430000 1197000
11 2646000 2003200
12 4020000 375200
13 3350000 1742400
14 3370000 792000
15 3640000 286400
16 3020000 1056000
17 3580000 1330400
18 1214000 387200
19 1742500 545600
20 3960000 630400
21 2850000 137600
22 1185000 336960
23 2940000 140800
24 3520000 478400
25 1218000 390400

18
19

GRAFIK JUMLAH SDM SDP KELAS


4500000
4000000
3500000
JUMLAH SEL

3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
KELOMPOK

JUMLAH SEL DARAH MERAH JUMLAH SEL DARAH PUTIH

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Data Kelompok
Pada praktikum mengenai Perhitungan Sel Darah Merah Pada Ikan Lele
(Clarias sp.) didapat hasil perhitungan dengan total 3.520.000 sel/mm3. Jumlah
eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al., 1985). Jumlah

eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005).

Eritrosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar


antara 7 - 36 m (Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval
sampai bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan
lele (Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 m) (12 x 13 m), dengan diameter inti
berkisar antara 4 5 m. Pengujian ini menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah
pada ikan lele yang diuji berada pada kisaran normal.

Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar
antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat
(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan
basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
19
20

(Nabib dan pasaribu 1989). Ukuran rata rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 m
(Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar
antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di dalam darah ikan
lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada
ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3
(Roberts 1978).

Menurut kami perolehan hasil perhitungan pada kelopmpok kami dengan


kelompok lain jika dibandingkan, tidak sedikit yang mendapat hasil yang jauh
berbeda dari hasil kelompok kami. Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit
total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Dari hasil

pengamatan, kelompok kami memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah

478.400 Sel/mm3 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada

keadaan tidak normal karena melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei
atau ikan lele.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaknormalan jumlah leukosit


tersebut adalah menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem
pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan
jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi
lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Sedangkan
penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi
organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi
penyakit.

4.2.2. Pembahasan Data Kelas


Menurut kami perolehan hasil perhitungan pada kelompok kami dengan
kelompok lain jika dibandingkan, tidak sedikit yang mendapat hasil yang jauh
berbeda dari hasil kelompok kami. Jumlah sel darah merah yang kami hitung

20
21

(3.520.000 sel/ mm3) berada dalam nilai yang normal (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3.
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara
20.000-150.000 butir tiap mm3. Dari hasil pengamatan, kelompok kami

memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah 478.400 Sel/mm3. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada keadaan tidak normal karena
melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei atau ikan lele.

21
22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 24, didapatkan hasil
jumlah sel darah merah pada ikan lele adalah 3.520.000 sel/mm3. Apabila
dibandingkan dengan jumlah sel darah merah yang normal pada ikan lele yaitu
sekitar 3.180.000 sel/mm3, jumlah sel darah merah pada ikan lele yang kita teliti
dapat dikatakan normal. Karena jumlah sel darah merah yang didapat tidak jauh
berbeda dengan keadaan normal. Lalu dari ikan lele yang kita teliti didapat juga
jumlah sel darah putih yaitu, 478.400 sel/mm3. Jumlah sel darah putih yang
normal pada ikan lele sendiri yaitu sekitar 20.000-150.000 sel/mm3. Dibandingkan
dengan jumlah normal sel darah putih pada ikan lele, hasil yang kami dapatkan
terbilang cukup jauh. Peningkatan jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon
dari tubuh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres
dan infeksi penyakit.

5.2 Saran
Saran dari kelompok kami, apabila sedang melakukan pratikum , hal
terpenting yang perlu diperhatikan adalah ketelitian. Karena ketelitian merupakan
hal terpenting yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Dan juga dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil penelitian. Untuk melihat sel darah merah dan
sel darah putih di mikroskop diperlukan juga pikiran yang cerah dan konsentrasi
yang tinggi agar kita tetap focus. Apabila kita tidak sedang dalam kondisi yang
fokus maka akan banyak sel darah putih atau merah yang terlewat.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Connel, R. (1987). Cambridge: Cambridge University Press. Ecological Study in


Tropical Fish Communities.
Effendie, M. (1979). Yayasan Dewi Sri: Bogor. Metode Biologi Perikanan, 112.
Herawati, T. (2017). Unpad Press, Bandung. Metode Biologi Perikanan :
Pedoman Kerja Laboratorium.
Amlacher E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New
York. USA. hlm 302.
Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated
From Ulcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium
On Pract. Measure for Preventing and Controlling Fish Disease.
BIOTROP. 17 P.
Arry. 2007. Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan
Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek
Cromileptes Altivelis. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh
Water Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology
4 : 593-604.
Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier
Science Publishing Company Inc, New York. Hal 146 159.
Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991. Histology of The Walking
Catfish, Clarias bathracus. IDRC Canada. hlm 96.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3.
Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta.
Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hal 95-109.
Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish
Culturist. Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Khairuman, K Amri. 2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. PT
Agromedia Pustaka, Tangerang.
Michael, P. (1994). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. UI Press, Jakarta.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. PT Agromedia
Pustaka, Tangerang.
Sastradipradja D , SHS Sikar, R Widjajakusuma, T Ungerer, A Maad, H
Nasution, R Suriawinata, R Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum
Fisiologi Veteriner. Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, PAU
Ilmu Hayati, IPB.
Sumpeno Dedi. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias sp), Pada Penebaran 15, 20, 25, dan 30 Ekor/Liter
Dalam Pendederan Secara Indoor dengan Sistem Resirkulasi.
Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.

23
24

Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The
Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The
US Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 :
1-17.
Zonneveld NE, EA Huisman, JH Boon. 1991. Prinsip - Prinsip Budidaya Ikan.
Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 381 hal

24
25

LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat praktikum
No Nama Alat Fungsi Gambar

Sebagai alat untuk


1 Mikroskop mengamati jumlah sel
darah ikan

Nampan Sebagai tempat ikan


2
kayu disimpan

Pipet Untuk mengambil darah


3
volum ikan lele

Counting Untuk menghitung jumlah


4
Chamber sel darah ikan

25
26

Hand Untuk menghitung banyak


5
counter nya sel darah

6 Pisau dapur Untuk menyayat kulit ikan

Lampiran 2. Bahan

No Nama Bahan Fungsi Gambar

Sebagai Sampel ikan yang


1 Ikan Lele dihitung jumlah sel darah
merah dan sel darah putih

Larutan yang digunakan


Larutan
2 untuk menghomogenkan sel
Turks
darah merah

Larutan yang digunakan


Larutan
3 untuk menghomogenkan sel
Hayem
darah putih

26
27

Lampiran 3. Dokumentasi

Benih ikan mas


Larutan akuades, larutan nikotin,
larutan alkohol

Pada saat pencarian aliran darah pada


ekor ikan mas

Aliran darah ikan mas yang tampak


pada ikan mas

27

Anda mungkin juga menyukai