Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA I
PENYUSUNAN BASIS DATA DAN ANALISIS SPASIAL

Dosen Pengampu:
Rendra Ady Wijaya, S. Si, M. Sc.

Disusun Oleh:

Nama : Aathif Haidar El Adl


NIM : 160722614646
Off/Thn : G/2016

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
ACARA I
PENYUSUNAN BASIS DATA DAN ANALISIS SPASIAL

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan penyusunan basis data dan input data dalam SIG
2. Mahasiswa dapat menyajikan peta administrasi sebagai output pengolahan
SIG
3. Mahasiswa dapat melakukan analisis spasial berupa overlay dalam SIG
4. Mahasiswa dapat menyajikan peta peruntukan kawasan sebagai output
pengolahan SIG

II. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Laptop dengan spesifikasi:
- 64-bit Operating System, AMD A4-3330MX APU with Radeon(tm)
HD Graphic 2.30 GHz
- RAM 2,00 GB
b. Software ArcGIS 10.2
2. Bahan
a. Peta persebaran intensitas hujan D.I. Yogyakarta skala 1 : 500.000 dalam
format raster hasil scanning, beserta data atribut yang mengikuti
keterangannya.
b. Peta kemiringan lereng D.I. Yogyakarta skala 1 : 500.000 dalam format
raster hasil scanning, beserta data atribut yang mengikuti keterangannya.
c. Peta Administrasi D.I. Yogyakarta skala 1 : 500.000 dalam format raster
hasil scanning, beserta data atribut yang mengikuti keterangannya.
d. Peta jenis tanah D.I. Yogyakarta skala 1 : 500.000 dalam format raster hasil
scanning, beserta data atribut yang mengikuti keterangannya.

III. DASAR TEORI


Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, penggunaan
teknologi informasi semakin pesat. Dalam kemajuan teknologi lebih di tuntut
untuk dapat menguasai berbagai ilmu di bidang komputer salah satunya adalah
Sistem Informasi Geografis (SIG). Penggunaan Sistem Informasi Geografi (SIG)
meningkat tajam sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di
kalangan pemerintah, militer, akademis, bahkan dunia bisnis terutama di negara-
negara maju.
Burrough (1986) mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai
tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Murai (1999)
mengartikan SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospasial. Dari kedua pengertian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa SIG dapat digunakan untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya
alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem basis data dengan
kemampuan analisis untuk data yang tereferensi secara spasial (Gistut, 1994). SIG
memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan data spasial dan data atribut
sehingga dalam analisisnya mampu menghasilkan informasi yang diinginkan. SIG
akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada
dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan
sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah
dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada
suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya (Bernhardsen, 2002). Data yang diolah pada SIG merupakan
data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi
yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga
aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend,
pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem (Dulbahri, 1993), yaitu:
a) Input
Input data merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Proses ini terdiri dari pengumpulan data,
pemformatan ulang, georeferensi, kompilasi dan dokumentasi data.
Komponen masukan data mengubah data dari data mentah atau bentuk asli ke
suatu bentuk yang dapat digunakan SIG. Keuntungan yang diperoleh dengan
penggunaan SIG adalah efisiensi dari integrasi dengan lingkup yang luas dari
berbagai sumber informasi menjadi format yang kompatibel.
b) Manipulasi
Penyesuaian terhadap data masukan untuk proses lebih lanjut, misalnya,
penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi, generalisasi dan sebagainya.
c) Manajemen Data
Digunakan Database Management System (DBMS) untuk membantu
menyimpan, mengorganisasikan, dan mengelola data.
d) Query
Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat memberikan
informasi untuk analisis dan memperoleh data yang diinginkan.
e) Analisis
Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi
baru. Dengan pembuatan model skenario What if . Salah satu fasilitas yang
banyak dipakai adalah analisis tumpang susun peta (overlay). Analisis data
spaisal SIG yang dapat dilakukan melalui Geographical Information System
(GIS) yakni Analisa Proximity, merupakan suatu geografi yang berbasis pada
jarak antar layer. Dalam analisis proximity GIS menggunakan proses yang
disebut dengan buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam
jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang
ada. Selain itu terdapat Analisa Overlay, di mana proses integrasi data dari
lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay (Prahasta, 2002).
Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun
secara fisik agar bisa dianalisa secara visual.
f) Visualisasi
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basisdata yang ada baik dalam
bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk : peta,
tabel, grafik, dan lain-lain.
Pengolahan data SIG dapat menggunakan aplikasi berbasis komputer,
salah satunya adalah ArcGIS. ArcGIS merupakan salah satu software yang
dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institue) yang
merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang
berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web. Berikut ini merupakan
beberapa kelemahan dari ArcGIS (Anas, 2009):
ArcGIS memerlukan spesifikasi hardware yang tinggi.
ArcGIS secara default tidak support multi View dan multi layout. Hal ini sangat
menyulitkan pembuatan peta masal seperti peta kegiatan GNRHL
Penggunaan ArcGIS tidak akan efisien jika tidak menggunakan beberapa
software yang lain selain ArcMap yang dibuka bersama, misalnya ArcCatalog,
Windows Explorer, dan Notepad.
ArcGIS tidak 100% persen kompatible dengan ArcView 3x. Proses migrasi
akan sangat revolusioner, seperti migrasi dari MS Word 2003 ke MS Word
2007.
Di ArcGIS terdapat Xtool dan ET tetapi berbayar.

IV. LANGKAH KERJA


1. Penyusunan Basis Data
a. Membuat basis data (geodatabase)
Bukalah Jendela Arc Catalog kemudian buka data yang
akan dikerjakan, klik kanan dan pilih new > Personal
geodatabase.
Buatlah Feature Dataset
Buatlah Feature Class
Jalan dan sungai menggunakan line feature, Ibu kota kabupaten
menggunakan point, dan wilayah administrasi menggunakan poligon.

b. Melakukan georeferencing
Bukalah Arc Map pada Argis
Masukkan data yang akan dikerjakan dengan memilih
menu Add data
Lakukan Georeferencing, add point dan memasukkan
nilai X,Y hingga 4 atau 5 titik
Cek nilai RMS georeferencing yang telah dilakukan pada
view link table.

Update Georeferencing

c. Melakukan digitasi
1. Munculkan editor pada menu argis dengan klik kanan pada
kursor dan pilih editor. Kemudain start editing untuk memulai
digitasi

2. Tampilan digitasi

Digitasi Batas Administrasi (batas luar beserta cut


polygon), untuk cut polygon sebaiknya membuat batas
polygon luar terlebih dahulu kemudian dicut dengan cara
cut polygon.
Digitasi Sungai
a. Sungai Utama

b. Anak Sungai atau Sungai Musiman

Digitasi Jalan

Dgitasi Ibukota Kabupaten


d. Melakukan layouting peta administrasi DIY
Berilah Warna pada Simbol Jalan, Sungai utama dan
musiman, Ibukota Kabupaten dan Batas Administrasi.
Pada jendela dibawah tulisan Jalan, Sungai, Batas Admin
dan Ibukota Kabupaten klik dua kali untuk memunculkan
jendela Symbol Editor.

Klik dua kali lalu pilih properties pada admin untuk


memberi warna yang berbeda pada setiap wilayah
kabupaten. Pilih menu simbology, pilih kabupaten pada
value field dan berilah warna yang berbeda

Klik dua kali pada simbol dibawah keteragan Sungai


utama maupun sungai musiman atau anak sungai untuk
memlih warna dan ukurannya. Hal ini juga berlaku pada
ibukota kabupaten dan batas admin.
a. Sungai utama
b. Sungai musiman

Pilih menu File > Page and Print Setup

Tentukanlah skala yang di inginkan (1:500.000), dengan


cara klik Map Scale pada toolbar
Kemudian Layout. Klik menu View pada jendela Arcgis
dan pilih layout

Untuk menambah grid maka klik menu View > Data frame
properties > grid

Untuk memeberi baatsan antara peta degan keterangan


peta maka klik pada menu drawing > rectangle

Untuk memberi judul peta, keterangan pembuat peta


maupun sumber peta dan instansi universitas maka klik
menu pada drawing > text
Untuk menambah judul pilih text pada drawing,
menambah skala dan orientasi adalah klik insert > pilih
scale untuk skala dan north arrow untuk orientasi.
Penambahan legenda juga dapat berlaku.
Kemudian bila semua keterangan pada peta terpenuhi
maka langkah selanjutnya adalah export peta. Dengan cara
klik menu File > Export map (JPEG)

2. Analisis Spasial
a. Melakukan georeferencing
Buaklah software Arcgis kemudian masukkan data yang
akan dikerjakan melalui add data (data hujan bmp, lereng
bmp dan tanah bmp)

Lakukan georeferencing pada peta hujan terlebih dahulu


dengan mengaktifkan tool georeferencing.

Tentukan titik control pada peta menggunakan add point


(4 titik) kemudian klik kanan untuk memasukkan nilai X
dan Y
Kemudian cek RMS errornya melalui view link table.

Kemudian klik update georeferencing.

Lakukan georeferencing peta tanah, dan lereng melalui


teknik menjahit. Dengan cara add point pada titik yang
dipilih di peta yang belum tergeoreferencing kemudian klik
kiri > klik kiri pada titik control yang dipilih pada peta yang
sudah tergeoreferencing sebelumnya.
Update georeferencing pada peta tanah dan lereng

b. Melakukan digitasi
Klik Add Data > pilih folder Tematik > pilih file format
shp yang telah dibuat sebelumnya

Untuk memudahkan saat digitasi, maka dapat diaktifkan


toolbar snapping dengan cara Klik editor > pilih Snapping
> pilih Snapping Toolbar
Lakukan digitasi batas terluar dengan keadaan start editing
pada peta hujan terlebih dahulu dan save editing. Buka
arccatalog kemudian copy sebanyak dua kali pada peta
hujan yang telah didigitasi namun dengan mengganti nama
dengan peta tanah dan peta lereng

Buka Arcmap lagi kemudian add data shp lereng dan tanah
dari hasil rename dari peta hujan dan melakukan cut
polygon untuk semua peta agar memecah suatu polygon
menjadi beberapa bagian atau wilayah

a. Hasil dari cut polygon peta hujan


b. Hasil dari cut polygon peta tanah

c. Hasil dari cut polygon peta lereng

Kemudian save edit

c. Melakukan pengisian atribut


Klik kanan pada shp peta > open atribut table > pilih add
field untuk melakukan pengisian atrribut, pada saat add
field harus dalam keadaan stop editing.
Isilah keterangan pada kolom add field sesuai dengan
kebutuhan

Kemudian pengsisian keterangan dan skor sesuai dengan


kriteria dibawah ini:

d. Melakukan overlay
Klik intersect pada search > pilih intersect analysis tool
Masukkanlah peta yang akan dioverlay pada kolom input
features dan pilih tempat untuk penyimpanan overlay
pada output overlay

Klik kanan > pilih open attribute table > klik table options
> pilih menu Add Field dalam keadaan stop editing
Isi kolom add field dengan skor_tot

Klik kanan pada kolom skor_tot > pilih add field calculator

Masukkanlah [skor_t] + [skor_h] +[skor_l] > pilih Ok

Klik table options > pilih menu Add Field dalam


keadaan stop editing
Isi keterangan sesuai yang diinginkan pada kolom add field
tersebut

Blok kolom kawasan yang baru saja dibuat > klik Select By
Attributes

Masukkan rumus sesuai dengan klasifikasi peruntukan


kawasan yang telah ditentukan sebelumnya > klik Apply >
klik Show selected records > klik kanan pada kolom
kawasan > pilih Field Calculator >masukkan nama sesuai
ketentuan klasifikasi yang telah dibuat
a. Kawasan Lindung
b. Kawasan Tanaman Tahunan

c. Kawasan Penyangga

d. Kawasan Semusim dan Permukiman

Klik Search > dissolve > pilih Dissolve (Data


Management) (Tool)
Masukkanlah peta yang akan didissolve pada kolom input
features >pilih lokasi penyimpanan pada kolom output
features > centang pada kolom Kawasan > pilih Ok

Klik kanan pada shp dissolve > open attribute table > add
field dalam keadaan stop editing
Isi keterangan add field dengan luas

Klik kanan pada kolom Luas telah dibuat > pilih


Calculator Geometry > pilih units Square Kilometers [sq
km] > klik Ok

Berikut ini adalah luas pada setiap kawasan:


e. Melakukan layouting peta peruntukan kawasan DIY
Klik menu View > layout view

Pilih menu File > Page and Print Setup, untuk menentukan
ukuran kertas
Tentukanlah skala yang di inginkan (1:500.000), dengan
cara klik Map Scale pada toolbar

Kemudian Layout. Klik menu View pada jendela Arcgis


dan pilih layout

Untuk menambah grid maka klik menu View > Data frame
properties > grid

Untuk memeberi batasan antara peta degan keterangan


peta maka klik pada menu drawing > rectangle

Untuk memberi judul peta, keterangan pembuat peta


maupun sumber peta dan instansi universitas maka klik
menu pada drawing > text
Untuk menambah judul pilih text pada drawing,
menambah skala dan orientasi adalah klik insert > pilih
scale untuk skala dan north arrow untuk orientasi.
Penambahan legenda juga dapat berlaku.

Kemudian bila semua keterangan pada peta terpenuhi


maka langkah selanjutnya adalah export peta. Dengan cara
klik menu File > Export map (JPEG)
V. HASIL
1. Peta administrasi DIY

2. Peta intensitas Hujan DIY


3. Peta Kemiringan Lereng DIY

4. Peta Jenis Tanah DIY


5. Peta Unit Lahan DIY
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anas, 2009. Modul ArcGIS 9.x. Yogyakarta : Lembaga Bimbingan Software


Geografi, ArcGIS.

Bernhardsen, T. 2002. Geographic Information Systems: An Introduction, 3rd Edition.


Canada: John Wiley & Sons Ltd

Burrough, P. A. 1986. Principle of Geographical Information for Land Resources Assment.


New York, USA: Oxford University Press

Dulbahri. 1993. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: PUSPICS Fakultas


Geografi UGM.

Gistut. 1994. Sistem Informasi Geografis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Murai, S. 1999. GIS Work Book. Institute of Industrial Science, University of


Tokyo, 7-22-1 Roppongi, Minatoku, Tokyo

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung: CV.
Informatika

Anda mungkin juga menyukai