Anda di halaman 1dari 11

Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.

id/

Jumat, 16 Agustus 2013 Arsip Blog

Resume Ilmu Kalam


2013 (1)
Agustus (1)
Resume Ilmu Kalam

Mengenai Saya
DAFTAR ISI
muhadedi el zain
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN Lihat profil lengkapku

A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Tujuan Pembahasan........................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian, Dasar-dasar dan Sejarah Timbulnya Ilmu
Kalam............................................................................... 2
B. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.................. 4
C. Pemikiran Teologi Al-Khawarij dan Al-Murjiah............ 5
D. Pemikiran Teologi Al-Jabariyah dan Al-Qadariyah.......... 7
E. Pemikiran Teologi Al-Mutazilah dan Al-Syiah............. 8
F. Pemikiran Teologi Ahmad Ibn Hanbal dan Ibn
Taimiyah........................................................................... 10
G. Pemikiran Teologi Al-Asyari dan Al-Maturidi............... 12
H. Perbandingan Pemikiran Teologi Tentang Pelaku
Dosa Besar, iman dan Kufur............................................. 13
I. Perbandingan Pemikiran Teologi Tentang Kehendak
Mutlak dan Keadilan Tuhan.............................................. 14
J. Perbandingan Pemikiran Teologi Tentang Sifat-sifat
Tuhan................................................................................. 15
K. Studi Kritis Terhadap Pemikiran Aliran-aliran Teologi
Islam.................................................................................. 17
L. Pemikiran Teologi Muhammad Abduh............................. 20

BAB III. PENUTUP


A. Simpulan............................................................................. 22
B. Saran................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 23

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami
kerangka berpikir dan peroses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Yang memiliki dua metode yaitu metode rasional yang
memiliki perinsif-perinsif yaitu: Hanya terkait pada dogma-dogma yang dengan jelas disebut dalam

1 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

al-quran dan hadis nabi yaitu hadis qathi dan memberikan kebebasan kepada manusia dalam
berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat pada akal.
Adapun metode berpikir tradisional berpikir memiliki perinsif-perinsif yaitu: Terkait pada
dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti zhanni, Tidak memberikan kebebesan kepada
manusia dalam berkehendak dan berbuat, yang memberikan daya yang kecil pada akal.
Menurut Harun Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan kalam dipicu
oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa penbunuhan utsman bin affan, yang terbentuk
dalam penolakan muawiyah atas kekhalifaan Ali bin Abi thalib. Persoalan ini telah menimbukan 3
aliran teologi dalam islam yaitu: Aliran khawarij, aliran ini berpendapat atau menegaskan bahwa
orang yang berdosa besar atau kafir dalam arti telah keluar dari islam maka wajib dibunuh. Aliran
murjiah yaitu menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap mumin dan bukan
kafir, adapun dosa yang dilakukannya, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau
menghukumnya.
B. Tujuan pembahasan
Dengan di tulisnya makalah ini penulis bertujuan memberikan penjelasan tentang
pengertian, perbandingan pemikiran teologi tentang antar aliran, juga memberikan penjelasan
tentang perbandingan antar aliran-aliran ilmu kalam.
Penulis berharap dapat membantu memberikan sedikit penjelasan tentang materi tersebut,
dengan tujuan untuk membantu memberikan pemahamn makna dan istilah-istilah dalam
perbandingan teologi ilmu kalam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN, DASAR-DASAR DAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM (TEOLOGI


ISLAM)
1. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain:ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena karena ilmu ini
membahas pokok-pokok agama. Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah
SWT. Namun argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, yang diambil dari Bahasa Inggris,
theology. William L. Reese mendefisinikannya dengan discourse or reason concerning God
(diskursus atau pemikiran tentang Tuhan).
Ibn Rushd (w.1198 M) dalam bukunya Metaphysics yang dikutip oleh Muhammad InAm
Esha, menjelaskan bahwa istilah kalam, secara literal bermakna pembicaraan (speech) atau
perkataan (word), digunakan untuk menerjemahkan kata logos dalam tradisi pemikiran filsafat
Yunani[1].

2. Dasar-dasar Ilmu Kalam


a. Al-quran
Sebagai dasar dan sumber ilmu kalam, Al-quran banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan
b. Hadis
Hadis Nabi SAW pun banyak membicarakan masalah-masalah yang dibahas ilmu kalam
yang dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai
golongan dalam ilmu kalam
c. Pemikiran manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat Islam sendiri atau pemikiran
yang berasal dari luar umat Islam. Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia
Islam, umat Islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-quran, terutama yang belum jelas maksudnya
(al-mutasyabihat).
d. Insting
Secara instingtif, manusia selalu ingin bertuhan, oleh karena itu kepercayaaan adanya
Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.

3. Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam


Dalam sejarahnya, benih ilmu kalam muncul sejak Nabi SAW masih hidup. fakta
adanya sahabat yang bertanya kepada Nabi SAW tentang al-qadar sebuah tema yang pada
masa selanjutnya menjadi topik pembicaraan kalam, merupakan argument yang memperkuat
pernyataan ini (Al-Ghazali,1985:63). Pun jika kita sepakat dengan penjelasan Louis Gardet dan
Anawati (dalam Machine, 1999) bahwa ilmu kalam tumbuh seiring dengan adanya kajian
terhadap teks al-Quran. Namun, ilmu kalam mulai mempunyai bentuknya yang definiti sejak
masa kebangunannya yang ditandai dengan masuknya pengaruh filsafat Yunani.
Dalam perkembangannya, ilmu kalam merupakan respons terhadap diaspora Filsafat
Yunani dan ajaran-ajaran diluar Islam itu. Dengan kata lain, ilmu kalam menjadi fakta yang
menunjukkan adanya sense of social dari para pemikir Islam[2]. Kala itu umat Islam sedang
memerlukan sebuah rasionalisasi terhadap pokok-pokok akidah mereka di tengah ancaman

2 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

dan tantangan pemikiran Yunani. Maka, maklum belaka, jika saat itu ilmu kalam berkutat hanya
pada permasalahan-permasalahan transendenspekulatif (Abdullah ;1995:48).

B. HUBUNGAN TASAWUF, ILMU KALAM DAN FILSAFAT


Ketiganya berusaha menemukan apa yangdisebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam
Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah melalui mata hati. Kebenaran dalam
Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan
kepada nash (al-Quran & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang
segala yang ada (wujud).Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib)
yang dianggap sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
Ilmu kalam
1. Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi naqliyah).
2. Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai
apologinya.
3. Berisi keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.
Filsafat
Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
1. Menggunakan metode rasional.
2. Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
3. Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima
untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan
ekosistemnya secara langsung.
Tasawuf
1. Lebih menekankan rasa daripada rasio.
2. Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
3. Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.

C. PEMIKIRAN TEOLOGI AL-KHAWARIJ DAN AL-MURJIAAH


1. Khawarij
Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Khawarij
[3]Khawarij adalah aliran dalam teologi Islam yang pertama kali muncul. Menurut
Ibnu Abi Bakar Ahmad al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang
yang keluar dar imam yang hak dan telah disepakati para jamaah, baik ia keluar pada masa
Khulafaur Rasyidin, atau pada masa tabiin secara baik-baik[3]. Nama Khawarij berasal dari
kata kharaja berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan
Ali.[4]
Khawarij adalah golongan politik yang menolak sikap Ali bin Abi Thalib dalam
menerima paham penyelesaian sengketa antara Ali sebagai Khalifah Muawiyah bin Abi
Sufyan yang menuntut Khalifah.Meskipun mereka semula adalah pengikut Ali, tetapi akibat
politik penolakan mereka atas sikap Ali dalam paham itu.
mereka lalu keluar dari kelompok Ali dan membentuk golongan sendiri yang dikenal
golongan Khawarij. Golongan ini disebut juga dengan nama Haruriah, karena mereka
berjumlah 12.000 orang itu memisahkan diri dari Ali menetapkan pimpinan baru disuatu
kampung yang bernama Harura yang terletak didekat kota Kufah, di Irak. Mereka memilih
Abdullah Ibn Abi Thalib.Dalam pertempuran dengan kekuatan Ali mereka mengalami
kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang Khariji bernama Abd Al-Rahman Ibn Muljam dapat
membunuh Ali.
Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di pihak
yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah di baiat mayoritas umat Islam,
sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah.
2. Murjiah
Sejarah Kemunculan Murjiah
Nama Murjiah diambil dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan.Kata arjaa mengandung pula arti memberi harapan, yakni
memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat
Allah.Selain itu, arjaa berarti pula meletakan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang
yang mengemudikan amal dari iman.Oleh karena itu, Murjiah artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing ke hari kiamat kelak. [5]
Aliran Murjiah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana
hal itu dilakukan oleh aliran khawarij.Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-orang
yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu, dihadapan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang
mengetahui keadaan iman seseorang.Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa
besar masih dianggap mukmin dihadapan mereka.

3 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

[5] Cyril Glasse, The concise Encyclopedia of Islam, Staceny


international, London, 1989, hlm. 288-9; Departemen Agama RI,
Ensiklopedi islam, 1990, hlm. 633-6; Ahmad Amin, Fajrul Islam, jilid I,
Islam, Ej. Srill Leiden, 1961, hlm. 412

D. PEMIKIRAN TEOLOGI AL-JABARIYAH DAN AL-QADARIYAH


1. Pengertian Paham Jabariyah dan Paham Qadariyah
a. Qadariyah
Istilah Qadariyah mengandung dua arti, pertama, orang-orang yang memandang manusia
berkuasa atas perbuatannya dan bebas untuk berbuat. Dalam arti ini Qadariyah berasal dari kata
qadara artinya berkuasa. Kedua, orang-orang yang memandang nasib manusia telah ditentukan
aleh azal. Dengan demikian, qadara di sini berarti menentukan, yaitu ketentuan Tuhan atau nasib.
Qadariyah adalah satu aliran dalam teologi Islam yang berpendirian bahwa manusia memiliki
kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai
kebebasan dan kekuatan sendiri intuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian
nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk
pada qadar Tuhan. Dalam istilah inggris paham ini dikenal dengan nama free will dan free act.
b. Jabariyah
Sedangkan nama Jabariyah berasal dari kata Arab jabara yang berarti alzama hu bi filih,
yaitu berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya. Manusia tidak mempunyai kemampuan dan
kebebasan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu perbuatan. Sebaliknya ia terpaksa
melakukan kehendak atau perbuatannya sebagaimana telah ditetapkan Tuhan sejak zaman azali.
Dalam filsafat Barat aliran ini desebut Fatalism atau Predestination.
Paham Jabariyah ini berpendapat bahwa qada dan qadar Tuhan yang berlaku bagi segenap
alam semesta ini, tidaklah memberi ruang atau peluang bagi adanya kebebasan manusia untuk
berkehendak dan berbuat menurut kehendaknya. Paham ini menganggap semua takdir itu dari
Allah. Oleh karena itu menurut mereka, seseorang menjadi kafir atau muslim adalah atas kehendak
Allah.

E. PEMIKIRAN TEOLOGI AL-MUTAZILAH DAN AL-SYIAH


1. Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Mutazilah
Secara harfiah kata Mutazilah berasal dari kata Itazala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri ,yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.Secara teknis, istilah
Mutazilah menunjuk pada dua golongan .
Golongan pertama (selanjutnya disebut Mutazilah I ) muncul sebagai respon politik
murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik ,khususnya dalam arti bersikap lunak
dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya,terutama
Muawiyah,Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.Menurut penulis ,golongan inilah yang mula-mula
disebut kaum Mutazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khalifah.
Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum mutazilah
yang tumbuh di kemudian hari.
Golongan kedua (selanjutnya disebut Mutazilah II ) muncul sebagai respon
persoalan teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan Murjiah akibat adanya peristiwa
tahkim.Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan khawarij dan
Murjiah tentang pemberian status kafir kepada orang- orang yang berbuat dosa
besar.Mutazilah II inilah yang akan dikaji. dalam sejarah kemunculannya memiliki banyak
versi. beberapa versi tentang pemberian nama Mutazilah kepada golongan kedua ini berpusat
pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Atha serta mertanya ,Amr bin Ubaid,dan Hasan
Al-Basri di Basrah.Ketika Wasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Hasan Al Basri di
mesjid Basrah.[1]
[1] M.Ag,Anwar,Rosihon,Drs.,Ilmu Kalam,Pustaka Setia,Bandung,2007.cct III,hlm.77-78.

2. Pengertian Dan Asal Usul Munculnya Aliran Syiah


Syiah dilihat dari bahasa berarti pengikut,pendukung,partai atau kelompok,
sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau orang yang disebut
sebagai ahlal-bait. Poin penting dalam doktrin Syiah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk
agama itu bersumber dari ahl al-bait.Mereka menolak petunjuk petunjuk keagamaan dari para
sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya. [4]
Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara berlebih-
lebihan .karena mereka beranggapan bahwa beliau adalah yang lebih berhak menjadi
pengganti Nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah seperti
Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap sebagai penggasab
atau perampas khalifah.
Sebagaimana dimaklumi bahwa milai timbulnya fitnah di kalangan ummat Islam
biang keladinya adalah Abdullah Bin Saba. seorang Yahudi yang pura-pura masuk islam.

4 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

Fitnah tersebut cukup berhasil dengan terpecah belahnya persatuan ummat,dan timbullah
Syiah sebagai firqoh pertama.[5] Kalangan syiah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syiah
berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. mereka menolak kekhalifahan Abu
Bakar, Umar bin Khttab, dan Utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin
Abi Thalib lah yang berhak menggantikan Nabi. Kepemimipinan Ali dalam pandangan Syiah
sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAWpada masa hidupnya. Pada awal
kenabian, ketika Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya
yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib.[6]
[4] M.Ag,Anwar,Rosihon,Drs.,ibid.hlm.85-89
[5] Nasir,Sahilun A,Drs.,Pengantar Ilmu Kalam.PT Raja Grafindo,Jakarta,1996.hlm.77.
[6] M.ag,Anwar,Rosihon,Drs,.ibid.,hlm.90-91

F. PEMIKIRAN TEOLOGI AHL AL- SUNNAH WA AL-JAMAAH: SALAF (AHMAD IBN HANBAL
DAN IBN TAIMIYAH)
Kata salaf secara etimologi dapat diterjemahkan menjadi "terdahulu" atau "leluhur".[4][1]
Sedangkan menurut terminologi terdapat banyak difinisi yang dikemukakan oleh para pakar
mengenai arti salaf, diantaranya adalah:
1. Menurut Thablawi Mahmud Saad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang
dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi, tabi tabiin para pemuka abad ke-3 H,
dan para pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri dari para muhadditsin dan lainnya. Salaf
berarti pula uluma-ulama shaleh yang hidup pada tiga abad pertama Islam.[5][2]
2. Menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang tidak menggunakan tawil (dalam
menafsirkan ayat-ayat mutasabbihat) dan tidak mempunyai faham tasybih
(antropomorphisme).[6][3]
3. Mahmud Al-Bisybisyi menyatakan bahwa salaf sebagai sahabat, tabiin, dan tabi tabiin
yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran yang mendalam mengenai
sifat-sifat Allah yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk mensucikan dan
mengagungkan-Nya.[7][4]
Konsep aqidah salaf atau disebut dengan kaum tradisional, sesuai dengan metode Alquran
yang relevan dengan semua pihak, serta tidak hanya untuk golongan tertentu, dan para penganut
paham salaf tidak mau membahas hal yang terkandung pada ayat Alquran yang tidak jelas
maksudnya.

1. Imam Ahmad Bin Hanbali


Pemikiran Teori Ibn Hanbal
1) Tentang ayat-ayat Mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Quran , Ibn Hanbal lebih suka menerapkan
pendekatan lafdzi (tekstual) daripada pendekatan tawil, terutama yang berkaitan dengan
sifat-sifat tuhan dan ayat-ayat Mustasyabihat. Hal itu terbukti ketika ditanya tentang
penafsiran (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.(Q.s.
Thaha : 50.) Dalam hal ini Ibn Hanbal menjawab Bersemayam diatas arasy terserah pada
Allah dan bagaimana saja Dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang
sanggup menyifatinya.
2) Tentang Status Al-Quran
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hanbal, yang kemudian
membuatnya dipenjara beberapa kali, adalah tentang status al-Quran, apakah diciptakan
(mahluk) yang karenanya hadits (baru).

2. Ibn Taimiyah
Pemikiran Teori Ibn Taimiyah
Pemikiran Ibnu Taimiyah seperti dikatakan Ibrahim Madzkur, adalah sebagai berikut
:
a. Sangat berpegang teguh pada nash (Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Tidak memberikan ruang gerak kepada akal
c. Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
d. Di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (sahabat, tabiin dan tabiit
tabiin)
e. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-
Nya.[8][7]

G. PEMIKIRAN TEOLOGI ASYARI DAN AL-MATURIDI


1. Pemikiran Al-Asyari dalam Masalah akidah
Ada tiga periode dalam hidupnya yang berbeda dan merupakan perkembangan ijtihadnya
dalam masalah akidah yaitu :
a. Periode Pertama
Beliau hidup di bawah pengaruh Al-Jubbai, syaikh aliran Muktazilah. Bahkan sampai menjadi orang

5 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

kepercayaannya. Periode ini berlangsung kira-kira selama 40-an tahun. Periode ini membuatnya
sangat mengerti seluk-beluk akidah Muktazilah, hingga sampai pada titik kelemahannya dan
kelebihannya.
b. Periode Kedua
Beliau berbalik pikiran yang berseberangan paham dengan paham-paham Muktazilah yang selama
ini telah mewarnai pemikirannya. Hal ini terjadi setelah beliau merenung dan mengkaji ulang semua
pemikiran Muktazilah selama 15 hari. Selama hari-hari itu, beliau juga beristikharah kepada Allah
untuk mengevaluasi dan mengkritik balik pemikiran akidah muktazilah.
c. Periode Ketiga
Pada periode ini beliau tidak hanya menetapkan 7 sifat Allah, tetapi semua sifat Allah yang
bersumber dari nash-nash yang shahih. Kesemuanya diterima dan ditetapkan, tanpa takyif, ta'thil,
tabdil, tamtsil dan tahrif. Beliau pada periode ini menerima bahwa Allah itu benar-benar punya wajah,
tangan, kaki, betis dan seterusnya.

2. Karya Aliran Al-Maturidi


a. Buku Tauhid, buku ini adalah buku sumber terbesar keyakinan dan aqidah aliran
Maturidiyah. Dalam buku ini untuk membuktikan kebenaran pendapatnya, ia
menggunakan Al Quran, hadis dan akal, dan terkadang memberikan keutamaan yang
lebih besar kepada akal.
b. Tawilat Ahli Sunnah, buku ini berkenaan dengan tafsir Al Quran dan di dalamnya
dijelaskan tentang keyakinan-keyakinan Ahlu Sunnah dan pandangan-pandangan fikih
imam mazhabnya yaitu Abu Hanifah, pada hakikatnya ini adalah buku aqidah dan fikih.
Buku ini juga merupakan satu paket tafsir Al Quran dan buku tersebut mencakup juz
terakhir Quran dari surat Munafiqin sampai akhir Quran.
c. Al Maqalat, peneliti buku At Tauhid berkata bahwa naskah buku ini ada di beberapa
perpustakaan Eropa.

H. PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN PELAKU DOSA BESAR, IMAN DAN KUFUR


1. Pelaku Dosa Besar
Perkataan dosa berasal dari bahasa sansekerta, yang dalam bahasa arabnya disebut
az-zanbu, al-ismu atau al-jurmu. Menurut istilah ulama fukaha ( ahli hokum islam) dosaadalah
akibat tidak melaksanakan perintah Allah SWT yang hukumnya wajib danmengerjakan larangan
Allah yang hukumnya haram.Ulama fukaha sepakat bahwa dosa besar adalah dosa yang
pelakunya diancam denganhukuman dunia, azab di akhirat, dan dilaknat oleh Allah SWT dan
Rasulullah Saw.
2. Iman dan Kufur
Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tashdiq (membenarkan). Secara etimologi
iman berarti pengakuan atau pembenaran. Sedangkan secara terminologi berarti pengakuan atau
pembenaran yang mendalam akan adanya Alah SWT, malaikat, rasul, hari akhir, dan qadha dan
qadar.[9] Menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamakan dengan tindakan (perbuatan). Menurut Hassan Hanafi ada empat macam
istilah kunci yang biasanya dipergunakan oleh para teologi muslim dalam konsep iman, yaitu:
Ma'rifah bi al-aql, (mengetahui dengan akal). Amal, perbuatan baik atau patuh. Iqrar, pengakuan
secara lisan, dan Tashdiq, membenarkan dengan hati, termasuk pula di dalamnya ma'rifah bi
al-qalb (mengetahui dengan hati).

I. TENTANG KEHENDAK MUTLAK DAN KEADILAN TUHAN


Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan adalah keberadaan Tuhan sebagai
pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada,
bahkan harus melampaui segala aspek yang ada itu. Ia adalah eksistensi yang mempunyai
kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan
melampaui eksistensi-Nya.[10][4]
1. Mutazilah
Kaum mutazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak mutlak lagi.
Ketidak mutlakan kekuasaan Tuhan itu disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Tuhan
terhadap manusia srta adanya hukum alam ( sunatullah ) yang menurut Al- Quran.
2. Asyariyah
Kaum asyariyah , karena percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat
bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan yang lain.
3. Maturidiyah
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran ini terpisah menjadi dua,
yaitu maturidiyah samarkand dan maturidiyah bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan
keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan
mutlak Tuhan. Kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat kepada
mutazilah,tetapi kekuatan akal dan batasan yang diberikan kepada kekuasaan mutlak Tuhan

6 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

lebih kecil daripada yang diberikan aliran mutazilah.

J. TENTANG SIFAT SIFAT TUHAN


Pertentangan paham antara kaum mutazilah dengan kaum asyariyah dalam masalah ini
berkisar sekitar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak.
Perbuatan tuhan Semua aliran dalam pemikiran kalam setuju bahwa Tuhan melakukan
perbuatan. Perbuatan ini dipandang sebagai konsekuensi logis dari dzat-dzat yang memiliki
kemampuan untuk melakukannya.
Namun dalam kenyataannya persoalan-persoalan ini telah banyak menyebabkan suatu
golongan terlalu berlebih-lebihan dalam mempositifkannya sedemikian rupa, sehingga seseorang
yang memperhatikan pendirian mereka, menganggap bahwa Tuhan merupakan seorang yang telah
diberi beban diantara orang-orang yang mukallaf, yang diwajibkan kepadaNya agar sungguh-
sungguh menunaikan kewajibanNya, diantara kaedah-kaedah yang benar dan dapat diterima oleh
seorang yang berakal, Yaitu bahwa segala perbuatan orang yang berakal tidak ada yang percuma
Maka ketentuan wajibNya hikmat dalam segala perbuatan Allah, mengikuti pula akan wajib
sempurnanya ilmu dan irodahnya.
Hal itu tidak menjadi buah perselisihan diantara segala pihak yang suka bertengkar, begitu
juga dikatakan tentang wajib membuktikan ancaman dan pahala sebagai janji yang dijanjikan, maka
itu juga mengikuti kesempurnaan ilmu dan irodahnya.
1. Mutazilah
Kaum mutazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa
Tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka tentang Tuhan, sebagaimana dijelaskan oleh
al-asyari, bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak mempunyai kekuasaan,
tidak mempunyai hajat dan sebagainya. Ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka tidak
mengetahui, tidak berkuasa, tidak hidup dan sebagainya.
Tuhan tetap mengetahui, berkuasa,dan sebagainya, tetapi mengetahui, berkuasa, dan
sebagainya tersebut bukanlah sifat dalam arti kata sebenarnya.[11][1]
Pandangan tokoh-tokoh mutazilah tentang sifat-sifat Tuhan :
Arti Tuhan mengetahui kata Abu al-huzail,ialah Tuhan mengetahui dengan perantara
pengetahuan dan pengetahuan tersebut adalah Tuhan sendiri. Dengan demikian, pengetahuan
Tuhan sebagaimana dijelaskan oleh Abu huzail adalah Tuhan sendiri, yaitu dzat atau esensi
Tuhan.
Arti Tuhan mengetahui dengan esensinya kata al-jubbai, ialah untuk mengetahui,
Tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui.
Sebaliknya Abu hasyim berpendapat bahwa arti Tuhan mengetahui melalui esensinya, ialah
Tuhan mempunyai keadaan mengetahui. menurut aliran Mutazilah kewajiban-kewajiban Allah
adalah :
a. Kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia.
b. Kewajiban mengirimkan Rosul.
c. Kewajiban menepati janji (al-waad) dan ancaman (al-wadi).
2. Asyariyah
Kaum Ayariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan mutazilah di atas.
Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut al-asyari sendiri
tidak dapat di ingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatanya, disamping
menyatakan Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, dan sebagainya juga menyatakan
bahwa Tuhan mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.
Dan menurut al- baghdadi, terdapat konsesus di kalangan kaum asyariah bahwa daya,
pengetahuan, hayat, kemauan, pendengaran, penglihatan dan sabda Tuhan adalah kekal.
Sifat sifat ini kata al- ghazali, tidaklah sama dengan, malahan lain dari, esensi Tuhan,
tetapi berwujud dalam esensi itu sendiri.
Uraian uraian ini juga membawa paham banyak yang kekal, dan untuk mengatasinya kaum
asyariah mengatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah Tuhan, tetapi tidak pula lain dari Tuhan.
[12][2]
3. Maturidiyah
Kaum maturidiyah golongan bukhara, karena juga mempertahankan kekuasaan mutlak
Tuhan, berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifa-sifat. Persoalan banyak yang kekal, mereka
selesaikan dengan mengatakan bahwa sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan sifat-sifat itu
sendiri, juga dengan mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifat-Nya kekal,tetapi sifat-sifat
itu sendiri tidaklah kekal.
Sedangkan kaum maturidiyah golongan samarkand dalam hal ini kelihatanya tidak
sepaham dengan mutazilah karena al- matuiridi mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan tetapi
pula tidak lain dari Tuhan.[13][3]

K. ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM


1. Aliran Khawarij
Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij Aliran Khawarij merupakan

7 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut
ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang
keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para jemaah, baik ia keluar pada masa
sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabiin secara baik-baik. Menurut bahasa nama
khawarij ini berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka
yang keluar dari barisan Ali.[1] Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah yang
berarti golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping itu nama lain dari khawarij
ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang
merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang
mau berdamai dengan Muawiyah.

2. Aliran Murjiah

Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murjiah. Aliran Murjiah ini muncul

sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap

orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka

menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di

hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian

pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka.

Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada

tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang

mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang

menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.

3. Aliran Qadariyah

Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah Qadariyah berakar

pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau

kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang

dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan

manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di

pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan

berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan.

4. Aliran Jabariyah

Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah. Nama jabariyah berasal dari

kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa

Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan

perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau

predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak

semula oleh qada dan qadar tuhan.

5. Aliran Mutazilah

Pengertian dan latar belakang munculnya Mutazilah Perkataan Mutazilah berasal dari

kata tizal yang artinya memisahkan diri, pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari

luar mutazilah karena pendirinya, Washil bin Atha, tidak sependapat dan memisahkan diri dari

gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh

pengikut Mutazilah dan di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.

6. Ahlussunah Wal- Jamaah

8 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran mereka. Ahlussunnah berarti

penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan jemaah berarti sahabat nabi. Jadi

Ahlussunnah wal jamaah mengandung arti penganut Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat

beliau.

Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian,

yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah, Dalam

pengertian ini, Mutazilah sebagai mana juga Asyariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni

dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asyariyah dan merupakan

lawan Mutazilah.

7. Aliran Syiah

Pengertian dan kemunculannya Syiah Secara bahasa Syiah berarti pengikut. Yang

dimaksud dengan pengikut disini ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syiah

sering di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya

selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl

al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syiah

ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW.

8. Aliran Salafiyah

Pengertian dan latar belakang munculnya Salafiyah Secara bahasa salafiyah berasal

dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang

terdahulu yang semasa Rasul SAW, para sahabat, para tabiin, dan tabitt tabiin. sedangakan

salafiyah berarti orang-orang yang mengikuti salaf.

L. MUHAMMAD ABDUH

Pemikiran tentang muhammad abduh:


1. Tentang Tuhan
Hukum-hukum wajib bagi Tuhan adalah bahwa ia Qadim (tidak bermula). Di antara
sifat-sifat wajib pada diri-Nya ialah sifat Hayat (hidup). Sifat ini diiringi oleh Ilmu (mengetahui) dan
Iradah (kemauan). Hidup merupakan sifat kesempurnaan bagi Wujud-Nya. Tuhan wajib bersifat
Ilmu (Maha tahu). Yang dimaksud Ilmu di sini adalah terbukanya tabir sesuatu bagi Zat yang
melekat sifat itu padanya, yakni pangkal sumber, pangkal bagi terbukanya tabir sesuatu itu.
2. Tentang Islam
Dia ingin bebas dari ikatan-ikatan mazhab dan paham keagamaan, memiliki cara berpikir
yang lebih bebas, banyak membaca buku filsafat, memperdalam perkembangan pikiran kaum
rasional Islam (Mutazilah). Menurutnya, orang tidak cukup hanya kembali kepada ajaran-ajaran
Islam yang asli seperti apa yang dianjurkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan gerakan
Wahabinya. Karena zaman sudah berubah dan ajaran Islam perlu disesuaikan dengan keadaan
modern sekarang.
3. Tentang Akal Pikiran
Akal adalah daya kekuatan yang hanya dimiliki oleh manusia. Karena itu pulalah yang
membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Akal merupakan pangkal kehidupan manusia
yang menjadi sendi kelangsungan hidupnya. Dalam beragama, manusia dibekali akal untuk
memahami ajaran-ajarannya.
4. Tentang Manusia
Orang yang berakal dan punya perasaan yang sehat mengakui dan menyaksikan bahwa
dirinya sendiri adalah maujud (ada). Tentang perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
kodrat Tuhan, Muhammad Abduh merumuskan dua hal:
1). Manusia mempunyai usaha yang bebas dengan kemauan dan kehendaknya untuk
mencari jalan yang dapat membawanya kepada kebahagiaan.
2. Kodrat Tuhan tempat kembalinya manusia.

BAB III

9 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang berkaitan dengan dxat, sifat,
asma, perbuatan, tuntunan, dan hal-hal lain yang brkaitan dengan ekstensi Tuhan, yaitu
pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keTuhanan itu disisematiskan yang pada
gilirannya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan untuk
baiknya makalah ini ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah (kairo: Pustaka Salman, 1959).
Abduh Muhammad, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang,1965).

Toriquddin Moh, Skularitas Tasawuf Dalam Dunia Modren ( Uin Malang Press: 2008).
Saifuddin Anshari Endang, Ilmu filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990).

Al-Bazdawi, Ushul al-Din, Dar al-Ihyaal-Kutub al-arabiah, Kairo, 1963.

al-Bazdawiy, Abu al-Yusr Muhammad, Kitab Ushul al-Din, Hans Petter Lins, Isa al-Baby al-Halaby,
Kairo, 1963.

Al-Ghazali, al-Iqtishad ti al-Itiqad, Dar al-Amanah Beirut, 1969.

Al-Juwaini, al-Syamil fi ushul al-Din, Al-Maarif. Iskandariyah, 1969.

al-Maturidi, Abi Mansur, Kitab al-Tauhid, Makhtabah al-Islamiyah, Istambul, 1979.

Asy-shidiqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta. 1954.

Hanafiy, A. Pengantar Teologi Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1987.

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu, Jakarta: UI-Press, 1986.

Shubhi, Ahmad Mahmud, Fi Ilm al-Kalam al-Asyariyah, Tsaqafah, Iskandariyah, 1982.

Al Maududi, Abul Ala, Prinsip-prinsip islam, terjemahan Abdullah suhaili, PT Al-marif, Bandung,
1983.
Abduh, Shaikh Muhammad, Risalah Al-Tauhid, Kairo: 1969.
Hanafi, Ahmad, Pengantar Teologi Islam, cet. III, Jakarta: Pustaka Al-Husnah, 1989.
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1969.

[1] Esha, Muhammad Inam, Rethinking Kalam (Sejarah sosial Pengetahuan Islam,
mencermati dinamika dan aras perkembangan kalam islam kontenporer), (Yogyakarta: Elsaq Press),
cet. I. hlm.11.

[2] Esha, Muhammad Inam, Rethinking Kalam (Sejarah sosial Pengetahuan Islam,
mencermati dinamika dan aras perkembangan kalam islam kontenporer), (Yogyakarta: Elsaq Press),
cet. I. hlm.xv.

[3] Ibnu Abi Bakar Ahmad al-Syahratani, al-Milal wa al-Nihal, Dar


al-Fikr, Libanon, Beirut, tt. Hlm. 114.
[4] Prof. Dr. Harun Nasution, Theology Islam, UI Press, Jakarta, cet.II,
1972, hlm. 11.
[4][1] http://id.wikipedia.org/wiki/Salaf
[5][2]Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN,
STAIN, PTAIS, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2001), 109
[6][3]Rozak, Ilmu Kalam, 109
[7][4]Rozak, Ilmu Kalam, 109

10 of 11 10/11/2017 6:46 PM
Resume Ilmu Kalam http://resumeilmukalam.blogspot.co.id/

[8][7]Rozak, IlmuKalam, 116


[9] Al-Bugha, Mustafa Dieb. Syarah Kitab Arbain An-Nawawiyah.hal 10-11
[10][4] Abdul Razaq dan Rasihan Anwar, Ilmu Kalam, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm. 181.

[11][1] Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 135
[12][2] Ibid, hlm 136
[13][3] Ibid, hlm 137

Diposting oleh muhadedi el zain di 15.42 Tidak ada komentar:

Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Tema Sederhana. Gambar tema oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger.

11 of 11 10/11/2017 6:46 PM

Anda mungkin juga menyukai