Kelas :
MATERI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
( PAI-BP )
Disusun oleh
MIFTAHUL KHAER, M.Pd.I
KELAS : X (SEPULUH)
TAHUN PELAJARAN : 2015/2016
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 0
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I Mujahadah An-Nafs, Ukhuwah Dan Husnuzhon (Kontrol Diri, Persaudaraan dan
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 1
BAB I
MUJAHADAH AN-NAFS, UKHUWAH DAN HUSNUZHON
(Kontrol Diri, Persaudaraan dan Prasangka Baik)
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 2
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan
tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama,
Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Anfal (8): 72).
4. Kandungan Ayat
Al-Quran surah Al-Anfal (8): 72 menjelaskan tentang:
1) Kaum Muhajirin, yaitu umat Islam yang hijrah ke Madinah baik bersama Nabi
Muhammad saw. maupun yang menyusul berhijrah. Mereka hijrah dan berjihad untuk
memperjuangkan agama Allah swt. baik di Makkah maupun di Madinah.
2) Kaum Ansar, yaitu orang-orang Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada
Nabi saw. dan mereka berjanji akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia
menanggung segala resiko dan akibat yang terjadi dari perjuangan.
3) Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka tinggal di negeri yang
dikuasai oleh kaum musyrikin baik di Mekah maupun beberapa tempat di sekitar kota
Madinah.
QS. Al-Anfal (8): 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah
memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya
bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs
artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh
menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia
mujahadah an-nafs disebut dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku
terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Quran nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS. Yusuf
(12) ayat 53)
2) nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS. Al-Qiyamah
(75) ayat 2)
3) nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr (89) ayat 27-30)
B. Ukhuwah (Persaudaraan)
1. QS. Al-Hujurat (49): 10
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 3
2. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Tanwin
dhammah
Ghunnah Nun ber-tasydid Ikhfa
bertemu huruf
fa
Mad
Dhammah Mad thobii
Mad aridh
bertemu huruf berada di akhir
thobii lis
wawu sukun ayat/waqaf
sukun
4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 10 menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, oleh karena itu pereratlah tali persaudaraan. Rasulullah saw bersabda:
( )
Artinya: Dari Abi Musa ra. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, 'Orang mukmin yang
satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.
(HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
()
Artinya: Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzhalimi atau
mencelakakannya. Barang siapa yang berusaha mencukupi kebutuhan saudaranya, Allah
akan mencukupi kebutuhanya. (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
:
( )
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 4
Artinya: Dari Abi Hamzah, Anas bin Malik ra. yaitu pelayan Rasulullah saw. bersabda:
Tidak sempurna iman kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam hadits riwayat
Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, Orang muslim itu adalah saudara
orang muslim, jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan membuka aibnya, jangan
menyerahkannya kepada musuh, dan jangan meninggikan bagian rumah sehingga menutup
udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap
makanan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli
buah-buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak
tetangganya kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu. Kemudian Nabi saw bersabda,
Peliharalah (norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang
memeliharanya. Dalam hadits shahih lain yang dinyatakan, Apabila seorang muslim
mendoakan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata Amin, dan semoga kamu pun
mendapat seperti itu.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 5
Lafal Arti Lafal Arti
Kalian mencari-cari
keburukan/kesalahan Maha Penerima Taubat
orang
Menggunjingkan Maha Penyayang
4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 12 menjelaskan bahwa Allah Swt. melarang berprasangka buruk,
yaitu menyangka seseorang melakukan perbuatan buruk Umar bin Al Khathab ra. pernah
berkata, "Janganlah kalian berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari saudara mukmin
kecuali dengan prasangka baik. Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya kemungkinan
ucapan itu mengandung kebaikan."
Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulllah saw bersabda,
( )
Artinya : Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah prasangka
buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. (HR Bukhari)
Pada QS. Al-Hujurat (49): 12 juga terdapat pemberitahuan tentang larangan berghibah.
Ghibah masih diperbolehkan bila terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti misalnya
dalam Jarh (menilai cacat dalam masalah hadits), Ta'dil (menilai baik/peninjauan kembali
dalam masalah hadits), dan nasihat.
Adapun bagi orang-orang yang berghibah/menggunjing orang lain, diwajibkan
bertaubat atas kesalahannya, dan melepaskan diri darinya (bergunjing) serta berkemauan
keras untuk tidak mengulanginya lagi.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam az-Zuhd, bahwa 'Umar pernah memberikan
nasihat:
Artinya:Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk
terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut
masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 6
BAB II
BERIMAN KEPADA ALLAH SWT. MELALUI ASMAUL HUSNA
1. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berasal dari kata aamana yang berarti percaya. Menurut
Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Iman didefinisikan dengan
akad/perjanjian dengan hati, dan ikrar/bersumpah dengan lisan (ucapan) dan
dilakukan/dibuktikan dengan anggota tubuh (arkan).
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 7
dengan cara menjaga sikap kita agar bisa memberikan rasa aman kepada orang lain. Firman
Allah:
Terjemah:
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang
Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. Al-Hasyr (59): 23)
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 8
" Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid (57): 3)
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 9
b. Memiliki Rasa Aman
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pemberi aman (al-mumin), maka ia
akan senantiasa bersikap dan berbuat yang bisa memberikan rasa aman kepada
keluarganya, temannya dan lingkungannya. Beberapa contoh perilaku tersebut, diantaranya:
1) Mulutnya akan senantiasa terjaga untuk tidak mengeluarkan perkataan yang bisa
menyakiti orang lain
2) Tangannya akan selalu terjaga untuk membantu temannya yang membutuhkan
3) Kakinya akan selalu melakukan aktivitas kebaikan
4) Pikiran dan hatinya akan selalu berusaha menciptakan kondisi lingkungan yang aman
dan nyaman
5) Selalu berusaha menghindari tawuran
c. Tawakal
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pelindung (al-Wakiil), maka ia akan
senantiasa berserah diri kepada Zat yang mampu memberikan perlindungan dengan
sebenar-benar perlindungan. Sikap berseah diri (tawakal) kepada Allah ini akan disertai
dengan sikap ikhtiar (kesungguhan dalam berusaha) serta ketulusan dalam berdoa sehingga
apapun hasil yang diusahakannya akan selalu diyakini sebagai suatu anugerah terbaik
baginya dari Allah. Selanjutnya, ia akan selalu bersabar di saat belum berhasil dan
bersyukur di saat mendapatkan keberhasilan.
d. Kuat Pendirian
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuat (al-Matiin), maka ia akan
senantiasa mempunyai sikap yang kukuh dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran,
tidak akan mudah terpengaruh dengan kondisi dan lingkungan sekitar yang mengajaknya
untuk melakukan perbuatan tidak terpuji.
f. Bersikap Adil
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Adil (al-Adl), maka ia akan
senantiasa meniru dan melaksanakan sifat adil yang Allah miliki. Ia akan bersikap adil
ketika memimpin musyawarah atau diskusi dengan cara menghargai semua pendapat tanpa
harus memandang latar belakang, pangkat, jabatan atau keakraban hubungan personal.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 10
BAB III
SEMANGAT MENUNTUT ILMU
2. Asbabun Nuzul
Dijelaskan oleh Ali Ash-Shabuni dalam kitab Shafwatut Tafasir bahwa ayat ini turun
ketika Rasulullah saw. hendak mengirimkan pasukan muslimin ke Madinah untuk menghadapi
pasukan kafir dalam sebuah peperangan. Pada saat itu tidak seorang muslim pun di Kota
Madinah karena semuanya pergi ke medan pertempuran. Kemudian Allah mengingatkan
Rasulullah agar menyisihkan sebagian kaum muslimin untuk tetap berada di Madinah guna
menuntut ilmu dan memperdalam keilmuan, khususnya di bidang agama agar mereka mampu
menjadi pengingat bagi kelompok muslim lainnya tatkala mereka kembali dari medan
pertempuran.
3. Kandungan Ayat
1) Penegasan tentang wajibnya menuntut ilmu, terutama ilmu agama
2) Adanya persamaan antara kewajiban menuntut ilmu dan kewajiban membela tanah air
(jihad di jalan Allah)
3) Kedudukan orang yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi mereka
yang tidak tahu dan tidak mengerti akan suatu hal
4) Fungsi ilmu adalah untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak terpuji serta hal yang
menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 11
Dari Ibnu Masud ra. berkata: Nabi saw. bersabda: Tidak boleh hasad (dengki) kecuali
kepada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan
pada jalan kebaikan dan orang yang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan
dan mengajarkannya. (HR. Bukhari).
5. Kandungan Hadis
a. Kewajiban Menuntut Ilmu
Hukum mencari ilmu atau belajar adalah wajib atau suatu keharusan, baik bagi setiap
muslim laki-laki maupun perempuan. Tidak ada batasan waktu dan usia karena Islam
mengajarkan kepada umatnya dengan konsep long life education atau pendidikan
sepanjang hayat.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 12
EVALUASI
Carilah bahan bacaan baik cetak maupun elektronik termasuk media internet tentang
sejumlah tokoh Islam di bawah ini kemudian isilah kolom yang telah disediakan dengan baik
dan benar sesuai dengan informasi yang didapatkan!
HASIL
MASA LAMANYA SUMBER
NAMA TOKOH TEMUAN/
HIDUP BELAJAR INFORMASI
KARYA
1. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
2. Abu Hatim Ar-Razi
3. Imam Syafii
4. Imam Al-Ghazali
5. Ali bin Abi Thalib
6. Zaid bin Tsabit
7. Said bin Al-Musayyab
8. Abu Nawas
9. Abu Raihan Al-Biruni
10. Ibnu Sina
11. Al-Khawarizmi
12. Ibnu Haitsam
13. Sufyan Ats-Tsauri
14. Imam Al-Bukhari
15. Imam Muslim
16. Hasan Al-Banna
17. Buya Hamka
18. Abu Hurairah
19. Abuya Dimyati
20. Quraish Shihab
21. Hasyim Asyari
22. Ahmad Dahlan
23. Gus Dur
24. Ahmadinejad
25. Raden Dewi Sartika
26. Siti Aisyah binti Abu Bakar
27. Habib Luthfi bin Yahya
28. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
29. Habib Abdurrahman Assegaf
30. Habib Kuncung
31. Habib Umar bin Muhammad Al-Attas
32. Eyang Hasan Maolani
33. Syekh Syarif Hidayatullah
Kesimpulan/Hikmah Mengenal Tokoh-Tokoh Diatas:
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 13
BAB IV
DAKWAH RASULULLAH DI MEKAH
Adnan
Maad
Nizar
Mudhar Rabi
2) Kerajaan-Kerajaan di Perkotaan
Kerajaan-kerajaan Arab di perkotaan terpusat pada tiga kawasan, yaitu Yaman, utara
jazirah dan Hijaz. Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di Yaman
adalah:
a) Kerajaan Main dan Qatban (1200 SM 700 SM)
b) Kerajaan Saba (955 SM 115 SM)
c) Kerajaan Himyar
Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di utara jazirah Arab adalah:
a) Kerajaan Anbath (400 SM 105 SM)
b) Kerajaan Tadmur
c) Kerajaan Hirah
d) Kerajaan Gassan
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 14
3) Pemujaan berhala : dianut oleh masyarakat Hijaz, Anbath dan Tadmur.
Sejarah masuknya berhala ke kota Hijaz atau Mekah bermula pada masa pemerintahan
Bani Khuzaah yang dipimpin oleh Amr bin Luhay. Ia membawa berhala-berhala dari
Syam untuk disembah yang akhirnya diikuti oleh sebagian besar penduduk Mekah.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 15
7) Saad bin Abi Waqash (sahabat Rasulullah)
8) Thalhah bin Ubaidillah (sahabat Rasulullah)
9) Abu Ubaidah bin Jarrah (sahabat Rasulullah)
10) Arqam bin al-Arqam (sahabat Rasulullah)
11) Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah)
12) Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah)
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 16
e. Fitnah dan ejekan kafir Quraisy terhadap Rasulullah selama berdakwah, terutama pada saat
turunnya perintah shalat setelah Nabi melaksanakan isra dan miraj.
f. Usaha pembunuhan para pemuka kafir Quraisy terhadap Rasulullah yang dilakukan pada
malam menjelang perjalanan beliau untuk hijrah ke Madinah
g. Upaya Suraqah bin Malik al-Madlaji dalam membunuh Rasulullah demi mendapatkan
hadiah sayembara berupa 100 ekor unta betina.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 17
BAB V
MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS DAN ZINA
5. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Idgham Tanwin fathah
Mad Fathah bertemu
bi bertemu huruf
thobii huruf alif
ghunnah wawu
Mad Mad thobii
wajib bertemu huruf
Ghunnah Nun ber-tasydid
muttashi hamzah di satu
l kalimat
7. Kandungan Ayat
Q.S. Al-Isra (17): 32 menjelaskan tentang larangan mendekati perbuatan zina karena
perbuatan itu didorong oleh keinginan nafsu yang kuat. Maka dari itu, menjauhkan diri dari
mendekati perbuatan itu lebih utama karena seseorang yang telah mendekati sebab-sebab yang
membawa zina maka tidak memberi jaminan ia tidak akan terjerumus ke dalamnya.
Islam dengan tegas melarang pergaulan bebas di antara lelaki dan perempuan,
mengharamkan khalwat dan perbuatan bersolek secara berlebih-lebihan. Islam menggalakkan
pernikahan bagi yang mampu dan berpuasa bagi yang kurang mampu, serta melarang
halangan-halangan yang dapat menggagalkan pernikahan, seperti menentukan maskawin yang
terlalu tinggi.
Allah memberikan alasan mengapa zina itu dilarang, yakni alasan yang disebut di akhir
ayat berupa zina adalah perbuatan yang sangat keji dan dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan, diantaranya adalah:
4) Mencampuradukkan keturunan yang mengakibatkan seseorang akan menjadi ragu
terhadap anaknya, apakah anak yang lahir itu keturunannya atau hasil perzinaan
5) Menimbulkan keguncangan dan kegelisahan diantara anggota masyarakat karena tidak
terpeliharanya kehormatan.
6) Merusak ketenangan hidup berumah tangga. Seorang wanita yang telah berbuat zina
ternodalah nama baiknya di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya ketenangan hidup
berumah tangga tidak akan terwujud dan retaklah hubungan kasih sayang antara suami
isteri.
7) Menghancurkan rumah tangga. Isteri bukanlah semata-mata pemuas hawa nafsu, akan
tetapi sebagai teman hidup dalam berumah tangga dan dalam membina kesejahteraan
berumah tangga. Jadi, jika isteri ternoda karena perbuatan zina, kehancuran rumah tangga
pasti sukar dielakkan lagi.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 18
1. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Alif Lam Alif lam Nun sukun
Syamsiya bertemu huruf Ikhfa bertemu
h zay huruf ta
dhammah Alif Lam Alif lam
Mad
bertemu huruf Qamariya bertemu
thobii
wawu sukun h huruf ya
Nun sukun Dal sukun
Izhar Qalqalah
bertemu huruf berada di
Halqi Shugra
ha tengah ayat
Mad thobii
Mim sukun
Izhar Mad Wajib bertemu
bertemu huruf
Syafawi Muttashil hamzah di
ba
satu kalimat
Tanwin
Mad Mad thobii
dhammah
Ikhfa Aridh Lis berada di
bertemu huruf
sukun akhir ayat
fa
3. Kandungan Ayat
Q.S. An-Nur (24) : 2 menjelaskan bahwa surat ini mengandung banyak macam hukum
yang wajib dipatuhi, diantaranya adalah amar maruf, nahi munkar, zina, menuduh wanita
muhson berzina, hukuman bagi pezina, dan tata cara pelaksanaan hukuman tersebut.
Berdasarkan pelakunya, zina ada dua macam, yaitu:
a. Zina muhson, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang beristeri atau bersuami.
Apabila pelaku zina muhson ini telah baligh, berakal, merdeka, muslim dan dalam status
menikah, maka hukumannya adalah dirajam, yakni dilempari dengan batu hingga mati
dan dilakukan di lapangan terbuka di hadapan kaum muslimin agar mereka dapat
mengambil pelajaran darinya.
b. Zina ghairu muhson, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum menikah atau
tidak beristeri atau bersuami. Hukumannya adalah seratus deraan (cambuk) yang
disaksikan oleh kaum muslimin agar perbuatannya diketahui oleh masyarakat umum.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 19
Adapun cara penetapan hukum bagi seorang pezina antara lain:
a. Pengakuan pelaku sendiri
b. Kehamilan bukan oleh suami yang jelas-jelas diketahui sebagai suaminya
c. Kesaksian empat orang saksi yang melihat perbuatan pelaku
Selain mendapatkan hukuman di dunia, seorang pezina juga diancam oleh Allah
dengan siksa neraka di akhirat kelak.
Rasulullah saw. bersabda di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.:
:
: . :
.
( )
. :
Terjemah:
Seorang lelaki muslim datang kepada Rasulullah saw. mengakui dirinya telah berbuat zina. Nabi
berpaling darinya hingga lelaki tersebut mengaku sampai empat kali. Kemudian beliau bertanya,
Apakah engkau gila? Ia menjawab, Tidak. Kemudian beliau bertanya lagi, Apakah engkau
pernah menikah? Ia menjawab, Ya. Kemudian beliau memerintahkan agar lelaki itu dirajam
di lapangan. Ketika batu dilemparkan kepadanya, ia pun lari. Ia dikejar dan terus dirajam hingga
mati. Kemudian Nabi saw. mengatakan hal baik tentangnya. Kemudian menshalatkannya. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 20
8. Menambah ilmu pengetahuan agama dengan menghadiri majelis-majelis taklim. Selain
itu, kita juga perlu mengunjungi orang-orang saleh yang akan mengingatkan diri untuk
selalu waspada terhadap godaan nafsu dan jebakan ilusi setan dalam perzinaan.
9. Membaca buku-buku keislaman yang secara spesifik mengingatkan pembacanya
mengenai bahaya perzinaan. Dengan memahami bahayanya, seseorang akan menyadari
pentingnya menghindari zina dalam kehidupan bermasyarakat.
10. Membaca Al-Quran sambil merenungi tafsirnya, mengindahkan sabda-sabda Nabi, dan
mendengarkan nasihat ulama tentang pentingnya menjauhi segala macam dosa, termasuk
berzina dan mendekati zina.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 21
BAB VI
IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH
2. Tidak memiliki hawa nafsu, seperti lapar, sakit, makan, tidur dan lainnya (QS. Adz-
Dzariyat (51): 27-28)
3. Selalu takut dan taat kepada Allah (QS. An-Nahl (16): 50)
4. Tidak pernah bermaksiat kepada Allah dan selalu melaksanakan apa saja yang
diperintahkan kepadanya (QS. At-Tahrim (66): 6)
5. Mampu mengubah wujudnya (QS. Maryam (19): 16-17)
6. Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya (QS. Al-Maarij (70): 4)
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 22
3. Israfil - Peniup sangkakala pada hari kiamat.
4. Munkar dan Nakir - Pemeriksa amal manusia di alam barzakh.
5. Malaikat Maut (Izrail) - Para pencabut nyawa seluruh makhluk, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Para pencabut dengan keras,
b. Para pencabut dengan lembut.
6. Raqib dan Atid pencatat amal baik dan buruk manusia
7. Ridwan (Penjaga Surga) - Penjaga pintu syurga.
8. Malik - Pemimpin Malaikat Zabaniah dan penjaga neraka.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 23
c. Penyeru kebaikan dan laknat - Dua malaikat yang setiap hari berseru yang didengar oleh
seluruh makhluk-Nya kecuali manusia dan jin.
24. Malaikat Laylat al-Qadr - Jibril dan serombongan malaikat yang turun setiap Laylat al-Qadr
pada bulan Ramadan.
25. Pengunjung manusia yang sedang sakit - Empat malaikat yang mengunjungi manusia ketika
sakit.
26. Penjaga Mekkah dan Madinah - Para malaikat yang menjaga Kota Mekkah dan Madinah dari
kedatangan Dajjal.
27. Pencari orang yang berzikir - Para malaikat yang mencari orang-orang yang berzikir kepada
Allah.
28. Pencari majelis ilmu- Para malaikat yang mencari majelis-majelis ilmu.
29. Penganjur berbekam - Malaikat yang menganjurkan berbekam ketika Muhammad sedang
mi'raj ke Sidratul Muntaha.
30. Pengendali tali Neraka Jahannam - 70 ribu malaikat yang mengendalikan tali kekang Neraka
Jahannam.
31. Pendoa manusia yang mendoakan saudaranya - Para malaikat yang berkata, "Aamiin (Ya
Allah, kabulkanlah doanya bagi saudaranya) dan engkau pun mendapatkan apa yang ia
dapatkan", kepada orang yang mendoakan kebaikan saudaranya tanpa sepengetahuan
mereka.
32. Penyampai doa pujian - Dua belas malaikat yang berebutan untuk menyampaikan doa pujian
salah seorang sahabat nabi kepada Allah.
33. Penyaksi wafatnya sahabat nabi - 70 ribu malaikat yang menyaksikan wafatnya Sa'ad bin
Muadz.
34. Pelindung dan pemberi dukungan orang beriman - Para malaikat yang pelindung orang-orang
beriman ketika hidup didunia dan akherat, ketika orang beriman dalam keadaan sekarat
mereka akan memberikan dukungan.
35. Pembeda haq dan bathil - Para malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang
benar dan salah kepada manusia dan jin.
36. Penentram hati - Para malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan
pendirian sang mukmin tersebut.
37. Penjaga pintu langit - Tujuh malaikat yang menjaga tujuh pintu langit. Mereka diciptakan
oleh Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
38. Pemberi salam ahli surga - Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni
surga.
39. Pemohon kerahmatan (belas kasih)
a. Pemohon ampunan orang beriman - Para malaikat yang terdapat disekeliling 'Arsy yang
memohonkan ampunan bagi kaum yang beriman.
b. Pemohon ampunan manusia di bumi - Para malaikat yang bertasbih memuji Allah dan
memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.
c. Pemohon ampunan para lelaki yang salat di masjid - Para malaikat yang mendoakan
ampunan bagi para lelaki yang ikhlas salat berjamaah di masjid.
d. Pemohon ampunan pembesuk orang sakit - 70 ribu malaikat yang mengiringi dan
mendoakan ampunan bagi umat muslim yang membesuk orang sakit.
e. Pemohon ampunan orang yang bershalawat kepada Nabi - Para malaikat yang
mendoakan ampunan bagi orang-orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad.
f. Pemohon ampunan orang yang mengajarkan kebaikan - Para malaikat yang mendoakan
ampunan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada sesama manusia.
g. Pemohon ampunan orang tidur dalam keadaan suci - Para malaikat yang berada di dalam
pakaian orang tidur dalam keadaan suci.
40. Penghormat penuntut ilmu - Para malaikat yang berhenti terbang karena ingin mendengarkan
ilmu atau menghormati orang yang mencari ilmu pengetahuan.
41. Pengatur urusan dunia - Malaikat yang mengatur urusan manusia didunia.
42. Pendengar bacaan Qur'an
a. Pendengar bacaan ketika manusia salat - Para malaikat yang mendengarkan dan menelan
bacaan Qur'an ketika manusia salat.
b. Pendengar bacaan manusia - Malaikat yang mendengarkan bacaan Qu'ran manusia.
43. Pendo'a orang yang berinfaq dan orang kikir - Para malaikat yang berdoa setiap pagi dan
sore untuk orang yang berinfaq dengan doa kebaikan dan penahan infaq dengan doa
kehancuran.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 24
Keterangan:
Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran
maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumberIsrailiyat. Dalam Al
Qur'an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.
Malaikat Jibril, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur'an, ia juga disebut di
banyak tempat dalam Al Qur'an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin dan
lainnya.
Dari nama-nama malaikat di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik di
dalam Al Qur'an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah: 97,98 dan QS 66 At Tahrim: 4), Mikail (QS
2 Al Baqarah: 98) dan Malik (Q.S. Al-Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan
Nakir disebut dalam Hadits.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 25
BAB VII
SUMBER HUKUM ISLAM
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 26
terdapat dalam kitabullah? Ia menjawab, saya akan menghukum dengan sunnah
Rasulullah saw.. Rasul bertanya, Jika tidak terdapat dalam sunnah rasul dan
kitabullah? Ia menjawab, Saya akan berijtihad dengan pikiran saya dan saya tidak akan
mundur. (HR. Abu Daud).
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 27
yang dimaksud dengan taqrir adalah perkataan atau sikap para sahabat yang dibiarkan atau
didiamkan oleh Rasulullah yang dari peristiwa tersebut terkandung pengertian bahwa beliau
membenarkan dan meridhai perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu. Hadis
sering juga disebut khabar (berita) atau sunnah (kebiasaan).
4. Macam-Macam Hadis
Di dalam hadis tiga unsur, antara lain:
a. Sanad, pertalian atau sandaran dalam meriwayatkan hadis.
b. Matan, isi atau substansi hadis.
c. Rawi, orang yang meriwayatkan hadis.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 28
Pembagian hadis berdasarkan jenis isinya (matan):
a. Hadis Qauliyah, yaitu hadis yang isinya berupa perkataan Nabi saw.
b. Hadis Filiyah, yaitu hadis yang isinya berupa perbuatan Nabi saw. yang dideskripsikan
oleh sahabat.
c. Hadis Taqririyah, yaitu hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan Nabi saw.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 29
7) Hadis Matruk, yaitu hadis yang salah satu periwayatnya diduga berbohong, baik itu
menambahkan redaksi (matan) hadis maupun pernah berbohong dalam kesehariannya
meskipun tidak dalam menyampaikan hadis.
8) Hadis Munkar, yaitu hadis yang salah satu perawinya pernah melakukan kesalahan
yang fatal, sering mengalami lupa atau banyak melakukan perbuatan fasik.
9) Hadis Muallal, yaitu hadis yang salah satu perawinya cacat tetapi tersembunyi
sehingga terlihat baik.
10) Hadis Mudraj, yaitu hadis yang mengalami penambahan, baik dalam sanad ataupun
matan.
11) Hadis Maqlub, yaitu hadis yang mengalami perubahan kata dari aslinya, baik dalam
sanad ataupun matan.
12) Hadis Mawdhu, yaitu hadis yang dibuat-buat dan bukan termasuk sabda Rasulullah.
Jadi hadis tersebut adalah hadis palsu.
3. Syarat-Syarat Ijtihad
a. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al-Quran dan hadis
b. Mengetahui isi dan hukum Al-Quran serta ilmu-ilmu yang berkaitan untuk memahami
Al-Quran
c. Mengetahui hadis-hadis hukum dan ilmu-ilmu hadis yang berkaitan dengan penentuan
suatu hukum
d. Menguasai sumber-sumber hukum Islam dan metode pengambilan hukum dari sumbernya
e. Mengetahui dan menguasai kaida-kaidah fiqih
f. Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum Islam
g. Jujur dan ikhlas
h. Menguasai ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya yang relevan dengan masalah yang
sedang diteliti
i. Dilakukan secara kolektif (jamai) bersama para ahli lainnya
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 30
b. Qiyas, yaitu mengukur atau mempersamakan suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
di dalam Al-Quran dan hadis dengan suatu hal lain yang sudah ada hukumnya karena
adanya persamaan illat (penyebab atau alasan)
c. Maslahah Mursalah, yaitu cara menemukan hukum suatu hal berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum
d. Istidlal, yaitu menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan, seperti hukum adat-istiadat
dan hukum agama
e. Istihsan, yaitu cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang
sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial
f. Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada sampai ada dalil yang
mengubahnya
g. Urf, yaitu adat istiadat yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dapat dikukuhkan
untuk terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan
h. Zarai, yatu cara penetapan hukum untuk mencapai maslahat dan menghilangkan
madharat.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 31
BAB VIII
PENGELOLAAN WAKAF
A. Pengertian Wakaf
Secara bahasa, wakaf berasal dari Bahasa Arab waqafa yang artinya berhenti atau
menahan. Adapun secara istilah fiqih, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan barang yang diwakafkan tersebut untuk
dimanfaatkan lebih lanjut oleh khalayak umum. Maksud menahan disini adalah menjaga barang
tersebut agar tidak diperjualbelikan dan dipindahtangankan sehingga keberadaannya hanya untuk
dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Wakaf termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
atau disunnahkan dalam syariat Islam, sebagaimana disunnahkannya sedekah dan infaq.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 32
C. Syarat dan Rukun Wakaf
Rukun wakaf ada lima, masing-masing dari rukun tersebut memiliki syarat, yaitu:
1. Waqif, yaitu orang yang mewakafkan harta. Syaratnya adalah:
a. Cakap dalam bertindak. Artinya orang yang berwakaf memiliki status merdeka, berakal
sehat dan baligh atau cukup umur menurut agama
b. Berhak berbuat kebaikan, artinya tidak sedang mengalami pailit kekayaan sehingga
semua hartanya disita oleh negara
c. Kehendak sendiri, artinya tidak ada paksaan dalam melaksanakan wakaf
2. Mauquf, yaitu barang yang diwakafkan. Syaratnya adalah:
a. Harus jelas bentuk dan wujudnya
b. Memiliki nilai guna atau kemanfaatan
c. Milik penuh waqif
d. Manfaat dari benda yang diwakafkan itu bersifat lama
Apabila benda yang diwakafkan sudah tidak memiliki nilai guna (manfaat) lagi, kecuali
dengan cara dijual, Imam Ahmad berpendapat bahwa benda tersebut boleh dijual dan
hasilnya dimanfaatkan kembali untuk kemaslahatan umat.
3. Nadzir, yaitu pihak yang menerima mauquf dari waqif untuk dikelola sesuai dengan
peruntukannya. Nadzir bisa berbentuk perseorangan, organisasi atau lembaga hukum lainnya.
Para imam mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagai rukun wakaf, tetapi salah satu
kewajiban yang harus dilakukan waqif agar harta wakaf tetap utuh dan terjaga sehingga
mengalirkan kemanfaatan yang lebih banyak.
4. Mauquf alaih, yaitu pihak yang menerima manfaat dari pengelolaan wakaf. Apabila
penerima manfaat itu ditentukan (khusus), maka syaratnya adalah orang yang sudah
ditentukan tersebut. Apabila tidak ditentukan (umum), maka syaratnya adalah bukan untuk
hal-hal yang mengandung maksiat.
5. Shigat, yaitu lafal yang diucapkan ketika melakukan proses perwakafan. Syaratnya adalah:
a. Menggunakan kata-kata yang jelas
b. Tidak ada pembatasan waktu
c. Jelas untuk apa wakaf itu dilakukan
d. Tidak ada persyaratan apapun
e. Bersifat tetap dan mengikat sehingga tidak ada khiyar seperti dalam jual beli
Sebelum pelaksanaan ikrar wakaf, calon waqif harus membawa dan menyerahkan kepada
PPAIW surat-surat berikut:
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 33
1. Sertifikat hak milik atau sertifikat sementara pemilikan tanah (model E)
2. Surat Keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan
kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut suatu perkara dan dapat diwakafkan
3. Izin dari Bupati atau Walikota c.q. Kepala Subdit Agraria setempat
Nadir adalah kelompok atau badan hukum Indonesia yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf. Adapun hak nadir adalah sebagai berikut:
1. Nadir berhak menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang biasanya ditentukan oleh
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau Kota, dengan ketentuan tidak melebihi 10
% dari hasil bersih tanah wakaf.
2. Nadir dalam menunaikan tugasnya dapat menggunakan fasilitas yang jenis dan jumlahnya
ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau Kota.
Kewajiban nadir adalah mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya yaitu
sebagai berikut:
1. Menyimpan dengan baik kedua salinan Akta Ikrar Wakaf
2. Memelihara dan memanfaatkan tanah wakaf serta berusaha meningkatkan hasilnya
3. Menggunakan hasil wakaf sesuai dengan ikrar wakafnya
UU No. 41 tahun 2004 tentang Pengelolaan Wakaf disahkan di Jakarta pada tanggal 27
Oktober 2004 dan ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Undang-undang ini
terdiri atas 11 bab dan 71 pasal.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 34
BAB IX
DAKWAH RASULULLAH DI MADINAH
A. Pengertian Hijrah
Pada awal bulan Muharam dipandang awal permulaan Tahun Hijriah, karena pada saat itu
telah terjadi peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Madinah. Dalam hal ini, ada
dua pengertian hijrah, pertama hijrah meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang kepada
perbuatan-perbuatan baik sesuai yang diperintahkan Allah. Kedua, hijrah dari suatu negeri (non-
Islam) ke negeri yang lain.
Peristiwa hijrah dalam sejarah Islam erat kaitannya dengan pindahnya Nabi Muhammad
dari Mekah ke Madinah. Hijrah yang dilakukan ini berarti berkorban karena Allah dengan
meninggalkan orang-orang yang paling dekat diantara mereka demi tegaknya agama Islam.
2. Hijrah ke Madinah
Kaum kafir Quraisy ketika mengetahui para sahabat sudah banyak yang
meninggalkan Mekah menuju Madinah dengan membawa serta seluruh harta kekayaan dan
anggota keluarga mereka, maka pada hari Kamis tanggal 26 Shafar tahun ke-14 Nubuwwah
(kenabian) bertepatan dengan tanggal 12 September 622 M, para pembesar kafir Quraisy dari
setiap kabilah berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas langkah strategis yang harus
diambil untuk menghentikan dakwah Rasulullah.
Hasil rapat tersebut adalah setiap kabilah harus menunjuk seorang pemuda yang
gagah dan perkasa, berdarah bangsawan dan terbiasa menjadi penengah di kabilahnya untuk
mengepung dan membunuh Rasulullah. Setelah keputusan tersebut, Malaikat Jibril turun
menemui Rasulullah dan menyampaikan rencana persekongkolah kaum kafir Quraisy dan
menyuruh beliau untuk tidak tidur di tempat tidurnya seperti biasa.
Pada malam hari menjelang keberangkatan Rasulullah ke Madinah, beliau menyuruh
Ali bin Abi Thalib untuk menggantikannya di tempat tidur beliau. Kemudian Rasulullah
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 35
keluar dari rumah bersama Abu Bakar, beliau memungut segenggam pasir dan
menaburkannya ke kepala para pemuda yang sudah bersiap untuk membunuh Rasulullah,
sehingga Allah membutakan mereka dan beliau bersama Abu Bakar dapat pergi dengan
leluasa menuju Madinah.
Setelah perjalanan menempuh jarak sekitar 5 mil dari Mekah, tibalah di sebuah gua
yang bernama Gua Tsur untuk bersebunyi dari kejaran kafir Quraisy. Rasulullah dan Abu
Bakar berada di dalam gua tersebut selama tiga malam, mulai dari malam Jumat sampai
malam Ahad. Setelah tiga malam dan dirasa kaum kafir Quraisy sudah kehilangan jejak,
kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Madinah dengan memutar arah ke selatan
melalui Yaman.
Pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah bertepatan dengan
tanggal 23 September 622 M, Rasulullah tiba di Quba. Beliau berada di sana selama 4 hari
dari hari Senin sampai dengan Kamis. Di sana beliau membangun Masjid Quba dan
melaksanakan shalat di dalamnya. Inilah masjid pertama yang dibangun atas dasar takwa
kepada Allah. Pada hari Jumat, beliau melanjutkan perjalanan ke Kota Yatsrib. Sejak hari
itulah Yatsrib berubah nama menjadi Madinatur-Rasul (Kota Rasul) yang kemudian disingkat
menjadi Madinah. Para penduduk Madinah menyambut kedatangan Rasulullah dengan suara
takbir, tahmid dan taqdis. Sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait syair
berikut:
#
#
#
Purnama telah terbit di atas kami # dari arah Tsaniyyatul Wada
Kita wajib mengucap syukur # dengan doa kepada Allah semata
Wahai orang yang diutus kepada kami # engkau datang membawa urusan yang ditaati
Setelah beberapa hari kemudian, istri Rasulullah yang bernama Saudah dan kedua
putrinya, Fatimah dan Ummu Kultsum tiba di Madinah bersama-sama dengan Usamah bin
Zaid, Ummu Aiman, Abdullah bin Abu Bakar dan seluruh keluarga Abu Bakar termasuk Siti
Aisyah. Sementara Zainab, putri beliau masih tinggal di Mekah bersama suaminya Abul Ash.
Zainab kemudian berhijrah setelah selesai perang Badar.
Dakwah Rasulullah yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam bertujuan
agar lebih memahami ajaran Islam, kemudian mereka mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mereka betul-betul menjadi orang-orang yang bertakwa. Adapun dakwah kepada
orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka mau menerima Islam sebagai
agamanya. Disamping itu, mereka mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya sehingga
menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 36
G. Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah
1) Membangun masjid Nabawi
Setelah pembangunan masjid pertama di Quba yang berjarak kurang lebih 5 km
sebelah barat daya kota Madinah, langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ketika berada
di Madinah adalah membangun masjid di suatu lahan tempat berhentinya unta yang
ditunggangi beliau. Lahan tersebut dibeli oleh Rasulullah dari dua anak yatim sebagai
pemiliknya. Beliau terjun langsung dalam pembangunan masjid tersebut.
Masjid Nabawi dibangun dengan tiga pintu, panjang dan lebar bangunannya sampai
100 hasta dan pondasinya kurang lebih 3 hasta. Setelah masjid terbangun, beliau
membangun beberapa rumah di pinggir masjid untuk istri beliau dan kemudian beliau pindah
ke rumah tersebut setelah sebelumnya menginap di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.
Pembangunan masjid Nabawi bertujuan sebagai berikut:
a. Sebagai tempat melaksanakan shalat berjamaah
b. Sebagai pusat pengajaran agama Islam
c. Sebagai pusat pertemuan umat untuk bermusyawarah
d. Sebagai pusat untuk mempersatukan umat dari berbagai suku dan kabilah
e. Sebagai pusat parlemen dalam menjalankan roda pemerintahan
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 37
n. Semua orang mukmin harus bangkit untuk membela dan tidak boleh diam saja jika ada
yang berbuat zalim
o. Orang mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang jahat. Siapa yang
melakukannya maka dia berhak mendapatkan laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada
hari kiamat dan tidak ada tebusan yang bisa diterima
p. Perkara apa pun yang diperselisihkan harus dikembalikan kepada Allah dan Rasulullah
saw.
Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 38