Anda di halaman 1dari 39

Nama Peserta Didik :

Kelas :

MATERI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
( PAI-BP )

Disusun oleh
MIFTAHUL KHAER, M.Pd.I

KELAS : X (SEPULUH)
TAHUN PELAJARAN : 2015/2016

SMA PGRI 4 JAKARTA


Jl. Raya Cipayung Kec. Cipayung Jakarta Timur

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 0
DAFTAR ISI

Hal.
BAB I Mujahadah An-Nafs, Ukhuwah Dan Husnuzhon (Kontrol Diri, Persaudaraan dan

Prasangka Baik) ..2


A. Mujahadah An-Nafs (Kontrol Diri) 2
B. Ukhuwah (Persaudaraan) 4
C. Husnuzhon (Prasangka Baik) . 5
BAB II Beriman Kepada Allah SWT. Melalui Asmaul Husna
7
BAB III Semangat Menuntut Ilmu . 11
BAB IV Dakwah Rasulullah di Mekah .. 14
BAB V Menghindari Pergaulan Bebas dan Zina .18
BAB VI Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah . 22
BAB VII Sumber Hukum Islam . 26
BAB VIII Pengelolaan Wakaf .. 32
BAB IX Dakwah Rasulullah di Madinah .. 34

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 1
BAB I
MUJAHADAH AN-NAFS, UKHUWAH DAN HUSNUZHON
(Kontrol Diri, Persaudaraan dan Prasangka Baik)

A. Mujahadah An-Nafs (Kontrol Diri)


1. QS. Al-Anfal (8): 72






2. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Idgham Nun sukun
Ghunnah Nun ber-tasydid bi bertemu huruf

ghunnah wawu
Nun sukun Nun sukun
Ikhfa bertemu huruf Ikhfa bertemu huruf
fa syin
Tanwin kasroh
Mad Kasroh bertemu
Idzhar bertemu huruf
thobii huruf ya sukun
ha
Mad thobii
Mad Tanwin kasroh
bertemu huruf
wajib Iqlab bertemu huruf
hamzah di satu
muttashil ba
kalimat
Mad thobii Mad
Mad Mad thobii
bertemu huruf aridh
wajib berada di akhir
hamzah di satu lis
muttashil ayat/waqaf
kalimat sukun

3. Mufrodat dan Terjemah


Lafal Arti Lafal Arti
orang-orang yang dan jika mereka meminta

berhijrah pertolongan kepadamu
orang-orang yang
Dalam agama
berjihad
orang-orang yang
memberikan tempat Pertolongan
kediaman
Para pelindung Perjanjian
Perlindungan terhadap
Maha Melihat
mereka
Terjemah QS. Al-Anfal (8): 72:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-
melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 2
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan
tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama,
Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Anfal (8): 72).

4. Kandungan Ayat
Al-Quran surah Al-Anfal (8): 72 menjelaskan tentang:
1) Kaum Muhajirin, yaitu umat Islam yang hijrah ke Madinah baik bersama Nabi
Muhammad saw. maupun yang menyusul berhijrah. Mereka hijrah dan berjihad untuk
memperjuangkan agama Allah swt. baik di Makkah maupun di Madinah.
2) Kaum Ansar, yaitu orang-orang Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada
Nabi saw. dan mereka berjanji akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia
menanggung segala resiko dan akibat yang terjadi dari perjuangan.
3) Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka tinggal di negeri yang
dikuasai oleh kaum musyrikin baik di Mekah maupun beberapa tempat di sekitar kota
Madinah.
QS. Al-Anfal (8): 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah
memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya
bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs
artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh
menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia
mujahadah an-nafs disebut dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku
terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Quran nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS. Yusuf
(12) ayat 53)
2) nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS. Al-Qiyamah
(75) ayat 2)
3) nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr (89) ayat 27-30)

Perhatikan hadits berikut ini :






( )
Artinya : Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Neraka
dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi
hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)." (HR. Bukhari)

Manfaat dan hikmah kontrol diri, diantaranya adalah:


1) Hati semakin bersih dan tenang
2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
3) Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengerjakan amal shaleh
4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong
5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT
7) Mendapatkan ridha dari Allah SWT

B. Ukhuwah (Persaudaraan)
1. QS. Al-Hujurat (49): 10

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 3


2. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Tanwin
dhammah
Ghunnah Nun ber-tasydid Ikhfa
bertemu huruf
fa
Mad
Dhammah Mad thobii
Mad aridh
bertemu huruf berada di akhir
thobii lis
wawu sukun ayat/waqaf
sukun

3. Mufrodat dan Terjemah


Lafal Arti Lafal Arti
Maka
orang-orang beriman damaikanlah/perbaikilah
kalian
Bersaudara Kalian mendapat rahmat

Terjemah QS. Al-Hujurat (49): 10:


Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. (QS. Al-Hujurat (49): 10).

4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 10 menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, oleh karena itu pereratlah tali persaudaraan. Rasulullah saw bersabda:


( )

Artinya: Dari Abi Musa ra. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, 'Orang mukmin yang
satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.
(HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:




()
Artinya: Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzhalimi atau
mencelakakannya. Barang siapa yang berusaha mencukupi kebutuhan saudaranya, Allah
akan mencukupi kebutuhanya. (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:

:

( )

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 4
Artinya: Dari Abi Hamzah, Anas bin Malik ra. yaitu pelayan Rasulullah saw. bersabda:
Tidak sempurna iman kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam hadits riwayat
Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, Orang muslim itu adalah saudara
orang muslim, jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan membuka aibnya, jangan
menyerahkannya kepada musuh, dan jangan meninggikan bagian rumah sehingga menutup
udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap
makanan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli
buah-buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak
tetangganya kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu. Kemudian Nabi saw bersabda,
Peliharalah (norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang
memeliharanya. Dalam hadits shahih lain yang dinyatakan, Apabila seorang muslim
mendoakan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata Amin, dan semoga kamu pun
mendapat seperti itu.

Manfaat dan hikmah persaudaraan, diantaranya adalah:


1) Mewujudkan persaudaraan
2) Menjaga persatuan dan kesatuan
3) Menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia
4) Hidup menjadi mudah

C. Husnuzhon (Prasangka Baik)


1. QS. Al-Hujurat (49): 12




2. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
dhammah Kasroh
Mad Mad
bertemu huruf bertemu huruf
thobii thobii
wawu sukun ya sukun
Idgham Tanwin fathah Tanwin fathah

bi bertemu huruf Ikhfa bertemu huruf
ghunnah mim fa
Tanwin
Idgham
dhammah
Ghunnah Nun ber-tasydid bi laa
bertemu huruf
ghunnah
ra
Mad
Idgham Nun sukun Mad thobii
aridh
bi bertemu huruf berada di akhir
lis
ghunnah ya ayat/waqaf
sukun

3. Mufrodat dan Terjemah


Lafal Arti Lafal Arti
Jauhilah kalian Memakan
Prasangka Daging
Maka kalian
Dosa
membencinya

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 5
Lafal Arti Lafal Arti
Kalian mencari-cari
keburukan/kesalahan Maha Penerima Taubat
orang
Menggunjingkan Maha Penyayang

Terjemah QS. Al-Hujurat (49): 12:


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat (49): 12)

4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 12 menjelaskan bahwa Allah Swt. melarang berprasangka buruk,
yaitu menyangka seseorang melakukan perbuatan buruk Umar bin Al Khathab ra. pernah
berkata, "Janganlah kalian berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari saudara mukmin
kecuali dengan prasangka baik. Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya kemungkinan
ucapan itu mengandung kebaikan."
Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulllah saw bersabda,



( )

Artinya : Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah prasangka
buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. (HR Bukhari)
Pada QS. Al-Hujurat (49): 12 juga terdapat pemberitahuan tentang larangan berghibah.
Ghibah masih diperbolehkan bila terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti misalnya
dalam Jarh (menilai cacat dalam masalah hadits), Ta'dil (menilai baik/peninjauan kembali
dalam masalah hadits), dan nasihat.
Adapun bagi orang-orang yang berghibah/menggunjing orang lain, diwajibkan
bertaubat atas kesalahannya, dan melepaskan diri darinya (bergunjing) serta berkemauan
keras untuk tidak mengulanginya lagi.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam az-Zuhd, bahwa 'Umar pernah memberikan
nasihat:
Artinya:Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk
terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut
masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.

Manfaat dan hikmah prasangka baik, diantaranya adalah:


1) Percayadiri
2) Meningkatkan fokus
3) Lebih sukses dalam hidup
4) Akan selalu dihargai dan dihormati orang lain.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 6
BAB II
BERIMAN KEPADA ALLAH SWT. MELALUI ASMAUL HUSNA

1. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berasal dari kata aamana yang berarti percaya. Menurut
Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Iman didefinisikan dengan
akad/perjanjian dengan hati, dan ikrar/bersumpah dengan lisan (ucapan) dan
dilakukan/dibuktikan dengan anggota tubuh (arkan).

2. Pengertian Iman kepada Allah SWT


Berdasarkan pengertian iman di atas, dapat kita uraikan bahwa iman kepada Allah
menurut bahasa adalah percaya sepenuhnya kepada Allah SWT., mengagungkan Allah melalui
ucapan-ucapannya yang baik serta melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan
segala larangan-Nya dengan seluruh kemampuan anggota tubuhnya.

3. Iman kepada Allah SWT melalui Asmaul Husna


Asmaul Husna berasal dari kata al-asma yang berarti nama-nama dan al-husna yang
berarti baik. Jadi al-Asmaul Husna secara bahasa diartikan dengan nama-nama yang baik.
Asmaul Husna adalah nama Allah yang terbaik. Dapat dikatakan pula sebagai asma Allah yang
terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena di dalamnya terdapat makna terpuji dan
termulia. Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yang sempurna, yang
tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak
berakhir.
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa Asmaul husna berjumlah 99 dan barang siapa
menghafal, menjaga dan mengaplikasikannya dalam sikap keseharian, jaminannya adalah surga.



Terjemah:
Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan Nama, seratus kurang satu. Barang
siapa memnhafalnya ia masuk surga. (H.R. Muslim)
Makna yang terkandung dalam asmaul husna adalah sifat-sifat kemahasempurnaan
Allah. Karenanya, Allah menyuruh kita untuk berdoa dengan membaca asmaul husna.
Sebagaimana firman Allah:


Terjemah:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-
ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. (QS. Al-Araf (7): 180)

Beberapa diantara asmaul husna adalah:


a. al-Kariim (Maha Mulia)
kemuliaan Allah terdapat pada sifat-sifat-Nya yang Maha sempurna, seperti halnya Allah
Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih, Allah maha Penyayang yang rasa sayang-Nya
tak pernah terbilang, Allah Maha Pemberi Rizki yang tak pernah mengenal pamrih, dan lain
sebagainya. Allah berfirman:


Terjemah:
Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. (QS. Al-Muminun (23): 116)
b. al-Mumin (Maha Memberi Keamanan)
Keamanan negeri yang kita rasakan sekarang merupakan anugerah dari Allah, yang
terkadang jarang kita syukuri. Oleh karena itu, mari kita syukuri keamanan negeri ini

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 7
dengan cara menjaga sikap kita agar bisa memberikan rasa aman kepada orang lain. Firman
Allah:



Terjemah:
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang
Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. Al-Hasyr (59): 23)

c. al-Wakiil (Maha Penolong/Pelindung)


Allah memiliki sifat Maha Melindungi atau Maha Menolong dari segala sesuatu yang tidak
kita inginkan. Allah adalah satu-satunya Zat yang pantas, dan bahkan harus menjadi
sandaran dalam hidup. Firman Allah:



Terjemah:
(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan
Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imran (3): 173)

d. al-Matiin (Maha Kuat/Kokoh)


Kekuatan Allah tidak akan pernah terkalahkan oleh siapapun. Kehendak Allah tidak akan
pernah tergoyahkan oleh apapun. Allah berfirman:

Terjemah:
Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh. (QS. Adz-Dzariyat (51): 58)

e. al-Jaami (Maha Mengumpulkan)


Maksudnya, Alah yang memadukan hal-hal yang sama, hal-hal yang berbeda dan hal-hal
yang bertentangan. Termasuk juga bahwa Allah yang mengumpulkan seluruh umat manusia
pada hari kebangkitan di Padang Mahsyar. Semua itu sungguh sangat mudah bagi Allah.
Firman Allah:


Terjemah:
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima
pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji". (QS. Ali Imran (3): 9)

f. al-Akhiir (Maha Akhir)


Nama ini merupakan penegasan bahwa tidak ada zat yang tersisa di alam semesta ini
kecuali Allah yang kekal dan abadi di saat semua makhluk-Nya hancur dan binasa. Firman
Allah:

Terjemah:

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 8
" Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid (57): 3)

g. al-Adl (Maha Adil)


Keadilan Allah mutlak dan sempurna. Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kesanggupannya. Keadilan Allah tidak dapat dipengaruhi oleh zat apapun, termasuk
dalam memberikan balasan terhadap semua amal manusia yang dilakukan di dunia. Allah
berfirman:



Terjemah:
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada
Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi
pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan
adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang
pedih disebabkan kekafiran mereka. (QS. Yunus (10): 4)

4. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT


Setelah kita mempelajari duaAsmaul Husnadi atas, ada beberapa pelajaran/hikmah yang
dapat kita petik dari keimanan kepada Allah melalui pemahaman terhadap Asmaul Husna.
Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
a. Keimanan kepada Allah harus ditunjukkan dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya. Bukan hanya sebuah pengakuan palsu dengan lisan.
b. Allah memiliki Asmaul Husna dan kita diperintah untuk berdoa dengannya, maka
pelajarilah 99 Asmaul Husna Allah dan berdoalah dengannya.
c. Mendorong kepada kita agar dapat mewujudkan sifat-sifat mulia Allah dalam
perilaku kita sehari-hari.
d. Allah maha mulia (al-Kariim), maka jadilah khalifah Allah yang memiliki
keluhuran budi.
e. Allah mahamemberi keamanan (al-Mumiin), maka jadilah khalifah Allah yang
dapat memberikan keamanan untuk mahkluk lain.
f. Allah maha menolong (al-Wakiil), maka hiduplah dengan optimis karena Allah
akan menolong khalifahNya yang mengalami masalah dalam tugasnya.
g. Allah maha kuat/kokoh (al-Matiin), maka jadilah khalifah Allah yang teguh
pendirian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran.
h. Allah Maha Mengumpulkan (al-Jaami), maka jadilah orang yang selalu
mengumpulkan amal kebaikan, selalu menyatukan perilaku lahiriah dan batiniah.
i. Allah Maha Akhir (al-Akhiir), maka jadilah manusia yang selalu dapat mengontrol
dirinya dalam kehidupan, menjaga dari segala macam perbuatan maksiat dan senantiasa taat
kepada Allah swt.
j. Allah Maha Adil (al-Adl), maka jadilah manusia yang adil dalam setiap
keputusan. Keadilan manusia bersifat relatif, semu dan cenderung berubah-ubah karena
dipengaruhi lingkungannya. Oleh karenanya, keadilan manusia tetap dapat ditegakkan
apabila mereka berpegang teguh terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.

5. Contoh Perilaku Keimanan Terhadap Asmaul Husna


a. Keluhuran Budi
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mulia (al-karim), maka ia akan
senantiasa menunjukkan keluhuran budi pekertinya dengan perilaku dan perbuatan yang
terpuji serta mulia. Beberapa contoh perilaku tersebut, diantaranya:
1) Selalu memaafkan kesalahan orang lain
2) Selalu menepati janji
3) Memiliki sifat pemurah

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 9
b. Memiliki Rasa Aman
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pemberi aman (al-mumin), maka ia
akan senantiasa bersikap dan berbuat yang bisa memberikan rasa aman kepada
keluarganya, temannya dan lingkungannya. Beberapa contoh perilaku tersebut, diantaranya:
1) Mulutnya akan senantiasa terjaga untuk tidak mengeluarkan perkataan yang bisa
menyakiti orang lain
2) Tangannya akan selalu terjaga untuk membantu temannya yang membutuhkan
3) Kakinya akan selalu melakukan aktivitas kebaikan
4) Pikiran dan hatinya akan selalu berusaha menciptakan kondisi lingkungan yang aman
dan nyaman
5) Selalu berusaha menghindari tawuran

c. Tawakal
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pelindung (al-Wakiil), maka ia akan
senantiasa berserah diri kepada Zat yang mampu memberikan perlindungan dengan
sebenar-benar perlindungan. Sikap berseah diri (tawakal) kepada Allah ini akan disertai
dengan sikap ikhtiar (kesungguhan dalam berusaha) serta ketulusan dalam berdoa sehingga
apapun hasil yang diusahakannya akan selalu diyakini sebagai suatu anugerah terbaik
baginya dari Allah. Selanjutnya, ia akan selalu bersabar di saat belum berhasil dan
bersyukur di saat mendapatkan keberhasilan.

d. Kuat Pendirian
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuat (al-Matiin), maka ia akan
senantiasa mempunyai sikap yang kukuh dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran,
tidak akan mudah terpengaruh dengan kondisi dan lingkungan sekitar yang mengajaknya
untuk melakukan perbuatan tidak terpuji.

e. Semangat dalam Kebaikan


Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengumpulkan (al-Jaami) dan
Allah Yang Maha Akhir (al-Akhiir), maka ia akan senantiasa berbuat kebajikan dan
berusaha sebaik-baiknya untuk menjauhi maksiat. Karena semua makhluk pasti akan mati
kecuali Allah, dan Dialah yang akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala
amal perbuatannya di dunia.

f. Bersikap Adil
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Adil (al-Adl), maka ia akan
senantiasa meniru dan melaksanakan sifat adil yang Allah miliki. Ia akan bersikap adil
ketika memimpin musyawarah atau diskusi dengan cara menghargai semua pendapat tanpa
harus memandang latar belakang, pangkat, jabatan atau keakraban hubungan personal.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 10
BAB III
SEMANGAT MENUNTUT ILMU

1. Q.S. At-Taubah (9): 122





Terjemah:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah
(9): 122).

2. Asbabun Nuzul
Dijelaskan oleh Ali Ash-Shabuni dalam kitab Shafwatut Tafasir bahwa ayat ini turun
ketika Rasulullah saw. hendak mengirimkan pasukan muslimin ke Madinah untuk menghadapi
pasukan kafir dalam sebuah peperangan. Pada saat itu tidak seorang muslim pun di Kota
Madinah karena semuanya pergi ke medan pertempuran. Kemudian Allah mengingatkan
Rasulullah agar menyisihkan sebagian kaum muslimin untuk tetap berada di Madinah guna
menuntut ilmu dan memperdalam keilmuan, khususnya di bidang agama agar mereka mampu
menjadi pengingat bagi kelompok muslim lainnya tatkala mereka kembali dari medan
pertempuran.

3. Kandungan Ayat
1) Penegasan tentang wajibnya menuntut ilmu, terutama ilmu agama
2) Adanya persamaan antara kewajiban menuntut ilmu dan kewajiban membela tanah air
(jihad di jalan Allah)
3) Kedudukan orang yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi mereka
yang tidak tahu dan tidak mengerti akan suatu hal
4) Fungsi ilmu adalah untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak terpuji serta hal yang
menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan

4. Hadis-Hadis tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya


1) Kewajiban Menuntut Ilmu
( )


Terjemah:
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majah).
2) Keutamaan Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya



( )
Terjemah:
apabila manusia meninggal dunia terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu
sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh
yang selalu mendoakannya. (HR. Muslim).
:
:



( )

Terjemah:

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 11
Dari Ibnu Masud ra. berkata: Nabi saw. bersabda: Tidak boleh hasad (dengki) kecuali
kepada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan
pada jalan kebaikan dan orang yang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan
dan mengajarkannya. (HR. Bukhari).

5. Kandungan Hadis
a. Kewajiban Menuntut Ilmu
Hukum mencari ilmu atau belajar adalah wajib atau suatu keharusan, baik bagi setiap
muslim laki-laki maupun perempuan. Tidak ada batasan waktu dan usia karena Islam
mengajarkan kepada umatnya dengan konsep long life education atau pendidikan
sepanjang hayat.

b. Keutamaan Menuntut Ilmu


Salah satu keutamaan ilmu adalah pahalanya yang dapat terus mengalir sekalipun orang
tersebut sudah meninggal dunia. Tetapi dengan catatan bahwa ilmu tersebut harus
bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Bahkan Rasulullah saw.
membolehkan seseorang mempunyai sifat dengki terhadap orang yang senantiasa rajin
menuntut ilmu dan kemudian mengamalkannya. Tanda ilmu bermanfaat diantaranya
adalah:
1) Bermanfaat bagi dirinya dengan cara mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Misal, jika seseorang sudah mengetahui bahwa sholat itu wajib bagi setiap muslim
lalu orang tersebut melaksanakan sholat sesuai dengan ajaran Islam, maka ilmunya
sudah bermanfaat bagi dirinya.
2) Bermanfaat bagi orang lain dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain.
Apabila kita mengajarkan membaca Al-Quran kepada orang lain sehingga ia mampu
membaca Al-Quran dengan baik dan benar, kemudian orang tersebut mengajarkannya
lagi kepada orang lain, dan begitu seterusnya, maka orang yang paling pertama
mengajarkannya akan terus mendapatkan pahala dari murid-muridnya tanpa
mengurangi pahala mereka semua, sekalipun orang pertama tersebut sudah meninggal
dunia

6. Meneladani Tokoh-Tokoh dalam Semangat Menuntut Ilmu


Salah satu dari sekian banyak tanda akan datangnya kiamat adalah diangkatnya ilmu dari
muka bumi. Maksudnya adalah suatu saat nanti ketika hari kiamat makin dekat akan datang
suatu zaman yang kelompok masyarakatnya tidak peduli lagi terhadap pentingnya ilmu, terlebih
ilmu agama. Mereka seakan hidup bebas tanpa menghiraukan tuntunan dan peraturan.
Kehidupan masyarakat akhir zaman itu bermuara pada pemenuhan kepuasan nafsu
belaka. Mereka hidup dan berinteraksi sesuka hatinya dan tidak peduli pada lingkungan
sekitarnya, meskipun harus mengambil yang bukan miliknya. Pantas saja kalau kondisi zaman
semacam ini adalah pertanda kian dekatnya kiamat, dan semua itu berawal dari diangkatnya
ilmu dari muka bumi. Oleh karena itu, marilah kita menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh
dan sebaik-baiknya. Marilah kita teladani para ulama dan para tokoh terdahulu yang selalu giat
menuntut ilmu sehingga menghasilkan berbagai macam karya fenomenal.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 12
EVALUASI

Carilah bahan bacaan baik cetak maupun elektronik termasuk media internet tentang
sejumlah tokoh Islam di bawah ini kemudian isilah kolom yang telah disediakan dengan baik
dan benar sesuai dengan informasi yang didapatkan!

HASIL
MASA LAMANYA SUMBER
NAMA TOKOH TEMUAN/
HIDUP BELAJAR INFORMASI
KARYA
1. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
2. Abu Hatim Ar-Razi
3. Imam Syafii
4. Imam Al-Ghazali
5. Ali bin Abi Thalib
6. Zaid bin Tsabit
7. Said bin Al-Musayyab
8. Abu Nawas
9. Abu Raihan Al-Biruni
10. Ibnu Sina
11. Al-Khawarizmi
12. Ibnu Haitsam
13. Sufyan Ats-Tsauri
14. Imam Al-Bukhari
15. Imam Muslim
16. Hasan Al-Banna
17. Buya Hamka
18. Abu Hurairah
19. Abuya Dimyati
20. Quraish Shihab
21. Hasyim Asyari
22. Ahmad Dahlan
23. Gus Dur
24. Ahmadinejad
25. Raden Dewi Sartika
26. Siti Aisyah binti Abu Bakar
27. Habib Luthfi bin Yahya
28. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
29. Habib Abdurrahman Assegaf
30. Habib Kuncung
31. Habib Umar bin Muhammad Al-Attas
32. Eyang Hasan Maolani
33. Syekh Syarif Hidayatullah
Kesimpulan/Hikmah Mengenal Tokoh-Tokoh Diatas:

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 13
BAB IV
DAKWAH RASULULLAH DI MEKAH

1. Asal Usul Masyarakat Arab


Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang tanpa air dan
tanaman. Sebutan Arab diberikan kepada mereka yang hidup di Jazirah Arab, yakni sebuah
jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Perbatasan
jazirah Arab yaitu, Laut Merah dan Teluk Aqabah di bagian barat daya, Laut Arab di bagian
tenggara, dan Teluk Oman dan Teluk Persia di bagian timur laut.
Para sejarawan membagi orang Arab menjadi dua, yaitu:
a. Arab Baidah yang kini sudah tidak ada lagi keturunannya, seperti Ad, Tsamud, Thasm,
Jadis, Ashab ar-Rass dan penduduk Madyan.
b. Arab Baqiyah yang hingga kini masih ada, yaitu keturunan Bani Qahtan dan Bani Adnan.
Keturunan Bani Adnan ini adalah yang paling menonjol dan darinyalah muncul kabilah-
kabilah Arab. Berikut silsilahnya:

Nabi Ismail as.

Adnan

Maad

Nizar

Mudhar Rabi

Hauzan Ghaftan Tamim Quraisy Abd Qis Bikr Taghlub Hanifah

2. Kondisi Masyarakat Arab Pra-Islam


a. Kondisi Politik Arab Pra-Islam
1) Kabilah-Kabilah Badui (Pedalaman)
Masyarakat Arab Badui hidup sebagai kabilah-kabilah kecil yang terpencar di dusun-
dusun. Kesatuan kabilah-kabilah itu diikat oleh ikatan darah dan fanatisme. Sangat
sulit membangun ikatan sebuah kerajaan, karena terdapat tradisi pembangkangan dan
ketidaktundukkan satu kabilah dengan kabilah lainnya.

2) Kerajaan-Kerajaan di Perkotaan
Kerajaan-kerajaan Arab di perkotaan terpusat pada tiga kawasan, yaitu Yaman, utara
jazirah dan Hijaz. Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di Yaman
adalah:
a) Kerajaan Main dan Qatban (1200 SM 700 SM)
b) Kerajaan Saba (955 SM 115 SM)
c) Kerajaan Himyar

Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di utara jazirah Arab adalah:
a) Kerajaan Anbath (400 SM 105 SM)
b) Kerajaan Tadmur
c) Kerajaan Hirah
d) Kerajaan Gassan

b. Agama dan Kepercayaan Arab Pra-Islam


1) Agama Yahudi : dianut oleh Dzunnuwas, pemimpin Kerajaan Himyar
2) Agama Nasrani : dianut oleh masyarakat Yaman keturunan Romawi

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 14
3) Pemujaan berhala : dianut oleh masyarakat Hijaz, Anbath dan Tadmur.
Sejarah masuknya berhala ke kota Hijaz atau Mekah bermula pada masa pemerintahan
Bani Khuzaah yang dipimpin oleh Amr bin Luhay. Ia membawa berhala-berhala dari
Syam untuk disembah yang akhirnya diikuti oleh sebagian besar penduduk Mekah.

3. Perintah Dakwah kepada Rasulullah di Mekah


Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad saw. sering mengasingkan diri dari keramaian.
Beliau sering memusatkan pikirannya untuk menemukan jalan keluar dari kondisi masyarakat
jahiliyah saat itu. Peristiwa pengangkatan Nabi Muhammad sebagai rasulullah terjadi pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M. Ketika itu beliau sedang bertafakur di Gua Hira, sekitar 6
km timur laut kota Mekah. Pada saat itu malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi saw. dan
menyampaikan wahyu Allah yang pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1 5:



Terjemah:
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. Al-Alaq (96): 1 - 5).
Beberapa hari setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad tetap bersabar dan
berdiam diri di Gua Hira. Beliau menunggu dengan diliputi perasaan cemas dan khawatir jika
wahyu itu tidak datang lagi kepada dirinya. Hal tersebut merupakan ujian keimanan dan
kemampuan untuk menerima wahyu-wahyu selanjutnya. Pada akhirnya, turunlah wahyu kedua
kepadanya yang sekaligus merupakan perintah Allah untuk mulai menyebarkan agama Allah
kepada seluruh umat manusia. Wahyu tersebut adalah QS. Al-Mudatstsir (74): 1 7:



Terjemah:
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.. (QS. Al-Mudatstsir (74): 1 7).

4. Substansi Dakwah Rasulullah di Mekah


a. Ajaran ketauhidan (mengesakan Allah)
b. Ajaran untuk percaya kepada para malaikat, rasul, kitab-kitab Allah dan takdir
c. Ajaran untuk melaksanakan sholat
d. Ajaran untuk meninggalkan peribadatan menyembah berhala
e. Ajaran tentang persamaan hak dan keadilan

5. Strategi Dakwah Rasulullah di Mekah


a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat
Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur
mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada
masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat
dekatnya. Mereka ini kemudian disebut dengan as-sabiqunal awwalun. Mengenai orang-orang
yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah :
1) Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah)
2) Abu Bakar Ash-Shiddiq (sabahat tertua Rasulullah)
3) Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus sahabat Rasulullah)
4) Utsman bin Affan (sahabat Rasulullah)
5) Zubair bin Awwam (sahabat Rasulullah)
6) Abdurrahman bin Auf (sahabat Rasulullah)

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 15
7) Saad bin Abi Waqash (sahabat Rasulullah)
8) Thalhah bin Ubaidillah (sahabat Rasulullah)
9) Abu Ubaidah bin Jarrah (sahabat Rasulullah)
10) Arqam bin al-Arqam (sahabat Rasulullah)
11) Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah)
12) Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah)

b. Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara
terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Quran Surah 26: 214-216 (coba kamu cari
dan pelajari). Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT
waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama
mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah
masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas
menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Jafar bin Abu Thalib, dan
Zaid bin Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Kabah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak
jauh dan Kabah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar
segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau
menghambakan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara
alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya
itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi
apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT, sengsara di
dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang
menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan
Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila,
seraya ia berkata Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan
kami? Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Quran yang
berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, (111): 1-5 (coba
kamu cari dan pelajari ayat Al-Quran tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam
dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib
(paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam
pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama
setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah.

6. Ujian dan Rintangan Dakwah Rasulullah di Mekah


a. Kutukan dan ancaman Abu Lahab ketika Rasul mengumpulkan penduduk Mekah di bukit
Shafa untuk mengajaknya beriman kepada Allah.
b. Siksaan kafir Quraisy terhadap sejumlah kaum muslimin, diantaranya adalah Ammar dan
kedua orang tuanya yang disiksa Abu Jahal, serta Bilal bin Rabah yang disiksa Umayyah
bin Khalaf.
c. Pengusiran, pengejekan dan pelemparan batu oleh masyarakat Thaif terhadap Rasul dan
para sahabat yang berkunjung untuk menyebarkan Islam. Rasulullah berhasil
menyelamatkan diri dengan berlindung di salah satu kebun milik Syaibah dan Utbah bin
Rabiah.
d. Blokade terhadap keturunan Bani Hasyim, yaitu tidak diperbolehkan melakukan transaksi
jual beli dan tidak boleh melaksanakan proses pernikahan dengan orang lain di luar Bani
Hasyim. Mereka akhirnya tinggal di pemukiman Abu Thalib selama 3 tahun dengan penuh
penderitaan.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 16
e. Fitnah dan ejekan kafir Quraisy terhadap Rasulullah selama berdakwah, terutama pada saat
turunnya perintah shalat setelah Nabi melaksanakan isra dan miraj.
f. Usaha pembunuhan para pemuka kafir Quraisy terhadap Rasulullah yang dilakukan pada
malam menjelang perjalanan beliau untuk hijrah ke Madinah
g. Upaya Suraqah bin Malik al-Madlaji dalam membunuh Rasulullah demi mendapatkan
hadiah sayembara berupa 100 ekor unta betina.

7. Perilaku Terpuji Rasulullah dalam Dakwah di Mekah


a. Sikap dan sifat lemah lembut dalam berdakwah
b. Semangat dan berani, tidak takut untuk menyampaikan kebenaran
c. Lebih mengutamakan contoh akhlak yang mulia dalam berdakwah
d. Dakwah dengan cerdas dan pintar, selalu berlandaskan wahyu dari Allah
e. Tidak pernah menyerah untuk berdakwah meskipun banyak mendapatkan perlawanan

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 17
BAB V
MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS DAN ZINA

A. Q.S. Al-Isra (17): 32


5. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Idgham Tanwin fathah
Mad Fathah bertemu
bi bertemu huruf
thobii huruf alif
ghunnah wawu
Mad Mad thobii
wajib bertemu huruf
Ghunnah Nun ber-tasydid
muttashi hamzah di satu
l kalimat

6. Mufrodat dan Terjemah


Lafal Arti Lafal Arti
dan janganlah perbuatan yang keji
Kalian mendekati Dan seburuk-buruknya
Sesungguhnya ia jalan

Terjemah Q.S. Al-Isra (17): 32:


dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Isra (17): 32).

7. Kandungan Ayat
Q.S. Al-Isra (17): 32 menjelaskan tentang larangan mendekati perbuatan zina karena
perbuatan itu didorong oleh keinginan nafsu yang kuat. Maka dari itu, menjauhkan diri dari
mendekati perbuatan itu lebih utama karena seseorang yang telah mendekati sebab-sebab yang
membawa zina maka tidak memberi jaminan ia tidak akan terjerumus ke dalamnya.
Islam dengan tegas melarang pergaulan bebas di antara lelaki dan perempuan,
mengharamkan khalwat dan perbuatan bersolek secara berlebih-lebihan. Islam menggalakkan
pernikahan bagi yang mampu dan berpuasa bagi yang kurang mampu, serta melarang
halangan-halangan yang dapat menggagalkan pernikahan, seperti menentukan maskawin yang
terlalu tinggi.
Allah memberikan alasan mengapa zina itu dilarang, yakni alasan yang disebut di akhir
ayat berupa zina adalah perbuatan yang sangat keji dan dapat mengakibatkan berbagai macam
kerusakan, diantaranya adalah:
4) Mencampuradukkan keturunan yang mengakibatkan seseorang akan menjadi ragu
terhadap anaknya, apakah anak yang lahir itu keturunannya atau hasil perzinaan
5) Menimbulkan keguncangan dan kegelisahan diantara anggota masyarakat karena tidak
terpeliharanya kehormatan.
6) Merusak ketenangan hidup berumah tangga. Seorang wanita yang telah berbuat zina
ternodalah nama baiknya di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya ketenangan hidup
berumah tangga tidak akan terwujud dan retaklah hubungan kasih sayang antara suami
isteri.
7) Menghancurkan rumah tangga. Isteri bukanlah semata-mata pemuas hawa nafsu, akan
tetapi sebagai teman hidup dalam berumah tangga dan dalam membina kesejahteraan
berumah tangga. Jadi, jika isteri ternoda karena perbuatan zina, kehancuran rumah tangga
pasti sukar dielakkan lagi.

B. Q.S. An-Nur (24) : 2

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 18



1. Tajwid
Hukum Hukum
Lafal Alasan Lafal Alasan
Bacaan Bacaan
Alif Lam Alif lam Nun sukun
Syamsiya bertemu huruf Ikhfa bertemu
h zay huruf ta
dhammah Alif Lam Alif lam
Mad
bertemu huruf Qamariya bertemu
thobii
wawu sukun h huruf ya
Nun sukun Dal sukun
Izhar Qalqalah
bertemu huruf berada di
Halqi Shugra
ha tengah ayat
Mad thobii
Mim sukun
Izhar Mad Wajib bertemu
bertemu huruf
Syafawi Muttashil hamzah di
ba
satu kalimat
Tanwin
Mad Mad thobii
dhammah
Ikhfa Aridh Lis berada di
bertemu huruf
sukun akhir ayat
fa

2. Mufrodat dan Terjemah


Lafal Arti Lafal Arti
perempuan yang
Kalian beriman
berzina

Maka deralah mereka Dan hari akhir

Dan hendaklah
seratus kali dera
disaksikan
dan janganlah kalian
Hukuman keduanya
mengambil
belas kasihan Sekumpulan orang

Terjemah Q.S. An-Nur (24) : 2:


perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. (Q.S. An-Nur (24) : 2).

3. Kandungan Ayat
Q.S. An-Nur (24) : 2 menjelaskan bahwa surat ini mengandung banyak macam hukum
yang wajib dipatuhi, diantaranya adalah amar maruf, nahi munkar, zina, menuduh wanita
muhson berzina, hukuman bagi pezina, dan tata cara pelaksanaan hukuman tersebut.
Berdasarkan pelakunya, zina ada dua macam, yaitu:
a. Zina muhson, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang beristeri atau bersuami.
Apabila pelaku zina muhson ini telah baligh, berakal, merdeka, muslim dan dalam status
menikah, maka hukumannya adalah dirajam, yakni dilempari dengan batu hingga mati
dan dilakukan di lapangan terbuka di hadapan kaum muslimin agar mereka dapat
mengambil pelajaran darinya.
b. Zina ghairu muhson, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum menikah atau
tidak beristeri atau bersuami. Hukumannya adalah seratus deraan (cambuk) yang
disaksikan oleh kaum muslimin agar perbuatannya diketahui oleh masyarakat umum.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 19
Adapun cara penetapan hukum bagi seorang pezina antara lain:
a. Pengakuan pelaku sendiri
b. Kehamilan bukan oleh suami yang jelas-jelas diketahui sebagai suaminya
c. Kesaksian empat orang saksi yang melihat perbuatan pelaku

Selain mendapatkan hukuman di dunia, seorang pezina juga diancam oleh Allah
dengan siksa neraka di akhirat kelak.

C. Hadis Tentang Larangan Pergaulan Bebas Dan Perbuatan Zina


Rasulullah saw. bersabda di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Abbas ra.:
:





.



( ) :


Terjemah:
Saya mendengar Rasulullah saw. berkhutbah, beliau bersabda: Janganlah seorang laki-laki
berduaan dengan seorang perempuan kecuali bersama mereka ada mahramnya. Dan jangan pula
musafir seorang perempuan kecuali disertai mahramnya. Seorang sahabat berdiri lalu berkata,
Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk melaksanakan haji sementara saya telah mendaftarkan diri
untuk berperang. Nabi bersabda, Berangkatlah bersama isterimu untuk melaksanakan haji.
(HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw. bersabda di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.:
:






: . :
.
( )
. :
Terjemah:
Seorang lelaki muslim datang kepada Rasulullah saw. mengakui dirinya telah berbuat zina. Nabi
berpaling darinya hingga lelaki tersebut mengaku sampai empat kali. Kemudian beliau bertanya,
Apakah engkau gila? Ia menjawab, Tidak. Kemudian beliau bertanya lagi, Apakah engkau
pernah menikah? Ia menjawab, Ya. Kemudian beliau memerintahkan agar lelaki itu dirajam
di lapangan. Ketika batu dilemparkan kepadanya, ia pun lari. Ia dikejar dan terus dirajam hingga
mati. Kemudian Nabi saw. mengatakan hal baik tentangnya. Kemudian menshalatkannya. (HR.
Bukhari dan Muslim).

D. Contoh Perilaku Menghindari Pergaulan Bebas Dan Perbuatan Zina


1. Tidak berdua-duaan dengan lawan jenis (berkhalwat)
2. Menjaga pandangan dari hal yang dapat menimbulkan syahwat
3. Menutup aurat
4. Memperbanyak puasa
5. Hindari mendekati tempat-tempat maksiat yang dapat memberikan peluang dan
kesempatan untuk berzina. Sekali kita melangkah masuk ke tempat tersebut, akan sulit untuk
berpaling dari beragam kemaksiatan.
6. Jangan mendekati hal-hal yang menjurus kepada perbuatan zina, seperti berpacaran,
berciuman, berpelukan dengan lawan jenis, menonton film porno, atau membaca buku-buku
yang di dalamnya terdapat konten pornografi. Mendekati hal-hal yang menjurus kepada zina
akan menyebabkan orang tersebut terobsesi untuk melakukan perzinaan.
7. Memilih teman bergaul yang saleh dan tidak suka mengunjungi tempat-tempat maksiat.
Sebab, teman yang saleh akan menebarkan kebaikan kepada temannya, serta selalu
mengingatkan tentang bahaya perzinaan.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 20
8. Menambah ilmu pengetahuan agama dengan menghadiri majelis-majelis taklim. Selain
itu, kita juga perlu mengunjungi orang-orang saleh yang akan mengingatkan diri untuk
selalu waspada terhadap godaan nafsu dan jebakan ilusi setan dalam perzinaan.
9. Membaca buku-buku keislaman yang secara spesifik mengingatkan pembacanya
mengenai bahaya perzinaan. Dengan memahami bahayanya, seseorang akan menyadari
pentingnya menghindari zina dalam kehidupan bermasyarakat.
10. Membaca Al-Quran sambil merenungi tafsirnya, mengindahkan sabda-sabda Nabi, dan
mendengarkan nasihat ulama tentang pentingnya menjauhi segala macam dosa, termasuk
berzina dan mendekati zina.

E. Dampak Pergaulan Bebas Dan Perbuatan Zina


1. Menghancurkan masa depan anak. Anak yang dihasilkan dari hubungan gelap (perzinaan)
akan menghadapi masa kanak-kanaknya dengan tidak bahagia karena ia tidak memiliki
identitas ayah yang jelas.
2. Merusak keturunan yang sah bila perzinaan menghasilkan seorang anak atau lebih.
Keturunan yang sah menurut Islam adalah anak yang dilahirkan dari pernikahan yang sah.
Bila hubungan gelap itu dilakukan dengan dua atau lebih laki-laki, maka akan mengaburkan
hubungan nasab atau keturunan kepada bapak yang sebenarnya.
3. Mendorong perbuatan dosa besar yang lain, seperti menggugurkan kandungan, membunuh
wanita yang telah hamil karena perzinaan, atau bunuh diri karena menanggung rasa malu
telah berzina.
4. Menimbulkan berbagai jenis penyakit kelamin seperti, misalnya AIDS, bila perzinaan
dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Walaupun saat ini telah ada alat pengaman
hubungan cekcual, namun hal tersebut tidak menjamin bebas tertular penyakit cekcual
menular.
5. Terjerat hukuman berupa rajam sebanyak seratus kali atau sampai mati. Hukuman sosial bagi
keluarga pelaku zina juga berlaku di masyarakat, dan hukuman ini akan berlaku seumur
hidup.

F. Manfaat Dan Hikmah Larangan Pergaulan Bebas Dan Perbuatan Zina


1. Menjaga keturunan agar terhindar dari ketidakjelasan nasab.
2. Dapat menjaga kesucian dan martabat manusia.
3. Hukuman berat bagi pelaku zina memberikan pelajaran bagi orang lain berupa rasa takut
mendekati zina dan melakukannya.
4. Terpelihara dari penyakit kotor yang ditimbulkan dari perzinaan seperti penyakit kelamin dan
AIDS.
5. Terhindar dari kejahatan-kejahatan lain yang diakibatkan setelah melakukan perzinaan
seperti pengguguran janin dan pembunuhan karena ingin menghindar dari rasa malu.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 21
BAB VI
IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH

A. Pengertian Beriman Kepada Malaikat-Malaikat Allah


Menurut bahasa Arab, kata malaikat merupakan kata jama yang berasal dari malak yang
berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar al-alukah yang berarti risalah atau misi. Beriman
kepada malaikat berarti meyakini dengan sepenuh hati, membenarkan dengan ucapan dan
membuktikannya dengan perilaku keseharian akan adanya malaikat-malaikat Allah.
Keberadaan malaikat bersifat gaib atau tidak tampak terlihat oleh mata dan tidak dapat
diraba oleh kedua tangan. Hal ini merupakan ujian keimanan bagi kita terhadap hal-hal yang gaib.
Abu Jafar Ar-Razi meriwayatkan pendapat Abu Aliyah bahwa yang dimaksud dengan beriman
kepada hal-hal gaib adalah mereka yang beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para
rasul, hari akhir, surga dan neraka, bertemu dengan Allah dan juga beriman kepada kehidupan
setelah mati serta hari kebangkitan.
Iman kepada malaikat adalah satu keharusan bagi orang yang beriman kepada Allah.
Barangsiapa yang tidak beriman kepada malaikat dan mengingkari keberadaannya, berarti tidak
beriman kepada Allah, sehingga nyatalah kesesatannya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-
Nisa (4): 136:




Terjemah:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa (4): 136).

B. Sifat Malaikat-Malaikat Allah


1. Berwujud halus atau gaib. Sifat gaib ini terkait dengan asal penciptaannya yang tercipta
dari nur atau cahaya sehingga wujudnya tidak berwujud padat seperti manusia. Rasulullah
saw. bersabda:


)
(
Terjemah:
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan Adam
diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian. (HR. Muslim).

2. Tidak memiliki hawa nafsu, seperti lapar, sakit, makan, tidur dan lainnya (QS. Adz-
Dzariyat (51): 27-28)
3. Selalu takut dan taat kepada Allah (QS. An-Nahl (16): 50)
4. Tidak pernah bermaksiat kepada Allah dan selalu melaksanakan apa saja yang
diperintahkan kepadanya (QS. At-Tahrim (66): 6)
5. Mampu mengubah wujudnya (QS. Maryam (19): 16-17)
6. Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya (QS. Al-Maarij (70): 4)

C. Nama dan Tugas Malaikat-Malaikat Allah


Allah menciptakan malaikat dalam jumlah yang sangat banyak, begitu banyaknya hingga
tidak ada satu pun yang dapat mengetahui keseluruhan jumlahnya kecuali Allah. Meskipun
demikian, ada 10 malaikat yang disebutkan di dalam Al-Quran yang wajib diketahui oleh setiap
orang muslim.
1. Jibril - Pemimpin para malaikat, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya
kepada para nabi dan rasul.
2. Mikail - Pembagi rezeki kepada seluruh makhluk.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 22
3. Israfil - Peniup sangkakala pada hari kiamat.
4. Munkar dan Nakir - Pemeriksa amal manusia di alam barzakh.
5. Malaikat Maut (Izrail) - Para pencabut nyawa seluruh makhluk, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Para pencabut dengan keras,
b. Para pencabut dengan lembut.
6. Raqib dan Atid pencatat amal baik dan buruk manusia
7. Ridwan (Penjaga Surga) - Penjaga pintu syurga.
8. Malik - Pemimpin Malaikat Zabaniah dan penjaga neraka.

Selain 10 malaikat tersebut di atas, dikenal juga beberapa malaikat (lihat


http://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat), yaitu:
1. Zabaniah - 19 malaikat penyiksa dalam neraka yang bengis dan kasar.
2. Harut dan Marut - Dua Malaikat yang turun di negeri Babil.
3. Malaikat disekitar Arsy
a. Hamalat al-'Arsy - Empat malaikat pembawa 'Arsy Allah, pada hari kiamat jumlahnya
akan ditambah empat menjadi delapan
b. Malaikat Haffun - Para malaikat yang melingkari Arsy sambil bertasbih
4. Darda'il - Malaikat yang mencari orang yang berdo'a, bertaubat, minta ampun dan lainnya
pada bulan Ramadan.
5. Hafazhah (Para Penjaga)
a. Kiraman Katibin - Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mencatat amal
manusia sewaktu manusia itu hidup di dunia hingga di alam barzakh, kemudian
malaikat tersebut menjadi saksi di sidang hisab di Mahsyar.
b. Muaqqibat - Para malaikat yang selalu memelihara (menjaga) manusia dari kematian
sampai waktu yang telah ditetapkan yang datang silih berganti.
6. Malaikat Qarin - Para malaikat pendamping manusia dari lahir hingga ajalnya, bertugas
membisikkan hal-hal kebenaran dan kebaikan.
7. Malaikat Arham - Malaikat yang diperintahkan untuk meniupkan ruh, menetapkan rizki, ajal,
amal dan celaka atau bahagia pada 4 bulan kehamilan.
8. Jundallah - Para malaikat perang yang bertugas membantu nabi dalam peperangan
9. As-Sijilli - Malaikat yang memberitahukan kepada Harut dan Marut tentang makhluk yang
pernah membuat kerusakan dan pertumpahan darah di bumi.
10. Azh-Zhil - Malaikat yang mendampingi Nabi Ibrahim ketika berada dikobaran api.
11. Ad-Dam'u - Malaikat yang selalu menangis jika melihat kesalahan manusia.
12. An-Nuqmah - Malaikat yang selalu berurusan dengan unsur api dan duduk di singgasana
berupa nayala api, ia memiliki wajah kuning tembaga.
13. Ahlul Adli - Malaikat besar yang melebihi besarnya bumi beserta isinya dikatakan ia
memiliki 70 ribu kepala.
14. Malaikat berbadan api dan salju - Malaikat yang setengah badannya berupa api dan salju
berukuran besar serta dikelilingi oleh sepasukan malaikat yang tidak pernah berhenti
berzikir.
15. Ar-Ra'd - Malaikat pengatur awan dan hujan, ia mengaturnya dengan menggunakan petir
sebagai cambuk.
16. Penjaga matahari - Sembilan Malaikat yang menghujani matahari dengan salju.
17. Malaikat Rahmat - Para penyebar keberkahan, rahmat, permohonan ampun dan pembawa roh
orang-orang shaleh, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat `Adzab.
18. Malaikat `Azab - Para pembawa roh orang-orang kafir, zalim, munafik, ia datang bersama
dengan Malaikat Maut dan Malaikat Rahmat.
19. Malaikat penggiring - Para malaikat yang menggiring manusia di Mahsyar, malaikat itu
bersama dengan malaikat penyaksi (Kiraman Katibin).
20. Malaikat pegunungan - Malaikat yang menjaga pegunungan.
21. Malaikat Bayt al-Makmur - 70 ribu malaikat yang setiap hari masuk ke Bayt al-Makmur.
22. Malaikat makmum - Para malaikat yang menjadi makmum ketika manusia salat.
23. Malaikat penyeru manusia dan jin
a. Penyeru bulan Ramadan - Satu malaikat yang terus menerus memanggil manusia
beriman untuk bergembira dan manusia jahat untuk menahan segala kejahatan ketika
malam pertama bulan Ramadan hingga fajar.
b. Penyeru dari pintu-pintu Surga - Para malaikat yang berseru kepada orang beriman
untuk memasuki pintu-pintu tertentu tergantung dari amal ibadahnya.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 23
c. Penyeru kebaikan dan laknat - Dua malaikat yang setiap hari berseru yang didengar oleh
seluruh makhluk-Nya kecuali manusia dan jin.
24. Malaikat Laylat al-Qadr - Jibril dan serombongan malaikat yang turun setiap Laylat al-Qadr
pada bulan Ramadan.
25. Pengunjung manusia yang sedang sakit - Empat malaikat yang mengunjungi manusia ketika
sakit.
26. Penjaga Mekkah dan Madinah - Para malaikat yang menjaga Kota Mekkah dan Madinah dari
kedatangan Dajjal.
27. Pencari orang yang berzikir - Para malaikat yang mencari orang-orang yang berzikir kepada
Allah.
28. Pencari majelis ilmu- Para malaikat yang mencari majelis-majelis ilmu.
29. Penganjur berbekam - Malaikat yang menganjurkan berbekam ketika Muhammad sedang
mi'raj ke Sidratul Muntaha.
30. Pengendali tali Neraka Jahannam - 70 ribu malaikat yang mengendalikan tali kekang Neraka
Jahannam.
31. Pendoa manusia yang mendoakan saudaranya - Para malaikat yang berkata, "Aamiin (Ya
Allah, kabulkanlah doanya bagi saudaranya) dan engkau pun mendapatkan apa yang ia
dapatkan", kepada orang yang mendoakan kebaikan saudaranya tanpa sepengetahuan
mereka.
32. Penyampai doa pujian - Dua belas malaikat yang berebutan untuk menyampaikan doa pujian
salah seorang sahabat nabi kepada Allah.
33. Penyaksi wafatnya sahabat nabi - 70 ribu malaikat yang menyaksikan wafatnya Sa'ad bin
Muadz.
34. Pelindung dan pemberi dukungan orang beriman - Para malaikat yang pelindung orang-orang
beriman ketika hidup didunia dan akherat, ketika orang beriman dalam keadaan sekarat
mereka akan memberikan dukungan.
35. Pembeda haq dan bathil - Para malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang
benar dan salah kepada manusia dan jin.
36. Penentram hati - Para malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan
pendirian sang mukmin tersebut.
37. Penjaga pintu langit - Tujuh malaikat yang menjaga tujuh pintu langit. Mereka diciptakan
oleh Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
38. Pemberi salam ahli surga - Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni
surga.
39. Pemohon kerahmatan (belas kasih)
a. Pemohon ampunan orang beriman - Para malaikat yang terdapat disekeliling 'Arsy yang
memohonkan ampunan bagi kaum yang beriman.
b. Pemohon ampunan manusia di bumi - Para malaikat yang bertasbih memuji Allah dan
memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.
c. Pemohon ampunan para lelaki yang salat di masjid - Para malaikat yang mendoakan
ampunan bagi para lelaki yang ikhlas salat berjamaah di masjid.
d. Pemohon ampunan pembesuk orang sakit - 70 ribu malaikat yang mengiringi dan
mendoakan ampunan bagi umat muslim yang membesuk orang sakit.
e. Pemohon ampunan orang yang bershalawat kepada Nabi - Para malaikat yang
mendoakan ampunan bagi orang-orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad.
f. Pemohon ampunan orang yang mengajarkan kebaikan - Para malaikat yang mendoakan
ampunan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada sesama manusia.
g. Pemohon ampunan orang tidur dalam keadaan suci - Para malaikat yang berada di dalam
pakaian orang tidur dalam keadaan suci.
40. Penghormat penuntut ilmu - Para malaikat yang berhenti terbang karena ingin mendengarkan
ilmu atau menghormati orang yang mencari ilmu pengetahuan.
41. Pengatur urusan dunia - Malaikat yang mengatur urusan manusia didunia.
42. Pendengar bacaan Qur'an
a. Pendengar bacaan ketika manusia salat - Para malaikat yang mendengarkan dan menelan
bacaan Qur'an ketika manusia salat.
b. Pendengar bacaan manusia - Malaikat yang mendengarkan bacaan Qu'ran manusia.
43. Pendo'a orang yang berinfaq dan orang kikir - Para malaikat yang berdoa setiap pagi dan
sore untuk orang yang berinfaq dengan doa kebaikan dan penahan infaq dengan doa
kehancuran.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 24
Keterangan:
Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran
maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumberIsrailiyat. Dalam Al
Qur'an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.
Malaikat Jibril, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur'an, ia juga disebut di
banyak tempat dalam Al Qur'an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin dan
lainnya.
Dari nama-nama malaikat di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik di
dalam Al Qur'an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah: 97,98 dan QS 66 At Tahrim: 4), Mikail (QS
2 Al Baqarah: 98) dan Malik (Q.S. Al-Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan
Nakir disebut dalam Hadits.

D. Contoh Perilaku Beriman Kepada Malaikat Allah


1. Selalu yakin terhadap kebesaran Allah
2. Semangat dalam berbuat kebaikan
3. Takut untuk berbuat maksiat
4. Hati-hati dalam berbicara dan bersikap
5. Selalu beramal dan beribadah untuk bekal kematian
6. Rajin bekerja dan berkarya demi mendapatkan rezeki
7. Senantiasa bersyukur kepada Allah
8. Terus-menerus menambah ilmu pengetahuan

E. Hikmah Beriman Kepada Malaikat Allah


1. Bertambahnya motivasi dalam beribadah
2. Bertambahnya motivasi dalam berbuat kebaikan
3. Bertambahnya motivasi dalam bekerja dan berkarya
4. Bertambahnya persiapan dalam menghadapi kematian

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 25
BAB VII
SUMBER HUKUM ISLAM

A. Pengertian Hukum Islam


Kata hukum berasal dari bahasa Arab hukmun yang berarti norma atau kaidah. Artinya
ukuran, tolok ukur, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku perbuatan manusia
dan benda. Apabila kata hukum dirangkai dengan kata Islam, maka akan menghasilkan pengertian
norma atau kaidah yang berisi sejumlah peraturan yang digunakan dalam agama Islam untuk
menilai tingkah laku manusia atau benda.

B. Macam-Macam Hukum Islam


Dalam sumber hukum Islam, terdapat lima hukum atau kaidah yang dipergunakan sebagai
patokan mengukur perbuatan manusia, baik dalam bidang ibadah maupun muamalah. Kelima jenis
hukum tersebut dikenal dengan istilah al-ahkam al-khamsah, yaitu:
1. Mubah, artinya sesuatu yang dibolehkan. Ini adalah hukum asal dari segala hal yang
kemudian akan berubah menjadi hukum lainnya berdasarkan sebab atau kondisinya.
2. Sunah, artinya sesuatu yang disenangi. Maksudnya, apabila dilakukan mendapatkan pahala
dan jika tidak maka tidak akan mendapatkan pahala dan dosa.
3. Makruh, artinya sesuatu yang dibenci. Maksudnya apabila melakukan suatu pekerjaan, maka
pekerjaan itu sangat dibenci meskipun tidak mendatangkan dosa.
4. Wajib, artinya sesuatu yang harus dilakukan. Maksudnya, apabila dilakukan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan maka akan mendapatkan dosa.
5. Haram, artinya, sesuatu yang harus ditinggalkan. Maksudnya, apabila dilakukan maka
mendapatkan dosa dan jika ditinggalkan maka mendapatkan pahala.

C. Ruang Lingkup Hukum Islam


1. Hukum perdata Islam, mencakup masalah munakahat (pernikahan), waratsah (warisan) dan
muamalat (perekonomian)
2. Hukum publik Islam, mencakup masalah jinayat (pidana), al-ahkam as-sulthoniyah
(pemerintahan), siyasah (politik) dan mukhoshomat (peradilan)

D. Landasan Dasar Hukum Islam


1. QS. An-Nisa (4): 59



Terjemah:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa (4): 59).

2. Hadis Riwayat Abu Daud

















( )

Terjemah:
Bahwasanya Rasulullah saw. ketika mengutus Muadz ke Yaman, bersabda, Bagaimana
engkau akan menghukum apabila datang kepadamu suatu perkara? Muadz menjawab,
Saya akan menghukum dengan kitabullah (Al-Quran). Rasul bertanya, jika tidak

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 26
terdapat dalam kitabullah? Ia menjawab, saya akan menghukum dengan sunnah
Rasulullah saw.. Rasul bertanya, Jika tidak terdapat dalam sunnah rasul dan
kitabullah? Ia menjawab, Saya akan berijtihad dengan pikiran saya dan saya tidak akan
mundur. (HR. Abu Daud).

E. Al-Quran Dalam Sumber Hukum Islam


1. Sejarah diturunkannya Al-Quran
a. Diturunkan secara utuh dan sekaligus. Pendapat ini terdapat dalam kitab Manahilul
Irfan fi Ulumil Quran karangan Imam Zarqani. Diturunkannya Al-Quran secara utuh
dan sekaligus terjadi dalam dua tahap, yaitu:
1) Diturunkan oleh Allah ke Lauhul Mahfudz (QS. Al-Buruj (85): 21-22)
2) Diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Prosesnya
hanya 1 malam, yaitu pada Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan (QS. Ad-Dukhan
(44): 3; QS. Al-Qadr (97): 1; dan QS. Al-Baqarah (2): 185)
b. Diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw., yakni selama 22 tahun, 2
bulan dan 22 hari (digenapkan menjadi 23 tahun) dengan perincian 10 tahun diturunkan
di Mekah sebelum Nabi hijrah dan 13 tahun di Madinah setelah Nabi hijrah.
Ayat pertama yang diturunkan adalah QS. Al-Alaq (96): 1 5 dan ayat terakhir yang
diturunkan adalah QS. Al-Maidah (5): 3, yakni ketika Nabi melaksanakan haji wada
tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 Hijriyah. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat yang
terakhir diturunkan adalah QS. Al-Baqarah (2): 281, karena menurut Imam Suyuti dan
Imam Zarqani, ayat ini turun 9 hari sebelum Nabi Muhammad saw. wafat pada bulan
Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah.

2. Isi Kandungan Al-Quran


a. Akidah/tauhid (keyakinan)
b. Syariah (hukum), baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah
c. Akhlak (etika) dalam semua ruang lingkupnya
d. Kisah-kisah umat terdahulu
e. Berita-berita tentang masa depan (akhirat)
f. Prinsip dan dasar hukum-hukum yang berlaku bagi alam semesta termasuk manusia

3. Fungsi dan Keistimewaan Kitab Al-Quran


a. Sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya
b. Akan memperoleh berkah pahala bagi yang membacanya
c. Membuat daya tarik orang yang beriman untuk memperlajarinya
d. Memberikan ketenangan jiwa
e. Terjaga keasliannya hingga hari kiamat
f. Pemberi syafaat (pertolongan) kelak di hari kiamat

4. Kedudukan Al-Quran dalam Sumber Hukum Islam


Al-Quran adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama serta terjamin
keasliannya. Disebut demikian karena Al-Quran merupakan tempat pengambilan hukum
sekaligus tempat rujukan yang paling pertama. Hukum-hukum yang terkandung di dalamnya
adalah wahyu Allah yang senantiasa adil, mutlak, tegak lurus dengan kehidupan dan berlaku
sampai akhir zaman. Allah swt. berfirman:


Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat. (QS. An-Nisa (4): 105).

F. Hadis Dalam Sumber Hukum Islam


1. Pengertian Hadis
Secara bahasa, hadis berasal dari Bahasa Arab yang berarti baru, dekat atau berita.
Sedangkan secara istilah, hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw., baik berupa perkataan, perbuatan atau taqrir dari Rasulullah saw. Adapun

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 27
yang dimaksud dengan taqrir adalah perkataan atau sikap para sahabat yang dibiarkan atau
didiamkan oleh Rasulullah yang dari peristiwa tersebut terkandung pengertian bahwa beliau
membenarkan dan meridhai perkataan atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu. Hadis
sering juga disebut khabar (berita) atau sunnah (kebiasaan).

2. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran


a. Bayan Tafsir, yaitu menjelaskan apa yang terkandung dalam al-Quran. Penjelasan
tersebut berupa:
1) Merinci yang mujmal (bersifat global/umum), seperti contoh dalam pelaksanaan
shalat. Al-Quran hanya menjelaskan tentang hukum wajibnya shalat, sedangkan hadis
merinci bagaimana tata cara atau pelaksanaannya.
2) Membatasi yang mutlak, seperti dalam ayat tentang pencurian.Al-Quran memberi
hukuman potong tangan bagi pencuri, sedangkan hadis memberi batasan tentang
jumlah barang yang dicuri yang dapat mengaibatkan diberlakukannya hukum potong
tangan.
3) Men-takhsis yang Am (mengkhususkan yang umum), seperti ayat tentang warisan.
Hadis metakhsis pembunuh pewaris tidak mendapat warisan.
b. Bayan Taqrir, yaitu menguatkan apa yang terdapat dalam al-Quran. Contohnya tentang
wudhu. Al-Quran menjelaskan tentang wajibnya wudhu bagi orang yang mau shalat,
sedangkan hadis menjelaskan hal yang sama.
c. Bayan Tasyri, yaitu menetapkan berlakunya hukum baru. Contohnya: penetapan hukum
rajam bagi pezina muhson.

3. Kedudukan Hadis dalam Sumber Hukum Islam


Hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran. Hadis berfungsi
untuk memperjelas atau menafsirkan Al-Quran. Ketika suatu masalah atau persoalan tidak
ditemukan di dalam Al-Quran karena terlalu umum dan global, maka seorang muslim wajib
mencari jawaban hukumnya dalam hadis Rasulullah saw.
Begitu pentingnya kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam sehingga dilakukan
pencatatan dan pengumpulan hadis yang disampaikan secara lisan, turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Gerakan kompilasi hadis ke dalam kitab dimulai pada abad
pertama Hijriah, yaitu tahun 718 M ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan
kepada gubernurnya untuk membukukanhadis agar tidak hilang atau dilupakan orang.
Ada banyak ulama yang meriwayatkan hadis, tetapi buku-buku hadis yang paling
sering dijadikan referensi ada 9 karangan ulama hadis, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim,
Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Tirmizi, Imam Nasai, Imam Abu Daud, Imam
Ibnu Majah dan Imam Ad-Darimi. Sembilan kitab hadis karangan para ulama tersebut dikenal
dengan istilah kutub at-tisah (sembilan kitab hadis).

4. Macam-Macam Hadis
Di dalam hadis tiga unsur, antara lain:
a. Sanad, pertalian atau sandaran dalam meriwayatkan hadis.
b. Matan, isi atau substansi hadis.
c. Rawi, orang yang meriwayatkan hadis.

Pembagian hadis secara umum:


a. Hadis Nabawi, yaitu hadis yang disandarkan kepada Rasulullah saw., baik secara makna
maupun secara lafaz.
b. Hadis Qudsi, yaitu hadis yang disandarkan kepada Allah swt., maknanya dari Allah tetapi
lafaznya dari Rasulullah. Hadis Qudsi tidak termasuk Al-Quran, sehingga hadis qudsi
pun tidak mempunyai keistimewaan sebagaimana Al-Quran.

Pembagian hadis berdasarkan sumbernya:


a. Hadis Marfu, yaitu hadis yang periwayatannya sampai kepada Rasulullah saw. Dikenal
dengan istilah hadis atau sunnah.
b. Hadis Mauquf, yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai kepada sahabat. Dikenal
dengan istilah khabar.
c. Hadis Maqthu, yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai kepada tabiin. Dikenal
dengan istilah Atsar.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 28
Pembagian hadis berdasarkan jenis isinya (matan):
a. Hadis Qauliyah, yaitu hadis yang isinya berupa perkataan Nabi saw.
b. Hadis Filiyah, yaitu hadis yang isinya berupa perbuatan Nabi saw. yang dideskripsikan
oleh sahabat.
c. Hadis Taqririyah, yaitu hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan Nabi saw.

Pembagian hadis berdasarkan jumlah periwayatnya:


a. Hadis Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak
mungkin semua perawi itu bersepakat untuk dusta. Hadis mutawatir ini wajib diterima
karena isinya dapat dipastikan benar dan pasti (qati). Syarat hadis dapat dikatakan
mutawatir adalah:
1) Diriwayatkan oleh 10 orang perawi dalam setiap tingkatan (thabaqah) sanadnya
2) Dimungkinkan sejumlah perawi tersebut tidak bersepakat untuk dusta
3) Diperoleh melalui panca indera, misalnya saya mendengar, saya melihat, dll
b. Hadis Ahad, yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat dan ketentuan hadis mutawatir.
Hadis Ahad terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Hadis Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh 3 atau lebih perawi, tetapi tidak
sampai 10 perawi dalam setiap tingkatan sanadnya
2) Hadis Aziz, yaitu hadis yang diriwayatkan sekurang-kurangnya oleh dua perawi dalam
setiap tingkatan sanadnya
3) Hadis Gharib, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi dalam setiap
tingkatan sanadnya

Pembagian hadis berdasarkan kualitas hadisnya:


a. Hadis Maqbul, yaitu hadis yang wajib diterima kebenarannya. Hadis ini terbagi menjadi:
1) Hadis Shahih, yaitu hadis yang sanadnya bersambung dengan karakter perawi yang
adil, dhabit (kuat hafalannya) dan tsiqqah (terpercaya dan tidak terdapat cacat).
2) Hadis Hasan, yaitu hadis yang sanadnya bersambung dengan karakter perawi yang
adil dan tsiqqah tetapi kurang dhabit (hafalannya lemah).
Dalam penentuan kehujjahan (penentuan sandaran hukum) suatu hadis, maka hadis yang
berkualitas Shahih menduduki peringkat pertama. Jadi, jika terdapat dua hadis, yang satu
berkualitas Shahih dan yang lainnya berkualitas Hasan, maka yang harus dijadikan hujjah
adalah hadis berkualitas Shahih.
b. Hadis Mardud, yaitu hadis yang tidak wajib diterima kebenarannya dan kurang kuat untuk
dijadikan sandaran hukum. Bahkan dalam beberapa hal tidak boleh diterima dikarenakan
2 sebab, pertama, karena adanya sanad periwayatan hadis yang terputus, kedua, karena
adanya cacat pada perawinya. Hadis Mardud dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Hadis Dhaif, yaitu hadis yang kualitasnya lemah karena tidak terpenuhinya beberapa
syarat yang terdapat pada hadis Hasan. Adapun hukum dari mengamalkan hadis
Dhaif, para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama mengatakan bahwa
diperbolehkan menerima dan mengamalkan isi hadis Dhaif tersebut hanya dalam hal-
hal yang berkaitan dengan fadilah (keutamaan) amal.
2) Hadis Muallaq, hadis yang para perawinya terputus secara berturut-turut di awal
sanad. Misal, Imam Nasai menerima hadis dari Abu Musa Al-Asyari tanpa
menyebutkan beberapa sanad sebelumnya.
Nasai ?... ?... ?... ?... Abu Musa Al-Asyari
3) Hadis Mursal, yaitu hadis yang terputus sanad akhirnya dari golongan sahabat atau
sanad hadisnya tidak terdapat sahabat, tetapi langsung kepada Rasulullah.
Imam Muslim Tabiin 2 Tabiin 1 ?... Rasulullah
4) Hadis Mudal, yaitu hadis yang terputus dua atau lebih perawinya secara berturut-turut
di pertengahan sanad.
Imam Malik ?... ?... Abu Hurairah Rasulullah
5) Hadis Munqathi, yaitu hadis yang terputus sanad perawinya, baik di awal, di tengah
maupun di akhir sanad.
6) Hadis Mudallas, yaitu hadis yang disembunyikan kecacatan sanadnya sehingga secara
zhohir sanadnya tampak baik.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 29
7) Hadis Matruk, yaitu hadis yang salah satu periwayatnya diduga berbohong, baik itu
menambahkan redaksi (matan) hadis maupun pernah berbohong dalam kesehariannya
meskipun tidak dalam menyampaikan hadis.
8) Hadis Munkar, yaitu hadis yang salah satu perawinya pernah melakukan kesalahan
yang fatal, sering mengalami lupa atau banyak melakukan perbuatan fasik.
9) Hadis Muallal, yaitu hadis yang salah satu perawinya cacat tetapi tersembunyi
sehingga terlihat baik.
10) Hadis Mudraj, yaitu hadis yang mengalami penambahan, baik dalam sanad ataupun
matan.
11) Hadis Maqlub, yaitu hadis yang mengalami perubahan kata dari aslinya, baik dalam
sanad ataupun matan.
12) Hadis Mawdhu, yaitu hadis yang dibuat-buat dan bukan termasuk sabda Rasulullah.
Jadi hadis tersebut adalah hadis palsu.

G. Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam


1. Pengertian Ijtihad
Secara bahasa ijtihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh atau mengerahkan
kemampuan untuk mengerjakan segala yang sulit. Adapun ijtihad secara istilah adalah proses
berpikir secara sungguh-sungguh dengan mencurahkan seluruh kemampuan untuk memahami
kaidah-kaidah hukum yang bersifat umum dan fundamental yang terdapat dalam Al-Quran,
kemudian dijadikan sebuah ketentuan hukum yang dapat diterapkan pada suatu kasus tertentu
yang memang belum ditemukan jawabannya, baik di dalam Al-Quran maupun hadis. Adapun
orang yang melakukan ijtihad disebut denga mujtahid.
Seorang mujtahid dalam melakukan ijtihadnya diberikan jaminan ganjaran oleh Allah.
Jika hasil ijtihadnya tepat, benar dan mendekati dari yang dimaksud Al-Quran atau hadis,
maka dia mendapatkan dua pahala. Tetapi jika ternyata ijtihadnya kurang tepat atau salah
maka hanya mendapatkan satu pahala. Rasulullah saw. bersabda:
)


(
Terjemah:
Apabila seorang hakim memutuskan masalah dengan ijtihad, kemudian benar, maka ia
mendapatkan dua pahala. Dan apabilai ia memutuskan dengan ijtihad kemudian keliru, maka
ia hanya mendapatkan satu pahala . (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Kedudukan Ijtihad dalam Sumber Hukum Islam


Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Quran dan hadis.
Ijtihad dilakukan jika terdapat permasalahan dan telah dicari solusinya di dalam Al-Quran
dan hadis tetapi tidak ditemukan. Meskipun demikian, hasil ijtihad tetap tidak boleh
bertentangan dengan kedua sumber hukum Islam sebelumnya.

3. Syarat-Syarat Ijtihad
a. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al-Quran dan hadis
b. Mengetahui isi dan hukum Al-Quran serta ilmu-ilmu yang berkaitan untuk memahami
Al-Quran
c. Mengetahui hadis-hadis hukum dan ilmu-ilmu hadis yang berkaitan dengan penentuan
suatu hukum
d. Menguasai sumber-sumber hukum Islam dan metode pengambilan hukum dari sumbernya
e. Mengetahui dan menguasai kaida-kaidah fiqih
f. Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum Islam
g. Jujur dan ikhlas
h. Menguasai ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu lainnya yang relevan dengan masalah yang
sedang diteliti
i. Dilakukan secara kolektif (jamai) bersama para ahli lainnya

4. Macam-macam Metode Ijtihad


a. Ijma, yaitu kesepakatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah atas suatu hukum syara dari suatu masalah

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 30
b. Qiyas, yaitu mengukur atau mempersamakan suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
di dalam Al-Quran dan hadis dengan suatu hal lain yang sudah ada hukumnya karena
adanya persamaan illat (penyebab atau alasan)
c. Maslahah Mursalah, yaitu cara menemukan hukum suatu hal berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum
d. Istidlal, yaitu menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan, seperti hukum adat-istiadat
dan hukum agama
e. Istihsan, yaitu cara menentukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang
sudah ada demi keadilan dan kepentingan sosial
f. Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada sampai ada dalil yang
mengubahnya
g. Urf, yaitu adat istiadat yang tidak bertentangan dengan hukum Islam dapat dikukuhkan
untuk terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan
h. Zarai, yatu cara penetapan hukum untuk mencapai maslahat dan menghilangkan
madharat.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 31
BAB VIII
PENGELOLAAN WAKAF

A. Pengertian Wakaf
Secara bahasa, wakaf berasal dari Bahasa Arab waqafa yang artinya berhenti atau
menahan. Adapun secara istilah fiqih, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan barang yang diwakafkan tersebut untuk
dimanfaatkan lebih lanjut oleh khalayak umum. Maksud menahan disini adalah menjaga barang
tersebut agar tidak diperjualbelikan dan dipindahtangankan sehingga keberadaannya hanya untuk
dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Wakaf termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
atau disunnahkan dalam syariat Islam, sebagaimana disunnahkannya sedekah dan infaq.

B. Dalil-Dalil tentang Wakaf


1. QS. Ali Imran (3): 92


Terjemah:
kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran (3): 92).

2. QS. Al-Baqarah (2): 261





Terjemah:
perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2): 261).

3. Hadis Riwayat Bukhari dari Ibnu Umar ra.














.







( )

Terjemah:
Bahwasanya Umar bin Khattab memperoleh sebidang tanah di Khaibar. Kemudian dia
menghadap Rasulullah saw. untuk meminta petunjuk. Umar berkata, Ya Rasulullah, saya
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu.
Apakah yang engkau perintahkan kepadaku? Rasulullah menjawab, Kamu tahan (pokoknya)
tanah itu dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar melaksanakan sedekah , tidak
dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata, Umar menyedekahkannya
kepada orang-orang faqir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Tidak
dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan
cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak maksud menumpuk harta. (HR. Bukhari).
Hadis ini dipahami sebagai dasar permulaan pelaksanaan wakaf dalam Islam.
Imam Syafii berkata, sesudah itu delapan puluh orang sahabat di Madinah terus
mengorbankan harta mereka untuk dijadikan wakaf pula.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 32
C. Syarat dan Rukun Wakaf
Rukun wakaf ada lima, masing-masing dari rukun tersebut memiliki syarat, yaitu:
1. Waqif, yaitu orang yang mewakafkan harta. Syaratnya adalah:
a. Cakap dalam bertindak. Artinya orang yang berwakaf memiliki status merdeka, berakal
sehat dan baligh atau cukup umur menurut agama
b. Berhak berbuat kebaikan, artinya tidak sedang mengalami pailit kekayaan sehingga
semua hartanya disita oleh negara
c. Kehendak sendiri, artinya tidak ada paksaan dalam melaksanakan wakaf
2. Mauquf, yaitu barang yang diwakafkan. Syaratnya adalah:
a. Harus jelas bentuk dan wujudnya
b. Memiliki nilai guna atau kemanfaatan
c. Milik penuh waqif
d. Manfaat dari benda yang diwakafkan itu bersifat lama
Apabila benda yang diwakafkan sudah tidak memiliki nilai guna (manfaat) lagi, kecuali
dengan cara dijual, Imam Ahmad berpendapat bahwa benda tersebut boleh dijual dan
hasilnya dimanfaatkan kembali untuk kemaslahatan umat.
3. Nadzir, yaitu pihak yang menerima mauquf dari waqif untuk dikelola sesuai dengan
peruntukannya. Nadzir bisa berbentuk perseorangan, organisasi atau lembaga hukum lainnya.
Para imam mujtahid tidak menjadikan nadzir sebagai rukun wakaf, tetapi salah satu
kewajiban yang harus dilakukan waqif agar harta wakaf tetap utuh dan terjaga sehingga
mengalirkan kemanfaatan yang lebih banyak.
4. Mauquf alaih, yaitu pihak yang menerima manfaat dari pengelolaan wakaf. Apabila
penerima manfaat itu ditentukan (khusus), maka syaratnya adalah orang yang sudah
ditentukan tersebut. Apabila tidak ditentukan (umum), maka syaratnya adalah bukan untuk
hal-hal yang mengandung maksiat.
5. Shigat, yaitu lafal yang diucapkan ketika melakukan proses perwakafan. Syaratnya adalah:
a. Menggunakan kata-kata yang jelas
b. Tidak ada pembatasan waktu
c. Jelas untuk apa wakaf itu dilakukan
d. Tidak ada persyaratan apapun
e. Bersifat tetap dan mengikat sehingga tidak ada khiyar seperti dalam jual beli

D. Landasan Hukum tentang Wakaf di Indonesia


1. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah
mengenai Perwakafan Tanah Milik
3. Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1978 tentang Pelaksanan PP No. 28 Tahun 1977
tentang Perwakafan Tanah Milik
4. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. Kep/P/75/1978 tentang
Formulir dan Pedoman Peraturan-Peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik
5. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Wakaf

E. Tata Cara Perwakafan di Indonesia


Tata cara perwakafan tanah milik adalah sebagai berikut:
1. Calon waqif mendatangi PPAIW (Pejabat Pembantu Akta Ikrar Wakaf) yang dijabat oleh
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
2. Calon waqif melakukan ikrar wakaf tanah miliknya secara lisan dan tegas kepada nadir yang
telah disahkan di hadapan PPAIW serta dihadiri oleh para saksi dan menuangkannya dalam
bentuk tertulis atau surat
3. Calon waqif yang tidak dapat datang dapat membuat ikrar wakaf secara tertulis dengan
persetujuan Kepala Kementrian Agama Kabupaten atau Kota. Ikrar ini dibacakan kepada
nadir di hadapan PPAIW dan para saksi.
4. Tanah yang diwakafkan harus merupakan hak milik penuh, bebas dari bahan ikatan, jaminan,
sitaan atau sengketa.
5. Saksi ikrar wakaf sekurang-kurangnya dua orang yang telah dewasa dan berakal sehat.
Setelah ikrar wakaf, PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf Tanah.

Sebelum pelaksanaan ikrar wakaf, calon waqif harus membawa dan menyerahkan kepada
PPAIW surat-surat berikut:

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 33
1. Sertifikat hak milik atau sertifikat sementara pemilikan tanah (model E)
2. Surat Keterangan Kepala Desa yang diperkuat oleh Camat setempat yang menerangkan
kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut suatu perkara dan dapat diwakafkan
3. Izin dari Bupati atau Walikota c.q. Kepala Subdit Agraria setempat

Nadir adalah kelompok atau badan hukum Indonesia yang diserahi tugas pemeliharaan dan
pengurusan benda wakaf. Adapun hak nadir adalah sebagai berikut:
1. Nadir berhak menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang biasanya ditentukan oleh
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau Kota, dengan ketentuan tidak melebihi 10
% dari hasil bersih tanah wakaf.
2. Nadir dalam menunaikan tugasnya dapat menggunakan fasilitas yang jenis dan jumlahnya
ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau Kota.

Kewajiban nadir adalah mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya yaitu
sebagai berikut:
1. Menyimpan dengan baik kedua salinan Akta Ikrar Wakaf
2. Memelihara dan memanfaatkan tanah wakaf serta berusaha meningkatkan hasilnya
3. Menggunakan hasil wakaf sesuai dengan ikrar wakafnya

F. Undang-Undang Pengelolaan Wakaf


Sebagai tanggung jawab dan kepedulian terhadap pengelolaan wakaf, maka pemerintah
dengan persetujuan DPR telah menetapkan UU No. 41 tahun 2004 tentang pengelolaan wakaf.
Undang-undang tersebut mempunyai latar belakang sebagai berikut:
1. Lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi
perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum
2. Wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama hidup dan dilaksanakan dalam
masyarakat yang pengaturannya belum lengkap serta masih tersebar dalam berbagai
perundang-undangan

UU No. 41 tahun 2004 tentang Pengelolaan Wakaf disahkan di Jakarta pada tanggal 27
Oktober 2004 dan ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Undang-undang ini
terdiri atas 11 bab dan 71 pasal.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 34
BAB IX
DAKWAH RASULULLAH DI MADINAH

A. Pengertian Hijrah
Pada awal bulan Muharam dipandang awal permulaan Tahun Hijriah, karena pada saat itu
telah terjadi peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Madinah. Dalam hal ini, ada
dua pengertian hijrah, pertama hijrah meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang kepada
perbuatan-perbuatan baik sesuai yang diperintahkan Allah. Kedua, hijrah dari suatu negeri (non-
Islam) ke negeri yang lain.
Peristiwa hijrah dalam sejarah Islam erat kaitannya dengan pindahnya Nabi Muhammad
dari Mekah ke Madinah. Hijrah yang dilakukan ini berarti berkorban karena Allah dengan
meninggalkan orang-orang yang paling dekat diantara mereka demi tegaknya agama Islam.

B. Latar Belakang Hijrah Rasulullah ke Madinah


1. Perintah dari Allah kepada Rasulullah dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah
2. Banyaknya tekanan dan siksaan yang mengancam keselamatan kaum muslimin di Mekah
3. Adanya berbagai cara dan usaha yang direncanakan kaum kafir Quraisy untuk membunuh
Rasulullah
4. Lemahnya kaum muslimin dari segi jumlah dibandingkan dengan kaum kafir Quraisy Mekah
sehingga tidak memiliki kekuatan untuk melawan kecuali berhijrah ke suatu tempat yang
aman dan memberikan perlindungan

C. Tujuan Hijrah Rasulullah ke Madinah


1. Menyelematkan kaum muslimin dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir Quraisy.
Dimana saat itu kebencian mereka sedang memuncak dan hendak menyiksa setiap orang
yang masuk agama Islam
2. Untuk memperoleh kebebasan serta meningkatkan usaha-usaha dalam beribadah dan
berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam

D. Perjalanan Hijrah Rasulullah


1. Hijrah ke Thaif
Pada tahun ke-10 kenabian, yaitu 10 tahun setelah wahyu pertama turun, Rasulullah
ditinggal wafat oleh pamannya Abu Thalib yang selalu menjadi pelindung beliau. Tidak lama
kemudian, Rasulullah masih harus menerima ujian yang sangat berat, yaitu wafatnya istri
beliau, Siti Khadijah.
Kepergian dua orang terdekat tersebut menjadi salah satu hal yang membuat kafir
Quraisy makin gencar memusuhi beliau. Melihat kenyataan ini, Rasulullah berusaha
mencari suatu kaum lainnya yang dapat menerima dakwahnya. Atas dasar ini, beliau hijrah
ke kota Thaif. Namun, dakwah beliau tidak mendapatan sambutan dari penduduk Thaif
bahkan beliau mendapatkan perlakuan yang sangat keras dan kasar, mulai dari cacian,
makian, hinaan sampai lemparan batu yang sempat mengancam keselamatan beliau.
Akhirnya, beliau dan para sahabat pulang kembali ke Mekah dan memantapkan keyakinan
untuk berhijrah ke Madinah.

2. Hijrah ke Madinah
Kaum kafir Quraisy ketika mengetahui para sahabat sudah banyak yang
meninggalkan Mekah menuju Madinah dengan membawa serta seluruh harta kekayaan dan
anggota keluarga mereka, maka pada hari Kamis tanggal 26 Shafar tahun ke-14 Nubuwwah
(kenabian) bertepatan dengan tanggal 12 September 622 M, para pembesar kafir Quraisy dari
setiap kabilah berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas langkah strategis yang harus
diambil untuk menghentikan dakwah Rasulullah.
Hasil rapat tersebut adalah setiap kabilah harus menunjuk seorang pemuda yang
gagah dan perkasa, berdarah bangsawan dan terbiasa menjadi penengah di kabilahnya untuk
mengepung dan membunuh Rasulullah. Setelah keputusan tersebut, Malaikat Jibril turun
menemui Rasulullah dan menyampaikan rencana persekongkolah kaum kafir Quraisy dan
menyuruh beliau untuk tidak tidur di tempat tidurnya seperti biasa.
Pada malam hari menjelang keberangkatan Rasulullah ke Madinah, beliau menyuruh
Ali bin Abi Thalib untuk menggantikannya di tempat tidur beliau. Kemudian Rasulullah

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 35
keluar dari rumah bersama Abu Bakar, beliau memungut segenggam pasir dan
menaburkannya ke kepala para pemuda yang sudah bersiap untuk membunuh Rasulullah,
sehingga Allah membutakan mereka dan beliau bersama Abu Bakar dapat pergi dengan
leluasa menuju Madinah.
Setelah perjalanan menempuh jarak sekitar 5 mil dari Mekah, tibalah di sebuah gua
yang bernama Gua Tsur untuk bersebunyi dari kejaran kafir Quraisy. Rasulullah dan Abu
Bakar berada di dalam gua tersebut selama tiga malam, mulai dari malam Jumat sampai
malam Ahad. Setelah tiga malam dan dirasa kaum kafir Quraisy sudah kehilangan jejak,
kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Madinah dengan memutar arah ke selatan
melalui Yaman.
Pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah bertepatan dengan
tanggal 23 September 622 M, Rasulullah tiba di Quba. Beliau berada di sana selama 4 hari
dari hari Senin sampai dengan Kamis. Di sana beliau membangun Masjid Quba dan
melaksanakan shalat di dalamnya. Inilah masjid pertama yang dibangun atas dasar takwa
kepada Allah. Pada hari Jumat, beliau melanjutkan perjalanan ke Kota Yatsrib. Sejak hari
itulah Yatsrib berubah nama menjadi Madinatur-Rasul (Kota Rasul) yang kemudian disingkat
menjadi Madinah. Para penduduk Madinah menyambut kedatangan Rasulullah dengan suara
takbir, tahmid dan taqdis. Sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait syair
berikut:
#
#


#

Purnama telah terbit di atas kami # dari arah Tsaniyyatul Wada
Kita wajib mengucap syukur # dengan doa kepada Allah semata
Wahai orang yang diutus kepada kami # engkau datang membawa urusan yang ditaati

Setelah beberapa hari kemudian, istri Rasulullah yang bernama Saudah dan kedua
putrinya, Fatimah dan Ummu Kultsum tiba di Madinah bersama-sama dengan Usamah bin
Zaid, Ummu Aiman, Abdullah bin Abu Bakar dan seluruh keluarga Abu Bakar termasuk Siti
Aisyah. Sementara Zainab, putri beliau masih tinggal di Mekah bersama suaminya Abul Ash.
Zainab kemudian berhijrah setelah selesai perang Badar.

E. Substansi Dakwah Rasulullah di Madinah


Dakwah Rasulullah periode Madinah berlangsung selama 10 tahun. Sejak tanggal 12
Rabiul Awal tahun ke-1 Hijriah sampai tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah, yaitu tahun
wafatnya Rasulullah saw. Materi dakwah yang disampaikan pada periode Madinah adalah ajaran-
ajaran yang tertulis dalam surat-surat Makiyah (89 surat) dan juga surat-surat yang turun di
Madinah (25 surat). Surat-surat Madaniyah pada umumnya mengandung ajaran Islam tentang
masalah sosial kemasyarakatan.

F. Sasaran Dakwah Rasulullah di Madinah


1. Orang yang baru masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor
2. Orang yang belum masuk Islam, seperti kaum Yahudi penduduk Madinah
3. Masyarakat di sekitar dan luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab maupun orang-
orang dari luar bangsa Arab

Dakwah Rasulullah yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam bertujuan
agar lebih memahami ajaran Islam, kemudian mereka mengamalkannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mereka betul-betul menjadi orang-orang yang bertakwa. Adapun dakwah kepada
orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka mau menerima Islam sebagai
agamanya. Disamping itu, mereka mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya sehingga
menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh.

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 36
G. Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah
1) Membangun masjid Nabawi
Setelah pembangunan masjid pertama di Quba yang berjarak kurang lebih 5 km
sebelah barat daya kota Madinah, langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ketika berada
di Madinah adalah membangun masjid di suatu lahan tempat berhentinya unta yang
ditunggangi beliau. Lahan tersebut dibeli oleh Rasulullah dari dua anak yatim sebagai
pemiliknya. Beliau terjun langsung dalam pembangunan masjid tersebut.
Masjid Nabawi dibangun dengan tiga pintu, panjang dan lebar bangunannya sampai
100 hasta dan pondasinya kurang lebih 3 hasta. Setelah masjid terbangun, beliau
membangun beberapa rumah di pinggir masjid untuk istri beliau dan kemudian beliau pindah
ke rumah tersebut setelah sebelumnya menginap di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.
Pembangunan masjid Nabawi bertujuan sebagai berikut:
a. Sebagai tempat melaksanakan shalat berjamaah
b. Sebagai pusat pengajaran agama Islam
c. Sebagai pusat pertemuan umat untuk bermusyawarah
d. Sebagai pusat untuk mempersatukan umat dari berbagai suku dan kabilah
e. Sebagai pusat parlemen dalam menjalankan roda pemerintahan

2) Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor


Ibnul Qayyim menuturkan bahwa Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin
dan Anshor di rumah Anas bin Malik. Mereka yang dipersaudarakan ada 90 orang, separuh
dari Muhajirin dan separuhnya lagi dari Anshor, diantaranya adalah:
a. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah bersaudara dengan Zaid bin Harits,
seorang bekas hamba sahaya yang diangkat anak oleh Rasulullah
b. Abu Bakar Siddiq bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
c. Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban Malik Al-Khazraji
d. Usman bin Affan bersaudara dengan Aus bin Tsabit
e. Abdurahman bin Auf bersaudara dengan Saad bin Rabi

Dengan mempersaudarakan kaum muslimin, Rasulullah telah mengikat suatu


perjanjian yang sanggup menyingkirkan belenggu jahiliah dan fanatisme kekabilahan tanpa
menyisakan kesempatan bagi tradisi-tradisi Arab jahiliah. Adapun isi dari perjanjian tersebut
adalah:
a. Muhajirin dan Anshor adalah umat yang satu di luar golongan yang lain
b. Muhajirin dan Quraisy dengan adat kebiasaan yang berlaku harus saling bekerja sama
dalam menerima atau membayar tebusan. Sesama mukmin harus menebus orang yang
ditawan dengan cara yang maruf dan adil
c. Orang-orang mukmin tidak boleh meninggalkan seseorang yang menanggung beban
hidup diantara sesama mereka dan memberinya dengan cara yang maruf dalam
membayar tebusan atau membebaskan tawanan
d. Orang-orang mukmin harus melawan orang yang berbuat zalim, berbuat jahat dan
kerusakan diantara mereka sendiri
e. Secara bersama-sama mereka harus melawan orang-orang seperti itu meskipun dia anak
seseorang diantara mereka sendiri
f. Seorang mukmin tidak boleh membunuh mukmin lainnya karena membela orang kafir
g. Seorang mukmin tidak boleh membantu orang kafir dengan mengabaikan mukmin
lainnya
h. Jaminan Allah adalah satu. Orang yang paling lemah diantara mereka berhak
mendapatkan perlindungan
i. Jika ada orang Yahudi yang mengikuti kita maka mereka berhak mendapatkan
pertolongan dan persamaan hak, tidak boleh dizalimi dan ditelantarkan
j. Perdamaian yang dikukuhkan orang-orang mukmin harus satu
k. Sebagian orang mukmin harus menampung orang mukmin lainnya sehingga darah
mereka terlindungi
l. Orang musyrik tidak boleh melindungi harta orang Quraisy dan tidak boleh merintangi
orang mukmin
m. Siapa pun yang membunuh orang mukmin yang tidak bersalah maka dia harus mendapat
hukuman yang setimpal, kecuali jika wali orang yang terbunuh merelakannya

Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 37
n. Semua orang mukmin harus bangkit untuk membela dan tidak boleh diam saja jika ada
yang berbuat zalim
o. Orang mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang jahat. Siapa yang
melakukannya maka dia berhak mendapatkan laknat Allah dan kemurkaan-Nya pada
hari kiamat dan tidak ada tebusan yang bisa diterima
p. Perkara apa pun yang diperselisihkan harus dikembalikan kepada Allah dan Rasulullah
saw.

3) Meletakkan dasar-dasar pemerintahan dengan Piagam Madinah


Penduduk Madinah setelah peristiwa hijrah terbagi menjadi 3 golongan, yaitu kaum
muslimin, bangsa Yahudi (Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan bangsa Arab yang belum
menganut agama Islam. Rasulullah hendak menciptakan suasana tolong-menolong dan
toleransi diantara mereka. Beliau menawarkan sebuah perjanjian diantara mereka, perjanjian
tersebut kemudian disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi:
a. Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan kaum muslimin. Bagi Yahudi agama
mereka sendiri dan bagi muslim agama mereka sendiri, termasuk para pengikutnya
b. Orang Yahudi wajib menanggung nafkah mereka sendiri, begitu pula orang muslim
c. Mereka harus bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan
perjanjian tersebut
d. Mereka harus saling menasihati, berbuat bijak dan tidak boleh berbuat jahat
e. Tidak boleh berbuat jahat dengan orang yang sudah terikat dengan perjanjian ini
f. Wajib membantu orang yang dizalimi
g. Harus berjalan seiring dalam kancah peperangan
h. Yatsrib adalah kota yang dianggap suci oleh setiap orang yang menyetujui perjanjian
i. Jika terjadi sesuatu atau perselisihan diantara orang-orang yang mengakui perjanjian ini
dan dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan maka tempat kembalinya adalah Allah
dan Muhammad saw. Rasulullah adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah
j. Orang-orang kafir Quraisy tidak boleh mendapat perlindungan dan tidak boleh ditolong
k. Mereka harus tolong-menolong dalam menghadapi orang yang hendak menyerang
Yatsrib
l. Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zalim atau jahat

H. Peperangan Rasulullah Periode Madinah


1. Perang Badar (17 Ramadhan 1 H)
2. Perang Uhud (Syaban 2 H)
3. Perang Ahzab/Khandaq (Syawal 5 H)
4. Fathu Makkah/Penaklukkan Kota Mekah (Ramadhan 8 H)
5. Perang Bani Quraizah
6. Perang Bani Mustaliq
7. Perang Khaibar
8. Perang Mutah (tahun 8 H)
9. Perang Hunain
10. Perang Thaif
11. Perang Tabuk (tahun 9 H)

I. Perilaku Terpuji dalam Dakwah Rasulullah di Madinah


1. Sikap persaudaraan (ukhuwah) atas dasar Islam yang sangat dijunjung tinggi
2. Sikap toleransi antar umat dalam kehidupan beragama


Materi Pembelajaran PAI-BP Kelas X (Sepuluh) TP. 2015-2016 SMA PGRI 4 Jakarta --- Miftahul Khaer, M.Pd.I --- 38

Anda mungkin juga menyukai