Anda di halaman 1dari 20

Referat

BEHAVIOR THERAPY

Oleh :

Ellisabeth Maria Harahap


15014101177

Masa KKM:
09 Oktober 29 Oktober 2017

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
Referat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

1. Pengertian Terapi Perilaku............................................................. 3

2. Masalah Terapi Perilaku................................................................. 8

3. Tujuan Terapi Perilaku................................................................... 8

4. Ciri-ciri Terapi Perilaku.................................................................. 12

5. Langkah-langkah Terapi Perilaku................................................... 14

6. Teknik-teknik Terapi Perilaku........................................................ 15

7. Perkembangan Terapi Perilaku......... ................................. 16

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

22
Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang


ditetapkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku yang tidak adaktif. Istilah
perilaku dalam terapi perilaku dalam hal ini ialah suatu tindakan mengamati tingkah
laku dan tanggapan seseorang. Terapi perilaku melibatkan perubahan perilaku pasien
untuk mengurangi disfungsi dan untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi perilaku
termasuk sebuah metodologi, yang disebut sebagai analisis perilaku, sebagai suatu
pilihan yang strategis untuk perubahan perilaku.1

Terapi perilaku dapat menolong orang dengan fobia dan gangguan psikologis,
atau para ahli kesehatan, biasanya sangat berhasil dalam menolong orang dengan
gangguan fobia. Terapi psikologis memperlihatkan efek yang lebih tahan lama dalam
gangguan cemas adalah Terapi Perilaku Kognitif dan Terapi Perilaku.2
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Dalam praktek
psikoterapi dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan
seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta perilakunya secra mendalam,
dan hal ini sering tidak kita sadari.3

Instruksi untuk terapi perilaku meliputi berbagai metode yang perilaku terapis
terapkan untuk, menyampaikan informasi dan memberikan arahan kepada klien
dalam konteks membuat perubahan perilaku.

Tabel 1. Gangguan psikologi yang cocok untuk terapi perilaku.4


Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Terapi Perilaku (Behavior Therapy)


Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan
untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang
bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety
disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali
perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.5

Psikoterapi juga adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara


psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
kerjasama secara professional dengan seorang pasien pasien dengan tujuan untuk
menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat
penyakit.3

Indikasi utama dari terapi perilaku ialah gangguan fobik dan perilaku
kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual
(misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan
kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara
kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi.
Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan (hipo)
mania.
Dalam konteks Indonesia istilah Behavior sama dengan istilah tingkah laku
yang banyak membicarakan tentang perilaku perilaku manusia sebagai hasil dari
proses belajar.
Gerald Corey menjelaskan bahwa behavior adalah pendekatan-pendekatan
terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah
laku. Pendekatan, teknik dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori
tentang belajar.1
Referat

Pelopor-pelopor aliran Behavioristik pada dasarnya berpegang pada


keyakinan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, oleh
karena itu dapat diubah dengan belajar baru.2
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam
menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui
proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu
menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.

2. Konsep Dasar Teori Behaviorisme

Pendekatan Behavioristik dalam Bimbingan Konseling


1) John B. Watson. Pendiri Behaviorisme (1878 1958), ini adalah seorang
behavioris radikal yang pernah menyatakan bahwa ia bisa mengambil
sejumlah bayi yang sehat dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang
diinginkannya dokter, ahli hokum, seniman, perampok, pencopet melalui
bentukan lingkungan. Jadi, Watson menyingkirkan dari psikologi konsep-
konsep seperti kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif
lainnya.
2) B. F. Skinner menyatakan bahwa kondisi-kondisi tertentu seringkali
mengontrol seseorang untuk berperilaku, hal ini terjadi baik dirumah,
disekolah, dirumah sakit, bahkan dipenjara sekalipun. Seorang konselor akan
merubah perilaku klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dia
akan menciptakan kondisi tertentu. Selain itu skinner juga menolak anggapan
bahwa kepribadian manusia ditentukan oleh pengalaman masa lalu seperti
yang diungkapkan Freud.
3) Albert Bandura menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang
muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan
terhadap tingkah laku orang lain. Ia mengungkapkan bahwa salah satu pross
fundamental yang memungkinkan klien mempelajari tingkah laku baru adalah
imitasi atau percontohan social yang disajikan oleh terapis.
Referat

Jadi dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tokoh pendiri
behaviorisme adalah John B. Watson, ia menyatakan bahwa ia bisa mengambil
sejumlah bayi yang sehat dan menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang
diinginkannya. Jadi, Watson menyingkirkan dari psikologi konsep-konsep seperti
kesadaran, determinasi diri, dan berbagai fenomena subjektif lainnya. Pendeketan
Konseling Behavioristik juga beranggapan bahwa sebagian besar proses belajar
yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui
pengamatan terhadap tingkah laku orang lain.

Menurut Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku,
yakni :
a. Dihubungkan dengan psikoterapi, terapi perilaku secara relatif lebih
memusatkan pada perilaku itu sendiri dan kurang memperhatikan factor
penyebab yang mendasarinya. Khususnya psikoanalisis yang bertumpu pada
keyakinan bahwa gejala yang muncul atau terlihat harus dihilangkan dengan
menghilangkan sumber penyebabnya, akarnya.
b. Perilaku manusia dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama
halnyadengan setiap perilaku lain. Pada terapi perilaku, memperhatikan secara
khusus, bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku, antara lain dilihat dari
sudut teori dan proses belajar.
c. Dasar-dasar psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat
dipergunakan secara sangat efektif dalam mengubah perilaku malasuai.
Namun tidak berarti bahwa semua perilaku malasuai bisa diubah dengan dasar
pendekatan behavioristik karenafactor biologik masih tetap dianggap.
d. Terapi perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi. Meskipun
tidak mengubah kepribadian secara keseluruhan, tetapi dengan menghilangkan
respon-respon yang malasuai (sebagai sumberny), diharapkan akan
mempengaruhi kepribadiannya sebagai keseluruhan (totalitas).
e. Terapi perilaku menolak teori klasik mengenai aspek dasar kepribadian (trait
theory). Sebagaimana diketahui bahwa aspek dasar kepribadian adalah
predisposisi untuk melakukan sesutau perilaku secara sama pada macam-
Referat

macam situasi. Ada pengaruh dari situasi sebagai sumber perangsangan


(stimulus) yang mempengaruhi jawaban secara berbeda pula.
f. Terapis perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada
pada klien.dalam terapi perilaku tidak lagi berlaku konsep metode tunggal
dalam menghadapi persoalan yang dialami pasien. Sebaliknya prosedur
pelaksanaan terapi perlu disesuaikan dengan persoalan yang ada dan kondisi
khusus pribadinya.
g. Terapi perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.dari sudut pendekatan
psikodinamik yang menitikberatkan terjadinya pemahaman terhadap kejadian-
kejadian yang sudah lewat diyakininya akan mempunyai efek terapeutik.
h. Terapis perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empirik, merupakan
dukungan yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.meskipun
hasil objektif melalui penelitian-penelitian, namun ada tingkatan-tingkatan
misalnya: pada kemantapan metodologi yang dipakai,sehingga kuantifikasi
saja, tidak selalu menjamin akan adanya metodologi yang mantap yang
menghasilkan sesuatu hasil penelitian.

3. Masalah Terapi Perilaku


Masalah-masalah dalam terapi behavioral adalah perilaku-perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan, artinya kebiasaankebiasaan negative atau tidak tepat.3
Perilaku seperti ini merupakan hasil dari interaksi yang salah dengan
lingkungannya, sehingga mengakibatkan penyimpangan perilaku.
Jadi perilaku yang tidak sesuai dengan harapan dan tingkah laku yang sama
sekali berbeda dengan perilaku normal merupakan masalah-masalah dalam terapi
behavior.

4. Tujuan Terapi Perilaku


Dalam setiap pemberian terapi tentu saja mengharapkan sebuah hasil yang
tampak dari terapi tersebut. Dalam terapi behavior yang memfokuskan pada
persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang, bertujuan untuk
menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa
segenap tingkah laku adalah dipelajari termasuk tingkah laku yang maladaptif.4
Referat

Sedangkan Latipun dalam bukunya yang berjudul Psikologi Konseling


menjelaskan bahwa tujuan Terapi Behavior adalah mencapai kehidupan tanpa
mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau
hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang,
atau mengalami konflik dengan lingkungan sosial.5
Berkaitan dengan definisi di atas, dapat diambil secara umum bahwa tujuan
terapi behavior adalah:
a. Menghapus pola tingkah laku maladaptive atau maladjustment
b. Membantu balajar tingkah laku konstruktif
c. Merubah tingkah laku.
Terapi perilaku bertujuan untuk mengubah perilaku manusia yang bisa diamati
dan bisa diukur. Perubahan-perubahan itu dipilih oleh terapis bersama dengan
kliennya. Karena pendekatan ini bertujuan melihat perubahan perilaku, beberapa
problem lebih cocok dilakukan terapi perilaku daripada terapi lainnya. Terapis
bersikap direktif, memberi petunjuk yang jelas tentang yang harus dilakukan agar
bias menghasilkan perubahan.

Terapi perilaku berpandangan bahwa semua perilaku, baik berguna ataupun


tidak, normal atau abnormal, dipelajari melalui pengkondisian operan atau klasik.
Gejala-gejalanya dilihat sebagai perilaku yang tak diinginkan. Tujuan umum
terapi perilaku adalah menghasilkan perubahan perilaku realistis yang diinginkan
melalui pendekatan yang terencana dan konsisten. Terapi perilaku berasumsi
bahwa emosi dan pikiran yang berubah akan otomatis mengikuti perilaku yang
berubah. Ketika kecemasan dan ketakutan terjadi, tujuannya bukanlah
menghilangkan perasaan itu sepenuhnya dari seseorang (tujuan yang tidak
mungkin berhasil), namun membuat perasaan itu ke suatu titik yang bisa
dipersepsikan dan dikelola daripada disingkirkan sama sekali.

Perkakas utama terapi perilaku adalah terapi paparan dan keterampilan dan
pelatihan pengendalian diri yang masing-masing konsisten dengan prinsip-prinsip
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Seseorang dengan problem
tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk terapi perilaku jika sesuai. Jika
orang itu dan problemnya sesuai untuk dilakukan terapi perilaku, asesmen
Referat

perilaku penuh untuk problem itu akan dilakukan. Hal itu juga dikenal sebagai
analisis perilaku.

5. Ciri ciri Terapi Perilaku


Sebagai bagian dari system konseling Behavioral, maka ada beberapa ciri-ciri
yang akan membedakan dengan terapi yang lain. Corey (1977) dan George dan
Cristiani (1990) yang dikutip oleh Latipun dalam bukunya Psikologi Konseling
mengemukakan ciri-ciri Terapi Behavior, yaitu:
a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
b. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik
c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
d. Penafsiran objektif atas tujuan terapeutik.6

6. Langkah Langkah Terapi Perilaku


1. Asesmen

Seseorang dengan problem tertentu biasanya akan dikaji dan dirujuk untuk
terapi perilaku jika sesuai (lihat bagian Klien mana yang paling
mendapatkan manfaat). Jika orang itu dan problemnya sesuai untuk
dilakukan terapi perilaku, asesmen perilaku penuh untuk problem itu akan
dilakukan (Analisis Perilaku). Terapis menggunakan pendekatan direktif
dan berorientasi masalah, mengajukan pertanyaan langsung kepada klien
tentang masalahnya. Cara yang lebih ilmiah untuk mengkaji dan
mengevaluasi lingkup problem adalah dengan menggunakan kuesioner.

2. Proses Terapi

Begitu problem target telah dikaji penuh, terapeutik dimulai. Kemajuan


dalam terapi dicapai dengan menjelaskan secara gamblang kepada klien
tentang apa saja yang dilakukan dalam terapi, bagaimana prosesnya
berjalan, apa yang diharapkan dari klien dan bagian yang diperankannya
dalam kemajuannya sendiri. Kesulitan yang diantisipasinya akan dibahas
secara terbuka dan dihasilkan solusinya.
Referat

3. Terapi Paparan

Prinsip paparan selalu sama (seseorang yang takut anjing, justru akan
dipapar anjing). Dengan paparan terus-menerus pada objek atau situasi
yang ditakuti, awalnya kecemasan akan muncul, namun akhirnya
memudar pada level yang bisa ditoleransi. Paparan dilakukan dengan cara
yang terstruktur dan bisa dikelola, selalu dengan pemahaman dan
persetujuan klien, namun juga dengan pemberian rasionalisasi yang jelas.

a. Flooding, seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti untuk


periode yang lama, tetap dalam situasi itu hingga ketakutannya
mereda.

b. Implosi (Implosion), seseorang dipapar pada situasi yang paling ditakuti


namun hanya dalam imajinasi

4. Pelatihan Keterampilan

Pelatihan keterampilan dilakukan setahap demi setahap. Bidang-bidang


umum yang ditangani terapis adalah pelatihan keterampilan asertif,
pelatihan keterampilan social, dan pelatihan keterampilan seksual. Dalam
pemodelan terapis mendemonstrasikan perilaku yang sesuai, komponen
demi komponen, dan mendorong klien mengikuti contoh, memberi
masukan dan pujian jika berkinerja bagus.

5. Pelatihan Pengendalian Diri

Pelatihan pengendalian diri bertujuan membantu klien mengendalikan


perilaku dan perasannya. Bentuk monitor diri (menyimpan catatan harian
tentang perilaku bermasalah dan keadaan ketika itu terjadi) banyak
digunakan dalam terapi perilaku, sehingga klien bisa mengidentifikasi
petunjuk spesifik yang memicu perilaku bermasalahnya dan didorong
untuk berlatih mengendalikan diri ketika perilaku itu muncul. Klien
didorong untuk menghargai dirinya dengan berbagai cara jika ia bisa
mengendalikan diri, maka disebut penguatan.
Referat

6. Format Sesi Khas

Sesi asesmen utama berbeda dengan sesi yang sedang berjalan karena
dirancang untuk menemukan banyak informasi tentang klien dan
masalahnya. Sesi-sesi berikutnya pada tahap tertentu akan ditentukan oleh
sifat dasar permasalahan tertentu klien, namun akan mengikuti rencana
umum. Terapis menyambut klien dan menegosiasikan agenda untuk sesi-
sesi terapi.

7. Teknik-teknik Terapi Perilaku


1) Desensitisasi sistematik
Dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning.
Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan
kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang
sebelumnya menimbulkan kecemasan.8
Wolpe (dalam Corey, 2007) mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi
sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh
teori atau pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan behavioral memandang
manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang
dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan
lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak,
sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan
prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip
belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang
lebih adaptif.10
Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku serta untuk
mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat disesuaiakan. Salah
satu aspek yang paling penting dalam memodifikasi perilaku adalah
penekanannya pada tingkah laku yang didefinisikan secara operasional,
teramati dan terukur., Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Corey
(2005) mengemukakan tentang latar belakang teknik ini melihat bahwa rasa
takut dipelajari lewat pengkondisian, demikian juga sebaliknya rasa takut
dapat dihilangkan lewat pusat pengkondisiannya. Tahun 1920-an Johannes
Referat

Schulz, psikolog Jerman, mengembangkan teknik & Autogenic Training


yang mengkombinasikan diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk konseli
yang mengalami kecemasan. Tahun 1935 Guthrie mengemukakan beberapa
teknik untuk menghapus kebiasaan maladaptif termasuk kecemasan; dengan
menghadapkan individu yang mengalami phobia pada stimulus yang tidak
dapat menimbulkan kecemasan secara gradual ditingkatkan ke stimulus yang
lebih kuat menimbulkan ketakutan.10
Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi behavioristik pada
awal tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini adalah respon
ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah dengan
menggantikan aktivitas yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut.
Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini adalah
kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon
yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau
penenangan. Ketidakpekaan dapat dibentuk dengan menunjukkan setiap
individu, hal-hal kecil dan bertahap atas situasi ketakutan, saat orang tersebut
menunjukkan aktivitasnya yang berlawanan dengan kekhawatirannya. Prinsip
dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang bertentangan
dengan kecemasan yaitu relaksasi.10

Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas
seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut
atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai
anak tidak takut atau cemas lagi (Dalimunthe, 2009).10
Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning,
yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini
sangat efektif untuk menghilangkan rasa takut atau fobia10
Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang
bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih
untuk relaksasi dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif
merelaksasi berbagai otot, mulai dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian
keseluruhan tubuh, leher dan wajah.10
Referat

Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang


menimbulkan kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan
kecemasan paling kecil sampai situasi yang paling menakutkan. Setelah itu
subyek diminta relaks sambil mengalami atau membayangkan tiap situasi
dalam hirarki yang dimulai dari situasi yang paling kecil menimbulkan
kecemasan (Purnama, 2008)10
Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam
terapi tingkah laku. Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus
tingkah laku yng di perkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan
tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak
di hapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik, respon- respon yang tidak di
kehendaki dapat di hilangkan secara bertahap10

Terapi desentisisasi sangat baik dalam menangani kasus-kasus yang dapat


jelas diidentifikasi bias memprovokasi stimulus. Fobia, obsesi, kompulsi dan
gangguan seksual tertentu telah berhasil diobati dengan teknik ini.11

Konstruksi hirarki

Ketika melakukan konstruksi hirarki, pasien memastikan dalam kondisi


apa saja mereka bisa merasakan suatu kegelisahan, dan setelah itu pasien
membuat daftar hirarkinya sebanyak 10 atau 12 keadaan yang dapat
merangsang terjadinya kegelisahan. Contohnya seorang yang takut akan
ketinggian, hirarkinya dimulai ketika pasien membayangkan berdiri di dekat
jendela di lantai dua dan di akhiri dengan berdiri di atap dari lantai 20, dan
disuruh untuk melihat kebawah.11

Pelatihan relaksasi

Terapi relaksasi merupakan prosedur efek psikologis yang merupakan


kebalikan dari suatu rasa cemas : denyut jantung yang lambat, peningkatan
aliran darah perifer dan neuromuscular yang stabil. Berbagai metode relaksasi
telah dikembangkan. Salah satunya yaitu, yoga dan zen, yang sudah sangat
terkenal. Suatu metode yang sangat maju, dikembangkan oleh seorang
psikiater yang bernama Edmund Jacobson. pasien merilekskan seluruh otot
Referat

utama dalam urutan tetap, dimulai dari otot kecil di kaki sampai ke kepala
bekerja atau sebaliknya. Tapi ada juga seorang psikiateer menggunakan
hipnotis untuk memfasilitasi relaksasi ataupun menggunakan alat perekam
sebagai latihan untuk dirinya sendiri.11

Desenitisasi yang sebenarnya

Pada proses akhir, disebut desenizitation, yang prosesnya dimana pasien


menyusun daftar secara sistemati dari yang paling bawah sampai yang paling
memprofokatif munculnya suatu perasaan gelisah dan pasien sementara
dalamj tahap proses relaksasi yang paling dalam. 1

Suatu tingkat di mana pasien maju melalui daftar ditentukan oleh respon
tersebut ke rangsangan, ketika pasien secara jelas bisa membayangkan bagian
yang paling meransang terjadinya rasa cemas dari hirarki dengan tenang,
pengalaman mereka teratasi sedikit dalam mengatasi kecemasan dalam situasi
kehidupan yang sesuai dengan kehidupan nyata.1

Indikasi meliputi setiap ansietas dimana stimulus yang memicu ansietas


dapat di identifikasi. Gangguan yang dapat di obati meliputi fobia, dan
sekumpulan ansietas.1

Contoh : Seorang pria yang takut terbang pertama belajar prosedur


relaksasi. Dan jika sudah santai kemudian kembali dia membayangkan
mengemudi ke bandara. Setelah proses ini menghasilkan kecemasan,
dia akan kembali disuruh rileks. Proses ini diulang sampai dia bisa
menjaga relaksasi ketakutannya dalam pikiran tetap santai. Prosedur
ini diulang untuk setiap situasi pada saat timbul kecemasan.9

2)
Flooding
Flooding adalah bentuk terapi perilaku dan berdasar dengan prinsip-
prinsip pengkondisian responden. Terapi ini kadang disebut sebagai terapi
pemaparan atau terapi eksposur yang lama. Sebagai teknin psikoterapi, terapi
ini dapat digunakan untuk mengobati fobia dan gangguan kecemasan termasuk
stres pasca trauma. Cara kerjanya dengan cara mengekspos pasien dengan
Referat

traumanya atau ketakutannya, dengan tujuan melihat emosi mereka yang


muncul dalam keadaan sadar.12
Flooding adalah metode psikoterapi untuk mengatasi fobia dan merupakan
metode yang sangat cepat (tapi kurang efisien dan lebih traumatis) dan lebih
memicu ketakutan dibandingkan dengan densitisasi sistematis. Ketika dalam
melakukan pengobatan, terapis akan menempatkan seseorang dalam situasi
dimana mereka akan menghadapi fobia mereka yang paling buruk. Dalam
kondisi yang terkendali dan menggunakan teknik relaksasi, dan iniu terbukti
pasien dapat mengendalikan ketakutan mereka dan menggatikan ketakutan
mereka dengan relaksasi. 12
Banyak pasien menolak terapi flooding karena ketidaknyamanan
psikologis yang dirasakan. Dan terapi ini kontraindikasi jika terdapat
kecemasan yang terlalu sering dan akan berbahaya bagi pasien (dengan orang
yang memiliki penyakit jantung atau orang dengan psikologi yang rapuh). Dan
teknik terapi ini sangat cocok untuk fobia yang spesifik.11

3) Pemodelan (modeling)
Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar
observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan
kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati
orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka.
Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan
simulasi (role-playing).8
Contoh : Seorang wanita dengan riwayat fobia ketinggian menonton
rekaman video yang menunjukkan seorang wanita melakukan adegan
naik kegedung tinggi dan mengatasi ketakutannya.9

4) Regulasi diri
Melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian
atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk
mengubah perilaku maladaptif.8
Referat

Contoh : Seorang wanita dengan kesulitan tidur diinstruksikan untuk


merekam ketika dia tertidur dan mencatat berapa lama dia tidur tiap
malam.9

5) Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4
proses utama observasi pembelajaran.8

6) Attention to the model.

7) Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)

8) Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)

9) Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang


telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).

10) Terapi Aversi yaitu, teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan
secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik,
melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus
yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan
terhambat/hilang. Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza,
Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan
seksual lainnya. Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling
kontroversi, misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila
muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.8

Sebagai salah satu teknik psikoterapi, terapi perilaku realtif masih sangat
muda,baru dipergunakan sejak 30 tahun yang lalu. Dalam kaitan dengan
pengubahan perilaku (behavior modification), terdapat dua pendapat mengenai
terapi perilaku. di dalamperkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang
dipakai untuk mengubah perilakuatau arti umumnya sebagai salah satu teknik
psikoterapi, menurut corey (1991) terdiri dari tiga tahap :
Referat

1. Tahap pertama adalah tahap kondisioning klasik pada mana perilaku yang
baru,dihasilkan dari individu secara pasif. Tokoh-tokoh pada kelompok ini
ialah : Skinner (Science and Human Behavior); A. Lazarus (Behavior Therapy
and Beyond) dan Eysenck (Behavior Therapy and The Neurosis).
2. Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif [operant], dimana perubahan-
perubahandi lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi
sebagai penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus
diperlihatkan, sehinggakemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus
dan semakin diperkuat.Tokoh utama pada tahap kedua ini adalah Skinner.
3. Tahap ketiga adalah tahap kognitif. Sebagaimana diketahui bahwa munculnya
terapiperilaku dengan cirri-ciri khas yang bertentangan dengan pendekatan
psikoanalisis, psikodinamik, mengesampingkan konsep berfikir, konsep sikap
dan konsep nilai.

8. Perkembangan Terapi Perilaku


a) Dialectical Behavior Therapy (DBT)
DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang.
Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif
dan perilaku. Fungsi DBT adalah :

1. Meningkatkan dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien

2. Meningkatkan matovasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan


pada perilaku maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi).

3. Meyakinkan bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari lingkungan


terapeutik ke lingkungan alami

4. Membuat struktur lingkungan sedemikian rupa sehinggaperilaku efektif


bukannya perilaku disfungsi yang didorong

5. Meningkatkan motivasi dan kemampuan terapis sehingga diperoleh terapi


efektif.
Referat

b) Terapi Kognitif-Perilaku (Cognitive Behavioural Therapy)


CBT merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan
cognitive therapy dan behavior therapy. Oleh sebab itu, Matson & Ollendick
(1988: 44) mengungkapkan bahwasanya CBT merupakan perpaduan pendekatan
dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Sehingga
langkah-langkah yang dilakukan oleh cognitive therapy dan behavior therapy ada
dalam terapi yang dilakukan oleh CBT.

Terapi kognitif-perilaku (sering disingkat CBT) menampilkan usaha yang


relatif baru untuk menyatukan aspek terapi perilaku yang berguna dengan terapi
kognitif dan memiliki tujuan utama membantu pasien mendapatkan perubahan
yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi dasar yang melatarbelakangi
terapi-kognitif perilaku meliputi:

1. Respons pasien lebih berdasarkan kepada interpretasi ketimbang pada


realitasnya.

2. Pikiran, perilaku, dan emosi saling terkait.

3. Tindakan terapeutik perlu diklarifikasi dan diubah menurut pikiran pasien

4. Manfaat perubahan proses kognitif dan perilaku pasien lebih besar daripada
manfaat perubahan salah satunya saja.
Referat

BAB III

KESIMPULAN

Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih


menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi
perkembangan sebelumnya. Cognitive behavior therapy adalah suatu intervensi
psikoterapeutik yang bertujuan untuk mengurangi distres psikologis dan perilaku
maladaptif dengan mengubah proses kognitif.

Diharapkan dengan CBT pasien dapat meningkatkan self awareness,


memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri
dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan perilaku yang lebih tepat.
Pengembangan perilaku yang lebih adaptif dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, antara lain target setting, activity rescheduling, dan behavioral experiment.
Adanya keterampilan kognitif dan perilaku yang baru membuat individu
menghadapi situasi sulit dengan cara yang lebih tepat.2,3,4

Secara keseluruhan, terapi perilaku umumnya tidak digunakan sendiri dalam


mengobati kelainan psikologis. Namun teknik yang digunakan dalam terapi
perilaku dapat diterapkan pada pengobatan di berbagai situasi. Terapi perilaku
telah memberi kontribusi pada pemahaman yang lebih baik proses belajar dan
juga mempengaruhi strategi pengukuran secara signifikan mengidentifikasi
masalah psikologis seperti gangguan kecemasan.
Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Corey, C. (2005). Theory and practice of counseling & psychotherapy. (7th ed.).
Belmont, CA: Thomson Learning.
2.

Anda mungkin juga menyukai