Ujian Lab IPD
Ujian Lab IPD
Prinsip Dengan HCL 0,1 N, Hb diubah menjadi Hb dioksidir oleh oleh kalium Prosentase endapan eritrosit Darah diletakkan dalam posisi Amonium-kalium
asam hematin ferritianida menjadi cyanmet terhadap jumlah darah semula vertikal, maka eritrosi akan disclat
hemoglobin oleh kalium sianida mengendap dan plasma Pria= 0-9 mm/jam
! absorbansi diukur pada terletak diatas Wanita 0-15 mm/jam
gelombang 540 nm
Bahan dan Hemometer sahli
Spektrofotometer
Tabung wintrobe:
Tabung kapiler berheparin
Tabung westergen:
alat Larutan Hcl 0,1 N
Pipet sahli 20 uL
Panjang 100 mm
Penutup karet
Panjang 300 mm
Aquadest Pipet 5 ml
Lebar 2,5 mmrheumatoi
Sentrifuge hematokrit Diameter 2,5 mm
Larutan drabkin:
Skala 0-100 mm
mikro
Skala 0-200 mm
NaHCO3 1
Centrifuge Pembaca hematokrit
KCN 0,05
K3Fe(CN)6 0,2
Aquadest 1L
Cara Masukkan Hcl ke tabung pengencer smp 5 ml drabkin ke tabung reaksi
Isi tabung wintrobe smp tanda Sentuhkan salah satu 1,6 ml darah diberi natrium 4 darah vena + 1na
tanda 2 gr %
Dgn pipet sahli ambil 20 uL 100 diatas
ujung tabung ke tetesan sitrat 3,8% 0,4 ml
sitrat 3,8%
Isap darah dg pipet sahli smp tanda 20uL darah ! bersihkan ujungnya ! Sentrifuge 3000 rpm dlm 30 darah
Bila pake darah dg EDTA ! 1 4 darah edta + 1 NaCl
(smp garis 0,5)
bilas
menit
Tutup ujung satunya dg cc NS 0,9% untuk 4 cc darah
0,9%
Hapus darah yg melekat pd sebelah luar Campur dan diamkan slm 5 Amati warna plasma (kuning! karet
Isap darah ke tabung
ujung pipet
menit pd suhu kamar
ikterik, coklat )
Sentrifuge 10.000-15.000 westergen ! smp tnada 0 mm
Pipet dibilas dg larutan Hcl 0,1 N dlm Baca dg spektro Tebalnya lapisan putih diatas rpm slm 5 menit
Letakkan dlm keadaan tegak
tabung
eritrosit (terdiri dari leukosit dan Baca dg pembaca lurus slm 1 jam
Kocok smp berwarna merah tua
trombosit ! 1 mm=10.000 hematokrit Baca LED
Tambahkan aquadest smp warnanya leukosit/mm3)
sama
CATT Koefisien variasi cara ini 10% Koefisien variasi 2% ! standar Kecepatan LED dipengaruhi
pemeriksaan Hb dari WHO kadar albumin, globulin dan
fibrinogen
LED = LAJU ENDAP DARAH
Pemeriksaan cara westergen merupakan pemeriksaan referens menurut Komite International
ESR = Estimation sedimentation rate
Prinsip = sejumlah darah + antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung berukuran tertentu lalu
diletakkan tegak lurus dalam satu jam diukur kecepatan pengendapan eritrositnya.
Standarisasi Hematologi
meningkat
Eritrosit meningkat, pada: polisitemia vera, dehidrasi/hemokonsentrasi
Leukosit
Hitung jenis
3. Membantu menegakkan diagnosa atau diagnosa banding
Prinsipnya menghitung 100 leukosit pada hapusan darah, kemudian dipilah-pilah dan
LED ! menurun pada:
dikelompokkan menurut jenisnya (satuannya %)
- Polisitemia vera, obat (aspilet, kortikosteroid), sickle cell anemia, CHF, def.faktor V, ASA,
Etambutol, mononucleosis infeksiosa
LED ! meningkat pada:
1.
Eo/Ba/St/Seg/Limf/Mo
2 /- /10 /60 /20 /8 (%)
kehamilan, metildopa, vit.A
LED tidak naik pada: angina pectoris, ulcus pepticum
(stress condition: kerja fisik>>, partus), ALL, AML
Eritrosit, trombosit, leukosit, retikulosit
Hb:
Perubahan bentuk leukosit dan kemungkinan arti diagnostik:
1. granulasi toksis ! infeksi berat, sepsis
2. hipersegmentasi netrofil (>5 lobi) ! anemia megaloblastik
1. Menurun, pada: anemia, thalasemia, leukemia, CKD, kehamilan, kelebihan cairan intravena 3. auer rod dalam sel muda ! leukimia mieloblastik akut (AML), leukimia monositik akut
(hemodelusi), asa, primakuin, rifampicin, indometasin,sulfonamide, tetrasiklin
(AML)
2. Meningkat, pada: dehidrasi/hemokonsentrasi, polisitemia, daerah dataran tinggi, CHF, 4. hipogranulasi netrofil, pseudo pelger huet ! mielodisplastik sindrom (MDS)
metildopa, gentamicin.
Eritrosit
5. limfosit atipik (limfosit plasma biru) ! infeksi virus
Eosinofilia: eosinofil>normal, pada:
Perubahan bentuk eritrosit dan kemungkinan arti diagnostik:
1. penyakit alergi: asma bronkiale, hay fever, eksema, urtikaria
1. Eritrosit makrositik dan kebiruan (polikromasia) ! eritropoiesis meningkat
2. infeksi parasit: trichinosis, ankilostomiasis, askariasis
2. Eritrosit makrositik oval ! anemia megaloblastik
3. Sel target ! thallasemia, penyakit hepar
4. Sel sferosit ! sferositis herediter, immun hemolytic anemia
3. Keganasan: Leukimia mielositi kronik (CML), polisitemia vera, Hodgkin
5. Polisitemia vera
3. Tuberculosis fase penyembuhan
Segmen `
: 60% x 10.000 = 6.000/cmm
Limfosit
: 20% x 10.000 = 2.000/cmm
Trombosit
normal= 8-10 per LP
Monosit
: 8% x 10.000 = 800/cmm
B. Large lymphocyte
G. Thrombocyte
C. Segment neutrophyl
D. Eosinophyl
H. Small lymphocyte
I. Stab neutrophyl
E. Segment neutrophyl
J. Basophyl
Eosinofil
basofil
neutrofil
stab & segment
limfosit
monosit
Stab & segment : Cytoplasm ! bluish red (neutral), Nucleus: stab form
Limfosit: Cytoplasm ! sky blue, Single nucleus, Clear zone in peri nucleus
Monosit: Biggest cell, Nucleus: kidney form, Chromatin: cerebral form, Irregular shape, vacuolated cytoplasm
HEMATOPOIETIN
PROSES KOAGULASI
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH
Prinsip Tujuan: Menilai fungsi kapiler dan trombosit Ambil setetes darah diletakkan sisi kanan kaca objek
Kaca penggeser taruh sebelah kiri darah, geser ke kanan
smp darah melebar ! dorong ke kiri
Tunggu smp kering
Tulis nama dan tanggal
Cara Letakkan handuk pada pundak.
Pilih tempat tusukan pada bag lateral Hapusan darah taruh rak
Siapkan larutan giemsa:buffer
Bersihkan cuping telinga dgn kapas permukaan volar lengan yg bebas vena, Teteskan 12 tetes wright ! = 1:9
alkohol 70%
hematom, edema, dan parut. 5 cm di biarkan 2 menit
Letakkan hapusan darah di
Pegang cuping telinga antara ibu jari bawah antecubiti.
Teteskan buffer 12 tetes ! rak, biarkan kering
& telunjuk.
Desinfeksi dg alkohol 70%.
biarkan 20 menit
Teteskan methanol/etanol 5-10
Tusuk pinggir cuping telinga dengan Letakkan sphygmomanometer 2 inc di Siram air
menit ! untuk fiksasi !
lancet sedalam 2 mm.
atas siku, tekanan 40 mm Hg.
Keringkan buang cairan sisa
Ketika titik darah terlihat, hidupkan Buat insisi 5 x 1 mm.
Teteskan giemsa: buffer !
stopwatch
Setiap 15 detik, sentuh darah yg keluar dg 15-20 menit ! untuk
Darah yg keluar dihisap dengan tepi kertas saring. Hindari kontak dg luka.
pewarnaan ! buang cairan
kertas saring setiap 30 detik, tapi tidak sisa
boleh menyentuh lukanya.
keringkan
Kalau darah tdk keluar, stopwatch
dihentikan.
Harga N Harga normal : 1 3 menit Jika waktu perdarahan lebih dari 15 menit: N= eos/ba/stab/seg/limf/mono
hentikan pemeriksaan, tekan luka, =
dilaporkan lebih 15. Nilai normal: 2- 7 HARGA NORMAL HITUNG
menit JENIS
EOSINOFIL : 1 3 %
BASOFIL : 0 1 %
BATANG : 2 6 %
SEGMEN : 50 70 %
LIMFOSIT : 20 40 %
MONOSIT : 2 8 %
URINALISIS
MAKROSKOPIK
Makanan, obat, produk metabolic dan infeksi dapat menyebabkan warna urin abnormal (Tabel 1). Urin keruh seringkali merupakan akibat Kristal fosfat terpresipitasi di dalam urin alkalin, tetapi piuria juga
dapat menjadi penyebab. Bau normal urin disebut sebagai urinoid, bau ini biasanya kuat pada specimen yang terkonsentrasi tetapi tidak menunjukkan infeksi. Ketoasidosis diabetic dapat menyebabkan urin
berbau seperti buah-buahan atau manis, dan fermentasi alkalin dapat menyebabkan bau ammonia setelah retensi lama di dalam kandung kemih. Penderita dengan infeksi saluran kemih (ISK) seringkali urinnya
berbau tajam menyengat. Penyebab lain bau yang abnormal adalah fistula gastrointestinal-vesika urinaria (bau seperti feses), dekomposisi cystine (bau sulfur), obat dan diet (misal, asparagus).
Volume urin diukur dengan gelas ukur. Volume urin normal rata-rata orang dewasa adalah 800-1300 mL/24 jam.
Coklat
Bile pigment, mioglobin
URINALISIS DIPSTIK
1. Specific gravity (berat jenis)
Berat jenis urin berkaitan dengan osmolalitas urin dan memberikan petunjuk penting status hidrasi penderita. Pemeriksaan ini juga menggambarkan kemampuan konsentrasi ginjal. Berat jenis
normal antara 1,005 sampai 1,030. Nilai kurang dari 1,010 menunjukkan hidrasi relative, dan nilai lebih besar dari 1,020 menunjukkan dehidrasi relative. Peningkatan BJ urin berkaitan dengan glikosuria dan
the syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Penurunan BJ berkaitan dengan penggunaan diuretic, diabetes insipidus, insufisiensi adrenal, aldosteron, dan kegagalan fungsi ginjal. Pada
2.
penderita dengan insufisiensi ginjal intrinsic, BJ urin menetao pada 1,010 pada filtrate glomerular
pH urin
individu sehat biasanya akan menghasilkan uri pagi pertama yang sedikit asam, pH 5,0-6,0, karena aktifitas metabolic; pH yang lebih alkalin terjadi sesudah makan (alkalin tide). Rentang pH normal
pada sampel 6,7-8. Interpretasi nilai pH harus diintegrasikan dengan informasi klinis penderita dan hasil pemeriksaan laboratorium lain, seperti status asam-basa darah, fungsi ginjal, adanya ISK, dietary
intake, dan usia specimen.
Penentuan Ph urin berguna dalam diagnosis dan manajemen ISK dan batu. Urin alkalin pada penderita ISK menunjukkan adanya urea-splitting organism, yang mungkin berkaitan dengan Kristal-
3.
kristal magnesium ammonium phosphate dapat membentuk batu staghorn. Batu asam urat dikaitkan dengan urin yang asam.
Hematuria
Darah terdapat di dalam urin dalam bentuk utuh (hematuria) atau sebagai destruksi eritrosit, hemoglobin (hemoglobinuria). Pemeriksaan mikroskopiksedimen urin akan menunjukkan eritrosit utuh,
tetapi hemoglobin bebas yang dihasilkan dari kelainan-kelainan hemolitik atau lisis tidak akan terdeteksi.
Definisi hematuria adalah tiga atau lebih eritrosit per lapang pandang besar pada dua atau tiga sampel urin. Pemeriksaan dipstick darah dalam urin mendeteksi aktifitas peroksidase eritrosit.
Mioglobin dan hemoglobin juga dapat mengkatalisa reaksi ini, sehingga hasil tes yang positif dapat menunjukkan hematuria, mioglobiuria, atau hemoglobinuria. Visualisasi eritrosit utuh pada pemeriksaan
mikroskopik sedimen urin dapat membedakan hematuria dari keadaan-keadaan lain tersebut. Pemeriksaan mikroskopik juga dapat mendeteksi silinder eritrosit atau eritrosit dismorfik. Mioglobin, protein yang
mengandung heme yang ditemukan di dalam jaringan otot, tidak hanya menghasilkan reaksi positif dengan reagent strip test untuk darah tetapi juga menghasilkan urin jernih yang berwarna merah-coklat.
Adanya mioglobin, bukan hemoglobin, dapat diduga pada penderita dengan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan destruksi otot (rhabdomiolisis).
Hematuria dibagi menjadi 3 berdasarkan etiologinya, glomerular, renal (nonglomerular), dan urologik. Hematuria glomeruler berkaitan dengan proteinuria yang bermakna, silinder.. Nefropati
merupakan penyebab paling banyak hematuria glomeruler. Hematuria nonglomeruler merupakan sekunder terhadap kelainan-kelainan tubulointerstitial, renovaskuler, atau metabolik. Seperti., seringkali
dikaitkan dengan proteinuria yang bermakna. Tetapi, tidak ada hubungan dengan eritrosit dismorfik atau silinder eritrosit. Evaluasi selanjutnya pada penderita dengan hematuria glomeruler dan penentuan
fungsi ginjal dan protein urin 24 jam atau rasio protein-kreatinin urin. Penyebab-penyebab urologik hematuria antara lain tumor, batu, dan infeksi. Hematuria urologik dibedakan dari etiologi lain tanpa adanya
dismorfik, dan silinder eritrosit. Exercise-induced hematuria relatif sering dijumpai, misal long distance running. Hasil urinalisis ulangan setelah 48 sampai 72 jam negatif pada penderita dengan keadaan ini.
Penyebab hematuria
Penyebab glomerular
Penyebab renal
Penyebab urologi
Familial
Arteriovenous malformation
Benign prostatic hyperplasia
Alport disease
Hiperurikosuria
Kanker (ginjal, ureter, kandung kemih, prostate, dan
Nall-patella syndrome
Hiperkalsiuria
uretra)
Glomerulonefrosis primer
Hipertensi malignan
Sistitis/ pielonefritis
Focal segmental
Penyebab metabolik
Nefrolitiasis
Henoch-schonlein purpura
Penyakit ginjal polikistik
Penyebab lain
Nefropati igA
Papillary necrosis
NSAID, heparin
Post infeksius
Sickle cell disease atau trait
Trauma
Glomerulonefritis sekunder
Penyebab tubulointerstitial
Hemolytic-uremic syndrome
Penyebab vaskuler
Systemic lupus nefritis
Trombotic
Thromocytopenic purpura
PROTEIN GLUKOSA BILIRUBIN UROBILIN KETON
ASAM ASETAT ASAM PROTEIN BENCE BENEDICT FEHLING HARISON SCHLESEINGER ROTHERA
SULFOSALISILAT JONES
PRINSIP Protein dlm keadaan Protein patologik, Glukosa bersifat sbg reduktor yg mereduksi B i l i r u b i n u r i n Urobilin ada jika Reaksi antara
k o l o i d bersifat larut pada CuO (cupri) yang berwarna biru ! Cu2O diekatkan dengan sudah terjadi oksidasi nitroprusside dan
dipresipitasikan dg s u h u d i d i h u r i n , (cupro) yang berwarna merah bata cara dipresipitasikan urobilinogen. asam asetoasetat yg
asam asetat ! kekeruhan mudah fosfat urinnya dg Digunakan larutan menimbulkan warna
mencapai titik terlihat pada suhu 60 BaCl2 10% lugol sebagai ungu.
isoelektrik ! dan menjadi lbh jelas !bilirubin yang oksidatornya !
p e m a n a s a n pd suhu rendah. terkumpul dioksidasi urobilin yang
selanjutnya ! Kalau dididihkan lagi dg reagen foucet ! terbentuk dicampur
denaturasi dan terjadi kekeruhan meghilang biliverdin yang dg reagen
presipitasi berwarna hijau Schlesinger !
bentuk senyawa yang
ber fluoresensi hijau
Bahan dan alat Reagent benedict:
Reagent fehling A:
Reagent Foucet:
Larutan lugol:
Reagen:
CuSO4.5aq 17,3 gr
CuSO4
Asam trichloroasetat Yodium 1 gr
Natrium nitroprussida
Natrium citrate 173 gr
Aquadest
25 gr
Kl 2 gr
Ammonium sulfat 200
Na2CO3.0aq 100 gr Reagent Felhing B:
Aquadest 100 ml
Aquadest ad 300 ml
gr
atau
K Na Tatrat
Ferrichlorida (FeCl3) Larutan Schlesinger:
Keduanya digerus
Na2CO3.10aq 200 gr
NaCO3
10% 10 ml Zinc asetat 10 gr
dan dicampur !
Aquadest.ad 1000 ml Na sitrat
Alcohol 95% 100 ml serbuk disimpan dlm
Aquadest botol tertutup rapat
A m m o n i u m
hidroksida pekat 28%
Cara 2 tabung reaksi ! 2 tabung reaksi ! 5 ml urin ke tabung Masukkan 5 ml Campurkan;
5 ml urine ke dlm 3 ml filtrate dari tes 5ml urin ke tabung
masing-masing diisi 2 masing2 diisi 2 ml reaksi ! tambahkan reagen benedict ke 1 ml fehling A
tabung reaksi
harison ke dlm reaksi
ml urine
urine
3-5 tetes asam asetat tabung reaksi
1 ml fehling B
Ta m b a h k a n 5 m l tabung reaksi
Tambahkan reagen
1 tabung diberi 3-5 1 tabung diberi 8 3-6%
Tambahkan 8 tetes 0,5 cc urine
BaCl2 10%
Tambahkan 2 tetes dan dikocok smp
tetes asam asetat tetes asam Didihkan ! bila urine
Panaskan Saring
l u g o l ! c a m p u r, larut
3-6%
sulfosalisilat 20% ! tampak keruh segera Panaskan smp Teteskan 2-3 tetes tunggu 5 menit
Pegang tabung
Panaskan smp kocok
disaring ! dinginkan mendidih (5 menit)
reagen foucet keatas Ta m b a h k a n 3 m l dalam keadaan
mendidih
Amati kekeruhan, lihat kekeruhannya Setelah dingin ! kertas saring
reagen Schlesinger miring dan alirkan 1-2
Amati kekeruhan, bandingkan dg kocok ! amati Bila ada warna hijau ! campur, saring
ml ammonium
bandingkan dg kontrol ! bilirubin (+) Lihat ada fluoresensi hidroksida 28% ke
kontrol hijau atau tidsk dg dalam urin tsb !
sinar matahari posisikan ! tunggu
berpentul dg latar 3 menit
belakang hitam Bila ada warna ungu
kemerahan pada
perbatasan lekuar
lapisan cairan !
keton (+)
CATT Zat reduktor lainnya: laktosa, asam salisilat, Bilirubin urin akan
vitC, galaktosa ! positif palsu m e n g g a n g g u
pemeriksaan ini shg
sampel hrs dibuang
dulu dg Ca(OH)2
atau memakai filtrate
dr pemeriksaan
Harison (bilirubin)
H a r g a n o r m a l Periksa dg cahaya berpantul dan latar Positif atau negatif Negatif (-): tetap biru atau sedikit kehijauan
interpretasi belakang hitam
keruh
Negatif (-) : tidak ada kekeruhan = kontrol
Positif 1 (+): hijau kekuningan dan keruh (o,
Normal <100 mg/24 jam atau 10 mg/dl (0,01 5-1%)
g/dl)
Positif 2 (++): kuning, keruh (1-1,5%)
Positif 1(+) : kekeruhan ringan, tanpa butir2 Positif 3 (+++): jingga atau warna lumpur
(+0,01-0,05%)= 30 mg/dl
keruh (2-3,5%)
Positif 2 (++): kekeruhan mudah dilihat Positif 4 (++++): merah bata (>3,5%)
tampak butir2 (+0,05-0,2%) = 100 mg/dl
Positif 3 (+++): kekeruhan jelas tampak
berkeping2 (+0,02-0,5%) = 300 mg/dl)
Positif 4 (++++): kekeruhan bergumpal-
gumpal atau memadat (>0,05%) = 1000 mg/
dl
PROTEINURIA
Dari semua pemeriksaan kimiawi rutin pada urin, penentuan protein merupakan pemeriksaan yang paling dapat menunjukkan adanya kelainan ginjal. Normal urin mengandung sangat sedikit protein,
biasanya ekskresinya kurang dari 10 mg/dl atau 100 mg per 24 jam. Protein-protein ini terutama protein serum berat molekul rendah yang dapat difiltrasi oleh glomerulus dan protein-protein yang dihasilkan di dalam
genitourinary tract. Diantaranya albumin merupakan protein serum utama yg diemukan dalam urin normal.
Pada individu yg sehat, dinding kapiler glomerular permeable hanya terhadap bahan-bahan dengan berat molekul kurang dari 20.000 dalton. Sekali difiltrasi, protein molekul rendah direabsorpsi dan
dimetabolisme oleh sel-sel tubulus proksimal. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi protein urin >150 mg/hari (10-20 mg/dl) dan merupakan petanda khas penyakit ginjal. Mikroalbunuria didefinisikan sebagai
ekskresi 30-100 mg protein per hari dan merupakan tanda penyakit ginjal dini, terutama pada penderita penyakit diabetes.
Reagen pada sebagian besar uji dipstik sensitif terhadap albumin, tetapi tidak dapat mendeteksi protein-protein gammaglobulin dan bence jones konsentrasi rendah. Pemeriksaan dipstik untuk protein
dengan jumlah yg sedikit, memberikan hasil yg positif pada konsentrasi 5-10mg/dl, lebih rendah daripada treshold proteinuria yg secara klinis bermakna. Proteinuria 1+ sesuai dg kurang lebih 30 mg protein/dl, 2+
sesuai dg 100 mg/dl, 3+ sesuai dg 300 mg/dl, dan 4+ sesuai dg 1000 mg/dl.
Proteinuria dapat diklasifikasikan sebagai transient atau persisten (tabel 3). Pada transient proteinuria, suatu perubahan semnetara pada hemodinamik glomerular menyebabkan protein yang berlebihan.
Proteinuria ortostatik (postural) merupakan akibat dari prolonged standing yang dikonfirmasi dg hasil urinalisis yg negatif setelah 8 jam berbaring.
Proteinuria persisten dibagi menjadi 3 katergori, glomerular, tubular, dan overflow. Pada proteinuria glomerular tipe yang paling banyak, albumin merupakan protein urin utama. Proteinuria tubuler terjadi jika
sel-sel tubuler yang fungsinya terganggu tidak dapat memetabolisme atau mereabsorbsi protein yang difiltrasi secara normal. Pada keadaan ini protein-protein berat molekul rendah lebih dominan daripada albumin
dan jarang melebihi 2 gr/hari. Pada overflow protenuria, protein2 berat molekul berat melebihi kemampuan tubuli untuk mereabsirbsi protein2 yang difiltrasi jadi mekanisme terjadinya proteinuria antara lain:
1. Kerusakan membran kapiler glomeruli yang menyebabkan peningkatan filtrasi protein dg berat molekul tinggi, misalnya pada glomerulonefritis.
2. Peningkatan sekresi protein oleh sel-sel tubulus ke dalam lumen, misalnya pada pyelonefritis.
3. Peningkatan kadar protein berat molekular rendah dalam plasma yang melebihi nilai ambang reabsorpsi tubulus, misalnya pada multiple myeloma.
4. Penurunan daya reabsorpsi tubuli terhadap protein dg berat molekular rendah yang telah difiltrasi oleh glomeruli, misalnya pada renal tubular asidosis, gagal ginjal akut.
Penyebab proteinuria
Transient proteinuria
Secondary glomerular causes
Tubular causes
Congestive Heart Failure
Alports Syndrome
Aminociduria
Dehydration
Amyloidosis
Drug (NSAID, antibiotik)
Emotional Stress
Collagen Vascular disease (i.e SLE)
Fanconi syndrome
Exercise
DM
Heavy metal ingestion
Fever
Drug (NSAID, penicillamine)
Hypertensive nefrosclerosis
Orthostatic proteinuria
Seizures
Fabrys disease
Infection (HIV, sipilis, hepatitis, post-streptococcal inf)
Malignancies
Interstitial nephritis
Overflow causes
Persistent proteinuria
Sarcoidosis
Hemoglobinuria
Primary glomerular causes
Sickle Cell Disease Multiple Myeloma
Focal segmental glomerular nefritis
Myoglobinuria
IgA nefropathy (i.e Bergers Disease)
IgM nefropathy
Membranoproliferatif
Glomerulonefritis
Membranous nefrpathy
Minimal change disease
Glukosuria
Glukosa normalnya difiltrasi oleh glomerulus, tetapi bahan ini direabsorpsi hampir lengkap di tubulus proksimalis. Glukosuria terjadi jika beban glukosa yang difiltrasi melebihi kemampuan tubulus untuk
mereabsorpsinya (yaitu jika mencapai 200mg/dL). Berbagai etiologi antara lain DM, cushing syndrome, penyakit hepar dan pankreas, dan Fanconis syndrome.
urobilinogen.
Ketonuria
Istilah keton mempresentasikan tiga produk intermediete dan metabolisme lemak, yaitu aseton, acetoacic acid, dan beta-hydroxybutyric acid. Dalam keadaan normal, kadar keton yang terukur tidak terdeteksi
dalam urin karena semua lemak dimetabolisme lengkap dipecah menjadi CO2 dan air. Tetapi saat penggunaan karbohidrat yang tersedia sebagai sumber energi utama sangat berkurang dan simpanan lemak tubuh
harus dimetabolisme menjadi energi, keton akan dapat terdeteksi dalam urin. Ketonuria sebagian besar berkaitan dengan diabetes yang tak terkontrol, tetap juga dapat terjadi selama kehamilan, diet bebas
karbohidrat, dan kelaparan.
Nitrit
Nitrit normalnya tidak ditemukan di dalam urin tetapi positif jika bakteri mereduksi nitrat urin menjadi nitrit. Banyak organisme gram negatif dan beberapa gram positif mampu melakukan konversi ini, dan nitrit
. Dipstik menunjukkan bahwa organisme ini terdapat dalam jumlah yang bermakna (yaitu, lebih dari 10.000/ml). Pemeriksaan ini spesifik tetapi tidak sangat sensitif. Dengan demikian, hasil membantu, tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan ISK. Reagen dipstik nitrit sensitif terhadap pemaparan udara, sehingga wadah harus segera ditutup setelah strip dipstik diambil. Non-nitrit-reducing organism dan penderita yang
mengkonsumsi diet rendah garam dapat menunjukkan hasil negatif-palsu.