Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

Seorang Pasien dengan Skizofrenia Residual

Oleh:

Ellisabeth M. Harahap

15014101177

Masa KKM : 2 Mei -29 Mei 2016

Pembimbing:

dr. L.F.J. Kandou, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul:


Seorang Pasien dengan Skizofrenia Residual

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Mei 2016

Pembimbing,

dr. L.F.J. Kandou, Sp.KJ

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1
I. Identitas Pasien ...................................................................................... 1
II. Riwayat Psikiatrik .................................................................................. 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi ................................................................... 4
IV. Pemeriksaan Status Mental .................................................................... 11
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ................................................... 14
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ................................................................ 15
VII. Formulasi Diagnostik ............................................................................ 16
VIII. Diagnosis Multiaksial ............................................................................ 17
IX. Problem .................................................................................................. 17
X. Rencana Terapi ...................................................................................... 17
XI. Prognosis ............................................................................................... 18
XII. Anjuran .................................................................................................. 18
XIII. Diskusi ................................................................................................... 19
XIV. Wawancara Psikiatri .............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
LAMPIRAN .................................................................................................... 32

ii
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. KT
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir :Manado, 24 Januari 1964
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak :2
Pendidikan terakhir : SMA Negeri 2 Manado
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Tateli
Tanggal MRS pertama : 3Mei 2016
MRS terakhir : 3 Mei 2016
Cara MRS : Pasien datang diantar oleh anaknya
Tanggal pemeriksaan : 3 Mei 2016
Tempat pemeriksaan : Ruangan observasi
Nomor telepon : Tidak ada

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 6 Mei 2016, di rumah pasien (Tateli 2)
dari:
- Autoanamnesis dengan pasien
- Aloanamnesis dengan:
Ny. NR, 32 tahun, anak pasien, agama Kristen Advent, suku
Minahasa, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga.

1
A. Keluhan utama
Mendengar bisikan-bisikan, jalan-jalan tanpa tujuan, marah tanpa sebab,
menangis tiba-tiba dan sulit tidur (2 tahun yang lalu). Sekarang ketika
dilakukan pemeriksaan pasien cenderung lebih suka untuk menyendiri.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan
mendengar bisikan-bisikan. Hal ini terjadi 2 tahun yang lalu. Keluarga tidak
mengetahui mengapa pasien marah-marah dan menangis tanpa sebab yang
jelas.Menurut pasien, ia marah-marah karena mendengar suara-suara yang
gaduh dari 3 cucu-cucunya yang tinggal bersamanya, serta bisikan-bisikan
dari tetangga yang sering menjelek-jelekannya.
Selain itu, pasien sering mendengar bisikan-bisikan dan mengikuti apa
yang diperintahkan dari bisikan itu. Menurutnya.bisikan itu menyuruhnya
untuk berjalan-jalan. Pasien berjalan-jalan di sekitar rumah, dan sempat
berjalan sampai keluar kompleks rumah tanpa tujuan, dan akhirnya pulang
lagi ke rumah. Menurut pasien ketika ia mengikuti perintah bisikan tersebut
untuk berjalan, ia merasa tenang dan ketika kembali ke rumah ia merasa ingin
marah-marah kembali. Ketika pasien dalam keadaan tenang atau tidak sedang
marah,keluarga selalu menjelaskan mengenai keadaan dirinya, dan pasien
mengerti akan penjelasan dari keluarganya tersebut.Tetapi saat kambuh,
pasien akan marah-marah tanpa sebab dan tidak bisa tenang sehingga tidak
bisa tidur pada malam hari.
Keadaan pasien yang marah-marah tanpa sebab dan tidak bisa tenang ini
menyebabkan pasien tidak bisa tidur pada malam hari. Pasien merasa susah
untuk memulai tidurnya. Bahkan pasien sempat terbangun ketika tidur yang
diakui pasien karena bisikan-bisikan tersebut mengganggu dirinya, sehingga
ia sulit tidur. Oleh karena itu pasien tidak bisa tenang, marah-marah, jalan-
jalan tanpa tujuan dan mengganggu orang-orang di sekitar rumah
pasien.Keadaan ini diakui pasien dilampiaskannya dengan merapikan
rumahnya. Ketika ia marah-marah, ia kemudian membersih-bersihkan
rumahnya. Pasien mengaku tidak bisa melihat barang-barang di rumahnya

2
tidak rapi atau kotor.Ketika melihat lipatan baju yang tidak rapi sedikit, ia
akan membongkar seluruh lipatan, dan melipatnya dari awal kembali. Selain
itu ketika pasien marah-marah, ia merokok.Pasien merokok kira-kira 1
bungkus dalam sehari.
Saat ini ketika dilakukan pemeriksaan, pasien sudah tidak mendengar
bisikan-bisikan tersebut. Terakhir kaliia mendengar bisikan ketika ia masuk
RS Ratumbuysang 3 hari yang lalu. Pasien mendengar bisikan yang
memerintahkan dia untuk pergi dari rumah sakit.
Selain itu, pasien juga mengaku lebih suka untuk menyendiri di
rumah.Pasien merasa lebih senang berada di tempat yang sunyi.Ia mengaku
akan stress ketika mendengar suara-suara berisik dan gaduh, seperti yang
dihasilkan oleh cucu-cucunya ketika bermain, dan hal itu akan membuatnya
marah-marah. Pasien juga memiliki riwayat pindah rumah sekitar 4 tahun
yang lalu, dan tidak merasa nyaman ketika pindah di lingkungan yang ia
tinggali sekarang. Pasien mengaku tidak suka berada di keramaian bersama
dengan tetangga-tetangganya, karena ia merasa mereka menjelek-jelekannya
dan mengatai dirinya. Pasien sempat berkelahi dengan tetangganya karena ia
merasa mendengar mereka mengatai dirinya, sampai ia melaporkannya ke
polisi. Pasien juga mengaku mendengar bisikan orang-orang yang lewat di
depan rumahnya yang mengatai dirinya gila, ia sempat pernah melemparkan
batu kepada orang-orang tersebut. Hal ini pun diakui oleh anaknya.
Menurut keterangan anaknya, pasien pernah beberapa kali mengunjungi
dokter kesehatan jiwa sejak 2 tahun yang lalu. Menurut anaknya, ibunya
sering berkelahi dengan suami keduanya dan suami keduanya sering
membiarkan istrinya marah-marah dan menangis.Ia juga membenarkan
ibunya menangis dan marah-marah tiba-tiba, ia pun pernah berkata kasar dan
memukuli cucunya. Ia juga membenarkan ibunya sering berkelahi dengan
tetangganya.
Pasien merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara, dan sekarang telah
menikah 2 kali. Dari pernikahan yang pertama, ia dikaruniai 2 anak; anak
yang pertama laki-laki dan kedua adalah perempuan. Pasien tinggal
dirumahnya bersama anaknya perempuan dan ketiga cucunya. Suami pasien

3
meninggalkan ia karena keadaan sakitnya, sehingga mereka tidak tidur satu
rumah lagi sekarang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatrik
Menurut pasien dan ibunya, pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit
Umum atau Rumah Sakit Jiwa sebelumnya, tetapi telah berulang kali
datang ke dokter ketika ia mengalami gejala-gejala. Pasien masuk ke RSJ
Ratumbuysang pada tanggal 3 Mei 2016 dengan keluhan marah-marah
dan menangis tiba-tiba.

2. Riwayat gangguan medis


Sejak kecil pasien jarang sakit-sakitan, yang dialami hanya seperti demam,
batuk, pilek. Tidak ada riwayat kecelakaan lalu lintas, kejang, malaria, digigit
anjing, gangguan fungsi organ.
Pada bulan Juni 2015, pasienmengeluh pusing, sakit kepala, dan lemah
badan, dan banyak kencing ketika malam hari dan ketika diperiksa Gula
Darah 403 dan didiagnosis Diabetes Mellitus tipe II.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Pasienmengkonsumsi alkoholdan rokok sejak masuk SMA. Pasien
mengkonsumsi alkohol dan rokok sejak bergaul dengan teman-teman
sebayanya di sekolah maupun di sekitar rumah. Pasien sangat suka merokok,
dimana 1 hari pasien bisa menghabiskan 1 sampai 2 bungkus rokok. Namun
saat ini menurut pengakuan pasien sudah mengurangi merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol lagi. Narkoba seperti ekstasi, sabu, dan putau tidak
pernah dikonsumsi oleh pasien.

4
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Tidak dapat dievaluasi

B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)


Tidak dapat dievaluasi

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)


Tidak dapat dievaluasi

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pada stadium genital, pasien mulai lebih mandiri, berusaha mengerjakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Bergaul dengan sangat baik, tidak pernah
memilih-milih teman. Pasien masuk SMP favorit yang diinginkan dirinya dan
teman-temannya. Jarak rumah ke sekolah cukup dekat. Pasien tidak pernah
terlambat ke sekolah. Meskipun kadang pasien mendapatkan nilai yang buruk
di SMP, tetapi keinginan belajar pasien tetap ada dan menyelesaikan SMP
dengan lancar.
Pada stadium identitas lawan difusi peran, pasien menunjukkan senang
bermain dan akrab dengan ketiga saudaranya. Untuk masalah pribadi, pasien
merupakan orang yang tertutup sehingga tidak pernah menceritakan pada
orang tua, ataupun kakak dan adiknya mengenai lawan jenisnya. Pasien
adalah orang yang pandai bergaul sehingga pasien banyak memiliki teman
sejenis, Saat SMP pasien cukup populer dikalangan siswa laki-laki maupun
perempuan karena pasien ramah dan suka menyapa teman yang ditemuinya.
Setelah tamat SMP, pasien melanjutkan ke tingkat SMA. Ketika SMA
semakin banyak teman pasien baik laki-laki maupun perempuan. Pasien
sangat mandiri, selalu diandalkan dengan semua tugas yang diberikan
kepadanya. Tetap bergaul dengan sangat baik dan tidak memilih teman.
Pasien adalah orang yang ceria dan pandai bergaul sehingga banyak teman-
teman yang mendekatinya. Karena pandai bergaulnya pasien mulai bergabung
dengan teman-temannya dan mengikuti apa saja yang dilakukan temannya,

5
sehingga pasien mulai mengkonsumsi alkohol dan rokok. Pasien juga cukup
percaya dengan hal-hal magis sejak kelas 3 SMA.
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien
sekarang tidak mempunyai pacar, tetapi sudah pernah jatuh cinta dengan
teman sebayanya, mereka sering pergi bersama dan melakukan banyak hal
bersama.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dengan mendapatkan nilai yang baik mulai dari SD,
SMP sampai SMA dan melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi
hanya sampai satu semester dan tidak melanjutkan sekolahnya karena ingin
menikah.

2. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan.

3. Riwayat Psikoseksual
Pasien menikah dengan lelaki yang dicintainya pada tahun 1984, dan
menjalani hubungan pernikahan selama 19 tahun kemudian mengalami
perkelahian berulang kali sehingga pasien dan suaminya cerai. Kemudian 3
tahun kemudian ia menikah kembali pada tahun 2005 dan menjalani
hubungan pernikahan sampai saat sekarang.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien telah menikah dua kali.

5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan, sebelum pasien menderita penyakit
ini, ia sering pergi beribadah bersama keluarganya setiap hari minggu.
Namun semenjak sakit, pasien sudah jarang mengikuti kegiatan keagamaan.

6
Ketika pulang ke rumah pasien jarang pergi beribadah setiap hari minggu
baik sendiri maupun dengan keluarganya.

6. Riwayat Kehidupan Sosial


Pasien memiliki riwayat pindah rumah 4 tahun yang lalu.Hubungan
pasien di lingkungan dan tetangga barunya tidak harmonis.Pasien tidak
bergaul dengan masyarakat sekitar, dan cenderung lebih senang tinggal di
rumah. Pasien pernah berkelahi dengan tetangganya karena ia mengaku
mendengar mereka menjelek-jelekkan dan mengucilkan dirinya.
Hubungan pasien dengan anak-anaknya harmonis, tetapi tidak harmonis
dengan suaminya.Ia sering berkelahi dengan suaminya. Suaminya sudah tidak
tinggal bersamanya.Menurut pasien dan anaknya, suaminya merasa malu
dengan penyakitnya.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah dipenjara atau melakukan perbuatan yang melanggar
hukum.

8. Situasi Kehidupan Sekarang


Keluarga yang dimiliki oleh pasien saat ini adalah dua anaknya laki-laki
dan perempuan, cucu-cucu dari anak perempuannya, dan suaminya
sedangkan ayahnya sudah meninggal 13 tahun yang lalu dan ibunya sudah
meninggal dunia 5 tahun yang lalu. Pasien tinggal di rumahnya bersama anak
perempuan pertamanya, bersama cucu-cucunya, sedangkan anak kedua laki-
lakinya tinggal di luar kota. Suami pasien sudah tidak tinggal di rumah.Pasien
saat ini merupakan tanggung jawab keluarganya, khususnya anak pasien.
Pasien lebih menyukai dan senang tinggal di rumah. Pasien sadar dan
memahami tentang penyakitnya dan tidak malu dengan keadaannya, dan
bahkanberencana untuk rajin mengontrol diri ke rumah sakit jiwa.

7
Denah Rumah

Lantai 1
D WC

KT RM RK

KT RT

Tangga

RT

Lantai 2

KT
RT

KT

Tangga

RT

Keterangan:
KT = Kamar Tidur
WC = Kamar Mandi
RT = Ruang Tamu

8
T = Teras
RM = Ruang Makan
RK = Ruang Keluarga
D = Dapur

9. Riwayat Keluarga
Pasien keluar dari rumah sakit tinggal bersama anak perempuan dan cucu-
cucunya. Ayah pasien sudah meninggal 13 tahun yang lalu, dan ibu pasien
sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Pasien yang berumur 58 tahun ini telah
membina hubungan perkawinan selama dua kali.
Pasien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, pasien termasuk
golongan keluarga yang mampu. Hubungan dengan keluarga baik dan penuh
kasih sayang tanpa membeda-bedakan dari kedua anaknya. Pasien tinggal
bersama dengan keluarganya di Tateli.
Ayah pasien adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayah pasien telah
meninggal sekitar 13 tahun yang lalu akibat penyakit jantung. Pasien sangat
dekat dengan ayahnya.
Ibu pasien merupakan anak ke lima dari sebelas bersaudara, ia seorang
ibu rumah tangga. Ia sangat menyayangi pasien. Pasien sangat menyayangi
ibu dan anaknya. Ia mengaku sangat disayangi dan dimanjakan oleh ayah
ibunya.

Genogram

9
Keterangan:

: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan : Meninggal
Faktor Herediter : tidak ada

F. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien memahami bahwa dirinya sakit, dan pasien ingin segera sembuh
dan ia berusaha tidak banyak berpikir tentang masalahnya karena ia tahu bila
ia banyak berpikir tentang masalahnya, maka sakitnya dapat kambuh.
Keluarganya masih tetap menganggap pasien sakit meskipun sudah tidak
menunjukkan gejala lagi.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien merupakan seorang perempuan, berusia 58 tahun, tampak sesuai
usianya, berkulit putih, rambut hitam, berpakaian rapi, saatbertemu untuk
wawancara menggunakan pakaian yang rapi. Tampak tenang dan senang
ketika diwawancara dan dapat tertawa bila pemeriksa menceritakan hal yang
lucu.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara
pasien duduk dengan tenang dan sering tersenyum. Pasien merespon salam
dari pemeriksa dan pasien tidak menghindari kontak mata dengan pemeriksa.
Dalam menjawab pertanyaan kadang pasien menerawang untuk berpikir
jawabannya. Ia dapat dengan santai menceritakan masalah penyakit fisiknya.

3. Sikap terhadap Pemeriksa


Secara umum pasien kooperatif, pasien menjawab setiap pertanyaan
pemeriksa dengan baik dan tenang. Pasien juga membantu pemeriksa dalam

10
mengunjungi rumahnya (home visite) dengan cara menuntun jalan menuju ke
rumah lewat hubungan telepon dengan baik dan benar, sehingga pemeriksa
dapat menemukan rumah pasien.

B. Mood dan Afek


1. Mood : eutimia
2. Afek :serasi
3. Keserasian : serasi

C. Bicara
1. Kualitas : volume keras, suara jelas, intonasi berubah-ubah
sesuai dengan isi pembicaraan, artikulasi baik
2. Kuantitas : hanya menjawab sesuai pertanyaan yang dilontarkan
3. Hendaya bahasa : tidak ada hendaya bahasa

D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (-) saat wawancara. Terakhir mendengar bisikan 3 hari
yang lalu saat berada di rumah sakit.

E. Pikiran
1. Proses/arus pikir : koheren, menjawab sesuai pertanyaan, arus wajar
2. Isi pikiran : Waham kejaran

F. Kesadaran dan Kognitif


1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan,
mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi
Orientasi waktu : baik, pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan

11
Orientasi tempat : baik, pasien mengetahui dimana rumah dan rumah
sakit
Orientasi orang : baik, pasien dapat mengenali keluarganya, perawat,
dan dokter yang mewawancarainya.

3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan masa
kecilnya dengan baik
Daya ingat jangka sedang : secara umum baik
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat apa yang ia
kerjakan dari tidur semalam, bangun
pagi sampai saat wawancara berlangsung
Daya ingat segera : baik, dapat mengingat kembali beberapa
nama benda yang disebutkan pemeriksa
beberapa waktu sebelumnya

4. Konsentrasi dan Perhatian


Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan
perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis


Baik, pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Inelegensi dan Daya Informasi


Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup
lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan


1. Penilaian Realitas

12
Pasien merasa mendengar bisikan-bisikan yang bersifat menyuruh
tersebut hal yang harus dilakukan, sehingga pasien menuruti perintah bisikan
tersebut. Pasien memahami bahwa dengan minum obat maka bisikan-bisikan
dan tindakan marah-marah tanpa sebab tidak akan terjadi.

2. Tilikan
Derajat Tilikan 4, pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan,
tetapi pasien tidak memahami penyebab dari penyakitnya.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Beberapa hal yang diutarakan pasien dapat dipercaya, tetapi masih perlu
dikonfirmasi lagi dengan keluarga pasien. Secara keseluruhan dapat
dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis
2. Tanda vital : TD: 120/80mmHg, N: 78x/m, R: 20x/m, S: 36,5oC
3. Mata : konjuntiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
4. R. Thoraks : C: BJ I-II reguler, bising(-)
P: vesikuler, Rh-/-, Wh-/-
5. R. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, Hepar dan Lien ttb
6. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologikus
Gejala rangsang selaput otak (-). Pupil: bulat isokor, reflreks cahaya +/+.
N. Kranialis : baik. Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas: baik. Refleks
fisiologis: normal. Refleks patologis (-). Tremor pada ekstremitas (-). Gejala
EPS (-).

C. Pemeriksaan Penunjang

13
Saat dilakukan wawancara tanggal 6 Mei 2016 tidak ada pemeriksaan
laboratorium.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis dan aloanamnesis
didapatkan pasien berusia 58 tahun, perempuan, sudah menikah, pendidikan
terakhir tamat SMA, suku Minahasa, pekerjaan saat ini tidak ada, tinggal di Tateli
Jaga II, dibawa oleh anak pasien ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada tanggal
3 Mei 2016.
Pasien datang dengan keluhan utama bicara-bicara sendiri, mendengar
bisikan-bisikan, jalan-jalan tanpa tujuan, dan marah-marah tanpa sebab. Pasien
bicara-bicara sendiri tidak diketahui dengan siapa pasien berbicara, dan pasien
mendengarkan bisikan-bisikan yang memerintahkan pasien untuk berjalan-jalan.
Pasien tiba-tiba marah tanpa sebab yang jelas. Alasannya karena pasien
mendengarkan bisikan-bisikan tetangga yang mengejek dirinya. Namun ketika
pasien tenang, pasien mengerti akan penjelasan yang diberikan oleh keluarganya.
Tetapi saat pasien kambuh, pasien marah-marah tanpa sebab dan tidak bisa tenang
sehingga tidak bisa tidur pada malam hari dan mengganggu orang sekitar.
Pasien mengaku lebih suka untuk menyendiri di rumah. Pasien merasa
lebih senang berada di rumah karena dapat melakukan banyak kegiatan dengan
tenang, seperti menyapu, membereskan rumah, memasak, dan juga kegiatan yang
dilakukan sendiri, seperti makan, mandi, tidur dan minum obat.
Dari alonamnesis dengan anak pasien, ketika diijinkan pulang ke rumah,
pasien sering pergi ke dokter jiwa untuk mengontrol tentang penyakitnya 2 tahun
yang lalu. Pasien sudah tenang dan tidak menunjukkan gejala-gejala.Namun
pasien mulai bicara-bicara sendiri, mendengar bisikan-bisikan, dan marah-marah
tanpa sebab kembali 1 bulan yang lalu. Oleh karena itu pasien dibawa ke RS.
Ratumbuysang.
Pasien pertama kali masuk RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada tanggal
3 Mei 2016 dengan keluhan tiba-tiba mendengar bisikan-bisikan, jalan-jalan tanpa
tujuan, marah tanpa sebab, menangis tiba-tiba dan sulit tidur

14
VII. Formulasi Diagnostik
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditemukan gangguan dari
organ yaitu Diabetes Mellitus tipe II. Namun untuk menegakkan gangguan mental
organik tidak berhubungan dengan keadaan pasien karena penyakit ini baru dialami
pada pertengahan tahun lalu, jadi diagnosis gangguan mental organik dapat
disingkirkan.
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V. Pasien dalam keadaan
remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual
(penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku eksentrik, asosiasi
longgar atau pikiran tak logis).Berdasarkan anamnesis, ditemukan bahwa gejala-
gejala psikotrik seperti adanya waham kejar, halusinasi auditorik, bicara kacau,
marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan sudah tidak terjadi. Namun
pasien memperlihatkan gejala residual yaitu pasien lebih suka untuk menyendiri,
abulia, tidak punya inisiatif dan melakukan pekerjaan hanya bila disuruh. Maka
diagnosis yang diambil adalah skizofrenia residual. Pada aksis I, hal ini sesuai
dengan kriteria diagnostik skizofrenia residual.
Pada aksis II, ciri kepribadian pasien yaitu skizoid, sesuai dengan gejala
yang ditemukan pada pasien, yaitu sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan,
emosi dingin, afek mendatar, hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan
sendiri.
Pada aksis III, pasiensempat mengeluh pusing, sakit kepala, dan lemah
badan, dan banyak kencing ketika malam hari dan ketika diperiksa Gula Darah 403
dan didiagnosis Diabetes Mellitus tipe II.
Pada aksis IV, masalah pada pasien berkaitan dengan lingkungan sosial.
Pasien merasa tidak nyaman tinggal di lingkungan rumahnya yang baru karena ia
merasa mendengar bisikan-bisikan tetangga yang menjelekkan dirinya dan
mengatai ia gila.
Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current 70-
61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 80-71, yaitu

15
gejala sementara, dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan
lain-lain.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : gangguan skizofrenia residual
Aksis II : ciri gangguan kepribadian skizoid
Aksis III : masalah kesehatan DM sejak Juni 2015
Aksis IV : masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF scaleCurrent 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF
scale HLPY 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, dan lain-lain.

IX. PROBLEM
A. Organobiologi : Diabetes Mellitus
B. Psikologi : tidak ada
C. Lingkungan & sosial ekonomi : tidak kesulitan dalam interaksi sosial,
keluarga pasien berkecukupan

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
Chlorpromazine (CPZ) 100gr 0-0-1
Trihexypenidyl (THP) 2mg 3x1 tablet/hari
Haloperidol 5gr 3x1 tablet/hari

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial


1. Psikoterapi
a. Terapi Perilaku
Terapi perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan diri sendiri, latihan
praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan

16
pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharaplan,
seperti hak istimewa dan rawat jalan di rumah sakit. Dengan demikian
frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti marah-marah
tanpa sebab, berbicara sendiri di masyarakat, dan postur tubuh aneh
dapat dihindari.

b. Terapi Berorientasi Keluarga


Terapi ini sangat berguna karena pasien seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia residual kembali
seringkali mendapatkan manfaat terapi keluarga yang singkat namun
intensif. Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lama dan kecepatannya.

c. Terapi Kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia residual biasanya memusatkan pada
rencana, masalah dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika
atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realita
bagi pasien skizofrenia residual. Kelompok yang memimpin dengan
cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling
membantu bagi pasien skizofrenia residual.

d. Psikoterapi Individu
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan
didalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakan hubungan
seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia residual seringkali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika ada
yang mendekati. Perintah sederhana, pengamatan dari jauh yang
cermat, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial

17
adalah lebih disukai daripada kehangatan persahabatan berlebihan yang
tidak tepat.

2. Intervensi Psikososial
a. Terhadap Pasien
Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang kemungkinan
muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
Memberikan motivasi kepada pasien agar pasien tidak merasa putus
asa dan agar semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur.

b. Terhadap Keluarga Pasien


Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan
kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga
Memberikan edukasi kepada keluarga bahwa penyakit pasien
bukanlah berhubungan dengan hal-hal gaib, melainkan adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter otak sehingga memunculkan
gejal yang aneh.

XI. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam

18
XII. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien dengan
memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus, karena pasien membutuhkan
dorongan motivasi untuk dapat sembuh dan tidak terbeban dengan masalahnya.
Memberikan nasihat edukasi pada pasien agar mengerti keadaannya, rajin untuk
minum obat. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.

XIII. DISKUSI
A. Formulasi Diagnostik.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Sebagian
kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar
pasien berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang
memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual,
pasien lebih menarik diri atau mengisolasi, dan aneh.1
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Kriteria diagnostik
skiozfrenia berdasarkan DSM-V, sebagai berikut:2
a. Terdapat dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing ada selama
sebagian waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau kurang
jika berhasil diobati). Setidaknya salah satu dari gejala (1), (2) dan (3)
harus ada:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara kacau
4. Perilaku katatonik
5. Gejala negatif
b. Selama sebagian waktu yang signifikan sejak onset gangguan, fungsi dari
satu atau lebih area, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, nyata dibawah tingkat dicapai sebelum onset.
c. Tanda-tanda terus-menerus dari gangguan ini menetap setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang

19
jika berhasil diobati) dan ada kriteria a) (gejala fase aktif) dan mungkin
termasuk periode prodormal atau gejala negatif.
d. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan gejalan
psikotik harus dikesampingkan karena salah satu 1) tidak ada episode
depresif atau maik yang telah terjadi bersama-sama dengan gejalan fase
aktif, atau 2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,
mereka telah ada selama minoritas dari total durasi periode aktif dan
residual dari penyakit.
e. Gangguan ini tidak disebabkan oleh pengaruh zat (misalnya
penyalahgunaan obat, medikasi) atau kondisi medis lain.
f. Jika terdapat riwayat gangguan spektrum autis atau gangguan komunikasi
dari onset anak, tambahan diagnosis dari skizofrenia dibuat hanya jika
waham atau halusinasi menonjol, tambahannya gejala skizofrenia ada
setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati).
Skizofrenia residual memiliki kriteria diagnostik, yaitu:3
Suatu tipe skiozfrenia di mana kriteria berikut ini terpenuhi:
a. Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku
katatonik terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol.
b. Terdapat terus bukti-bukti gangguan, seperti yang ditunjukkan oleh adanya
gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam kriteria A
untuk skizofrenia, ditemukan dalam bentuk yang lebih lemah (misalnya,
keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
status mental. Dari anamnesis ditemukan awalnya pasien masuk dengan
gejala-gejala yang mengarah kepada skizofrenia paranoid. Gejala-gejala yang
ditemukan pada pasien awalnya adalah halusinasi auditorik (+) dan waham
dikendalikan (+). Pasien mengakui mendengar bisikan-bisikan yang
memerintahkannya untuk memukul orang, marah-marah tanpa sebab. Pasien
juga merasa dikendalikan dengan bisikan tersebut sehingga pasien selalu
marah-marah tanpa sebab, berontak, jalan-jalan tanpa tujuan, sehingga
keluarga pasien membawa ke rumah sakit. Namun beberapa tahun kemudian
gejala-gejala tersebut menjadi berkurang atau lemah, dimana menurut ibu

20
pasien, ketika pasien diijinkan pulang ke rumah, pasien menjadi lebih tenang
dan diam dari biasanya. Oleh karena itu diagnosis yang dapat ditegakkan ada
skizofrenia residual.

B. Ciri Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi
yang biasanya. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter
tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang.
Gangguan kepribadian digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu kategori A
(paranoid, skizoid, skizotipal), kategori B (antisosial, ambang, histrionik,
narsistik), dan kategori C (menghindar, dependen, obsesif-kompulsif,
gangguan kepribadian yang tidak ditentukan).3-4
Pada kasus termasuk dalam ciri gangguan kepribadian skizoid, berikut
pedoman diagnosisnya:5
1. Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan;
2. Emosi dingin, afek mendatar, atau tak peduli (detachment);
3. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain;
4. Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman;
5. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang
lain;
6. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
7. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan;
8. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab
(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin
hubungan seperti itu;
9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku.
untuk diagnosisnya membutuhkan paling sedikit 4 dari poin-poin di atas.
Pada kasus ditemukan a, b, f.

21
C. Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya adalah depresi pasca skizofrenia. Hal in disebabkan
karena pasien telah menderita selama 12 bulan terakhir, beberapa gejala
skizofrenia masih ada, ada depresif, seperti lebih suka menyendiri, berwajah
datar seperti murung-murung. Tetapi pasien masih memiliki minat untuk
bekerja dan melakukan sesuatu, meskipun harus diperintah terlebih dahulu.

D. Rencana Terapi
a. Psikofarmaka
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia. Antipsikotik
termasuk tiga kelas obat yang utama: antagonis reseptor dopamin, risperidone
(rispedal), dan clozapine (clozaril). Pemakaian medikasi antipsikotik pada
skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama: (1) klinisi harus secara
cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati; (2) suatu antiosikotik
yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus digunakan lagi.
Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan antipsikotik biasanya didasarkan
pada sifat efek samping. Data sekarang tersedia menyatakan bahwa
risperidon, remoxipride, dan obat-obat yang mirip dengannya yang akan
diperkenalkan di tahun-tahun mendatang mungkin menawarkan suatu sifat
efek samping yang unggul dan kemungkinan kemanjuran yang unggul; (3)
lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat. Jika percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik,
yang biasanya dari kelas lain, dapat dicoba; (4) pada umumnya, penggunaan
lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah jarang
diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik menggunakan
thioridazine (tegretol) mungkin diindikasikan; (5) pasien harus dipertahankan
pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk mencapai
pengendalian gejala selama episode psikotik.5
Pada kasus ini diberikan Chlorpromazine (CPZ) 100gr 0-0-1, THP
(Trihexypenidyl) 2mg 3x1 tablet / hari, Haloperidol 5gr 3x1 tablet/hari.
Chlorpromazine terutama digunakan terhadap sindrom psikosis dengan
gejala dominan : kekacauan pikiran, perasaan, perilaku, dll. Haloperidol

22
digunakan tehadap sindrom psikosis dengan gejala: apatis, menarik diri,
waham, halusinasi, kehilangan minat, dll. Chlorpromazine adalah obat
antipsikotik yang rendah dan efek sedasi tinggi sehingga yang diharapkan
dari obat ini adalah juga efek sampingnya yang membuat pasien dapat tertidur
pulang.6 Itulah sebebnya pasien diberikan 1x pada malam hari. Selain itu juga
diberikan Haloperidol 2x2,5mg yang merupakan golongan anti ansietas.
Haloperidol merupakan golongan potensi rendah untuk mengatasi pasien
dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. Haloperidol
berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis. Reaksi
ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol.6
Dengan menekan aksi dopamin, maka efek samping obat-obat ini seperti
kondisi kekurangan dopamin dan kelebihan aksi asetilkolin pada pasien
Parkinson. Sehingga pasien juga diberikan Trihexyphenidyl (THP) 2mg 2x1
yaitu golongan obat antiparkinson. Trihexyphenidyl digunakan untuk
mengatasi efek samping ekstrapiramidal, mengurangi kegoyahan dan gelisah
yang dapat disebabkan oleh beberapa obat antipsikotik.6

b. Psikoterapi
1. Psikoterapi
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga
pasien merasa lega.
Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga
dapat membantu pasien dalam memahami penyakit
dan cara mengatasinya

2. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang
penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan
menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu
proses penyembuhan.

23
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di rumah pasien di Tateli Jaga II pada 6 Mei 2016,
pukul 13.30 WITA.
Keterangan:
I : Pemeriksa
P : Pasien

I : selamat siang, perkenalkan ini dengan dokter Elisabeth, nama sapa dang
kalo boleh tahu ?
P : Kelly W Tindas
I : umur berapa kang ?
P : umur 57
I : lahir kapan dang ?
P : 1964
I : tanggal dan bulan dang ?
P : 24 Januari
I : lahir dimana ?
P : lahir di Manado
I : agama apa dang ?
P : Kristen
I : ada rajin pergi ibadah ?
P : so nda
I : so kawin atau belum ini ?
P : sudah
I : bapak mana dang ibu?
P : dia so kase tinggal pa kita, so tinggal di atas dia
I : pekerjaan apa ini ?
P : nda ada
I : pendidikan terakhir apa dang ?
P : kita dulu pernah sampe satu semester di fekon, mar kita so nda se trus
karna suka kaweng deng tape laki pertama. ini kwa laki kedua yang so
se tinggal pa kita

24
I : suku apa dang ?
P : suku Minahasa
I : kong waktu kecil kegiatan-kegiatan bagaimana ?
P : waktu kecil, kegiatan cuma sekolah, bermain dengan teman-teman, SD
di negeri, SMP di negeri, SMA di negeri.
I : klo boleh tahu, tulalu masuk rumah sakit karena apa ?
P : waktu dulu datang ke rumah sakit, karena sakit
I : sakit bagaimana ini ?
P : sakit so terganggu dang. Pikiran so terganggu
I : terganggu bagaimana ini ?
P : terganggu no. rupa ada bisikan-bisikan begitu
I : bisikan ? bisikan ada bilang apa ?
P : da suruh kita bajalang-jalang
I : kong bikin apa dang klo muncul tu bisikan ?
P : kita ja beking, soalnya kalo kita beking kita rasa tenang
I : tu bisikan ada depe orang nda ?
P : nda ada
I : kalo sekarang dang masih ja dengar bisikan-bisikan ?
P : ooo klo sekarang so nda, cuma tulalu waktu kita di rumah saki, dia
bilang pa kita pigi jo dari rumah saki. Cuma itu terakhir
I : ibu tahu nda tentang ibu pe penyakit ?
P : klo begini kan, dorang bilang sakit jiwa lah, pokoknya ya gangguan no,
mar kita nintau depe penyebab apa
I : ibu rasa karna kiapa dang?
P : kita kwa dokter nintau le gampang skali marah-marah. kalo tape cucu so
babaribut banakal kita somo marah kong kita somo pukul pa dorang. kit
ape tetangga sini le ja bilang-bilang kita gila
I : berapa bersaudara dang pak Sefri ?
P : ohh kita 4 bersaudara
I : anak ke berapa dang ?
P : kita bungsu
I : orang tua dang dua-dua masih ada ?

25
P : mama deng papa so meninggal
I : bapa meninggal karena apa ? so dari kapan ?
P : meninggal karena darah tinggi dorang bilang, klo kapan so lama skali
I : waktu meninggal sedih nda ?
P : sedih (muka datar)
I : ok. Kong pak Sefri boleh batulis dan membaca ?
I : oke ne ibu, nanti berikut dokter datang lagi ne, mau tanya pa ibu ulang.
Setelah selesai diwawancara pasien kemudian menuju ke tempat tidurnya.

Wawancara di rumah pasien bersama anak pasien saat melakukan home


visite.
Keterangan:
I : Pemeriksa
R : anak pasien

I : selamat sore ibu, maag mengganggu sebelumnya.


R : sore juga. Iya tidak papa, silahkan masuk
I : ibu perkenalkan saya dokter muda Eliza dari malalayang. Boleh mo
tanya-tanya sedikit tentang ibu Kelly
R : ohh boleh.
I : Ibu Kelly ada brapa basudara?
R : itu (sambil menunjuk foto dinding). Dorang ada 43 bersaudara, mama
yang paling bungsu
I : so dari kapan dang Sefri da masuk rumah sakit ?
R : 3 hari yang lalu kita da bawa di RS Ratumbuysang, mar sebelum itu so
ja pigi pigi pa dokter Paulen dari mama so mulai ada gejala bagitu
I : ohh so lama kang, kong karena kiapa ibu sampe masuk rumah sakit ?
R : waktu itu kwa mama ja babajalang sampe kaluar kompleks sampe di
kubur, bajalang nd da tujuan bgitu. kong dirumah slalu marah-marah
deng mnangis nda jelas, lain kali ja bapukul pa cucu-cucu
I : ouww kenapa dang dia marah-marah?

26
R : nintau le, mama bilang kata karna dorang pe ribut. kong mama le ja
pernah bakalae bakalae deng orang sekitar sini
I : dia pernah bilang kalo ada bisikan-bisikan ibu ?
R : mama cuma da bilang mama ja dengar tetangga-tetangga ja ba bise
bilang dia gila, makanya kita ada pi bawa di RS
I : ouw kong dang mama pe papa mama so meninggal?
R : iyo so meninggal.
I : kong bagaimana dang hubungan mama deng sudara-sudara?
R : baik-baik saja, nda ada masalah.
I : kalo hubungan dengan tetangga atau de pe teman-teman bagaimana ibu
?
R : mama kwa nda bakumaso deng tetangga disini. torang dulu tinggal di
bawah, mar pas tinggal disini mama rasa nda sedap, karna ja dengar itu
bisikan noh.
I : kong bagimana dang mama pe hubungan deng mama pe suami?
R : waktu deng papa, mama pe suami pertama, tulalu da cerai lantaran so
nd bakucocok, kong suami yang kedua ini so nda tinggal sini karna
papa bilang kata nanti mama bae baru papa mo pulang
I : ouw...kong ja pergi-pergi ibadah ?
R : ohh ada no,, mar semenjak so sakit begini dia mulai jarang pigi gereja
atau iko kegiatan
I : kong lebe senang di rumah dang ?
R : iyo mama lebe suka tinggal di rumah
I : ohh begitu dang... iyo ibu tetap kasih semangat trus pa mama, kasih
motivasi for dia supaya dia mau berubah for jadi sembuh, dengan tetap
berdoa no dan kasih dukungan pa dia.. terima kasih itu suda bacarita
banyak ini. So mengganggu ibu pe kegiatan lagi di rumah.
R : iyo sama-sama terima kasih juga ne..
I : selamat sore ne ibu, Tuhan memberkati
R : sore juga..

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 170-95.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders. Edisi 5. Washington, DC: American Psychiatric Publishing.
2013. h. 14-5.
3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher; Tangerang. 2010. h. 722.
4. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences / Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins.
2003.
5. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid II. Binarupa Aksara Publisher; Tangerang. 2010. h. 266.
6. Maslim R. Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; Jakarta. 2007

28
Lampiran 1

Gambar 1. Foto bersama dengan pasien dan cucunya

Gambar 2. Foto bersama dengan pasien, anak dan cucunya

29

Anda mungkin juga menyukai