Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami
selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) dengan sebaik mungkin.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberi kami kemudahan dalam
menyusun makalah ini.
2. Bu Suzana Indah Astuti, M.Si, Apt, selaku dosen mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang telah membimbing kami menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama menyusun makalah ini sehingga dapat
selesai dengan sebaik mungkin.

Kami selaku penyusun, sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami mengharapkan kritikdan saran agar kami dapat menyusun makalah
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kami juga berharap makalah ini dapat
berguna bagi semua orang.

Jakarta, 8 Desember 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. 2

BAB 1 PENDAHULUAN . 3

1.1 Latar Belakang 3


1.2 Rumusan Masalah .. 4
1.3 Tujuan. 4
1.4 Manfaat 4

BAB 2 PEMBAHASA.. 4

2.1 Pengertian efek rumah kaca .. 4

2.2 Penyebab peningkatan efek rumah kaca 6

2.3 Proses peningkatan efek rumah kaca 11

2.4 Dampak efek rumah kaca 12

BAB 3 PENUTUP. 14

3.1 Kesimpulan. 14
3.2 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ketahun kita dapat merasakan perubahan cuaca yang semakin tidak
menentu bahkan bisa sampai ekstrim. Dalam satu hari pada saat siang hari cuacanya
sangat panas, sedangkan pada sore sampai malam hari hujan melanda. Kejadian ini
sering disebut dengan nama lain adalah pemanasan global atau global
warming, dimana terjadi peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca.

Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali
dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi
gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas
tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan
gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang
seharusnya lepas ke angkasa menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi, sehingga
lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan.

Fokus dari makalah ini adalah membahas tentang efek rumah kaca itu sendiri,
hal-hal yang menyebabkan efek rumah kaca, akibat yang ditimbulkannya, serta solusi
dalam mengatasi efek rumah kaca agar dapat meminimalisir dampak yang
ditimbulkannya

1.2 Rumusan Masalah


1.21 Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?
1.2.2 Bagaimana proses terjadinya efek rumah kaca?
1.2.3 Apakah yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca?

3
1.2.4 Dampak apa yang terjadi jika terjadi efek rumah kaca?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud efek rumah kaca.
1.3.2 Untuk mengetahui proses terjadinya efe rumah kaca.
1.3.3 Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
1.3.4 Untuk mengetahui dampak dari efek rumah kaca.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk menambah wawasan kepada masyarakat tentang pemanasan global.
1.4.2 Untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang penyebab terjadinya
pemanasan global.
1.4.3 Untuk mengetahui cara mengatasi pemanasan global

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit ( terutama planet atau
satelit ) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus,
dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki
efek rumah kaca.
Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut dengan green house effect
ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang
yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga-

4
bungaan. Suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luar rumah kaca.
Hal ini dikarenakan dikarenakan cahaya matahari yang menembus kaca akan
dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca sebai gelombang
panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap
dan tidak bercampur dengan udara luar yang dingin. Itulah gambar sederhana
mengenai terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan dua hal berbeda : efek
rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca
ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia.

a. Efek Rumah Kaca Alami : Secara alamiah cahaya matahari (radiasi


gelombang pendek) yang menyentuh permukaan bumi akan berubah menjadi
panas dan menghangatkan bumi.Sebagian dari panas ini akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi infra merah
gelombang panjang.Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan
diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah
kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2 dan metana ) sehingga panas
sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.Peristiwa ini dikenal dengan
Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca,
dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca
tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak
ditempati manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu
permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Semua kehidupan di
Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet ini akan
sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.

b. Efek Rumah Kaca Terjadi Akibat Aktivitas Manusia : Pemakaian terus


menerus alat-alat yang dapat menghasilkan gas-gas pemicu rumah kaca oleh
manusia dapat menjadi faktor utama peningkatan efek rumah kaca,yang pada

5
awalnya gas-gas tersebut untuk menghangatkan bumi karena jumlah nya
yang berlebih dapat meningkatkan suhu bumi.

2.2 Penyebab Peningkatan Efek Rumah Kaca

Rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon


dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan
bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk menyerapnya.

Energi yang masuk ke Bumi:

25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer


25% diserap awan
45% diserap permukaan bumi
10% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh
awan dan permukaan bumi.Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan
bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke
permukaan bumi.Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan
adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak
terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang
dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

1. Gas rumah kaca : adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan
efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di
lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer
akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas

6
terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan
vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti
tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap
tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah
karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom
karbonnya.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan
iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk
menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan
naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan
meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi
kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
2. Uap air : adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak
secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek
rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya
kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan.
Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah
kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan
sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air
berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia
yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2[1]. Perubahan dalam

7
jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui
terbentuknya awan.
3. Karbondioksida : Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang
dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat,
dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan
menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu
menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan
dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer,
aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat
dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281
molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari
2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36
persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan
mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah
memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila
dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
4. Metana : Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk
gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap
panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana
dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak
bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat
pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan
tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak
permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di
atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas
alamiah, pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah
membusuk. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan
yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metan terbentuk
dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu
membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat,

8
metan yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di
kawasan itu.
5. Nitrogen Oksida : Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat
kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari
karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila
dibandingkan masa pre-industri.
6. Gas lainnya : Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses
manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium.
Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk,
termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di
kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih
menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain
mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang
melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini
telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan
yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang
Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas
ke udara. Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang
dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang
meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil
sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat
cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini
mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang
telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini
masih belum teridentifikasi.
7. Selain karbon dioksida : ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat
pemanasan global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen
triflorida yang berasal dari tanaman purba dan teknologi layar flat-panel.
Menurut para pengamat lingkungan, kedua gas tersebut menimbulkan efek

9
rumah kaca seperti karbon dioksida. Bahkan, kedua gas tersebut memberi
efek hampir sama dari yang disebabkan karbondioksida. Penelitian terbaru
menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek kedua gas tersebut semakin
meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga terkejut dengan
peningkatan tersebut.
Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon
dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca
kedua setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang
dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari
efek karbondioksida terhadap pemanasan global.
Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut
akan bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum
ada kesimpulan. Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka
lihat di awal ini adalah permulaan pelepasan metan di kutub utara.
Dalam delapan tahun terakhir kadar metan di atmosfer masih stabil yang
diperkirakan setiap 40 menit oleh monitor pengawas dekat tebing di tepi laut.
Tetapi pada 2006 hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan. Jumlah gas
metan di udara melonjak dari sekitar 28 juta ton pada Juni 2006 hingga
Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar ton metan di
udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan
terus meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim. Di lain pihak,
kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat
beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan
tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari total efek pemanasan global
yang disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai
semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor komputer
serta panel.
Nitrogen triflorida yang dihiting dengan skala bagian per triliun di udara
selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika
Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas
tersebut di udara memang diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu

10
besar.
Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih
berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada
karbondioksida. Sedangkan metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari
karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang
paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya
yang cepat.
Menurut penelitian sebuah survei di musim panas, menemukan kadar metan di
Laut Siberia timur meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya.
Peningkatan dua gas tersebut adalah fenomena baru.

2.3 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas
matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan
kembali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen,
dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan.
Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di
atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi
inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi
inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya
sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa
permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan
semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika radiasi matahari mencapai
atmosfer bumi, sebagian panas akan dipantulkan oleh atmosfer dalam bentuk sinar
infra merah, dan sbagian lagi akan diteruskan ke perrmukaan bumi. hal ini
menyebabkan permukaan bumi menjadi hangat.
Permukaan bumi memantukan kembali panas tersebut dan sebagian diserap
oleh "gas rumah kaca" - seperti CO2, Metana dan NO di atmosfer. Proses
inilah yang mencegah terlepasnya panas matahari ke luar angkasa.

11
2.4 Dampak Peningkatan Efek Rumah Kaca

Efek buruknya adalah, ketika terjadi akumulasi/penambahan gas-gas rumah kaca


(greenhouse gas) yang bertambah di atmosfir bumi kita, yang menyebabkan
kenaikan temperatur bumi secara global, dimana bisa berdampak fatal bagi alam
lingkungan dan manusia di masa depan.
Menggunakan rumah kaca memang sangat membantu tanaman untuk melakukan
asimilasi. Sayangnya bangunan kaca yang di fungsikan untuk memantulkan panas ke
dalam rumah membawa efek alamiah. Bahkan secara langsung akan mempengaruhi
perubahan suhu di bumi serta pemanasan yang sifatnya mengglobal.

Global warming juga berakibat pada beberapa sector, yakni :

Kenaikan permukaan air laut

Semakin tinggi kenaikan permukaan air laut, akan sangat berdampak pada pulau
yang tinggal di dataran rendah dan di kelilingi air. Dengan meningginya permukaan
air laut, maka dataran yang berada lebih rendah akan terjadi banjir besar yang
mampu menenggelamkan dataran yang lebih rendah dari permukaan laut. Namun
dari pasang surut air laut tersebut dapat memberikan manfaat pasang surut air laut
bagi kehidupan manusia yang bergantung hidup di pinggiran laut atau pantai.

Perubahan cuaca yang ekstrim

Global warming juga mampu menjadi penyebab adanya perubahan cuaca yang
sifatnya ekstrim. Apalagi di wilayah indonesia yang memiliki iklim yangselalu berganti
yang bergantung pada pembagian musim di Indonesia. Dengan adanya iklim di
Indonesia Anda dapat merasakannya dengan panas yang begitu terik dalam ukurun
waktu lebih lama dari sebelumnya. Dan ketika musim dingin, juga merasakan dingin
yang luar biasa.

12
Hasil pertanian menurun

Bahkan pemanasan global dapat menyebabkan hasil pertanian di tanah luas akan
menurun. Resiko gagal panen lebih tinggi kurvanya. Sedangkan di Indonesia memiliki
berbagai macam-macam jenis jenis hujan yang dapat mempengaruhi musim yang
akan terjadi pada wilayah indonesia, dan biasanya memberikan dampak negatif bagi
para petani ketika musim kemarau berkepanjangan yang akan menghasilkan hasil
pertanian menurun.

Mencairnya gletser

Beberapa gletser dan es di kutub sudah mulai mencair. Ini merupakan akibat dari
pemanasan global yang sudah memberikan dampak keseluruhan. Dengan
mencairnya es di kutub akan memperlebar luasan perairan di bumi yang semula
perbandinganya 2:1 antara lautan dan daratan. Jika sudah mencair, akan mengalir ke
laut yang berpotensi menaikkan permukaannya. Sangat berbahaya jika sampai
menenggelamkan pulau pulau penting di dunia.

Kepunahan beberapa jenis hewan

Hewan yang hidup berada di lereng gunung berapi akan sangat terkena dampak
pemansan global. Suhu panas akan semakin menaik, cuaca yang berubah secara
ekstrim, mampu mengganggu kehidupan hewan. Jika ia tidak mampu bertahan
dengan kondisi alam yang terus memburuk, beberapa hewan akan mati kelaparan,
kehausan, atau kepanasan. Kelestariannya sudah tidak bisa di selamatkan lagi,
kecuali manusia yang bertindak untuk menyelamatkan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada awalnya kita mengetahui efek rumah kaca mempunyai efek buruk bagi
lingkungan saja, tetapi efek rumah kaca juga memiliki dampak baiknya yaitu
menjadikan suhu bumi hangat dan layak huni. Efek rumah kaca bisa disebabkan karena
faktor alami dan faktor manusia. Karena kegiatan manusialah efek rumah kaca bagi
bumi semakin memburuk. Akibatnya, suhu bumi semakin meningkat dan terjadi
perubahan iklim di bumi.

4.2 Saran
- Penggunaan bahan bakar minyak yang berlebihan sebaiknya dikurangi dengan
berganti ke bahan bakar yang ramah lingkungan sperti menggunakan energi matahari
ataupun energi air. Penggunaan kendaraan bermotor harusnya juga sedikit dikurangi
dengan penggunaan angkutan umum dari pada kendaraan pribadi, atau mungkin juga
bisa menggunakan sepedah untuk mengurangi polusi udara.
- Penggundulan hutan seharusnya harus mulai dikurangi dan beralih ke kegiatan
menanam pohon (reboisasi). Karena semakin banyak pohon, makan kadar
karbondioksida di atmosfer bisa berkurang.

14
==============
DAFTAR PUSTAKA
http://www.amazine.co/156/apa-itu-pemanasan-global-4-penyebab-efek-rumah-kaca/
http://nissanurrahma.blogspot.co.id/2014/08/efek-rumah-kaca-pengertian-
penyebab.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca

=============

15
16

Anda mungkin juga menyukai