Anda di halaman 1dari 2

Hubungan antara isu,opini public dan krisis

Krisis memiliki bentuk yang beragam. Salah satu peristiwa yang berpotensi menjadi krisis adalah
opini publik yang kurang menguntungkan. Sebelum kita melihat hubungan hubungan antara isu,
opini publik dan krisis, tentu saja kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan opini
publik.

Menurut Scott Cutlip, Allen Center & Glen Broom, opini publik mencerminkan sebuah
konsensus, yang muncul setelah beberapa saat, dari seluruh pandangan yang ditujukan terhadap
suatu permasalahan dalam diskusi, dan konsensus tersebut memiliki kekuatan.

Menurut Dra. Djoenaesih S. sunarjo, SU dlam bukunya opini public, terbitan libery yogyakara,
(1997) ciri-ciri opini adalah:
-selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan
-merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat
-mempunyai pendukung dalam jumlah besar

Opini publik bekerja dalam dua cara, yaitu sebagai sebab dan sekaligus sebagai akibat dari
kegiatan public relations (PR). Opini publik yang dipegang teguh akan mempengaruhi keputusan
manajemen. Sebaliknya, tujuan program PR adalah untuk mempengaruhi opini publik.

Sebagian besar masyarakat memiliki opini terhadap berbagai hal. Dan bila opini mereka
digabungkan serta difokuskan oleh media massa, maka opini perorangan atau kelompok tersebut
dapat menjadi sebuah opini publik. Media tidak mendikte apa yang masyarakat pikirkan, namun
mereka menyediakan sarana untuk membahas permasalahan-permasalahan dan memperkuat
pandangan publik jika suatu masalah menjadi sorotan.

Bila kita kembali kepada pengertian dari isu sebagai suatu masalah yang belum terpecahkan
namun siap diambil keputusannya, mulai terlihat benang merah dalam hubungan antara isu,
opini publik dan krisis. sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau
peristiwa, baik di dalam maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan mempunyai efek
yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-target organisasi
tersebut di masa mendatang. Bila isu yang muncul tersebut tidak dikendalikan dan dikelola
dengan baik, maka potensinya untuk menjadi krisis sangat besar. Suatu isu bisa berasal dari
sebagian kecil populasi. Namun jika mereka tertarik terhadap masalah tersebut dan bersama-
sama bergabung menjadi kelompok yang besar serta dibantu oleh media massa dalam
memfokuskan masalahnya, maka isu tersebut akan berkembang, meluas di masyarakat sehingga
menjadi isu public yang dapat mempengaruhi kinerja atau target suatu bisnis.

Contohnya pada kasus pencemaran Teluk Buyat oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Isu muncul
dari luar perusahaan dan dari suatu populasi kecil, yakni penyakit gatal-gatal yang diderita oleh
masyarakat sekitar teluk tersebut. Adanya lembaga swadaya masyrakat (LSM) - Wahana
Lingkungan Hidup (WALHI) yang mengadakan penelitian di Teluk Buyat dan menemukan
kandungan merkuri mencemari teluk tersebut dan menuding PT. NMR bertanggung jawab dalam
kasus pencemaran lingkungan ini. Dengan bantuan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Kesehatan
yang mengompori masyarakat sekitar PT. NMR dengan mengklaim bahwa penyakit gatal-
gatal yang diderita oleh mereka berasal dari pencemaran Teluk Buyat. Masyarakat sekitar PT.
NMR ini bersama-sama dengan LBH Kesehatan dan WALHI menuntut pertanggunganjawaban
PT. NMR dalam masalah tersebut. Media massa mulai mengangkat issue tersebut sehingga
liputan kasus ini semakin meluas. Ketidaksiapan PT. NMR dalam mengendalikan dan mengelola
isu yang menyebabkan terjadinya krisis. Pemerintah sebagai otoritas kekuasaan menjadi terlibat
dan pada akhirnya meminta PT. NMR menghentikan kegiatan operasionalnya agar isu ini
mereda. Kasus ini menggambarkan hubungan antara isu, opini publik dan krisis.

Komitment semua manajemen dalam menangani krisis


Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, krisis dapat terjadi karena faktor internal maupun
eksternal perusahaan. Dari faktor internal perusahaan, sesungguhnya krisis memang selalu
menyertai pertumbuhan perusahaan, yang berarti krisis timbul sebagai hal yang alami dan
muncul pada setiap fase pertumbuhan suatu perusahaan. Seperti halnya manusia, perusahaan
juga mengalami tahap-tahap pertumbuhan yang dimulai dari lahir, muda, dewasa, dan mati. Pada
masa kanak-kanak, seperti halnya manusia, perusahaan akan banyak melakukan kesalahan. Pada
usia lanjut, perusahaan juga menjadi kaku, loyo, dan tidak lagi sportif seperti ketika muda.
Tahapan-tahapan yang dilalui perusahaan mulai dari lahir hingga masa perkembangannya
disebut dengan daur hidup organisasi atau organization life cycle. Mengingat tahapan ini
merupakan bagian yang selalu menyertai seklus kehidupan organisasi maka mestinya seluruh
manajemen memberi perhatian khusus dalam penanganan krisis.

Anda mungkin juga menyukai