Anda di halaman 1dari 1

A.

Social Acceptance
Konsepsi mengenai social acceptance dijelaskan oleh Leary dimana berkaitan
erat dengan social rejection. Menurut Leary (dalam DeWall & Bushman, 2011) adalah
keadaan individu dimana individu lain mengisyartakan bahwa mereka berkehendak
untuk menyertakannya ke kelompoknya atau hubungannya. Sedangkan social rejection
adalah konsepsi kebalikannya, yaitu keadaan dimana individu lain memiliki sedikit
keinginan atau tidak sama sekali untuk memasukan suatu individu pada kelompok atau
hubungannya Leary (dalam DeWall & Bushman, 2011) juga menjelaskan terdapat 2
aspek berkelanjutan yang dipenuhi dalam tercapainya social acceptance, yaitu;
1. Mentolerir Kehadiran Individu
Individu lain mentolerir kehadiran suatu individu disekitarnya
merupakan tahap awal dari social acceptance. Tanpa adanya aspek ini
menjadikan social acceptance sulit tercapai. Aspek ini juga merupakan awal
dari social acceptance berlanjut pada tingkat selanjutnya.
2. Mengejar Individu untuk Masuk ke hubungan atau kelompoknya
Pada tahap selanjutnya, untuk mencapai social acceptance yang optimal
atau tingkat social acceptance yang tinggi, aspek ini perlu dipenuhi. Tidak
terpenuhinya hal ini, menjadikan social acceptance tidak optimal atau hanya
mendapatkan tingkat social acceptance yang rendah.

B. Faktor yang Mempengaruhi Social Acceptance


Beberapa ahli telah mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi social
acceptance dan social rejection. Baumeister & Leary (dalam DeWall & Bushman,
2011) menjelaskan salah satu faktor penting yang mempengaruhi social acceptance
yaitu kebutuhan dasar manusia, need to belong; yaitu kebutuhan manusia untuk
membentuk dan mengelola hubungan yang berlangsung lama dan dekat dengan
individu lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa hal yang dapat memanipulasi social
acceptance yaitu seperti; meyakinkan individu untuk percaya bahwa individu lain
dihubungan atau kelompoknya menerimanya atau menolaknya (Maner, DeWall,
Baumeister, & Schaller, dalam DeWall & Bushman, 2011). & persengkongkolan atau
persekutuan (Williams, Cheung, & Choi, dalam DeWall & Bushman, 2011).

Anda mungkin juga menyukai