Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HENDRIKA (13330101)
NURFAJRIA (13330134)
2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas pengembangan bioteknologi
tentang fermentasi Asam Glutamat. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Bioteknologi, kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, dan
juga kepada teman teman sekelompok kami yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang dapat
membangun, kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah kami selanjutnya, akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita sekalian.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan........................................................................ .. 4
Bab IV Penutup.............................................................................. 21
Daftar Pustaka............................................................................... . 22
BAB I
PENDAHULUAN
Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama
dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tape, dan lain-lain. Proses
fermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat menghasilkan produk protein.
Fermentasi dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur terendam sub
merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau semi padat banyak
digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik dan enzim.Produk fermentasi
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan atau suplemen produk pangan atau pakan.
Asam glutamat merupakan asam amino yang dikenal memiliki kekhasan yaitu sebagai
penguat citarasa. Di pasaran asam glutamat dapat kita jumpai dalam bentuk monosodium
glutamat yang banyak digunakan sebagai bahan penyedap makanan.
Hampir disetiap bahan makanan mengandung zat aditif khususnya monosodium glutamat
atau mononatrium glutamat yang merupakan senyawa sintetik yang dapat menimbulkan rasa
enak (flavour potentiator) atau menekan rasa yang tidak diingankan dari suatu bahan
makanan. MSG juga merupakan zat penyedap rasa yang banyak digunakan oleh produsen
makanan untuk membuat produknya menjadi lebih enak. Zat tersebut merupakan pembentuk
protein, sehingga apabila zat makanan ditambahkan vetsin (MSG) akan berasa seperti
ditambah kaldu daging (protein).
1.2 RUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi (4 juta ton/tahun).
Glutamat sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan substansi
dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk keperluan
metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap makanan yang mengandung protein.
Beberapa jenis makanan yang mengandung glutamat dari alam adalah tomat, keju, saos soja,
saos ikan, dan bahkan juga terdapat di air susu ibu (ASI). Asam glutamat biasanya digunakan
pada produksi MSG.
Penemuan asam glutamat bermula pada abad ke-8 dengan diawali penggunaan rumput
laut kering sebagai bahan dalam poses pembuatan sup di Jepang (Sugita 2002). Diketahui
bahwa ganggang laut (Laminaria sp) yang digunakan sebagai bumbu penyedap (konbu)
masakan di Jepang, merupakan substansi yang dapat mengaktifkan rasa (Sukawan 2008).
Sejak tahun 1866, Ritthausen, yang merupakan seorang ahli kimia yang berasal dari Jerman,
berhasil dalam penelitiannya mengisolasi asam glutamat. Baru pada 1908, seorang ilmuwan
Jepang, Prof. Kikunae Ikeda menemukan bahwa asam glutamat adalah senyawa yang
bertanggung jawab atas penguatan rasa pada konbu.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses fermentasi asam glutamat, yaitu :
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan MSG adalah tetes tebu, dextrose,dan
raw sugar. Gula-gula yang dimanfaatkan bakteri sebagai substrat adalah fermentable
sugar (sukrosa, fruktosa dan glukosa). Selain cane molasses, tepung tapioca yang
merupakan pati dan raw sugar juga dapat digunakan untuk bahan baku fermentasi MSG
(Kurihara 2009).
b. Persiapan bakteri dan media
Persiapan bakteri dan media dilakukan dengan laboratory seed culture, yaitu tahap
pembuatan media dan pengembangan mikroba dalam skala laboratorium (Sano 2009).
Pada skala industri main fermentor sebagai tangki fermentasi utama, merupakan
tempat terjadinya fermentasi. Pada main fermentor, suhu operasi dijaga konstan 31,5-37
o
C dan pH dijaga sekitar 7,7. Selain itu, dilakukan juga penambahan bahan pendukung,
yaitu urea sebagai sumber karbon. Proses ini berlangsung selama holding time 28-30 jam
disertai dengan pengadukan karena waktu fermentasinya lama maka perlu dilakukan
penambahan media sebagai sumber makanan dari bakteri (Sano 2009).
Pada akhir proses fermentasi ini akan dihasilkan Original Broth (OB) yang terdiri
dari bangkai bakteri, lumpur, sisa media, kotoran dan asam glutamat yang akan diproses
lebih lanjut pada Refinery I. Cairan hasil fermentasi ini telah mengandung asam glutamat
10% dan akan dilakukan pemekatan menjadi larutan OB dengan kandungan asam
glutamat 31% dengan evaporasi menggunakan multy effect evaporator (evaporator dengan
lebih dari dua heater) selama 1 jam dengan suhu 80 oC pada tekanan vakum (Sano 2009).
Kemudian tahap selanjutnya akan tergantung pemanfaatan asam amino glutamat yang
telah dihasilkan, misalnya produksi MSG, akan dilanjutkan dengan tahap kristalisasi dan
netralisasi, serta pengeringan, pengayakan, dan pengemasan.
Saat ini sekitar 640.000 ton MSG diproduksi setiap tahunnya di 14 negara di seluruh
dunia (Sugita 2002). Menurut Belitz dan Grosch (2009) pada tahun 1978 konsumsi MSG
mencapai 200.000 ton di seluruh dunia. Menurut data 1989, di Indonesia terdapat 9 pabrik
MSG dengan estimasi produksi 16.375 ton per tahun (Ardyanto 2004). Indonesia merupakan
konsumen kedua terbesar produk MSG setelah China, dan produsen MSG yang cukup besar.
BAB III
PEMBAHASAN
Bahan baku (sumber gula) yang digunakan pada industri fermentasi asam glutamat,
umumnya, mengacu pada kondisi geografis tempat pemrosesan. Misalnya Amerika Serikat
menggunakan sirup jagung, Asia Selatan menggunakan tapioka, serta molases pada Eropa
dan Amerika Selatan. Hal yang menarik adalah pemanfaatan sumber gula pada industri
glutamat China yang menggunakan jagung. China sebagai produsen jagnung terbesar di dunia
memanfaatkan instrumen pengalihan ekspor jagung menjadi bahan baku dalam negeri untuk
menjaga tingkat harga di petani serta mendorong industri dalam negeri yang efisien karena
murahnya bahan baku.
Contoh industri dalam negeri yang dibawa dalam tulisan ini adalah PT. Palur Raya.
PT. Palur Raya menggunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber energi/media
pertumbuhan bakteri dalam proses fermentasi dan beet mollases yang berguna untuk
meningkatkan rendemen MSG. Tetes tebu diperoleh dari pabrik-pabrik gula disekitar lokasi
pabrik sedangkan beet molase diperoleh secara impor dari negara Mesir. Perbandingan
penggunaan molase tebu dan molase beet adalah 200 ton beet untuk 5000 ton molase tebu.
Kualitas bahan baku akan mempengaruhi kualitas MSG yang nantinya dihasilkan . Molase
yang diterima PT. Palur Raya harus memenuhi standar yang ditetapkan yaitu :
Kadar Ca 0,8-1,3 %
a. Baik pada proses pembiakan maupun fermentasi, temperatur proses harus terjaga
kurang lebih 30-350C (optimum 340C) karena proses metabolisme yang berlangsung
bersifat eksoterm. pH dikontrol antara 7-8 dengan cara menambahnkan NH3.
Penurunan pH diakibatkan oleh produksi asam glutamat oleh bakteri.
b. Fermentasi asam glutamat merupakan fermentasi aerobik, oleh karena itu pengaliran
udara (sebagai suplai oksigen) dan aerasi harus cukup agar tidak terbentuk asam
laktat (bila kekurangan oksigen)
c. Kadar gula selama proses fermentasi akan semakin berkurang karena diubah oleh
bakteri menjadi asam glutamat, maka penambahan tetes feeding penting dilakukan
saat fermentasi berlangsung.
d. Efek biotin, kadar yang digunakan 10-20 mg/L. biotin berperan penting dalam
akumulasi asam glutamat dalam jumlah yang besar
e. Efek Penicillin, untuk seleksi mikroba dan mengakumulasi asam glutamat pada saat
fase pertumbuhan, serta memudahkan glutamat untuk dipanen karena glutamat
terekstraksi keluar sel.
Proses pembuatan MSG di PT. Palur Raya menggunakan metode fermentasi asam
glutamat, pada dasarnya proses produksi MSG di PT Palur Raya dapat dikelompokkan
dalam 3 bagian unit produksi yaitu unit fermentasi, unit isolasi, dan unit refining. Proses
fermentasi dilakukan dalam fermentor secara fed batch.
a. Mollases Treatment
Tahap ini berguna untuk mengurangi kadar Ca dalam bahan baku dengan
menambahkan HSO dan koagulan yang mengendapkan Ca menjadi CaSO. Kadar Ca
yang tinggi dapat menyebabkan MSG yang dihasilkan menjadi berwarna keruh sehingga
kualitasnya menurun, maka dari itu tahap ini perlu dilakukan. Jumlah asam sulfat yang
digunakan tergantung dengan kadar Ca dalam tetes tebu, semakin banyak kadar Ca yang
terkandung maka semakin banyak asam sulfat yang ditambahkan.
Pada proses treatment, air dan asam sulfat ditambahkan terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terbentuknya kerak yang berlebihan di dalam tangki dan
meningkatkan efektifitas pencampuran asam sulfat dengan tetes. Proses ini dipercepat
dengan bantuan steam (500), adanya steam akan meningkatkan reaksi antara ion kalsium
dengan asam sulfat pekat. Penambahan koagulan (aronfis) bertujuan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang tidak dapat diendapkan oleh asam sulfat pekat.
b. Proses Seeding
c. Fermentasi
Pada fermentasi asam glutamat, tingkat pertumbuhan sel bakteri meningkat dengan
penambahan biotin pada medium. Tetapi penambahan biotin mengurangi produktivitas
sintesa dari asam amino dan akumulasinya karena biotin menurunkan permeabilitas sel untuk
asam amino tersebut.
Selain optimasi dari kultur medium pemilihan bakteri yang tepat, maka kondisi juga
perlu diperhatikan. Terutama untuk proses produksi dalam skala besar. Pada fermentasi asam
amino, nilai nutrisi dari kultur media sangat tinggi dan itu akan meningkatkan resiko
pertumbuhan bakteri asing (kontaminan). Untuk itu maka bakteri yang tidak digunakan harus
dieliminir dari fermentor dan kultur media, sehingga kontaminasi dapat dicegah selama
proses fermentasi. Sterilisasi panas dan filtrasi udara adalah metode yang umum digunakan
pada fermentasi asam glutamat.
Fermentasi asam glutamat dapat dibedakan menjadi dua grup berdasarkan kelompok
mikroba yang digunakan, yaitu fermentasi galur liar dan fermentasi galur mutan.
1. Galur Liar
2. Galur Mutan
Mutasi terhadap galur liar dimaksudkan untuk memperoleh galur yang memproduksi
asam glutamat dalam jumlah yang tinggi, mempunyai toleransi besar terhadap perubahan
kondisi, mempunyai kisaran pH dan suhu yang lebar serta tahan terhadap kadar gula tinggi.
Dua cara yang biasa digunakan untuk pengaturan biosintesa asam amino ialah feed
back inhibition dan feed back repression. Mekanisme FBI dapat dijelaskan dengan teori
protein alosterik dimana hasil metabolit akhir dari jalur biosintesa menghambat enzim
sebelumnya. Enzim yang dihambat ini adalah protein alosterik yang mempunyai sisi aktif dan
sisi regulatori pada permukaannya. Sisi regulatori dapat bereaksi dengan inhibitor dan
menyebabkan perubahan bentuk (pengkerutan) protein alosterik serta mempengaruhi sisi
aktif. Hal ini menyebabkan sisiaktif tidak dapat bereaksi dengan substrat dan enzim tidak
aktif lagi. Dengan demikian, inhibisi menghambat kerja enzim.
Berbeda dengan inhibisi, represi menghambat pembentukan enzim. Dalam proses ini
produk akhir mengontrol jumlah enzim dalam jalur biosintesa. Ada empat gen yang berperan
dalam sintesa protein, yaitu RPOS (operon) yang terdiri dari R (gen represor), P (gen
promotor), O (genoperator), dan S (gen struktural). Pembentukan enzim secara normal terjadi
bila tidak ada korepresor yang bergabung dengan aporepresor dan menghalangi proses
transkripsi. Korepresor biasanya produk akhir atau turunannya. Jika represor aktif
menyerang pada gen O pada DNA, transkripsi atau transfer kode-kode genetik dari gen S
kepada mRNA tidak terjadi.
Untuk memproduksi beberapa asam amino intermediat pada biosintesa asam amino, termasuk
asam glutamat, dapat digunakan auksotrop dimana jalur biosintesa telah dihalangi, yaitu
dengan membunuh mikroba pada media yang mengandung sedikit asam amino represor.
Dengan demikian, mikroba masih tetap hidup dan terbebas dari FBI dan FBR. Mutan tersebut
dikenal sebagi mutan auksotrop. Dalam fermentasi asam glutamat dikenal Brevibacterium
thiogenitalis yang merupakan mutan auksotrop asam oleat dan Corynebacterium
alcanolyticum, suatu mutan auksotrop gliserol.
Pemanfaatan mikroorganisme dalam produksi asam glutamat dengan menggunakan
berbagai jenis mikroorganisme tergolong dalam mikrobiologi industri. Contohnya
Brevibacterium flavum dan Corynebacterium glutamicum merupakan anggota bakteri.
Selama ini bila kita mendengar kata bakteri, maka yang terbayang di benak kita adalah
sesuatu yang merugikan saja, misalnya penyebab suatu penyakit. Padahal sebenarnya
Brevibacterium flavum dan Corynebacterium glutamicum tidaklah demikian.
Selama proses fermentasi, dilakukan control terhadap beberapa faktor yakni O2,
NH4+, pH, asam phosphat dan biotin. Apabila aerasi selama fermentasi cukup akan terbentuk
asam glutamat sedangkan apabila kurang akan terbentuk asam laktat atau suksinat. Ammonia
(NH4+) dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber nitrogen. Apabila jumlahnya kurang
maka akan terbentuk asam -ketoglutarat sedangkan apabila berlebih akan terbentuk
glutamin.
Selain itu juga seperti halnya proses fermentasi pada umumnya, suhu fermentasi
diatur atau diset sesuai dengan suhu optimum dari mikroba yang digunakan agar mikroba
tersebut dapat lebih optimum berperan dalam proses fermentasi.
2. Enzim Porcine
1. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri, dibuat tersendiri (oleh Difco Company
di AS), dengan cara hidrolisis-enzimatik dari protein kedelai (Soyprotein). Dalam bahasa
yang sederhana, protein-kedelai dipecah dengan bantuan enzim sehingga menghasilkan
peptida rantai pendek (pepton) yang dinamakan Bactosoytone itu. Enzim yang dipakai pada
proses hidrolisis inilah yang disebut Porcine, dan enzim inilah yang diisolasi dari pankreas-
babi.
2. Perlu dijelaskan disini bahwa, enzim Porcine yang digunakan dalam proses pembuatan
media Bactosoytone, hanya berfungsi sebagai katalis, artinya enzim tersebut hanya
mempengaruhi kecepatan reaksi hidrolisis dari protein kedelai menjadi Bactosoytone,
TANPA ikut masuk ke dalam struktur molekul Bactosoytone itu. Jadi Bactosoytone yang
diproduksi dari proses hidrolisis-enzimatik itu, jelas bebas dari unsur-unsur babi, selain
karena produk Bactosoytone yang terjadi itu mengalami proses "clarification" sebelum
dipakai sebagai media pertumbuhan, juga karena memang unsur enzim Porcine ini tidak
masuk dalam struktur molekul Bactosoytone, karena Porcine hanya sebagai katalis saja .
3. Proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine dari Bactosoytone
yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan 160oF selama sekurang-kurangnya
5 jam, kemudian dilakukan filtrasi, untuk memisahkan enzim Porcine dari produk
Bactosoytone-nya. Filtrat yang sudah bersih ini kemudian diuapkan, dan Bactosoytone yang
terjadi diambil.
4. Perlu dijelaskan disini, bahwa proses pembuatan Media Bactosoytone ini merupakan
proses yang terpisah sama sekali dengan proses pembuatan MSG. Media Bactosoytone
merupakan suatu media pertumbuhan bakteri, dan dijual di pasar, tidak saja untuk bakteri
pembuat MSG, tetapi juga untuk bakteri-bakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan
pembuatan produk biotek-industri lainnya.
5. Sebelum bakteri (pada Butir 1) tersebut digunakan untuk proses fermentasi pembuatan
MSG, maka terlebih dahulu bakteri tersebut harus diperbanyak (dalam istilah mikrobiologi:
dibiakkan atau dikultur) dalam suatu media yang disebut Bactosoytone. Proses pada Butir 2
ini dikenal sebagai proses pembiakan bakteri, dan terpisah sama-sekali (baik ruang maupun
waktu) dengan proses pada Butir 1. Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka kemudian
bakteri tersebut diambil untuk digunakan sebagai agen-biologik pada proses fermentasi
membuat MSG (Proses pada Butir 1).
6. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada Media bactosoytone, kemudian dipindahkan ke
Media Cair Starter. Media ini sama sekali tidak mengandung bactosoytone. Pada Media Cair
Starter ini bakteri berbiak dan tumbuh secara cepat.
7. Kemudian, bakteri yang telah berbiak ini dimasukkan ke Media Cair Produksi, dimana
bakteri ini mulai memproduksi asam glutamat; yang kemudian diubah menjadi MSG. Media
Cair Produksi ini juga tidak mengandung bactosoytone.
8. Perlu dijelaskan disini bahwa bakteri penghasil MSG adalah Brevibacterium
lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah bakteri yang hidup dan
berkembang pada media air. Jadi bakteri itu termasuk aqueous microorganism.
9. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-gula (molases) oleh bakteri
(Brevibacterium lactofermentum). Dalam peroses fermentasi ini, pertama-tama akan
dihasilkan Asam Glutamat yang berbentuk glutamine dan diubah menjadi asam glutamat dan
pirolidon karboksilat. Asam Glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian
ditambah soda (Sodium Carbonate/ Na2CO3) untuk dinetralisasi kemudian dimurnikan
(dekolorisasi) dan dikristalisasi, sehingga menghasilkan serbuk kristalmurni MSG.
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan dengan metode
sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan dikembalikan pada proses pemurnian
dan kristal MSG yang dihasilkan setelah disaring kemudian dikeringkan dengan udara panas
dalam lorong pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan bertingkat. Proses ini
dimaksudkan untuk memperoleh keseragaman ukuran dalam bentuk kristal. Alat yang biasa
digunakan adalah vibrating screen yaitu ayakan dengan sistem getaran. Dengan adanya
getaran pada alat, maka kristal akan terpisah melewati lubang-lubang ayakan, sehingga
diperoleh dua produk :
Dalam industri biasanya hasil ayakan terbagi dalam 3 ukuran, yaitu LLC (Long Large
Crystal), LC (Long Crystal), dan RC (Regular Crystal), sedangkan FC (Fine Crystal)
yang merupakan kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG yang
telah diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara dalam gudang
sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).
Kristal murni -asam glutamat dilarutkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH
atau dengan Na2CO3 pada pH 6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Dari proses ini
dihasilkan larutan monosodium glutamat hasil dari asam glutamat dengan natrium karbonat.
Reaksi yang terjadi :
Reaksi ini berlangsung pada tekanan atmosfer dan suhu antara 50oC sampai 60oC.
Apabila suhu terlalu tinggi akan merusak bahan baku asam glutamat, sedang apabila suhunya
terlalu rendah reaksi akan lambat karena reaksi ini endothermis. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi penggaraman, maka larutan MSG yang diperoleh bersifat netral dengan pH
sekitar 7. Untuk mencapai hasil yang baik kekentalan larutan harus mencapai 260Be sampai
280Be. Untuk memperoleh larutan yang jernih biasanya kedalam larutan dimasukkan
penyerap kotoran dan zat warna seperti karbon aktif (Ir. Supranto, 1980). Karbon
aktif banyak digunakan dalam industri bahan makanan karena sifat karbon aktif yang
berporous, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi, juga karbon aktif ini netral
tak bereaksi.
PENUTUP
Kesimpulan
Bakteri yang digunakan corynebacterium glutamicum
Asam glutamat merupakan asam amino yang banyak diproduksi (4 juta ton/tahun).
Asam glutamat digunakan pada produksi MSG.
Glutamat sendiri adalah salah satu jenis asam amino non-essensial yang merupakan
substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi sendiri oleh tubuh kita untuk
keperluan metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap makanan yang
mengandung protein.
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan bahan baku
dan bahan pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta pengeringan dan
pengayakan.
Ada dua galur fermantasi asam glutamat berdasarkan mikroba yang digunakan, yaitu
galur liar dan galur mutan
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2010.Makalah Fermentasi
Lengkap.http://www.scribd.com/doc/51299761/Makalah-fermentasi-Lengkap
Ardyanto T.D.2004.MSG dan kesehatan : sejarah, efek dan kontroversinya. Jurnal.
Inovasi .vol.1 (XVI) : 52-56.
Anonymous,2011.Pemuliaan Dan Regulasi Asam Glutamat.
http://www.scribd.com/doc/46647296/Pemuliaan-Dan-Regulasi-Asam-Glutamat
http://www.academia.edu/5425659/Teknologi_Fermentasi_Asam_Glutamat_Skala_In
dustri_dan_Review_Singkat_Atas_Isu_Kesehatan_Terkait