Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

AMDAL
Pabrik Gula

DOSEN PENGAJAR:
Abdul Wahab, Ir,M.T.

DISUSUN OLEH:
Bachtiar Hadi Yulianto
(21401052066)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN
2017
BAB I
Pendahuluan
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak akan lepas dari lingkungan hidup.
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting bagi makhluk hidup untuk dapat bertahan
hidup. Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU No. 23
/ 1997). Saat ini banyak terdapat masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh berbagai
elemen. Masalah lingkungan hidup pada dasarnya timbul karena:

a. Dinamika penduduk
b. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana
c. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Dampak negatif yang muncul karena permasalahan ekonomi
e. Adanya benturan tata ruang

Dewasa ini banyak industri-industri yang bermunculan di berbagai daerah. Banyak


lahan hijau yang beralih fungsi menjadi lahan industri. Akibatnya lingkungan menjadi tidak
seimbang dan ekosistem yang ada menjadi terancam keberadaannya. Tentunya hal tersebut
memerlukan pemikiran tersendiri agar masalah tersebut tidak berdampak negatif bagi
makhluk hidup. Salah satu upaya yaitu dengan memperhatikan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), karena dengan memperhatikan AMDAL dapat dilakukan upaya
untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan.
BAB II

Pembahasan

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) merupakan kajian mengenai


dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan
keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL meliputi aspek fisik-kimia, ekologi,
sosial-ekonomi, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan.

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi
kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, dan di sisi lain
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan
timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langakah untuk
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Untuk mengukur atau
menentukan dampak besar dan penting tersebut, diantaranya digunakan kriteria mengenai :

a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
b. Luas wilayah penyebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Berikut ini jenis usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam


b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemenfaatannya
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik

Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan
serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dengan
demikian, AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan
rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup. Agar pelaksanaan
AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya
dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas
menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil
keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan izin usaha
dan/atau kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan
/ pemberian izin usaha dan/atau kegiatan.

Sikap sejumlah perusahaan yang hanya berorientasi Profit motive tanpa memikirkan
dampak lingkungan dan lemahnya penegakan peraturan terhadap pelanggaran pencemaran
berakibat timbulnya beberapa kasus pencemaran oleh industri dan tuntutan-tuntutan
masyarakat sekitar industri hingga perusahaan harus mengganti kerugian kepada masyarakat
yang terkena dampak.

Salah satu industri yang banyak disoroti tentang masalah lingkungan yaitu pabrik
gula. Sejumlah kasus pengaduan masyarakat disekitar pabrik gula yang berkaitan dengan
limbah diantaranya seperti debu yang sering mengotori rumah mereka, asap yang menggangu
kesehatan, limbah cair yang dibuang ke sungai, bau tak sedap dan lain-lain. Jika kasus seperti
ini tetap dibiarkan, suatu saat nanti bisa menjadi boomerang bagi keberlanjutan usaha pabrik
tersebut. Sebenarnya limbah pabrik gula dapat itu sendiri dapat dikelola dengan
menjadikanya sebagai barang lain yang manfaat. Disini dibutuhkan suatu usaha dan
komitmen dari perusahaan untuk mengelola limbahnya agar tidak merusak lingkungan,
bahkan akan lebih baik memberikan nilai tambah bagi masyarakat disekitar, seperti
dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian.

Pabrik gula di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 59 pabrik. Produksi tebu tahun
2008 untuk daerah Jawa Timur saja mencapai 17 juta ton. Selain menghasilkan gula,
pengolahan tebu juga menghasilkan pucuk tebu, ampas, blotong dan tetes sebagai produk
sampingnya. Khusus untuk ampas pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar ketel
(boiler). Salah satu cara untuk melakukan diversifikasi produk pabrik gula adalah pengolahan
hasil samping (limbah) tersebut menjadi produk yang lebih tinggi nilainya.

Proses produksi di dalam pabrik gula

1) Pemilihan bahan baku

Sebelum melakukan proses produksi, hal pertama yang dilakukan adalah proses
pemilihan bahan baku. Bahan baku salah satunya diperoleh melalui perkebunan sendiri yang
dikelola oleh perusahaan dengan bekerjasama dengan masyarakat. Perkebunan tersebut
diawasi mulai dari proses penanaman, pemanenan, serta pengolahannya sebelum diolah
menjadi gula.

Adapun cara pemilihan bahan baku yang baik adalah tebu yang layak dijadikan bahan
produksi , persyaratannya antara lain:

Tebu yang tua


Rasanya Manis
Mempunyai kadar gula yang tinggi, yaitu maksimal 9% dan minimal 7%
2) Proses produksi gula

Ada beberapa tahapan dalam proses produksi gula, yaitu :

a. Ekstraksi

Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Pada proses ini, tebu
dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis
dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas
(boiler).
b. Pengendapan (liming) kotoran dengan kapur

Liming adalah proses pembersihan jus hasil ekstraksi dengan menggunakan semacam
kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian
kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan.

c. Penguapan/ evaporasi

Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi.

d. Pada tahap akhir pengolahan

Sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam
panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai.

e. Penyimpanan

Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-
dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam
penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang.
Oleh karena itu gula ini dimurnikan lebih lanjut.

f. Afinasi

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan
lapisan cairan induk yang melapisi permukaan Kristal.

g. Karbonatas

Tahap ini bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang
menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut
hilang. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida,
Ca(OH)2]

h. Penghilangan warna/ Decolorization

Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular activated carbon,


(GAC) yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna.
i. Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas
sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

j. Pengolahan sisa/ Recovery

Proses ini bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar
hasil pembersihan setelah afinasi. Proses ini menghasilkan Produk yang biasanya diolah lebih
lanjutmenjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik
penyulingan alkohol.

Limbah yang dihasilkan pabrik gula

Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang
memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 232 ribu hektar,
yang tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Tanaman ini merupakan
sumber bahan baku perusahaan gula. Dalam suatu produksi barang, pastilah didapat hasil
samping (limbah). Begitu pula halnya dengan produksi pada pabrik gula.

Berikut adalah limbah yang dihasilkan dari produksi gula yang berasal dati tanaman tebu:

Pucuk Tebu

Pucuk tebu adalah ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang dipotong dari
tebu giling ataupun bibit. Diperkirakan dari 100 ton tebu dapat diperoleh sekitar 14 ton pucuk
tebu segar. Pucuk tebu segar maupun dalam bentuk awetan, sebagai silase atau jerami dapat
menggantikan rumput gajah yang merupakan pakan ternak yang sudah umum digunakan di
Indonesia.

Ampas Tebu

Tebu diekstrak di stasiun gilingan menghasilkan nira dan bahan bersabut yang disebut
ampas. Ampas terdiri dari air, sabut dan padatan terlarut. Komposisi ampas rata-rata terdiri
dari kadar air : 46 52%; Sabut 43 52%; padatan terlarut 2 6%. Umumnya ampas tebu
digunakan sebagai bahan bakar ketel (boiler) untuk pemenuhan kebutuhan energi pabrik.
Pabrik gula yang efisien dapat mencukupi kebutuhan bahan bakar boilernya dari ampas,
bahkan berlebih. Ampas yang berlebih dapat dimanfaatkan untuk pembuatan briket, partikel
board, bahan baku pulp dan bahan kimia seperti furfural, xylitol, methanol, metana, dll.
Blotong

Pada proses pemurnian nira yang diendapkan di clarifier akan menghasilkan nira
kotor yang kemudian diolah di rotary vacuum filter. Di alat ini akan dihasilkan nira tapis dan
endapan yang biasanya disebut blotong (filter cake). Blotong dari PG Sulfitasi rata-rata
berkadar air 67%, kadar pol 3%, sedangkan dari PG. Karbonatasi kadar airnya 53 % dan
kadar pol 2 %. Blotong dapat dimanfaatkan antara lain untuk pakan ternak, pupuk dan pabrik
wax. Penggunaan yang paling menguntungkan saat ini adalah sebagai pupuk di lahan tebu.

Tetes

Tetes (molasses) adalah sisa sirup terakhir dari masakan (massecuite) yang telah
dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi menghasilkan
gula dengan kristalisasi konvensional. Penggunaan tetes antara lain sebagai pupuk dan pakan
ternak dan pupuk. Selain itu juga sebagai bahan baku fermentasi yang dapat menghasilkan
etanol, asam asetat, asam sitrat, MSG, asam laktat dll.

Asap

Telah disebutkan di atas hasil sampingan (limbah) pabrik gula cukup beragam. Agar
limbah ini tidak menjadi masalah bagi lingkungan sekitar, maka diperlukan suatu pengelolaan
terhadap limbah tersebut. Cara- cara yang bisa digunakan dalm pengolahan limbah yaitu
menetralkan limbah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan , dan dengan merubah limbah
menjadi barang lain yang lebih bernilai tinggi.

Pengolahan dan pemanfaatan kembali limbah pabrik gula

Secara umum pengelolaan limbah seperti limbah cair, yang dikeluarkan pabrik gula
merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair
ini dikelola melalui dua tahapan, yaitu:

Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan
dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta pembuatan
bak penangkap abu bagasse (ash trap).

Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam
dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total
daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai
60 hari.

Sedangkan pengelolaan limbah dengan cara pemanfaatan limbah dari pabrik tebu
dapat memberikan nilai lebih. Pemanfaatan limbah pabrik tebu bisa berupa pembuatan
bioetanol, pemanfaatan pucuk tebu sebagai bahan pakan ternak, ampas tebu untuk pakan
ternak dan pembuatan senyawa furfural besrta turunannya, serta pembuatan pupuk kompos
dari blotong. Sedangkan untuk limbah berupa asap dapat dikelola dengan jalan menekan
pengeluaranya diudara bebas.

Berikut adalah sejumlah hal tentang pemanfaatan dan pengelolaan hasil samping
pabrik gula yang dapat digunkan untuk menekan tingkat pencemaran:

1. Pembuatan Bioetanol

Pada dasarnya unit pembuatan etanol dari tebu terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1. Unit gilingan

Unit gilingan berfungsi untuk menghasilkan nira mentah dari tebu. Komponen unit
gilingan terdiri dari pisau pencacah dan tandem gilingan. Sebelum masuk gilingan, tebu
dipotong-potong terlebih dulu dengan pisau pencacah. Cacahan tebu selanjutnya masuk
kedalam tandem gilingan 3 rol yang biasanya terdiri atas 4 atau 5 unit gilingan yang disusun
secara seri. Pada unit gilingan pertama, tebu diperah menghasilkan nira perahan pertama
(npp). Ampas tebu yang dihasilkan diberi imbibisi, kemudian digiling oleh unit gilingan
kedua. Nira yang terperah ditampung, ampasnya kembali ditambah air imbibisi dan digiling
lebih lanjut oleh unit gilingan ketiga, dan demikian seterusnya. Semua nira yang keluar dari
setiap unit gilingan dijadikan satu dan disebut nira mentah.

1) Unit preparasi bahan baku

Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan dan memekatkan nira mentah yang
dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau
secara kimiawi. Klarifikasi terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities
yang bisa mengganggu proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira
jernih. Selanjutnya tahap ini dilanjutkan untuk memproduksi gula dan sisanya berupa molase
bisa dilanjutkan masuk ke tahapan pembuatan etanol.
2) Unit fermentasi

Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan dan memekatkan nira mentah yang
dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau
secara kimiawi. Klarifikasi terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities
yang bisa mengganggu proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira
jernih. Selanjutnya tahap ini dilanjutkan untuk memproduksi gula dan sisanya berupa molase
bisa dilanjutkan masuk ke tahapan pembuatan etanol.

3) Unit destilasi.

Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan dan memekatkan nira mentah yang
dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau
secara kimiawi. Klarifikasi terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities
yang bisa mengganggu proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira
jernih. Selanjutnya tahap ini dilanjutkan untuk memproduksi gula dan sisanya berupa molase
bisa dilanjutkan masuk ke tahapan pembuatan etanol.

Unit fermentasi berfungsi untuk mengubah molase menjadi etanol, melalui aktivitas
fermentasi ragi. Jumlah unit fermentasi biasanya terdiri dari beberapa unit (batch) atau
system kontinyu tergantung kepada kondisi dan kapasitas pabrik. Beberapa nutrisi
ditambahkan untuk optimalisasi proses. Etanol yang terbentukdibawa ke dalam unit destilasi.
Unit destilasi berfungsi untuk memisahkan etanol dari cairan lain khususnya air. Unit ini juga
terdiri dari beberapa kolom destilasi. Etanol yang dihasilkan biasanya memiliki kemurnian
sekitar 95-96%. Proses pemurnian lebih lanjut akan menghasilkan etanol dengan tingkat
kemurnian lebih tinggi (99% ethanol anhydrous), yang biasanya digunakan sebagai campuran
unleaded gasoline menjadi gasohol.

Selain dari nira, ampas yang dihasilkan sebagai hasil ikutan dari unit gilingan bisa
diproses lebih lanjut menjadi etanol, dengan menambah unit pretreatment dan sakarifikasi.
Unit pretreatment berfungsi untuk mendegradasi ampas menjadi komponen selulosa, lignin,
dan hemiselulosa. Dalam unit sakarifikasi, selulosa dihidrolisa menjadi gula (glukosa) yang
akan menjadi bahan baku fermentasi, selanjutnya didestilasi menghasilkan etanol.

Pembuatan etanol selain dari molase juga dari ampas tebu. Ampas tebu sebagian besar
mengandung ligno-cellulose. Bahan lignoselulosa dapat dimanfaatkan untuk memproduksi
bioetanol. Berikut contoh skema ideal pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk memproduksi
bioetanol: Limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik
alcohol.

Limbah cair yang dikeluarkan pabrik merupakan limbah organik dan bukan Limbah
B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan. Pertama,
penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan dengan cara
mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta pembuatan bak
penangkap abu bagasse (ash trap).

Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam
dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total
daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai
60 hari.

2. Pemanfaatan Ampas Tebu

Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse) dapat dapat dijadikan bubur pulp dan
dipakai untuk pabrik kertas, untuk makanan ternak; bahan baku pembuatan pupuk, particle
board, bioetanol, dan sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga mengurangi konsumsi
bahan-bakar minyak oleh pabrik.

Selain itu semua, adanya kandungan polisakarida dalam ampas tebu dapat dikonversi
menjadi produk atau senyawa kimia yang digunakan untuk mendukung proses produksi
sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah
pentosan, dengan persentase sebesar 20-27%. Kandungan pentosan yang cukup tinggi
tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi Furfural. Furfural memiliki
aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri dan juga dapat disintesis menjadi turunan-
turunannya seperti: Furfuril Alkohol, Furan, dan lain-lain. Kebutuhan (demand) Furfural dan
turunannya di dalam negeri meski tidak terlalu besar namun jumlahnya terus meningkat .
Hingga saat ini seluruh kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor.
Impor terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia.

Furfural

(C5H4O2) atau sering disebut dengan 2-furankarboksaldehid, furaldehid,


furanaldehid, 2-Furfuraldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan furan.
Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas terutama untuk mensintesis senyawa-senyawa
turunannya. Di dunia hanya 13% saja yang langsung menggunakan Furfural sebagai aplikasi,
selebihnya disintesis menjadi produk turunannya. Furfural dihasilkan dari biomassa (ampas
tebu) lewat 2 tahap reaksi, yaitu hidrolisis dan dehidrasi. Untuk itu digunakan bantuan katalis
asam, misalnya: asam sulfat, dan lain-lain.

Furan

Furan merupakan contoh lain senyawa yang dapat dihasilkan dengan bahan baku
Furfural. Furan yang biasa disebut juga Furfuran atau oxole, memiliki rumus molekul
C4H4O. Furan diproduksi dengan proses dekarbonilasi Furfural dengan kehadiran katalis
logam mulia. Furan dimanfaatkan sebagai bahan kimia pembangun dalam produksi senyawa
kimia yang digunakan pada industri farmasi, herbisida, senyawa penstabil (stabilizer), dan
sebagai bahan baku dalam pembuatan senyawa turunan dari furan. Salah satu senyawa yang
diproduksi dengan bahan baku Furan adalah Tetrahidrofuran (tetrametilen oksida atau
oxolane). Senyawa yang dihasilkan melalui hidrogenasi katalitik dari Furan ini digunakan
sebagai pelarut untuk polivinil klorida (PVC), polivinilidene klorida, beberapa serat
poliuretan yang diaplikasikan pada proses pelapisan dan perekat.

3. Pemanfaatan Blotong untuk pembuatan kompos

Pembuatan kompos dilakukan dengan pencampuran bahan baku asal limbah pabrik
gula, antara lain; serasah, blotong dan abu ketel, serta menambahkan bahan aktivator berupa
mikroorganisme, yang terdiri dari; campuran bakteri, fungi, aktinomisetes, kotoran ayam dan
kotoran sapi. Proses pengolahan ini dilakukan secara biologis karena memanfaatkan
mikroorganisme sebagai agen pengurai limbah.

Contoh Prosedur pembuatan pupuk kompos adlah sebgai berikut: Bahan pupuk terdiri
dari tumpukan berisi 60 kg serasah, 300 kg blotong, dan 100 kg abu ketel. Bahan-bahan
tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk kotak dengan ukuran bawah 1,5 x 1,5 m;
ukuran atas 1 m x 1 m serta tinggi 1,25 m. Sebelum dicetak, daun tebu dipotong-potong
sehingga panjangnya kurang dari 5 cm. Semua bahan dicampur rata, kemudian ditambah 5 kg
TSP dan 10 kg Urea. Untuk menjaga kelembaban dilakukan penambahan air.

Pemberian aktivator pada setiap tumpukan masing-masing sebanyak 10 kg campuran


mikroorganisme selulolitik, yaitu 5 kg fungi; 2,5 kg bakteri dan 2,5 kg aktinomisetes.
Aktivator ditabur bersamaan dengan saat memasukkan bahan kompos ke dalam cetakan.
Setelah tercetak, kemudian di setiap tumpukan diberi lubang aerasi pada masing-masing sisi
dan bagian atas tumpukan dengan cara menusukkan sebatang bambu.

Pembalikan tumpukan kompos dilakukan dua minggu sekali. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu memperlancar sirkulasi udara ke bagian tengah kompos, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan mikroorganisme selulolitik. Setiap dua minggu dengan
menganalisa nisbah C/N dan pH sampai diperoleh nisbah C/N sekitar 12-20 dan pH
mendekati netral.

Limbah pabrik gula berupa blotong juga dapat dijadikan pupuk organik dengan cara
mencampurkannya dengan limbah pabrik etanol berupa vinace dan ditambah sejumlah
mikroba. Seorang peneliti pupuk mengungkapkan, kandungan unsur karbon (C) dan Nitrogen
(N) pupuk ini mencapai 12 persen. Sementara tanah yang sehat punya kandungan unsur C
dan N antara 10-15 persen. Mikroba yang ada di pupuk ini antara lain Celulotic bacteria,
Pseudomonas, Bacyllus, dan Lactobacyllus. Dikatakan pula bahwa bakteri itu ada yang
berfungsi melarutkan fosfat. Seperti diketahui, fosfat jika dipakai untuk pupuk harus dalam
keadaan terlarut, dan yang melarutkan itu mikroba. Pupuk organik ini mampu memperbaiki
tekstur dan mampu menyehatkan tanah kritis akibat pupuk kimia (anorganik).

Pupuk kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan tebu.
Pemberian kompos yang berasal dari limbah industri gula ini telah dicoba pada tanaman tebu
di berbagai wilayah pabrik gula di Indonesia. Secara umum kompos dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas gula. Pemberian kompos blotong dan kompos ampas pada lahan
tebu di pabrik gula Cintamanis Palembang, masing-masing dengan takaran 30 ton/ha mampu
meningkatkan bobot tebu. Bobot tebu yang diberikan pupuk kompos ini pada tanaman
pertama, berturut-turut lebih tinggi 26,5 dan 8,1 ton/ha dibandingkan dengan kontrol.

4. Pengelolaan asap dan debu

Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi (a) senyawa pencemar
primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa
pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber sedangkan senyawa pencemar sekunder
ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi dua atau lebih senyawa primer
selama berada di atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa
yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida
nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).
Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat
menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan pada manusia
disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain-. Untuk menanggulanginya dibutuhkan
pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada
sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi
keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Idealnya
demikian pula yang harus dilakukan oleh pabrik tebu.

Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik tebu dapat mengelola asap dan debu
tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatanya yang berada di asap. Nantinya partikel-
partikel ini dalam jumlah yang cukup, bisa diolah menjadi pupuk. Karenanya suatu pabrik
gula seharusnya dilengkapai dengan alat-alat pemisah debu untuk memisahkan debu dari
alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia,
densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda.

Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir
pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan
menurut prinsip kerjanya:

Pemisah Brown

Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel
menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 0,05 mikron.
Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak antar filamen yang
lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.

Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron.
Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu
higroskopik.
Electrostatic Precipitator

Pengendap elektrostatik

Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang
berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan
cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah
didapatkannya debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 0,5 mikron. Secara teoritik
seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum.

Pengumpul sentrifugal

Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan
oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar
(vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang
menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran
diameter hingga 10 mikron lebih.

Pemisah inersia

Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas.
Pemisah ini menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan dengan
penyekat dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip
inersia ini bekerja dengan baik untuk partikel yang berukuran hingga 5 mikron.

Pengendapan dengan gravitasi

Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan
kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel
dengan ukuran yang lebih besar dari 40 mikron dan tidak digunakan sebagi pemisah debu
tingkat akhir.

Pada industri, yang lebih maju terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan
debu dan gas secara bersamaan (simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik
debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut dalam cairan. Beberapa metoda umum yang dapat
digunakan untuk pemisahan secara simultan ialah:
Irrigated Cyclone Scrubber

Menara percik

Prinsip kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang berkecepatan
rendah dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butiran. Alat ini merupakan
alat yang relatif sederhana dengan kemampuan penghilangan sedang (moderate). Menara
percik mampu mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron
dan gas yang larut dalam air.

Siklon basah

Modifikasi dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat percikan air.
Butiran air yang mendandung partikel dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran
gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon
jenis ini lebih baik daripada menara percik. Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah
antara 3 5 mikron.

Pemisah venture

Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian
yang disempitkan dan kemudan gas akan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan di
daerah sempit tersebut. Alat ini dapat memisahakan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan
gas yang larut di dalam air.

Tumbukan orifice plate

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini
membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukkan
dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat debu. Ukuran partikel paling
kecil yang dapat diserap ialah 1 mikron.

Menara dengan packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan gas di
antara packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara co-current, counter-current,
ataupun cross-current. Ukuran debu yang dapat diserap ialah debu yang berdiameter lebih
dari 10 mikron.
Pencuci dengan pengintian

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang
dapat ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01 mikron serta dikumpulkan pada
permnukaan filamen.

Pembentur turbulen

Pembentur turben pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara mengalirkan
aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel dapat dipisahan dari aliran gas
karena bertumbukkan dengan bola-bola tersebut. Efisiensi penyerapan gas bergantung piada
jumlah tahap yang digunakan.
BAB III

Penutup

Perkembangan dibidang industri menuntut ketersediaan bahan baku yang semakin


meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan industri menghasilkan dampak
negatif dan dampak positif. Dampak negatifnya berupa limbah-limbah yang dihasilkan
semakin menumpuk, sedangkan dampak positifnya yaitu semakin berkembang dan
bertambahnya produk yang dihasilkan. Dengan demikian, kemajuan di bidang industri akan
menambah beban pada daya dukung lingkungan dan sumber daya alam.

Pabrik gula Madukismo telah meningkatkan perbaikan dalam masalah limbah-limbah


yang ada dipabrik. Diharapkan kepada para peneliti untuk malakukan inovasi-inovasi baru
dalam mengatasi permasalahan limbah yang ada dalam perindustrian, dan khususnya pada
pabrik Madukismo. Agar limbah yang ada dapat dimanfaatkan secara lebih baik.
Daftar Pustaka

http://karangtarunablora.blogspot.co.id/2011/03/kajian-pendirian-pabrik-gula-dan-amdal.html

http://hidabasori.blogspot.co.id/2016/04/analisis-mengenai-dampak-lingkungan.html

https://alimudinharahap.wordpress.com/2014/10/10/dampak-limbah-industri-gula-terhadap-
lingkungan-dan-kesehatan/

http://pengaruhamdal.blogspot.co.id/2016/02/pengaruh-amdal-lingkungan.html

Anda mungkin juga menyukai