Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 C (Oswari, E, 2006). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,
2004).
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena
meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan
produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka
rasa demam bertambah pada pasien.

B. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada
pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
untuk mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan
gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas
38,3 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti satu

1
minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan
penunjang lainnya.

C. Klasifikasi
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada mlam hari dan turun kembali ketingkat yang diatas
normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang
dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari bebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari ayng diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C)

2
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5 C-40C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

E. Patofisiologi
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus
mengirim sinyal untuk menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan
menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1,
yang disebut pirogen endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif,
makrofag dan sel- sel yang mengalami cedera. Interleukin-1 tampakanya
menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang
hipotalamus.
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi
tidak disertai peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing
yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari
infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap

3
benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas tentara tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa
jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu
tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan
mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat
normal.(Guyton, 1999).

F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning,
masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh / lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

4
G. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
Mengawasi keadann klien dgn : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan ap4k4h anak tidur gelisah, kerap kali terkejut, /
mengigau. Perhatikan pula ap4k4h mata anak cenderung melirik ke atas /
ap4k4h anak mengalami kejang-kejang. Panas yg diikuti kejang yg terlalu
lama mau berbahaya bagi pertumbuhan otak, karena oksigen tak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak mau berakibat rusaknya
sel-sel otak. Dlm keadann demikian, cacat seumur hidup bisa terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian & selimut yg berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dlm ruangan
c. Jalan nafas wajib terbuka buat mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yg mau berakibat rusaknya sel-sel otak.
d. Berikan cairan lewat mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yg
diberikan bisa berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
/ air teh. Tujuannnya ialah agar cairan tubuh yg menguap dampak
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yg cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dgn air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya buat
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini bisa terjadi karena panas tubuh diberdayakan buat
menguapkan air pada kain kompres. Jangan memanfaatkan air es karena
justru mau membuat pembuluh darah menyempit & panas tak bisa
keluar. Memanfaatkan alkohol bisa menyebabkan iritasi & intoksikasi
(keracunan).
g. Saat ini yg lazim diberdayakan ialah dgn kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat / suam-suam kuku kian suhu di luar terasa
hangat & tubuh mau menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dgn demikian tubuh mau menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tak menaikkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping 1tu
lingkungan luar yg hangat mau membuat pembuluh darah tepi di kulit

5
melebar / mengalami vasodilatasi, jg mau membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga mau mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna buat mencegah
pembentukan prostaglandin dgn jalan menghambat enzim cyclooxygenase
sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yg
mana diperintah memproduksi panas diatas normal & mengurangi
pengeluaran panas tak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 12 bulan : -1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 - 6 tahun : - parasetamol 500 mg / 1-1 sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 - 12 tahun : -1 tablet parasetamol 500 mg / 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol bisa diberikan dgn digerus lalu dilarutkan dgn air
/ teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dgn ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik mewujudkan/adalah pilihan pertama dlm
menurunkan panas & sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu
anak dgn kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit
neurologis & pada anak yg berisiko kejang panas. Obat-obat anti inflamasi,
analgetik & antipiretik tersusun dari golongan yg bermacam-macam &
kerap kali berbeda dlm susunan kimianya tetapi memiliki kesamaan dlm
efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus lewat
pencegahan pembentukan prostaglandin dgn jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen mewujudkan/adalah derivat para -
aminofenol yg bekerja menekan pembentukan prostaglandin yg disintesis
dlm susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada
umumnya dosis ini bisa d itoleransi dgn baik.Dosis besar jangka lama bisa
menyebabkan intoksikasi & kerusakkan hepar.Pemberiannya bisa secara per
oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen jg bekerja

6
meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini memiliki sifat antipiretik,
analgetik & antiinflamasi. Efek samping yg muncul berupa mual, perut
kembung & perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek
samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis & anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama kalau/jika
dikombinasikan dgn asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 hingga 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin.Memiliki efek antipiretik, analgetik da n
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia
aplast ik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali
tiap 6-8 jam dan tak dianjurkan untuk anak minus dari 6
bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular / intravena. Asam
mefenamat suatu obat gol ongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia &
anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral & tak boleh diberikan anak usia minus dari 6
bulan.

7
H. Penyimpangan KDM
Infeksi, toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat dan
gangguan pada pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).

Invasi Bakteri Kebutuhan energi dan


O2 Meningkat
Reaksi antigen,
Antibodi Metabolisme di Otak
Meningkat
Metabolisme Suhu
Tubuh meningkat Perubahan Keseimbangan
Membran Neuron
Merangsang
Hipothalamus Difusi Ion dan Kalium

Thermoregulator Mata cekung, Permukaan


Tidak Efektif kulit kering, Turgor kulit menurun

Peningkatan Defisit volume cairan


Suhu Tubuh Stimulasi
Terhadap RAS
Hipertermia
RAS Aktif

Sering terjaga

Susah Tidur

Gangguan Pola Tidur

8
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemia
2. Defisit volume
3. Gangguan pola tidur.

J. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan :
- Penyakit/ trauma - Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
- Peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor warna dan suhu kulit
- Aktivitas yang berlebih keperawatan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Dehidrasi selama..pasien 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
DO/DS: 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
menunjukkan : 6. Monitor intake dan output
- Kenaikan suhu tubuh 7. Berikan anti piretik:
diatas rentang normal - Suhu tubuh dalam batas - Kelola Antibiotik :
- Serangan atau konvulsi normal dengan kreiteria 8. Selimuti pasien
(kejang) hasil: 9. Berikan cairan intravena
- Kulit kemerahan 1. Suhu 36 37C 10. Kompres pasien pada lipat paha dan
- Pertambahan RR - Nadi dan RR dalam rentang aksila
- Takikardi normal 11. Tingkatkan sirkulasi udara
- Kulit teraba panas / hangat - Tidak ada perubahan warna 12. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
kulit dan tidak ada pusing, 13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
2. Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :
- Kehilangan volume cairan - Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan
secara aktif - Hydration output yang akurat
- Kegagalan mekanisme - Nutritional Status : Food 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
pengaturan and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat,
DS : Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika
keperawatan selama.. defisit diperlukan
- Haus volume cairan teratasi dengan 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan
DO: kriteria hasil: retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total
- Penurunan turgor kulit / - Mempertahankan urin protein)
lidah output sesuai dengan usia 4. Monitor vital sign setiap 15 menit
- Membran mukosa / kulit dan BB, BJ urine normal, 1 jam
kering - Tekanan darah, nadi, suhu 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
- Peningkatan denyut nadi, tubuh dalam batas normal 6. Monitor status nutrisi
penurunan tekanan darah, - Tidak ada tanda tanda 7. Berikan cairan oral
penurunan volume / dehidrasi, Elastisitas turgor 8. Berikan penggantian nasogatrik
tekanan nadi kulit baik, membran mukosa sesuai output (50 100cc/jam)
- Pengisian vena menurun lembab, tidak ada rasa haus 9. Dorong keluarga untuk membantu
- Perubahan status mental yang berlebihan pasien makan
- Konsentrasi urine - Orientasi terhadap waktu 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
meningkat dan tempat baik berlebih muncul meburuk.
- Temperatur tubuh - Jumlah dan 11. Atur kemungkinan tranfusi

9
meningkat iramapernapasan dalam 12. Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat badan batas normal 13. Pasang kateter jika perlu
secara tiba-tiba - Elektrolit, Hb, Hmt dalam 14. Monitor intake dan urin output setiap
- Penurunan urine output batas normal 8 jam.
- HMT meningkat - pH urin dalam batas normal
- Kelemahan - Intake oral dan intravena
adekuat
3. Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan :
- Psikologis : usia tua, - Anxiety Control Sleep Enhancement
kecemasan, agen - Comfort Level
biokimia, suhu tubuh, pola - Pain Level 1. Determinasi efek-efek medikasi
aktivitas, depresi, - Rest : Extent and Pattern terhadap pola tidur
kelelahan, takut, - Sleep : Extent ang Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
kesendirian. Setelah dilakukan tindakan adekuat
- Lingkungan : kelembaban, keperawatan selama . 3. Fasilitasi untuk mempertahankan
kurangnya privacy / Gangguan pola tidur pasien aktivitas sebelum tidur (membaca)
kontrol tidur, teratasi dengan kriteria hasil : 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
pencahayaan, medikasi 5. Kolaburasi pemberian obat tidur
(depresan, stimulan), - Jumlah jam tidur dalam
kebisingan. Fisiologis : batas normal
Demam, mual, posisi, - Pola tidur, kualitas dalam
urgensi urin. batas normal
DS: - Perasaan fresh sesudah tidur
/ istirahat
- Bangun lebih awal / lebih - Mampu mengidentifikasi
lambat halhal yang meningkatkan
- Secara verbal menyatakan tidur
tidak fresh sesudah tidur
DO :

- Penurunan kemempuan
fungsi
- Penurunan proporsi tidur
REM
- Penurunan proporsi pada
tahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi pada
tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang dari
normal sesuai usia

10
DAFTAR PPUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta

Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya

Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan
/ Lynda juall Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi
8), Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika


Aesculapius.

11

Anda mungkin juga menyukai

  • LP ISPA
    LP ISPA
    Dokumen14 halaman
    LP ISPA
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Mening
    LP Mening
    Dokumen19 halaman
    LP Mening
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Osteo
    Osteo
    Dokumen25 halaman
    Osteo
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pendahuluan Ispa 1
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan BPH
    Laporan Pendahuluan BPH
    Dokumen36 halaman
    Laporan Pendahuluan BPH
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • BPH Hany
    BPH Hany
    Dokumen26 halaman
    BPH Hany
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen10 halaman
    TB Paru
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Asma
    LP Asma
    Dokumen10 halaman
    LP Asma
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Resume KB
    Resume KB
    Dokumen4 halaman
    Resume KB
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Itta
    Itta
    Dokumen29 halaman
    Itta
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP ISPA
    LP ISPA
    Dokumen14 halaman
    LP ISPA
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Dokumen10 halaman
    LP Infeksi Saluran Kemih (Isk)
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP TB Paru
    LP TB Paru
    Dokumen11 halaman
    LP TB Paru
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • LP Trauma Capitis
    LP Trauma Capitis
    Dokumen12 halaman
    LP Trauma Capitis
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • I NFUS
    I NFUS
    Dokumen6 halaman
    I NFUS
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • TBC Penyimpangan KDM
    TBC Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    TBC Penyimpangan KDM
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Itta
    Itta
    Dokumen29 halaman
    Itta
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Askep Gagal Ginjal Akut
    Askep Gagal Ginjal Akut
    Dokumen11 halaman
    Askep Gagal Ginjal Akut
    Salwa Aurelia Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Tugas Atelektasis
    Tugas Atelektasis
    Dokumen17 halaman
    Tugas Atelektasis
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Sap KB
    Sap KB
    Dokumen3 halaman
    Sap KB
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Decubitus
    Decubitus
    Dokumen19 halaman
    Decubitus
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Askeb Suntik
    Askeb Suntik
    Dokumen13 halaman
    Askeb Suntik
    Okky Wanda Abipradani
    Belum ada peringkat
  • Cimmi
    Cimmi
    Dokumen13 halaman
    Cimmi
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Dokumen1 halaman
    Trauma Kepala Penyimpangan KDM
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Decubitus
    Decubitus
    Dokumen19 halaman
    Decubitus
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan DBD
    Laporan Pendahuluan DBD
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan DBD
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Keperawatan Nanda
    Diagnosa Keperawatan Nanda
    Dokumen29 halaman
    Diagnosa Keperawatan Nanda
    mieftha
    Belum ada peringkat
  • Tugas Atelektasis
    Tugas Atelektasis
    Dokumen17 halaman
    Tugas Atelektasis
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Dokumen29 halaman
    Askep Keluarga
    Ilmiati Syamsuddin
    Belum ada peringkat