Anda di halaman 1dari 11

Bagaimana Lenin Berhasil Memimpin

Revolusi Rusia?
Discover Russia
Jun 01, 2017
Alexi Timofichev
RBTH

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin.

Mary Evans/Global Look Press


Vladimir Lenin adalah tokoh politik paling berpengaruh dalam perkembangan Revolusi
Rusia. Sebelum dia memimpin kudeta di ibu kota pada Oktober 1917, Lenin harus lebih dulu
memenangkan dukungan dari Partai Bolshevik saat kembali ke Rusia pada tahun yang sama.
Usahanya untuk mengonsolidasikan dukungan dan pengaruh tidak mudah dicapai karena
banyak pemimpin Bolshevik kala itu menganggap pandangan Lenin cukup gila.

Ketika Revolusi Februari 1917 meletus, Lenin tengah berada di Swiss. Dia tidak kembali ke
Rusia sampai lebih dari sebulan kemudian, yaitu pada awal April.

Pada saat itu, Deputi Buruh dan Prajurit Petrograd Soviet berbagi kekuasaan dengan
Pemerintah Sementara Rusia. Karena Lenin merupakan pemimpin salah satu partai sosialis
utama di negara itu, anggota-anggota Petrograd Soviet pun mengadakan pesta untuk
menyambut kepulangannya. Ketika tiba di Stasiun Finlandia pada malam tanggal 3 April,
Lenin disambut oleh Kepala Petrograd Soviet Nikolai Chkheidze. Chkheidze segera
mengusulkan agar Lenin mendukung rencana mereka untuk bersatu dengan Pemerintahan
Sementara dan menyokong kelanjutan perang.

Ternyata, apa yang Lenin lakukan selanjutnya sama sekali tidak sesuai dengan harapan
Chkheidze. Lenin benar-benar tak mengacuhkannya. Dia lebih memilih kaum pekerja,
tentara, dan pelaut orang-orang yang ia sebut sebagai garda terdepan proletariat
revolusioner internasional. Dia menyebutkan bahwa perang terhadap imperialis predator ini
adalah awal dari perang saudara yang akan menyebar ke seluruh Eropa. Pernyataan Lenin
pun disambut riuh masyarakat yang kemudian membawa Lenin dari stasiun ke alun-alun.
Dari atas sebuah mobil lapis baja, dengan lampu sorot yang menyala di atasnya, Lenin
mengumumkan kemenangan revolusi sosialis akan segera tiba.

Seorang sejarawan kemudian menulis, Di tengah sorotan cahaya lampu yang menembus
kegelapan malam, Lenin, dengan lengan terulur, tampak seperti raksasa. Nikolai Sukhanov,
seorang Menshevik, yang tidak begitu menyukai Lenin, kemudian mengingat, Apa yang dia
katakan benar-benar berada di luar konteks Revolusi Rusia dari perspektif orang-orang yang
telah berpartisipasi dan sekaligus menjadi saksi langsung meletusnya revolusi. Luar biasa!
Tiba-tiba, tepat di depan mata kita, tepat di depan kita semua, ada cahaya terang yang
menyilaukan. Kita, yang telah bekerja keras memperjuangkan pekerjaan revolusioner ini,
terlempar dari kaki kita sendiri.

Lenin berorasi di Lapangan Swerdlow, Petrograd, 1919. Sumber: ZUMA Press / Global Look Press
Bergerak Menuju Revolusi Sosialis

Cahaya yang dimaksud Sukhanov adalah alat yang digunakan Lenin untuk mengatur
panggung revolusi sosialis. Berseberangan dengan mayoritas kaum sosialis Rusia, termasuk
Partai Bolshevik sendiri, Lenin yakin bahwa sudah saatnya untuk mengakhiri fase revolusi
borjuis. Dia tidak puas dengan situasi politik di bawah kepemimpinan Pemerintahan
Sementara yang terdiri dari para menteri kapitalis.

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin. Apalagi, dia bersikeras bahwa bentuk pemerintahan yang ada saat itu harus
sepenuhnya ditolak. Dia mengklaim bahwa negara tidak memerlukan sebuah republik
parlementer, melainkan sebuah republik milik Deputi Pekerja, Buruh Tani, dan Petani Soviet
di seluruh negeri, dari atas ke bawah. Lenin menguraikan gagasan ini dalam sebuah artikel
yang kemudian dikenal sebagai Aprelskie Tezisy (Tesis April).

Banyak pemimpin Bolshevik tetap menentang keras pandangan Lenin. Mereka berpendapat
bahwa fase evolusi borjuis Rusia belum bisa dianggap selesai. Menurut mereka, sosialisme di
Rusia belum bisa dijangkau karena keterbelakangan negara dan besarnya populasi petani dan
kelas pekerja kecil. Dalam puluhan pidatonya, Lenin menanggapi kritik ini dengan menyoroti
bahaya dogmatisme dan perlunya mempertimbangkan kehidupan nyata. Dia mengulangi
argumen ini di berbagai majelis partai di Petrograd pada bulan April dan akhirnya dapat
meyakinkan baik para peserta maupun pemimpin Bolshevik untuk menerima sudut
pandangnya. Kaum Bolshevik pun mengadopsi slogan-slogan Lenin: Tidak ada dukungan
untuk Pemerintahan Sementara! dan Semua kekuatan untuk Soviet!

Vladimir Lenin duduk di tangga mimbar sambil membuat catatan selama pertemuan Kongres Comintern III di
Balai Andreyevsky Kremlin. Sumber: Karl Bulla / RIA Novosti

Kudeta yang Berhasil

Setelah penerbitan Aprelskie Tezisy, kaum Menshevik menuduh Lenin mencoba menyulut
perang sipil di Rusia. Lenin, sang pemimpin Bolshevik, menjawab bahwa dia hanya meminta
anggota-anggota partainya untuk mendukung transisi kekuasaan ke Soviet bukan menyerukan
sebuah konflik bersenjata.

Pada bulan-bulan berikutnya, dua demonstrasi yang menentang Pemerintahan Sementara oleh
kelompok pekerja dan tentara yang didukung Bolshevik terjadi di Petrograd (sekarang Sankt
Peterburg). Meskipun demikian, para pemimpin Soviet Petrograd dan Pemerintahan
Sementara tetap lebih berpengaruh daripada pendukung Lenin.

Namun, setelah upaya kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Lavr Kornilov dari sayap kanan
berakhir gagal, situasi segera berubah drastis pada musim gugur. Dukungan publik untuk
kaum kiri tumbuh dan kaum Bolshevik memperoleh kursi mayoritas di Petrograd Soviet.
Pada bulan Oktober, didorong oleh momentum ini, kaum Bolshevik menggulingkan
Pemerintahan Sementara dan merebut kekuasaan di Petrograd di bawah nama Kongres Soviet
Seluruh Rusia Kedua. Lenin telah mengubah arah partai tersebut pada bulan April 1917, dan
lagi-lagi memainkan peran yang menentukan pada bulan Oktober saat dia meyakinkan rekan-
rekannya yang masih ragu bahwa Bolshevik berpotensi merebut kekuasaan.

Nama:Shinta Atma Dewi


Bagaimana Lenin Berhasil Memimpin
Revolusi Rusia?
Discover Russia
Jun 01, 2017
Alexi Timofichev
RBTH

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin.

Mary Evans/Global Look Press


Vladimir Lenin adalah tokoh politik paling berpengaruh dalam perkembangan Revolusi
Rusia. Sebelum dia memimpin kudeta di ibu kota pada Oktober 1917, Lenin harus lebih dulu
memenangkan dukungan dari Partai Bolshevik saat kembali ke Rusia pada tahun yang sama.
Usahanya untuk mengonsolidasikan dukungan dan pengaruh tidak mudah dicapai karena
banyak pemimpin Bolshevik kala itu menganggap pandangan Lenin cukup gila.

Ketika Revolusi Februari 1917 meletus, Lenin tengah berada di Swiss. Dia tidak kembali ke
Rusia sampai lebih dari sebulan kemudian, yaitu pada awal April.

Pada saat itu, Deputi Buruh dan Prajurit Petrograd Soviet berbagi kekuasaan dengan
Pemerintah Sementara Rusia. Karena Lenin merupakan pemimpin salah satu partai sosialis
utama di negara itu, anggota-anggota Petrograd Soviet pun mengadakan pesta untuk
menyambut kepulangannya. Ketika tiba di Stasiun Finlandia pada malam tanggal 3 April,
Lenin disambut oleh Kepala Petrograd Soviet Nikolai Chkheidze. Chkheidze segera
mengusulkan agar Lenin mendukung rencana mereka untuk bersatu dengan Pemerintahan
Sementara dan menyokong kelanjutan perang.

Ternyata, apa yang Lenin lakukan selanjutnya sama sekali tidak sesuai dengan harapan
Chkheidze. Lenin benar-benar tak mengacuhkannya. Dia lebih memilih kaum pekerja,
tentara, dan pelaut orang-orang yang ia sebut sebagai garda terdepan proletariat
revolusioner internasional. Dia menyebutkan bahwa perang terhadap imperialis predator ini
adalah awal dari perang saudara yang akan menyebar ke seluruh Eropa. Pernyataan Lenin
pun disambut riuh masyarakat yang kemudian membawa Lenin dari stasiun ke alun-alun.
Dari atas sebuah mobil lapis baja, dengan lampu sorot yang menyala di atasnya, Lenin
mengumumkan kemenangan revolusi sosialis akan segera tiba.

Seorang sejarawan kemudian menulis, Di tengah sorotan cahaya lampu yang menembus
kegelapan malam, Lenin, dengan lengan terulur, tampak seperti raksasa. Nikolai Sukhanov,
seorang Menshevik, yang tidak begitu menyukai Lenin, kemudian mengingat, Apa yang dia
katakan benar-benar berada di luar konteks Revolusi Rusia dari perspektif orang-orang yang
telah berpartisipasi dan sekaligus menjadi saksi langsung meletusnya revolusi. Luar biasa!
Tiba-tiba, tepat di depan mata kita, tepat di depan kita semua, ada cahaya terang yang
menyilaukan. Kita, yang telah bekerja keras memperjuangkan pekerjaan revolusioner ini,
terlempar dari kaki kita sendiri.

Lenin berorasi di Lapangan Swerdlow, Petrograd, 1919. Sumber: ZUMA Press / Global Look Press
Bergerak Menuju Revolusi Sosialis

Cahaya yang dimaksud Sukhanov adalah alat yang digunakan Lenin untuk mengatur
panggung revolusi sosialis. Berseberangan dengan mayoritas kaum sosialis Rusia, termasuk
Partai Bolshevik sendiri, Lenin yakin bahwa sudah saatnya untuk mengakhiri fase revolusi
borjuis. Dia tidak puas dengan situasi politik di bawah kepemimpinan Pemerintahan
Sementara yang terdiri dari para menteri kapitalis.

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin. Apalagi, dia bersikeras bahwa bentuk pemerintahan yang ada saat itu harus
sepenuhnya ditolak. Dia mengklaim bahwa negara tidak memerlukan sebuah republik
parlementer, melainkan sebuah republik milik Deputi Pekerja, Buruh Tani, dan Petani Soviet
di seluruh negeri, dari atas ke bawah. Lenin menguraikan gagasan ini dalam sebuah artikel
yang kemudian dikenal sebagai Aprelskie Tezisy (Tesis April).

Banyak pemimpin Bolshevik tetap menentang keras pandangan Lenin. Mereka berpendapat
bahwa fase evolusi borjuis Rusia belum bisa dianggap selesai. Menurut mereka, sosialisme di
Rusia belum bisa dijangkau karena keterbelakangan negara dan besarnya populasi petani dan
kelas pekerja kecil. Dalam puluhan pidatonya, Lenin menanggapi kritik ini dengan menyoroti
bahaya dogmatisme dan perlunya mempertimbangkan kehidupan nyata. Dia mengulangi
argumen ini di berbagai majelis partai di Petrograd pada bulan April dan akhirnya dapat
meyakinkan baik para peserta maupun pemimpin Bolshevik untuk menerima sudut
pandangnya. Kaum Bolshevik pun mengadopsi slogan-slogan Lenin: Tidak ada dukungan
untuk Pemerintahan Sementara! dan Semua kekuatan untuk Soviet!

Vladimir Lenin duduk di tangga mimbar sambil membuat catatan selama pertemuan Kongres Comintern III di
Balai Andreyevsky Kremlin. Sumber: Karl Bulla / RIA Novosti

Kudeta yang Berhasil

Setelah penerbitan Aprelskie Tezisy, kaum Menshevik menuduh Lenin mencoba menyulut
perang sipil di Rusia. Lenin, sang pemimpin Bolshevik, menjawab bahwa dia hanya meminta
anggota-anggota partainya untuk mendukung transisi kekuasaan ke Soviet bukan menyerukan
sebuah konflik bersenjata.

Pada bulan-bulan berikutnya, dua demonstrasi yang menentang Pemerintahan Sementara oleh
kelompok pekerja dan tentara yang didukung Bolshevik terjadi di Petrograd (sekarang Sankt
Peterburg). Meskipun demikian, para pemimpin Soviet Petrograd dan Pemerintahan
Sementara tetap lebih berpengaruh daripada pendukung Lenin.

Namun, setelah upaya kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Lavr Kornilov dari sayap kanan
berakhir gagal, situasi segera berubah drastis pada musim gugur. Dukungan publik untuk
kaum kiri tumbuh dan kaum Bolshevik memperoleh kursi mayoritas di Petrograd Soviet.
Pada bulan Oktober, didorong oleh momentum ini, kaum Bolshevik menggulingkan
Pemerintahan Sementara dan merebut kekuasaan di Petrograd di bawah nama Kongres Soviet
Seluruh Rusia Kedua. Lenin telah mengubah arah partai tersebut pada bulan April 1917, dan
lagi-lagi memainkan peran yang menentukan pada bulan Oktober saat dia meyakinkan rekan-
rekannya yang masih ragu bahwa Bolshevik berpotensi merebut kekuasaan.

Nama:Nur Arsina
Bagaimana Lenin Berhasil Memimpin
Revolusi Rusia?
Discover Russia
Jun 01, 2017
Alexi Timofichev
RBTH

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin.

Mary Evans/Global Look Press


Vladimir Lenin adalah tokoh politik paling berpengaruh dalam perkembangan Revolusi
Rusia. Sebelum dia memimpin kudeta di ibu kota pada Oktober 1917, Lenin harus lebih dulu
memenangkan dukungan dari Partai Bolshevik saat kembali ke Rusia pada tahun yang sama.
Usahanya untuk mengonsolidasikan dukungan dan pengaruh tidak mudah dicapai karena
banyak pemimpin Bolshevik kala itu menganggap pandangan Lenin cukup gila.

Ketika Revolusi Februari 1917 meletus, Lenin tengah berada di Swiss. Dia tidak kembali ke
Rusia sampai lebih dari sebulan kemudian, yaitu pada awal April.

Pada saat itu, Deputi Buruh dan Prajurit Petrograd Soviet berbagi kekuasaan dengan
Pemerintah Sementara Rusia. Karena Lenin merupakan pemimpin salah satu partai sosialis
utama di negara itu, anggota-anggota Petrograd Soviet pun mengadakan pesta untuk
menyambut kepulangannya. Ketika tiba di Stasiun Finlandia pada malam tanggal 3 April,
Lenin disambut oleh Kepala Petrograd Soviet Nikolai Chkheidze. Chkheidze segera
mengusulkan agar Lenin mendukung rencana mereka untuk bersatu dengan Pemerintahan
Sementara dan menyokong kelanjutan perang.

Ternyata, apa yang Lenin lakukan selanjutnya sama sekali tidak sesuai dengan harapan
Chkheidze. Lenin benar-benar tak mengacuhkannya. Dia lebih memilih kaum pekerja,
tentara, dan pelaut orang-orang yang ia sebut sebagai garda terdepan proletariat
revolusioner internasional. Dia menyebutkan bahwa perang terhadap imperialis predator ini
adalah awal dari perang saudara yang akan menyebar ke seluruh Eropa. Pernyataan Lenin
pun disambut riuh masyarakat yang kemudian membawa Lenin dari stasiun ke alun-alun.
Dari atas sebuah mobil lapis baja, dengan lampu sorot yang menyala di atasnya, Lenin
mengumumkan kemenangan revolusi sosialis akan segera tiba.

Seorang sejarawan kemudian menulis, Di tengah sorotan cahaya lampu yang menembus
kegelapan malam, Lenin, dengan lengan terulur, tampak seperti raksasa. Nikolai Sukhanov,
seorang Menshevik, yang tidak begitu menyukai Lenin, kemudian mengingat, Apa yang dia
katakan benar-benar berada di luar konteks Revolusi Rusia dari perspektif orang-orang yang
telah berpartisipasi dan sekaligus menjadi saksi langsung meletusnya revolusi. Luar biasa!
Tiba-tiba, tepat di depan mata kita, tepat di depan kita semua, ada cahaya terang yang
menyilaukan. Kita, yang telah bekerja keras memperjuangkan pekerjaan revolusioner ini,
terlempar dari kaki kita sendiri.

Lenin berorasi di Lapangan Swerdlow, Petrograd, 1919. Sumber: ZUMA Press / Global Look Press
Bergerak Menuju Revolusi Sosialis

Cahaya yang dimaksud Sukhanov adalah alat yang digunakan Lenin untuk mengatur
panggung revolusi sosialis. Berseberangan dengan mayoritas kaum sosialis Rusia, termasuk
Partai Bolshevik sendiri, Lenin yakin bahwa sudah saatnya untuk mengakhiri fase revolusi
borjuis. Dia tidak puas dengan situasi politik di bawah kepemimpinan Pemerintahan
Sementara yang terdiri dari para menteri kapitalis.

Lenin percaya bahwa kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani
termiskin. Apalagi, dia bersikeras bahwa bentuk pemerintahan yang ada saat itu harus
sepenuhnya ditolak. Dia mengklaim bahwa negara tidak memerlukan sebuah republik
parlementer, melainkan sebuah republik milik Deputi Pekerja, Buruh Tani, dan Petani Soviet
di seluruh negeri, dari atas ke bawah. Lenin menguraikan gagasan ini dalam sebuah artikel
yang kemudian dikenal sebagai Aprelskie Tezisy (Tesis April).

Banyak pemimpin Bolshevik tetap menentang keras pandangan Lenin. Mereka berpendapat
bahwa fase evolusi borjuis Rusia belum bisa dianggap selesai. Menurut mereka, sosialisme di
Rusia belum bisa dijangkau karena keterbelakangan negara dan besarnya populasi petani dan
kelas pekerja kecil. Dalam puluhan pidatonya, Lenin menanggapi kritik ini dengan menyoroti
bahaya dogmatisme dan perlunya mempertimbangkan kehidupan nyata. Dia mengulangi
argumen ini di berbagai majelis partai di Petrograd pada bulan April dan akhirnya dapat
meyakinkan baik para peserta maupun pemimpin Bolshevik untuk menerima sudut
pandangnya. Kaum Bolshevik pun mengadopsi slogan-slogan Lenin: Tidak ada dukungan
untuk Pemerintahan Sementara! dan Semua kekuatan untuk Soviet!

Vladimir Lenin duduk di tangga mimbar sambil membuat catatan selama pertemuan Kongres Comintern III di
Balai Andreyevsky Kremlin. Sumber: Karl Bulla / RIA Novosti

Kudeta yang Berhasil

Setelah penerbitan Aprelskie Tezisy, kaum Menshevik menuduh Lenin mencoba menyulut
perang sipil di Rusia. Lenin, sang pemimpin Bolshevik, menjawab bahwa dia hanya meminta
anggota-anggota partainya untuk mendukung transisi kekuasaan ke Soviet bukan menyerukan
sebuah konflik bersenjata.

Pada bulan-bulan berikutnya, dua demonstrasi yang menentang Pemerintahan Sementara oleh
kelompok pekerja dan tentara yang didukung Bolshevik terjadi di Petrograd (sekarang Sankt
Peterburg). Meskipun demikian, para pemimpin Soviet Petrograd dan Pemerintahan
Sementara tetap lebih berpengaruh daripada pendukung Lenin.

Namun, setelah upaya kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Lavr Kornilov dari sayap kanan
berakhir gagal, situasi segera berubah drastis pada musim gugur. Dukungan publik untuk
kaum kiri tumbuh dan kaum Bolshevik memperoleh kursi mayoritas di Petrograd Soviet.
Pada bulan Oktober, didorong oleh momentum ini, kaum Bolshevik menggulingkan
Pemerintahan Sementara dan merebut kekuasaan di Petrograd di bawah nama Kongres Soviet
Seluruh Rusia Kedua. Lenin telah mengubah arah partai tersebut pada bulan April 1917, dan
lagi-lagi memainkan peran yang menentukan pada bulan Oktober saat dia meyakinkan rekan-
rekannya yang masih ragu bahwa Bolshevik berpotensi merebut kekuasaan.

Nama:Ainun Maharani
SEJARAH PEMINATAN

OLEH:
Nama:Shinta Atma Dewi
Kelas:XI-IIS1
Guru:Ibuk Hariyati S.Pd

SMA NEGERI 1 PANCUR BATU


MANUSIA PURBA SANGIRAN
Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia.[1] Menurut laporan UNESCO (1995)
"Sangiran diakui oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di
dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (Cina),
Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan),
dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain."[2]

Daerah terdiri dari sekitar 56 km (7km x 8 km). Lokasi ini terletak di Jawa Tengah, sekitar
15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Secara administratif,
kawasan Sangiran terbagi antara 2 kabupaten: Kabupaten Sragen (Kecamatan Gemolong,
Kecamatan Kalijambe, dan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo).
Fitur penting dari situs ini adalah geologi daerah. Awalnya kubah terbentuk jutaan tahun yang
lalu melalui kenaikan tektonik. Kubah itu kemudian terkikis yang mengekspos isi dalam
kubah yang kaya akan catatan arkeologi.[3]

Sejarah eksplorasi

1883: Situs sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C schemulling. Ketika aktif melakukan
eksplorasi pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini,
namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil,
Ngawi.

Stegodon trigonocephalus - Molar

1934: Ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area
tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta ("tulang
buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai
akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa") oleh
Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan
Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran. Dengan dibantu tokoh setempat, setiap hari von
Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung buta, yang kemudian ia bayar. Pada
tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya.
Ada sekitar 60 lebih fosil H. erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang besar,
termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan
kawasan sekitarnya. Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang
hewan-hewan bertulang belakang (Vertebrata), seperti buaya (kelompok gavial dan
Crocodilus), Hippopotamus (kuda nil), berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba
(stegodon dan gajah modern).

1. Homo Mojokertensis

2. Homo Robustus

3. Homo Sapiens

Homo Wajakensis
Homo Soloensis

Koleksi Foto
OLEH:

Nama:Shinta Atma Dewi

Kelas:XI-IIS1

Anda mungkin juga menyukai