FILE Edit
FILE Edit
Disusun Oleh :
Yasser Arafat (25)
D3 TL 3E
1.2 Motto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.
1.5 Sejarah
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai
ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula
dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang
di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para
pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-
sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga
listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.
BAB II
Pemberian izin beroperasi kepada NV. NIGM di luar jawa antara lain mulai
dikeluarkan untuk wilayah kota medan kemudian acara berturut-turut menyusul
wilayah Palembang, Makasar / Ujung Pandang, Tanjung Karang (Lampung) dan
Manado.
Keterangan yang jelas mengenai ijin beroperasi kepada NV. NIGM konsesi
diluar Jawa tidak / belum ditemukan tetapi menurut berbagai pendapat dan
keterangan yang diperoleh untuk wilayah Palembang terjadi sebelum tahun 1920,
misalnya: Medan, Tanjung Karang, Ujung Pandang, Manado, dsb.
BAB III
LOGO PLN
BAB IV
PEDOMAN PERILAKU
PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan
yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk memberikan pelayanan jasa
ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar ketenagalistrikan yang dapat diterima
dunia internasional dan mewujudkan hal itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya.
Dalam menjalankan bisnisnya, PLN bertekad bekerja dengan semangat untuk selalu
menghasilkan produk dan pelayanan yang terbaik serta memperlakukan pelanggan, mitra
usaha, dan pemasok dengan adil tanpa membeda-bedakannya.
Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penyelenggaraan perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance), melalui dokumen Pedoman Perilaku PT PLN
(Persero) ini, manajemen PLN bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan tata
pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri PLN yang dapat kita
banggakan bersama. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati warga PLN
untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai perusahaan yang
sudah disepakati bersama.
Semua ini akan dijalankan dengan tetap mengacu pada aspirasi untuk menciptakan nilai
yang maksimal bagi bangsa dan negara
Indonesia.
Manajemen PLN juga bertekad untuk menyelenggarakan perusahaan dengan mengajak
seluruh anggota PLN dan semua pihak yang peduli dengan kemajuan perusahaan ini, dapat
menjaga perusahaan ini agar tetap berkiprah secara bertanggung jawab.
Keterbukaan dan partisipasi ini akan dijalankan dengan prinsip bahwa informasi
perusahaan dapat diakses dan diperoleh dengan mudah oleh masyarakat dan semua pihak yang
berhak, tanpa mengabaikan prinsip kerahasiaan informasi tersebut. Sebaliknya, manajemen
perusahaan juga senantiasa membuka diri bagi semua masukan dan saran dari lingkungan
internal dan eksternal perusahaan.
Dalam mengimplementasikan pedoman ini yang terutama akan lebih dijaga adalah
semangat dan itikad yang mendasari dokumen ini selain menjalankan apa yang tersurat di
dalamnya. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga peningkatan nilai pemegang saham dan
kepercayaan publik secara konsisten dan berkelanjutan.
Kami yakin bahwa ini juga adalah tekad seluruh warga PLN melaksanakan perilaku yang
tercantum dalam Pedoman Perilaku PT PLN (Persero) ini sebagai realitas dalam kehidupan
kerja kita sehari-hari, dengan menjadikan diri kita sebagai suri teladan di lingkungan kerja
masing-masing.
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI (KORPORAT)
(Terlampir)
BAB VI
STRUKTUR USAHA DAN ANAK PERUSAHAAN PLN
Fungsi PLN : Sebagai pendorong kegiatan ekonomi guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
b. PLN Jasa
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan
Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan
Jasa Sertifikasi
Jasa Manajemen Konstruksi
c. PLN Pembangkitan
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
Pembangktian Sumatera Bagian Utara
Pembangkitan Lontar
Pembangkitan Tanjung Jati B
Unit Pembangkitan Jawa Bali
Batasan kerja Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) mulai dari gardu induk
setelah trafo step up dari pembangkit atau PT. PJB hingga busbar menuju penyulang (wilayah
kerja unit Distribusi). Sehingga P3B mengatur beban dari pembangkit menuju konsumen. Bisa
dilihat dari single line diatas yang terbagi maenjadi 4 dari daerah yaitu pembangkit, transmisi,
gardu induk, dan distribusi. Daerah pembangkitan merupakan wewenang atau tanggungjawab
PT.PJB sepenuhnya. Daerah transmisi dan gardu induk merupakan wewenang atau tanggung
jawab PT.P3B sepenuhnya. Daerah distribusi merupakan wewenang atau tanggung jawab
distribusi sepenuhnya. Jka terjadi masalah atau kerusakan atau kejadian apapun pada
pembangkitan merupakan tanggungjawab dari PT.PJB. Begitu juga pada transmisi yang jadi
tanggungjawab P3B, maupun distribusi oleh distribusi sendiri.
Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban atau biasa disingkat dengan P3B merupakan
salah satu unit usaha dari PLN yang bertugas untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkitan ke distribusi, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Batasan kerja unit usaha Pembangkit Jawa Bali, batasan kerja PJB hingga trafo step up,
sehingga tanggung jawab PJB memproduksi energy listrik yang di butuhkan konsumen dan
diatur oleh penyaluran dan pusat pengaturan beban.
2. Proses akad jual beli daya P3B
Pada setiap bulan diadakan rapat yang membahas tentang koordinasi antara P3B dan
PJB, koordinasi tersebut berhubungan tentang perjanjian kontrak. Karena P3B merupakan
pengaturan beban yang mengirim energy dari PT.PJB, maka dari itu terjadi akad jual beli antara
P3B sebagai konsumen dan PJB sebagai penjual. Jual beli tersebut berupa kontrak daya yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak P3B mengajukan permintaan daya dalam satuan Mega
Watt (MW) kepada pihak PJB (pada tiap pembangkit tenaga listrik). Jika salah satu pembangkit
tidak mampu memberikan tenaga listrik sebanyak yang diminta P3B, maka P3B meminta
kekurangan energi tersebut pada pembangkitan listrik yang lain sampai nilai daya yang
dibutuhkan dan daya cadangan terpenuhi semua.
Setiap bulan P3B melakukan melakukan analisa agar bulan selanjutnya dapat terpenuhi
daya yang di salurkan pada konsumen melalui distribusi. Semua pembangkit tidak harus
mengggunakan semua kapasitas daya dari generator, karena sistem kelistrikan di Indonesia
menggunakan sistem interkoneksi yang diatur oleh P3B. Rata rata pembangkit seperti
PLTGU, PLTU, PLTG adalah pembangkit yang non stop menyalurkan energy listrik, tetapi
daya yang dikeluarkan hanya 80% dari kapasitas generator kecuali ada dari pembangkit tersebut
melakukan pemeliharaan atau shut down. Akan di back up oleh PLTA karena PLTA startingnya
lebih cepat daripada PLTGU, PLTU, PLTG karena startingnya butuh waktu yang lama sampai
kurang lebih 12 jam. Jadi apabila untuk cadangan menggunakan pasokan energy listrik dari
selain PLTA, beban akan semakin meningkat dan frekuensi akan turun yang menyebabkan
pembangkit akan lepas dari sistem. Sedangkan P3B akan berkoordinasi dengan unit Distribusi
untuk penyaluran energy. Apabila di suatu sistem tidak dapat menyuplai energy, maka P3B
berkoordinasi dengan unit ditribusi agar melakukan pemadaman bergilir pada setiap
penyulangnya. Pada P3B terdapat panel yang menunjukkan kwh meter kirim dan terima di
setiap gardu induk. Kwh meter tersebut digunakan yang salah satunya untuk memperkirakan
beban untuk selanjutnya.
3. Transaksi Daya