Anda di halaman 1dari 22

Tugas 1

STUDI KASUS DENGAN OBYEK PT PLN PERSERO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Otomasi Kelistrikan Industri


Semester Ganjil Tahun Akademik 2017/2018
Dosen Pembina :
Anang Dasa Novfowan, B.Tech., MMT

Disusun Oleh :
Yasser Arafat (25)

D3 TL 3E

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017/2018
PLN merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan untuk
mentransmisikan tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit yang bertenaga air, diesel, tenaga
uap berbahan bakar batu bara maupun gas, ke pengguna akhir seperti kawasan industri,
komersial, pemukiman maupun sarana publik.
Untuk mentransmisikan tenaga listrik tersebut, Perseroan mengelola jaringan transmisi
dan distribusi di atas tanah maupun kabel bawah tanah, beserta serangkaian pusat trafo dan
gardu induk pengatur tegangan dan beban atau daya listrik untuk kemudian disalurkan ke
terminal instalasi listrik domestik di tempat pengguna.
Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia dimulai sejak awal abad ke-19, saat
beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di industri gula dan teh mendirikan
pembangkit listrik untuk keperluan pabriknya sendiri. Melalui serangkaian peristiwa sejarah,
kemudian seluruh pusat pembangkit ini dikelola oleh perusahaan induk, yang kemudian dikenal
sebagai PLN.
PLN kini mengelola jaringan listrik mulai dari pusat pembangkitan yang dikelola sendiri
maupun milik swasta, dengan daerah operasi melingkupi seluruh kawasan wilayah Indonesia,
mulai dari perkotaan hingga ke area terpencil.
Secara singkat, tonggak penting yang telah dicapai PLN dapat digambarkan berikut ini.

TONGGAK PENTING PLN


Awal abad ke-19 - Beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di industri gula
dan teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan pabriknya sendiri.
Tahun 1942-1945 - Pengalihan pengelolaan perusahaanperusahaan Belanda kepada
Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia
II.
Agustus 1945 - Peralihan pengelolaan perusahaan pengelola listrik kepada pihak
Sekutu, bersamaan dengan menyerahnya Jepang pada Perang Dunia II.
27 Oktober 1945 - Pembentukan Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga oleh Presiden Soekarno dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
1 Januari 1961 Perubahan nama Jawatan Listrik dan Gas menjadi Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN) yang bergerak di bidang listrik, gas dan
kokas.
1 Januari 1965 Pembubaran BPU-PLN disertai peresmian 2 perusahaan negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas
Negara (PGN) sebagai pengelola gas.
Tahun 1972 - Sesuai Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara
(PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang
Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum.
Tahun 1994 - Status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan (Persero)
dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum.
Tahun 2009 Sesuai UU Nomor 30 Tahun 2009, PLN bukan lagi sebagai PKUK namun
ebagai Badan Usaha Milik Negara dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum.
SAHAM PERSEROAN
Perseroan merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara dengan badan hukum
berbentuk persero, bersifat terbuka, namun sahamnya tidak terdaftar dan tidak diperdagangkan
di pasar saham Bursa Efek Indonesia. Seluruh saham Perseroan dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia. Selama periode pelaporan tidak ada perubahan kepemilikan yang signifikan terkait
dengan kepemilikan saham Perseroan.
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN

1.1 Visi & Misi


1.1.1 Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
1.1.2 Misi
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

1.2 Motto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

1.3 Nilai Nilai PT. PLN (Persero)


Nilai nilai perusahaan PT. PLN (Persero) yang dapat digunakan sebagai prinsip dalam
menjalankan roda organisasi antara lain :
Jujur;
Integrasi;
Peduli;
Pembelajaran;
Teladan.

1.4 Maksud Dan Tujuan Perseroan


Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam
jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan
penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang
pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

1.5 Sejarah
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai
ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula
dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang
di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para
pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-
sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga
listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

1.6 Alamat PT PLN (Persero) :


Jl. Trunojoyo Blok M-I No. 135
Kebayoran Baru, Jakarta 12160, Indonesia
Tel. 021 7251234, 7261122
Fax. 021 7221330

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN LISTRIK DI INDONESIA

2.1 Kapan Listrik Bersinar Di Indonesia


Untuk menyususn sejarah listrik yang tersebar dis seluruh wilayah Indonesia tidak
mudah. Penyusunan sejarah listrik yang bermutu hanya dimungkinkan apabila bisa
ditemukan arsip-arsip kelistrikan arsip Departemen Kehakiman dan arsip Departemen V
& W (PUT). Sebagai gambar singkat berdasarkan beberapa catatan yang bisa ditemukan
sejarah listrik di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut. Menurut berbagai keterangan
yang ditemukan bahwa cahaya listrik mulai bersinar di wilayah Indonesia mulai akhir
abad ke-19, zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Perkembangan kelistrikan di wilayah
Indonesia terjadi sebagai berikut:
a. Elktrifikasi di wilayah kota Batavia sekitar tahun 1893 merupakan stand Bedriji
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat dengan nama Electricileil Bedriji
Batavia
b. Elektrifikasi di wilayah kota Medan sekitar tahun 1903 sebagai stand Bedriji yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan nama Electricileil Bedriji Medan (Dall)
c. Elektrifikasi di wilayah kota Surabaya kira-kira tahun 1907 merupakan stand
Bedriji yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan nama Electricileil Bedriji
Surabaya.
Tahun-tahun berikutnya menurut keterangan dari beberapa sumber yang kurang
jelas, kelistrikan antara lain dibangun di Palembang, dalam kaitannya dengan usaha
pertambangan minyak di Makasar dan Ambonuntuk kepentingan militer.

2.2 Perusahaan Listrik Pada Zaman Hindia-Belanda


Setelah perusahaan listrik yang berpusat di Negeri Belanda didirikan di beberapa
wilayah Indonesia (umumnya pembangkitan), maka pendistribusian tenaga listrik oleh
Pemerintah Daerah dialihkan kepada perusahaan-perusahaan listrik swasta.
Menurut catatan pendirian perusahaan-perusahaan listrik Belanda di Indonesia
terjadi sebagai berikut:
2.2.1 Perusahaan Listrik NV NIGM (yang kemudian namanya berubah menjadi
NV. OGM)
a. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan No.28 tanggal 27 Juni
1913 pemberian konsesi untuk melistriki wilayah kota Batavia
b. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.29 tanggal 1
Nopember 1916 pemberian konsesi untuk melistriki wilayah kota
Messlercornelis (Jatinegara)
c. Izin beroperasi pemberian konsesi untuk melistriki wilayah kota Tangerang
d. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.6 bulan Nopember
1924 pemberian konsesi untuk melistriki wilayah kota Cirebon
e. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.20 tanggal 25
Nopember 1925 pemberian konsesi untuk melistriki wilayah kota Kebayoran
Lama
f. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.12 tanggal 16 Juni
1927 pemberian konsesi untuk melistriki wilayah Cirebon luar kota.

Pemberian izin beroperasi kepada NV. NIGM di luar jawa antara lain mulai
dikeluarkan untuk wilayah kota medan kemudian acara berturut-turut menyusul
wilayah Palembang, Makasar / Ujung Pandang, Tanjung Karang (Lampung) dan
Manado.

Keterangan yang jelas mengenai ijin beroperasi kepada NV. NIGM konsesi
diluar Jawa tidak / belum ditemukan tetapi menurut berbagai pendapat dan
keterangan yang diperoleh untuk wilayah Palembang terjadi sebelum tahun 1920,
misalnya: Medan, Tanjung Karang, Ujung Pandang, Manado, dsb.

2.2.2 Perusahaan Listrik NV ANIEM


a. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.6 tanggal 8 Februari
1914 pemberian kosesi untuk elektrifikasi wilayah Surabaya, Semarang,
Jogjakarta.
b. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.25 tanggal 9 Mei
1927 pemberian konsesi untuk Elektrifikasi wilayah berbagai kota di Jawa
Tengah dan Jawa Timur diluar wilayah yang telah dikelola oleh OJEM,
Electrian, EMR, dan EAIB.
c. Pemberian izin beroperasi kepada NV. ANIEM untuk Electrifikasi wilayah
diluar Jawa antara lain Bukit Tinggi, Pontianak, Ambon, dsb.
2.2.3 Perusahaan Listrik NV. GEBEO
Perusahaan Listrik NV. GEBEO merupakan usaha bersama dimana
Pemerintah Jawa Barat ikut serta dengan keputusan yang dikeluarkan sebagai
berikut:

a. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.24 tanggal 30 Januari


1923 / 1928 pemberian konsesi untuk Elektrifikasi wilayah Bandung dan
sekitarnya (sebelum lampu gas, listrik oleh militer)
b. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.24 tanggal 10 Maret
1923 / 1928 pemberian konsesi untuk kota Bogor dan sekitarnya (sebelum
lampu gas)
c. Izin beroperasi dikeluarkan dengan Surat Keputusan no.24 bulan Desember
1938, no.17 tanggal 21 Desember 1939, no.21 tanggal 20 Mei 1940, no.30
tanggal 13 Januari 1940 pemberian konsesi untuk Elektrisasi wilayah
Karesidenan dan Kabupaten seluruh Propinsi Jawa Barat kecuali Cirebon dan
Jakarta yang telah dikelola oleh NV. GIM
2.2.4 Perusahaan Listrik Electra
a. Izin beroperasi dikeluarkan kepada Perusahaan Listrik Electra dengan S.K.
no.37 tgl 7 Juni 1915 pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota
Atultng Agung
b. Izin beroperasi dikeluarkan dengan S.K. no.33 tgl 30 Maret 1927 pemberian
konsesi untuk Elektrisasi wilayah diluar kota Tulung Agung
2.2.5 Perusahaan Listrik SEM
a. Izin beroperasi dikeluarkan kepada perusahaan listrik SEM dengan surat
keputusan No. 15 tanggal 21 Desember 1925 pemberian konsesi untuk
Elektrifikasi wilayah kota Kesunanan Surakarta
b. Izin beroperasi dikeluarkan dengan surat keputusan No. 8 tanggal 3 januari
1937 pemberian konsesi untuk Elektrifikasi wilayah Kabupaten dan
sebagainya yang termasuk dalam Kesunanan Surakarta.
2.2.6 Perusahaan Listrik OJEM
Izin beroperasi dikeluarkan kepada OJEM dengan surat keputusan No. 28
tanggal 24 februari 1925, No.8 tanggal 26 Desember 1925, No.61 dan 62 tanggal
29 Agustus 1927, No.16 tanggal 8 Juni 1920 untuk melistriki wilayah karesidenan
Panarukan dan beberapa Kabupaten disekitarnya.
2.2.7 Berdiri Dan Beroperasinya Perusahaan Listrik EMR
a. Izin beroperasi dikeluarkan kepada NV. EMR dengan surat keputusan No. 12
tanggal 25 juni 1927 pemberian konsesi untuk elektrifikasi kota Rembang.
b. Izin beroperasi dikeluarkan kepada NV.EMR dengan surat keputusan No.8,
No.9, No.10 tanggal 4 Maret 1929 untuk menambah konsesinya memperluas
elektrifikasi diwilayah Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro.
2.2.8 Berdiri Dan Beroperasinya Perusahaan Listrik
Izin beroperasinya dikeluarkan kepada NV.EMB pemberian konsesinya
untuk elektrifikasi wilayah Karisidenan Banyumas dan beberapa Kabupaten
sekitarnya (No.31 tanggal 27 september 1939).
2.3 Perusahaan Listrik Di Zaman Jepang
Di dalam Perang Dunia Kedua semua Perusahaan listrik di wilayah Indonesia
dengan sendirinya berada dibawah pengawasan tentar Jepang, antara lain Perusahaan
Listrik Belanda yang berada di Jawa oleh Angkatan Darat Jepang, diajadikan Perusahaan
Listrik Jepang dengan nama sebagai berikut :
a. Jawa Denki Jogyokosho kantor pusat di Jakarta.
b. Seibu Jawa Denki Sha diwilayah Jawa Barat.
c. Chobu Jawa Denki Sha diwilayah Jawa Tengah.
d. Cabang-cabang Perusahaan Listrik tetap seperti semula.
Denang menjadinya Perushaani Listrik Jepang dibawah pengawasan Angkatan
Darat, maka pimpinan Perusahaan dipegang oleh tenaga yang didatangkan dari Jepang.

2.4 Perusahaan Listrik Setelah Masa Proklamasi Kemerdekaan


Perang Dunia Kedua diakhiri dengan pernyataan menyerahnya Jepang kepada
Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Dengan menyerahnya Jepang kepad Sekutu berarti
pula bahwa Tentara Sekutu akan memasuki dan menduduki wilaayah Indonesia yang
dikuasai Tentara Jepang untuk melucuti Tentara Jepang dan membebaskan warga negara
Sekutu yang ditawan Jepang.
Sebelum Tentara Sekutu mengambil alih kekuasaan dari penguasa Jepang,
Pemimpin-pemimpin Indonesia telah mendahului memproklamasikan Kemerdekaan
Indonesia menjadi Republik Indonesia. Berkumandangnya Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesiadan gagalnya srta tidak dapat berlangsungnya Bung Karno waktu itu
menggembleng rakyat dalam rapat raksasa dilapangan Ikada pada tanggal 19 September
1945, karena dihalangi Tentara Jepang telah menimbulkan pengaruh dan rasa tidak puas,
tidak saja dikalangan rakyat , tetapi juga telah menggugah hati dan mempertebal tekad
para karyawan Perusahaan Listrik dan pengusaha Jepang.
Pengambilalihan Pimpinan Perusahaan Listrik pertama-tama terjadi pada tanggal
21 September 1945 di pusat ( Jawa Denki Jogyo Kosah ) Jakartaoleh kesatuan Aksi
Karyawan Listrik, setelah gagalnya rapat tanggal 19 September 1945 dan dalam hari
berikutnya pengambil alihan meluas kedaerah lainnya, seperti Perusahaan Listrik si
Surabaya, Semarang, Bandung, Jogyakarta dan berbagai kota lainnya di pulau Jawa
maupun luar Jawa.
Keatuan Aksi para Karyawan Perusahaan Lisatrik si seluruh kawasan wilayah
indonesia berhasil mengambil alih pimpinan dari Perusahaan Listrik Penguasa Jepang
secara keseluruhan dapat diselesaikan pada pertengahan bulan Oktober 1945.
Perusahaan-perusahaan Listrik yang telah diambil alih dari Penguasa Jepang
kemudian oleh Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diserahkan kepada
Pemerintah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga di Jakarta.
Dengan penetapan Pemerintah No. 1 SD/ 1945 tanggal 27 Oktober 1945 merupakan
hari dan tanggal yang sangat bersejarah bagi Karyawan Listrik Generasi 1945, karena hari
tersebut ditetapakan sebagai hari jadi Listrik yang telah diperolehnya melalui perjuangan
pengambil alihan yang cukup berat dan banyak meminta pengorbanan baik yang gugur
maupun yang cacat dan kehilangan harta terjadi diseluruh Indonesia sebagai manifestasi
perjuangan Karyawan Listrik ikut mengisi dan mempertahankan Proklamasikan
Kemerdekaan Indonesia.
Dalam salah satu persetujuan hasil konferensi Meja Bundar Negeri Belanda antara
lain ditetapkan bahwa kecuali Perusahaan milik Pemerintah (Lands Waterkrache
Bedrijiven atau LWB), semua Perusahaan Listrik dikembalikan pada pemiliknya
sebelum perang, Perusahaan Listrik Belanda dan sebagainya. Setelah penyerahaan
kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia Serikat yang kemudian
menjadi Kesatuan Republik Indonesia, Perusahaan Listrik ayng beroperasi di Indonesia
adalah Perusahaan Listrik asing / Belanda antara lain : NV. ANEM, NV. GEBEO, NV.
OGEM dan sebagainya kecuali pembangkitan tenaga listrik yang semula LWB tetap
dikuasi Pemerintah Indonesia dengan PLN. Direksi, Pembangkitan yang bernaung
dibawah Direktorat Jendral Ketenagaan Kementrian PUT.
2.5 Nasionalisasi Perusahaan Listrik Indonesia
Tuntutan Nasionalisai Perushaan Listrik Belanda merupakan salah satu program
Organisasi Buruh (SBLGI) non Vaksentral. Dalam melaksanakan progaram
perjuangannya masalah Nasionalisasi Perusahaan Listrik oleh Ketua Umum PB. SBLGI
Kobarsih dibawa ke forum Dewan Perwakilan Rakyat dan dapat menjadi Mosi Sidik
Joyosukarto Cs yang diterima dengan aklamasi oleh sidang DPR pada tahun 1952 atas
dasar habisnya masa konsesi yang diberikan Perusahaan Listrik Belanda.
Pelaksanaan Nasionalisasi terhadap Perusahaan Listrik Belanda NV. OGEM untuk
Jakarta Cirebon terjadi pada tanggal 1 Januari 1954 dan terhadap NV. ANIEM, terjadi
pada tanggal 1 November 1954 untuk pelistrikan wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Setelah kedua Perusahaan Listrik dinasionalisasi maka dibentuklah PENUDITEL
sebagai pusatnya adalah Direksi Distribusi dan Penupetel dengan pusatnya adalah Direksi
Pembangkitan yang keduanya dibawah Direktorat Jenderal Keterangan Kementerian
PUT. Tahun 1967 karena tuntutan kembalinya Irian Barat menjadi sengketa dan
menimbulkan bentrokan senjata, maka semua Perusahaan Listrik yang masih dikuasai
Perusahaan asing diambil alih oleh para karyawan, kemudian diserahkan kepada
Pemerintah.
Untuk pngelolaan selanjutnya Pemerintah membentuk Dewan Direksi yang
anggotanya terdiri dari Direktur Penuditel, Direktur Penuputel, Direktur eks NV.
GEBEO, Direksi eks. NV. ANIEM dan Sekjan PUT yang bertindak sebagai ketua Dewan
Direktur.

2.6 Perkembangan Orgasnisasi Hingga Sekarang


Sebagai tindak lanjut setelah pembentukan Dewan Direktur, maka untuk
mempersatukan kelistrikan di seluruh wilayah Indonesia yang semula terdiri dari
Penuditel., Penuputel dan eks. Perusahaan-perusahaan listrik yang diambil alih tahun
1957 oleh Pemerintah kemudian dimasukkan dalam satu wadah Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik yang dibentuk berlandaskan pada Undang-undang No. 19 tahun 1960
dengan keputusan menteri PUT No.16/20 tanggal 20 Mei 1961. Pada tahun 1965, Struktur
Organisasi Perusahaan Listrik Negara diseluruh wilayah Indonesia ditetapkan menjadi 14
kesatuan wilayah dengan cabang-cabang yang terdiri dari, 12 PLN Eksploitasi Distribusi,
satu PLN Eksploitasi Pembangkitan, satu PLN gas. Pada tahun 1965 dengan peraturan
PUT No.9/PRT/1964 BPU PLN dibekukan dan dengan peraturan No.1/PRT/1965 dua
Perusahaan Listrik dan Gas dipecah menjadi dua yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN),
Perusahaan Gas Negara (PGN). Dalam Struktur Organisasi khusus PLN yang baru,
ditetapkan 15 buah keastuan wilayah eksploitasi dimana didalam masing-masing
eksploitasi termasuk sektor pembangkitannya.
Sebagai kelanjutan dari Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1972 maka dengan
keputusan PUTL No. 01/PRT/1973 Perusahaan Listrik Negara berubah menjadi
Perusahaan Umum Listrik Negara yang memiliki wewenang satu-satunya. Perusahaan
Negara yang dibentuk oleh Pemerintah untuk merencanakan, membangun,
membangkitkan dan mindistribusikan tenaga listrik di seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia.

BAB III
LOGO PLN

3.1 Bentuk Lambang


Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai
yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik
Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang
Perusahaan Umum Listrik Negara.

3.2 Element-element Dasar Lambang


3.2.1 Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang
lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan
wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.
Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti
yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap
insan yang berkarya di perusahaan ini.
3.2.2 Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh
perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan
tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi
terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman

3.2.3 Tiga Gelombang


Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan
oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu
pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan
dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna
biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap)
seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan
manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan
yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.

BAB IV
PEDOMAN PERILAKU
PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan
yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk memberikan pelayanan jasa
ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar ketenagalistrikan yang dapat diterima
dunia internasional dan mewujudkan hal itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya.
Dalam menjalankan bisnisnya, PLN bertekad bekerja dengan semangat untuk selalu
menghasilkan produk dan pelayanan yang terbaik serta memperlakukan pelanggan, mitra
usaha, dan pemasok dengan adil tanpa membeda-bedakannya.
Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penyelenggaraan perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance), melalui dokumen Pedoman Perilaku PT PLN
(Persero) ini, manajemen PLN bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan tata
pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri PLN yang dapat kita
banggakan bersama. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati warga PLN
untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai perusahaan yang
sudah disepakati bersama.
Semua ini akan dijalankan dengan tetap mengacu pada aspirasi untuk menciptakan nilai
yang maksimal bagi bangsa dan negara
Indonesia.
Manajemen PLN juga bertekad untuk menyelenggarakan perusahaan dengan mengajak
seluruh anggota PLN dan semua pihak yang peduli dengan kemajuan perusahaan ini, dapat
menjaga perusahaan ini agar tetap berkiprah secara bertanggung jawab.
Keterbukaan dan partisipasi ini akan dijalankan dengan prinsip bahwa informasi
perusahaan dapat diakses dan diperoleh dengan mudah oleh masyarakat dan semua pihak yang
berhak, tanpa mengabaikan prinsip kerahasiaan informasi tersebut. Sebaliknya, manajemen
perusahaan juga senantiasa membuka diri bagi semua masukan dan saran dari lingkungan
internal dan eksternal perusahaan.
Dalam mengimplementasikan pedoman ini yang terutama akan lebih dijaga adalah
semangat dan itikad yang mendasari dokumen ini selain menjalankan apa yang tersurat di
dalamnya. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga peningkatan nilai pemegang saham dan
kepercayaan publik secara konsisten dan berkelanjutan.
Kami yakin bahwa ini juga adalah tekad seluruh warga PLN melaksanakan perilaku yang
tercantum dalam Pedoman Perilaku PT PLN (Persero) ini sebagai realitas dalam kehidupan
kerja kita sehari-hari, dengan menjadikan diri kita sebagai suri teladan di lingkungan kerja
masing-masing.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI (KORPORAT)

(Terlampir)

BAB VI
STRUKTUR USAHA DAN ANAK PERUSAHAAN PLN

Sesuai Undang-undang RI no. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan berdasarkan


Anggaran Dasar Perusahaan, rangkaian kegiatan perusahaan adalah :
1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:
Pembangkitan tenaga listrik
Penyaluran tenaga listrik
Distribusi tenaga listrik
Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik
Pengembangan penyediaan tenaga listrik
Penjualan tenaga listrik
2. Menjalankan usaha penunjang listrik yang mencakup :
Konsultasi ketenagalistrikan
Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan
Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan
Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan.
Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik
Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik
Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan
3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup :
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya
untuk tenaga listrik
Jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran,
distribusi dan retail tenaga listrik
Industri perangkat keras, lunak dan lainnya di bidang ketenagalistrikan
Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang
ketenagalistrikan di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan
informasi terkait dengan ketenagalistrikan
Usaha jasa ketenagalistrikan

Fungsi PLN : Sebagai pendorong kegiatan ekonomi guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.

Unit Bisnis PLN tersebar di Indonesia, terdiri dari :

a. PLN Wilayah & Distribusi


Wilayah Aceh
Wilayah Sumatera Utara
Wilayah Sumatera Barat
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau
Wilayah Bangka Belitung
Wilayah Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu
Wilayah Kalimantan Barat
Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah
Wilayah Kalimantan Timur
Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo
Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat
Wilayah Maluku dan Maluku Utara
Wilayah Nusa Tenggara Barat
Wilayah Nusa Tenggara Timur
Wilayah Papua dan Papua Barat
Distribusi DKI Jaya & Tangerang
Distribusi Jawa Barat dan Banten
Distribusi Jawa Timur
Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Distribusi Bali
Distribusi Lampung

b. PLN Jasa
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan
Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan
Jasa Sertifikasi
Jasa Manajemen Konstruksi

c. PLN Pembangkitan
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
Pembangktian Sumatera Bagian Utara
Pembangkitan Lontar
Pembangkitan Tanjung Jati B
Unit Pembangkitan Jawa Bali

d. PLN Penyaluran & Pusat Pengatur Beban


Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B Jawa Bali)
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3B Sumatera)

e. PLN Unit Induk Proyek (UIP)


UIP Pembangkitan Sumatera I (UIP I)
UIP Pembangkitan Sumatera II (UIP I)
UIP Jaringan Sumatera I (UIP II)
UIP Jaringan Sumatera III (UIP III)
UIP Transmisi Interkoneksi Sumatera Jawa (UIP IV)
UIP Jaringan Jawa Bali I (UIP V)
UIP Pembangkitan Hidro Jawa Bali (UIP VI)
UIP Jaringan Jawa Bali II (UIP VII)
UIP Pembangkitan Thermal Jawa Bali (UIP VIII)
UIP Pembangkitan Kalimantan (UIP IX)
UIP Jaringan Kalimantan (UIP X)
UIP Pembangkitan & Jaringan Nusa Tenggara (UIP XI)
UIP Pembangkitan Sulawesi Maluku Papua (UIP XII)
UIP Jaringan Sulawesi Maluku Papua (UIP XIII)
UIP Pembangkitan & Jaringan Sulawesi Maluku Papua (UIP XIV)
SEKILAS WILAYAH USAHA PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR
Wilayah usaha PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dibagi menjadi beberapa daerah
Pelayanan yang melayani wilayah administrasi propinsi Jawa Timur :
Area Pelayanan & Jaringan Surabaya Selatan, Area Pelayanan & Jaringan Surabaya Utara, Area
Pelayanan Surabaya Barat, Area Jaringan Surabaya Barat. Keempat Area pelayanan tersebut di
atas melayani Kota Surabaya.
Area Pelayanan & Jaringan Malang melayani Kota Malang, Kota Batu dan
Kabupaten Malang.
Area Pelayanan & Jaringan Pasuruan melayani Kota Pasuruan, Kota Probolinggo,
Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.
Area Pelayanan & Jaringan Kediri melayani Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten
Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar.
Area Pelayanan & Jaringan Mojokerto melayani Kota Mojokerto, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Mojokerto.
Area Pelayanan & Jaringan Madiun melayani Kota Madiun, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Madiun.
Area Pelayanan & Jaringan Jember melayani Kabupaten Jember dan Kabupaten
Lumajang.
Area Pelayanan & Jaringan Bojonegoro melayani Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.
Area Pelayanan & Jaringan Banyuwangi melayani Kabupaten Banyuwangi.
Area Pelayanan & Jaringan Pamekasan melayani Kabupaten Pamekasan,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bangkalan.
Area Pelayanan & Jaringan Situbondo melayani Kabupaten Situbondo dan
Kabupaten Bondowoso.
Area Pelayanan & Jaringan Gresik melayani Kabupaten Gresik sampai Kecamatan
Bawean.
Area Pelayanan & Jaringan Sidoarjo melayani Kabupaten Sidoarjo.
Area Pelayanan & Jaringan Ponorogo melayani Kabupaten Ponorogo, Kabupaten
Trenggalek dan Kabupaten Pacitan
BAB VII
PROSES BISNIS
1. Batasan dan Akad Jual Beli P3B

Batasan kerja Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) mulai dari gardu induk
setelah trafo step up dari pembangkit atau PT. PJB hingga busbar menuju penyulang (wilayah
kerja unit Distribusi). Sehingga P3B mengatur beban dari pembangkit menuju konsumen. Bisa
dilihat dari single line diatas yang terbagi maenjadi 4 dari daerah yaitu pembangkit, transmisi,
gardu induk, dan distribusi. Daerah pembangkitan merupakan wewenang atau tanggungjawab
PT.PJB sepenuhnya. Daerah transmisi dan gardu induk merupakan wewenang atau tanggung
jawab PT.P3B sepenuhnya. Daerah distribusi merupakan wewenang atau tanggung jawab
distribusi sepenuhnya. Jka terjadi masalah atau kerusakan atau kejadian apapun pada
pembangkitan merupakan tanggungjawab dari PT.PJB. Begitu juga pada transmisi yang jadi
tanggungjawab P3B, maupun distribusi oleh distribusi sendiri.

Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban atau biasa disingkat dengan P3B merupakan
salah satu unit usaha dari PLN yang bertugas untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkitan ke distribusi, seperti yang sudah disebutkan di atas.

Batasan kerja unit usaha Pembangkit Jawa Bali, batasan kerja PJB hingga trafo step up,
sehingga tanggung jawab PJB memproduksi energy listrik yang di butuhkan konsumen dan
diatur oleh penyaluran dan pusat pengaturan beban.
2. Proses akad jual beli daya P3B

Pada setiap bulan diadakan rapat yang membahas tentang koordinasi antara P3B dan
PJB, koordinasi tersebut berhubungan tentang perjanjian kontrak. Karena P3B merupakan
pengaturan beban yang mengirim energy dari PT.PJB, maka dari itu terjadi akad jual beli antara
P3B sebagai konsumen dan PJB sebagai penjual. Jual beli tersebut berupa kontrak daya yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak P3B mengajukan permintaan daya dalam satuan Mega
Watt (MW) kepada pihak PJB (pada tiap pembangkit tenaga listrik). Jika salah satu pembangkit
tidak mampu memberikan tenaga listrik sebanyak yang diminta P3B, maka P3B meminta
kekurangan energi tersebut pada pembangkitan listrik yang lain sampai nilai daya yang
dibutuhkan dan daya cadangan terpenuhi semua.

Setiap bulan P3B melakukan melakukan analisa agar bulan selanjutnya dapat terpenuhi
daya yang di salurkan pada konsumen melalui distribusi. Semua pembangkit tidak harus
mengggunakan semua kapasitas daya dari generator, karena sistem kelistrikan di Indonesia
menggunakan sistem interkoneksi yang diatur oleh P3B. Rata rata pembangkit seperti
PLTGU, PLTU, PLTG adalah pembangkit yang non stop menyalurkan energy listrik, tetapi
daya yang dikeluarkan hanya 80% dari kapasitas generator kecuali ada dari pembangkit tersebut
melakukan pemeliharaan atau shut down. Akan di back up oleh PLTA karena PLTA startingnya
lebih cepat daripada PLTGU, PLTU, PLTG karena startingnya butuh waktu yang lama sampai
kurang lebih 12 jam. Jadi apabila untuk cadangan menggunakan pasokan energy listrik dari
selain PLTA, beban akan semakin meningkat dan frekuensi akan turun yang menyebabkan
pembangkit akan lepas dari sistem. Sedangkan P3B akan berkoordinasi dengan unit Distribusi
untuk penyaluran energy. Apabila di suatu sistem tidak dapat menyuplai energy, maka P3B
berkoordinasi dengan unit ditribusi agar melakukan pemadaman bergilir pada setiap
penyulangnya. Pada P3B terdapat panel yang menunjukkan kwh meter kirim dan terima di
setiap gardu induk. Kwh meter tersebut digunakan yang salah satunya untuk memperkirakan
beban untuk selanjutnya.
3. Transaksi Daya

Berikut merupakan beberapa contoh surat permintaan daya listrik.

Anda mungkin juga menyukai