Laporan Pendahuluan Asam Urat
Laporan Pendahuluan Asam Urat
A. KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya
dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu
rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang
saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman
1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan,
mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung
jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak,
memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3. Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
4. Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber
dan mempunyai pengalaman yang sama.
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
5. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga
mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan
biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada
keluarga. Lima tugas keluarga yang diaksud adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa
takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya
pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga
dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh
keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
B. Konsep Asam Urat
1. Pengertian Artritis Gout
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.
Gout ditandai dengan serangan berulang arthritis (peradangan sendi) yang akut,
kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan
tophus, deformitas (kerusakan) sendi secara kronis dan cidera (Naga 2012, hal
112).
Arthrtis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambran khusus,
yaitu arthritis akut, artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita,
pada pria seringkali mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopouse (Mansjoer 2009, hal 542).
Dari definisi diatas, penyakit asam urat dapat disempulkan penyakit yang
disebabkan karena meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh yang umumnya
lebih banyak menyerang pada laki-laki, serangan asam urat ini ditandai dengan
peradangan sendi yang akut yaitu berupa rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk pada
sendi yang sakit secara terus menerus atau saat aktivitas.
2. Etiologi
Menurut Mansjoer (2012), Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat,
karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam golongan
metabolik, kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat
hiperurisemia. Hiperuresemia pada penyakit ini terjadi karena :
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan
1) Gout primer metabolik, disebakan sintesis langsung yang bertambah
2) Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit lain seperti leukimia,
b. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
1) Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuh
distal yang sehat, penyebab ini tidak diketahui
2) Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada
gromerulonefritis
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun, secara klinis hal ini tidak
penting
Sedangkan menurut sustrani (2005), faktor yang berpengaruh sebagai
penyebab asam urat adalah :
a. Faktor keturunan
b. Diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya seperti daging,
makanan laut, kacang-kacangan, bayam, jamur dan kembang kol
c. Akibat konsumsi alkohol berlebihan
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama
gangguan ginjal
e. Penggunaan obat tertentu yang meningkatkan kadar asam urat, terutama
diuretika ( furosemida dan hidroklorotiazida )
f. Penggunaan antibiotika berlebihan
g. Penyakit tertentu pada darah seperti leukimia dan polisitomia
h. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olah raga
berlebihan
3. Pathofisiologi
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
inflamasi.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai
dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago,
membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut,
kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal.
Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri
4. Manifestasi klinis
tofi, dan batu ginjal. Yang penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan
lutut.
Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta
mudah tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengedap dan menjadi tofi,
demikian pula di tempat lainnya, tofi itu sendiri terjadi dari kristal-kristal urat yang
pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh
rasa sakit yang hebat sekali. Daerah khas yang sering mendapat sering mendapat
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi
dalam darah (> 6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8
mg% dan pada wanita 7 mg% pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepat
lagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukosit
ringan dan LED meninggi sedikit, kadar asam urat dalam urin juga sering
tinggi ( 500 mg%/liter per 24 jam )
b. Pemeriksaan cairan tofi
Pemeriksaan cairan tofi, juga penting untuk mengakkan diagnosis, cairan
tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar
diaspirisasi, diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambaran kristal asam
urat (bentuk lidi) pada pemeriksaan mikroskopik (Mansjoer, 2009, hal 543)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medik
Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pada asam urat dibagi menjadi dua
7. Fokus Intervensi
a. Nyeri kronis Nyeri kronis berhubungan dengan proses inflamasi destruksi
sendi
Menurut Ningsih (2012, hal. 226-238) rencana asuhan keperawatan pada
diagnosa keperawatn nyeri kronis dapat dilakukan tindakan sebagai berikut
untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil :
1) Tujuan dan kriteria hasil:
a) Mengungkapkan dan menunjukkan nyeri hilang.
b) Terlihat rileks
c) Dapat istirahat dan tidur
2) Intervensi
a) Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta cacat lokasi, faktor-faktor yang
mempercepat, dan respons rasa sakit non verbal.
Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri
dan efektivitas program.
b) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan.
Rasional : matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada
sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada
sendi yang nyeri.
c) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk
di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : pada penyakit yang berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin
diperlukan untuk membatsi nyeri/cedera.
d) Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan
tronkanter, bebat atau brace.
Rasional : mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri/kerusakan pada sendi. Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan hilang mobilitas/fungsi sendi.
e) Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah,
serta hindari gerakan yang menyentak.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.
f) Berikan masase yang lembut.
Rasional : meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
g) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, missal relaksasi
progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman
imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
h) Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai jadwal aktivitas klien.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
i) Beri obat sebelum melakukan aktivitas/latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
Rasional : meningkatkan relasksasi, mengurangi tegangan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
Kolaborasi
j) Berikan obat sesuai petunjuk :
(1) Asetilsalisilat (aspirin)
Rasional : bekerja sebagai antiinflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
(2) NSAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene), fenopren.
Rasional : dapat digunakan bila klien tidak memberikan respon
pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
(3) D-penisilamir (cuprimine)
Rasional : dapat mengontrol efek-efek dari sistemik RA jika terapi
lainnya tidak berhasil.
(4) Antasida
Rasional : diberikan bersamaan dengan NSAID untuk
meminimalkan iritasi/ketidaknyamanan lambung.
(5) Produk kodein
Rasional : meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi,
namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka
pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk
mengontrol nyeri yang berat.
k) Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan paraffin, bak
mandi dengan kolam bergelombang.
Rasional : memberikan dukungan hangat/panas untuk sendi yang sakit.
l) Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional : menghilangkan nyeri dan bengkak pada periode akut.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
Menurut Ningsih (2012, hal. 226-238) rencana asuhan keperawatan pada
diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian dapat
dilakukan tindakan sebagai berikut untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil :
1) Tujuan dan kriteria hasil:
a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya kontraktur.
b) Meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
2) Intervensi :
Tindakan mandiri
a) Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
Rasional : tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan
resolusi proses inflamasi.
b) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Buat jadwal
aktivitas yang sesuai dengan toleransi untuk memberikan periode
istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganggu.
Rasional : istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah kelelahan, dan
mempertahankan kekuatan.
c) Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga latihan
resistif dan isometrik jika memungkinkan.
Rasional : mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak
sendi.
d) Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan personel yang cukup.
Demonstrasikan/bantu tekhnik pemindahan dan pengguanaan bantuan
mobilitas.
Rasional : menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien.
Tekhnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
e) Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung pasir, gulunagn
trokanter, bebat, dan brace.
Rasional : meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera)
dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
f) Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional : mencegah fleksi leher.
g) Dorong klien memperhankan postur tegak dan duduk, berdiri, berjalan.
Rasional : memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
h) Berikan lingkungan yang aman, misal menaikan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tangga pada bak/pancuran dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda.
Rasional : menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
Kolaborasi
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, Arif, dkk, (2009), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Naga, S. Sholeh., 2012. Buku Panduang Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta. DIVA
Press.
Ningsih, Nurma, Lukman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sustrani, Lanny, Syamsir Alam & Iwan Hadibroto. 2005. Asam Urat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sutanto, T. 2013. Asam Urat Deteksi Pencegahan Pengobatan. Yogyakarta: Buku Pintar.
Wilkinson, judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC