Anda di halaman 1dari 8

Laporan Akhir

BAB 2
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

2.1 PENDEKATAN

Pendekatan dalam penyusunan Rencana Teknik Bangunan dan Lingkungan di Kawasan


Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) lebih berorientasi
pada building community yang menyeluruh dan terpadu. Pada dasaranya pendekatan
tersebut dilakukan melalui upaya Pemerintah dalam memfasilitasi dan memberikan
stimulan berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar lingkungan serta mendorong
terciptanya pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif masyarakat. Dalam
kegiatan ini akan menyangkut 3 (tiga) aspek, yaitu :

1. Pemberdayaan Aspek Teknis

Aspek teknis sangat penting untuk diberdayakan karena menyangkut panduan


rancang bangun didalam komunitas secara aturan akan sangat mempengaruhi
perilaku manusia terhadap manusia lain dan lingkungan di sekitarnya. Selama
panduan rancangan bangun komunitas secara teknis belum te rcapai, maka akan
sangat sulit untuk mengharapkan orang tersebut bersedia memberikan perhatian
yang cukup pada hal-hal lainnya.

2. Pemberdayaan Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan adalah aspek yang tidak kalah pentingnya untuk dibangun dengan
pendekatan pembangunan yang berbasiskan komunitas. Diyakini bahwa aspek
lingkungan sangat berpengaruh terhadap taraf hidup dan kelayakan tinggal dari
sebuah komunitas. Aspek lingkungan pun diakui memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap tingkat kesehatan komunitas.

3. Pemberdayaan Aspek Sosial

Aspek sosial yang dimaksud di sini mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
kekuatan institusi lokal, seperti kerukunan antarwarga masyarakat, penegakan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 1
Laporan Akhir

norma-norma masyarakat yang positif, dan eksistensi organisasi masyarakat w arga tidak semata-mata bersifat fisik, namun mencakup upaya pencegahan perubahan sosial
yang mengakar dan diakui oleh warga setempat. dan perilaku terhadap keberlangsungan lingkungannya.

Secara sederhana, konsep tersebut dapat digambarkan sebagai model berikut ini. Ada beberapa rumusan mengenai konservasi terkait dengan Pekerjaan RTBL Jalan Sei
Carang -Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang), yaitu :
Gambar 2.1 Model Konsep Pendekatan RTBL
F
Menata ulang wajah Koridor Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II;
Keterangan :
Memanfaatkan Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II untuk menunjang
F = Pemberdayaan Aspek Fisik
S = Pemberdayaan Aspek Sosial kehidupan masa kini;
M L = Pemberdayaan Aspek Lingkungan
M = Aspek manusia sebagai titik sentral dari seluruh Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan kondisi Jalan Sei
S L pemberdayaan
Carang -Senggarang Koridor II di masa lalu;

Menampilkan sejarah pertumbuhan Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II


2.1.1 PENDEKATAN MENYELURUH DAN TERPADU dalam wujud fisik 3 dimensi.

Merupakan pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu serta didasarkan Dalam penjabarannya, rumusan di atas, perlu ada suatu kriteria yang dapat dijadikan

pada potensi dan permasalahan yang ada, baik dalam wilayah perencanaan maupun tolok ukur pelestarian, yaitu :

dalam konstelasi yang lebih luas. Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa Estetika : Berkaitan dengan nilai arsitektural, meliputi bentuk, gaya, struktur dan
peninjauan permasalahan tidak hanyA didasarkan pada kepentingan kawasan mikro tata gubahan masa yang mewakili karakter muatan lokal atau budaya yang
(tapak kawasan), tetapi dikaji pula kepentingan yang lebih luas. Secara terpadu berarti diputuskan melalui rumusan dan pertimbangan bersama.
bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tidak hanya dipecahkan secara sektoral,
Kejamakan : Bentuk arsitektural harus mewakili jenis khusus atau kekhasan karakter
tetapi didasarkan pada kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor dalam
Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II yang spesifik.
perwujudannya dapat berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.
Kelangkaan : Kelangkaan suatu jenis karya arsitektural yang merupakan gaya
tertentu yang tidak dimiliki daerah lain.
2.1.2 PENDEKATAN KONSEPSI PELESTARIAN

Konservasi/pelestarian sebenarnya merupakan upaya preservasi, namun tetap 2.1.3 PENDEKATAN KONSEP VISUAL
memperhatikan dan memanfaatkan suatu tempat untuk menampung serta mewadahi
Citra visual kota yang baik, dicerminkan dengan kejelasan dan keterpaduan antar
kegiatan baru. Dengan demikian, kelangsungan tempat bersangkutan dapat dibiayai
bangunannya (Paul D. Spereiregen, 1965), kemudian menjadi kebutuhan yang sangat
sendiri dari pendapatan kegiatan baru (Danisworo, 1991).
penting dalam menciptakan suasana nyaman bagi penduduknya (Djefri W. Dana, 1989).
Dalam Pekerjaan Penyusunan RTBL Kawasan Jalan Sei Carang -Senggarang Koridor II Kota
Apabila dilihat berdasarkan teori dasar perancangan kota yang menyebutkan adanya 5
Tanjungpinang, konservasi dapat berupa pelestarian sistem kehidupan Jalan Sei Carang-
(lima) elemen dasar pembentuknya yaitu :
Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) yang memiliki nilai khas, yang

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 2
Laporan Akhir

1. Jalur, Lorong {paths} 2.1.4 PENDEKATAN KONSEP DESAIN


lorong berbentuk pedestrian, penghubung sirkulasi manusia Pendekatan konsep desain terdiri dari : pola sirkulasi ruang, tata masa bangunan , dan
dengan kendaraan dari ruang yang satu keruang yang lain, promenade. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
sehingga membentuk kerangka dasar kota.
A. Pola Sirkulasi Ruang
2. Tepian {edges}
Pola sirkulasi ruang sangat tergantung dari pola penataan hard material yang berupa
pengakhiran dari suatu kawasan tertentu yang secara fisik
masa bangunan, jalan sebagai prasarana transportasi dan soft material yang berupa
bangunan menonjol atau kesan monumental serta membatasi
penataan wajah/etalase kota. Pola penataan untuk Kawasan Jalan Sei Carang-
suatu kawasan fungsional tertentu didalam kota.
Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) sangat baik menggunakan pola-
3. Distrik {distric},
pola yang simetris, sebagai gambaran sesuatu yang prosedural, formal dan baku. Untuk
merupakan suatu kawasan fungsional tertentu yang secara
menghilangkan kesan kaku dalam penataannya dapat mengguakan konsep -konsep
integrasi memusat pada kawasan tertentu didalam kota,
penataan yang organis sehingga terbentuk cluster-cluster yang kelihatan lebih dinamis.
sehingga terlihat perbedaan yang jelas ciri-cirinya.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk penataan ini antara lain: bentuk site,
4. Simpul {nodes},
topografi dll. Dengan adanya RTBL yang terpadu akan tercipta suatu Land Mark kota
merupakan pertemuan antara beberapa jalan/lorong yang ada
yang harmonis. Dalam menentukan pola untuk site plan (tapak proyek) yang berkaitan
di kota, sehingga membentuk suatu ruang yang biasanya
dengan sirkulasi pergerakan pusat pemerintahan, diuraikan sebagai berikut :
merupakan pusat dari kegiatan fungsional tertentu.
Pola Organis/Lengkung :
5. Tegaran (landmark),
Pembentukan pola jalan dari blok yang ada tidak saling
bangunan yang memberikan citra tertentu, sehingga mudah
tegak lurus, tetapi selalu menggunakan pola me-
dikenal dan diingat serta biasanya berupa tegakan tinggi
lengkung/organis. Pola ini sangat baik untuk daerah yang
dibandingkan dengan bangunan lainnya didalam kota, namun
berkontur sehingga dari segi biaya pematangan lahan akan
tetap harmonis dari keseluruhan lingkungan tersebut.
lebih ekonomis. Pola ini berkesan sangat dinamis, lebih
cocok untuk penampilan view alamiah lokasi dan
Berkaitan dengan Pekerjaan RTBL kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II penampakan kemewahan dari gedung-gedung yang
(Jembatan Terusan Senggarang), tentunya kebijakan menetapkan bentuk, besaran dan dibangun diantara rimbunnya ruang hijau.
massa bangunan yang dapat menciptakan serta mendefinisikan ruang yang akomodatif Pola Cul De Sac :
terhadap berbagai bentuk kegiatan ruang. Tentunya tidak terlepas dari kebijaksanaan
Pola ini sangat baik untuk daerah yang membutuhkan
rencana tata ruang yang ada, terutama menyangkut garis sempadan bangunan, arahan
tingkat ke-amanaan yang tinggi, karena pola ini hanya ada
BCR, FAR dan tipe bangunan.
satu jalan masuk ke cluster atau keluar dari cluster. Pola
ini lebih cocok untuk memberikan kesan mewah.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 3
Laporan Akhir

Pola Grid : Bentuk masa Bangunan


Pola blok dengan pola jalan yang saling tegak lurus dengan Pola masa yang geometris dan bentuk-bentuk yang simetris sebagai simbol suasana
atau tanpa modul tertentu. Pola ini berkesan formal dan dan situasi yang formal, prosedural dan baku, perlu di siasati agar serasi dengan
baku. Kondisi ini sangat cocok untuk kegiatan yang pemahaman elemen Jalan Kawasan Jalan Sei Carang -Senggarang Koridor II
mempunyai kesan yang bersifat formal. (Jembatan Terusan Senggarang).
Pola Loop : Penampilan bangunan
Pola ini adalah gabungan dari pola grid dan pola organis.
Penampilan bangunan sangat ditentukan oleh gaya arsitektur yang akan diterapkan.
Sehingga pola pola blok yang cocok adalah Pola Grid.
Agar lebih terasa ramah dengan lingkungan sekitar, dipilih perpaduan antara
Dengan pola ini akan memudahkan bagi user untuk
arsitektur modern dengan gaya arsitektur budaya Tanjungpinang.
beroientasi terhadap space atau ruang luar yang terbentuk.
Pemakaian pola Grid akan sangat effisien dalam C. Promenade

penggunaan lahan, sehingga dari segi biaya akan lebih Konsep ini merupakan suatu konsentrasi kegiatan dari Kawasan Jalan Sei Carang-
ekonomis. Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) untuk menghubungkan kegiatan
lainnya, dalam penggunaan jembatan pedestrian, lapangan olahraga. Point kunci dari
area Kawasan Jalan Sei Carang -Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) ini
Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) harus
adalah jalur yang menghubungkan antara pusat pemerintahan, kawasan industri,
memberikan image atau citra yang baik dalam skala kota, monumental (dalam arti
kawasan, dan kawasan Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
bangunan tidak harus berlantai banyak/pencakar langit) akan tetapi dapat dilihat secara
visual dengan proporsi tertentu terhadap Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II
(Jembatan Terusan Senggarang) itu sendiri. 2.1.5 PENDEKATAN PARTISIPATIF
Masa bangunan utama yang akan dijadikan Point Of Interest/Eye Catcher adalah
Pendekatan partisipatif merupakan pendekatan yang melibatkan pihak -pihak
bangunan yang mempunyai open space yang cukup luas agar masa bangunan utama
yangberkepentingan (stakeholder) yang bertujuan untuk menangkap aspirasi-aspiraasi
secara visual lebih kelihatan asri. Secara fungsional open space yang berupa plaza atau
yang ada dalam menyusun suatu rencana pembangunan. Pertimbangan penggunaan
lapangan terbuka dapat digunakan sebagai tempat bermain yang bersifat out door.
pendekatan pasrtisipatif didasari pada manfaat penggunaan pendekatan yang dinilai
mampu untuk meminimalkan konflik berbagai kepentingan sehingga perencanaan dapat

B. Masa Bangunan menguntungkan seluruh pihak.

Gubahan masa bangunan Pendekatan partisipatif digunakan untuk memperoleh urutan prioritas pengembangan
berdasarakan masukan-masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan untuk
Program ruang bangunan sepanjang Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II
menggambarkan potensi, persoalan dan peluang pada tapak kawasan. Denga n demikian
(Jembatan Terusan Senggarang) kebutuhan ruangnya secara struktur akan
akan diperoleh gambaran mengenai kondisi kawasan sesungguhnya secara menyeluruh,
bergantung pada, orientasi terhadap sinar matahari, topografi dan Kawasan Jalan Sei
baik berdasarakan aspek fisik, sosial budaya.
Carang -Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang).

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 4
Laporan Akhir

2.2 METODOLOGI b. Persiapan perangkat survey

Metodologi dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi metode Menyiapkan program kerja dan perangkat survey yang akan digunakan pada saat

dalam mengumpulkan data (survey) dan metode analisis yang digunakan untuk pelaksanaan survey lapangan, seperti daftar pertanyaan ( chek-list dan

merumuskan produk RTBL. Persiapan survey dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan questioner), photo digital, handy cam, kompas, altimeter, GPS, laptop dan

efektifitas kerja, sehingga waktu yang dibutuhkan akan semaksimal mungkin sesuai peralatan lainnya yang diperlukan.

jadwal yang telah ditetapkan. Persiapan survey dibagi 3 (tiga) tahapan, yaitu sebagai c. Penyusunan program pelaksanaan
berikut:
Meliputi kegiatan persiapan sosialisasi dan teknis survey yang berhubungan
1. Persiapan Dasar, meliputi : dengan menyiapkan modul, model dan daftar isian, daftar peta, daftar peralatan

a. Persiapan personil, berupa konsolidasi tenaga ahli yang akan terlibat pada dan petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal waktu survey.

pelaksanaan pekerjaan. d. Konsultasi

b. Studi kepustakaan/literatur, kegiatan ini dimaksudkan untuk mempelajari dan Konsultasi dilakukan bersama dengan Pemerintah Kota Tanjungpinang kepada
mengkaji data serta informasi yang ada dan terkait dengan tujuan pekerjaan ini, Pemerintah serta bersama tim kerja melakukan konsultasi kepada dinas/instansi
sehingga mempermudah dalam pelaksanaan survey, seperti : maupun stakeholder setempat untuk memantapkan mengenai rencana kegiatan

a. RTRW Kota Tanjungpinang yang akan dilaksanakan.

b. RDTR Kota Tanjungpinang 3. Survey, meliputi :

c. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 a. Survey Data Instansional, berupa pengumpulan data angka atau peta, uraian
mengenai keadaan Kawasan Jalan Sei Carang -Senggarang Koridor II secara
d. Citra Satelit Google Earth
keseluruhan maupun bagian-bagiannya secara khusus. Meliputi usaha memperoleh
e. Studi-studi yang terkait. data dan informasi sekunder baik tertulis maupun tergambar dari instansi -instansi
c. Persiapan surat ijin survey, melalui Instansi berwenang (Bappeda Kota, Dinas Tata yang terkait serta bahan-bahan lainnya.
Kota dan Bangunan Kota Tanjungpinang). Surat rujukan pengantar survey menjadi b. Sosialisasi, yang meliputi :
rujukan untuk melakukan peninjauan kawasan yang dituju, kemudian konsul tan
Bersamaan dengan dimulainya tahap kegiatan survey lapangan maka kegiatan
berkoordinasi dengan tim teknis serta memohon ijin pelaksanaan survey kepada
tersebut akan dilakukan pula proses sosialisasi dan rekrutmen Tenaga Penggerak
kawasan tersebut, untuk pelaksanaan survey ke lapangan.
Masyarakat bersama-sama warga masyarakat melalui mekanisme wawancara.
2. Persiapan Teknis Survey, meliputi: Tenaga Pendamping tersebut selanjutnya akan menjadi motivator informasi,
a. Pembuatan peta dasar dengan demikian selama proses kegiatan penataan di lapangan, ak an terus
berkomunikasi dengan warga disekitarnya.
Hal yang penting dipersiapkan sebelum survey lapangan adalah peta dasar sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan untuk mempermudah dalam pelaksanaan survey c. Survey Lapangan, yang meliputi :
tersebut, sedangkan untuk kajian atau orientasi dipergunakan peta rupa bumi o Pengecekan dan membuat catatan-catatan di peta atau dibuat secara khusus,
skala 1 : 1.000, atau skala yang lebih rinci (1:100) sesuai kebutuhan persil tanah. tentang kondisi/keadaan lingkungan alami dan lingkungan binaan yang
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 5
Laporan Akhir

meliputi prasarana dasar dan sarana lainnya. Pada kegiatan ini akan Pada dasarnya kajian secara substansi pada analisis ini akan meliputi beberapa
melibatkan warga dalam menilai keadaan lingkungannya. kajian yaitu :

o Melakukan rekaman visualisasi lapangan dan pemahaman lapangan, sebagai Kajian yaitu mencari berbagai hubungan sebab akibat dalam arti mempunyai
bagian dari perjalanan survey untuk mendukung/memperkuat hasil kajian tingkat kompetitif yang tinggi terutama dalam lingkup makro dan mikro
lapangan yang berupa data atau informasi lainnya. pengembangan kawasan dan wilayah yang lebih luas.

o Wawancara/interview untuk memperoleh gambaran keadaan/kondisi kawasan Kajian untuk menentukan ruang-ruang bagi pengembangan di dalam kawasan
yang lebih terinci dari stakeholder setempat. perencanaan yang terkait dengan potensi yang dimiliki terutama sektor
kegiatan heritage dan tingkat kompetitif dari kawasan tersebut bagi
o Pelaksanaan survey khusus, meliputi plotting di setiap kegiatan wilayah yang
pengembangan sektor dimaksud.
mempunyai karaktrer khusus atau menarik.
Kajian mengenai sistem pelayanan menyangkut penilaian berbagai kebutuhan
o Informasi lainnya, berupa kebijaksanaan daerah, kondisi sosial dan budaya
prasarana dan sarana dasar kawasan permukiman penduduk maupun bagi
setempat.
kegiatan komunitas. Hal lainnya adalah kajian mengenai potensi SDM dalam
4. Penyusunan Laporan meliputi :
mendukung pengembangan kawasan yang lebih luas.
a. Tabulasi Data
Kajian mengenai kebutuhan dan keinginan-keinginan masyarakat stempat
Pada tahap ini seluruh data dan informasi serta peta-peta dan diagram yang serta unsur-unsur leadership yang mempengaruhi dinamika masyarakat dalam
dikumpulan disorting dan dimasukkan dalam format tabular serta format peta penyusunan kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan kawasan
atau diagram digital. Klasifikasi yang jelas dari data dan informasi yang permukiman.
dikumpulkan merupakan hal kunci dari tahap kompilasi ini. Hal ini akan sangat
Kajian mengenai bentuk-bentuk promosi investasi, segmentasi pasar, dan
berguna dalam proses pekerjaan selanjutnya yaitu proses analisa.
semua yang terkait dengan pemasaran potensi-potensi kompetitif dari Wilayah
b. Analisis Data yang lebih luas pada pihak luar sebagai wujud pengembangan ekonomi lokal

Kegiatan analisis meliputi pekerjaan menilai keadaan masa kini (eksisting kawasan.

condition), kecenderungan perkembangan dari masa lalu (past predicting), Kajian mengenai sektor dan output komoditas yang dikaitkan dengan berbagai
menghitung kapasitas pengembangan (future trend), memperkirakan kebutuhan, multiplier effect pengembangan kawasan.
memperkirakan arah perkembangan masa yang akan datang. Seluruh kajian
Kajian mengenai rumusan pemanfaatan ruang kawasan berdasarkan hal-hal
tersebut masih bersifat normatif berdasarkan kaedah perencanaan berdasarkan
yang telah disebutkan di atas.
visi perencana.
Kajian mengenai sistem kelembagaan dan sumber-sumber pembiayaan yang
Sebagai pembanding untuk adaptasi terhadap kajian tersebut dilakukan pula
efektif untiuk mengelola lingkungan kawasn permukiman stempat.
kajian terhadap rencana-rencana yang dinginkan oleh masyarakata setempat
c. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
yang akan menghasilkan alternatif pemanfaatan ruang kawasan permukiman,
memberi ciri/karakateristik dengan muatan lokal (local content character) dan Penyusunan RTBL Kawasan Jalan Sei Carang -Senggarang Koridor II (Jembatan
menentukan alternatif prasaranan dan sarana terpilih. Terusan Senggarang) ini secara garis besar yang akan dilakukan meliputi

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 6
Laporan Akhir

design plan dan design guidelines. Penyusunan design plan sebagai rencana
umum meliputi :

Batas kawasan

Rencana tapak

Rencana pergerakan `
Rencana tata-hijau

Rencana sarana dan prasarana lingkungan permukiman

Rencana sirkulasi dan aksesibilitas kawasan

Rencana wujud elemen kawasan

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk memahami konteks Pekerjaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II Kota Tanjungpinang, maka diperlukan
adanya kerangka pemikiran untuk menstrukturkan proses pekerjaan. Untuk lebih
jelasnya mengenai Kerangka Pemikian dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 7
Laporan Akhir

Kajian Kebijakan Berkaitan


Dengan Kawasan Perencanaan:
Analisis sosial
RTRW Kota Tanjungpinang kependudukan
RDTR Kota Tanjungpinang
Kebijakan tentang jalan Kota
Tanjungpinang
Kebijakan tentang RTH Kota
Tanjungpinang
Kebijakan tentang penataan Analisis
bangunan Kota Tanjungpinang pertumbuhan
Kebijakan terkait lainnya ekonomi Kriteria Perancangan
Kota Tanjungpinang
Tata Bangunan dan
Analisis Lingkungan
potensi dan
Tinjauan Teori : Identifikasi Analisis masalah
karakteristik : daya dukung
Struktur ruang kota
Morfologi kota Karakteristik fisik fisik dan
lingkungan Rencana Umum :
Elemen-elemen fisik kota dan lingkungan
Teori perancangan kawasan Karakteristik sosial Peruntukan Lahan Makro dan Mikro
Enam tahapan proses kependudukan Konsep Rencana perpetakan
pemahaman dan Karakteristik sosial Dasar Perancangan Rencana sistem pergerakan

KONSEP PENGEMBANGAN
perancangan rangka kerja budaya Tata Bangunan dan Rencana aksesibilitas lingkungan,
Analisis
ruang kawasan Karakteristik sosial Lingkungan rencana prasarana dan sarana
aspek legal
Garis sempadan Jalan, ekonomi lingkungan
konsolidasi lahan
sungai, Bangunan, Pagar Karakteristik pola Perumusan arah, Rencana wujud visual bangunan
perencanaan
KDB, KLB, KDH, KTB ruang dan intensitas tujuan dan sasaran Ruang terbuka hijau
pemanfaatan ruang pengembangan

Kebutuhan Data :
Analisis
Fisik dan lingkungan kajian aspek
Struktur tata ruang signifikansi Panduan Rancangan
Pola pemanfaatan ruang historis
Pola tata bangunan dan
lingkungan
Sistem prasarana dan fasilitas
lingkungan Ketentuan Pedoman
Sosial kependudukan Programan Rencana
Pengendalian Pengendalian
Sosial budaya Analisis Fasilitas Investasi
Rencana Pelaksanaan
Sosial ekonomi Tapak Aktivitas
Historis kawasan ruang

Pengumpulan Data, Studi Literaratur, Analisis dan Penyusunan Penyusunan Konsep Penyusunan Rencana dan Program
Identifikasi Karakteristik kawasan Konsep Pengembangan Perencanaan Pelaksanaan

Gambar 2.2 Kerangka Pemilikan RTBL Jalan Sei Cerang-Senggarang Koridor II Kota Tanjungpinang

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang-Senggarang Koridor II (Jembatan Terusan Senggarang) Bagian 2 - 8

Anda mungkin juga menyukai