Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka
pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap
barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods) ataupun yang berupa
jasajasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi. Dimaksud dengan product
dalam ilmu ekonomi, adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam
pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah
suatu barang (product) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Aspek Permintaan Pariwisata Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-
faktor utamadan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau
timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan
berkurang begitu pula sebaliknya.
2. Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan
wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat
sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya
Adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di
negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini
akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah
kekayaan pola piker budaya wisatawan.
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata
dalamsituasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan,
maka sospolakan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga
Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata halini
dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah
satukeluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu
sendiri.
Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek
permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang
dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia,
akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-
syarat daerah tujuanwisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah
tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang
komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan
pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan
objek wisatalainnya.
Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang
menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain,
jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means),
waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran
pariwisata yang ada.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
1. Personal Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya
sendiri.
2. Organizational Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang harus dicermati
olehseorang pengusaha, antar lain:
Gaya hidup adalah gambaran hidup seseorang yang tercermin pada ekspresi di setiap
aktivitas, hasratserta keingingan, dan pendapat-pendapat yang tercetus daripadanya. Gaya
hidup atau lifestyle juga berdampak pada setiap aspek kehidupan manusia, nilai nilai
hubungan sosial, kondisi ekonomi, bahkan juga berdampak pada faktor-faktor lingkungan.
Pada konteks pariwisata, gaya hidup juga berhubungan dengan aktivitas, hobi,
pendapat, yangmemainkan peranan penting pada perilaku konsumen. Perilaku konsumen
pariwisata dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipologi sebagai dasar dari aspek sosilogi
pengambilan keputusan oleh pelaku pariwisatauntuk memilah konsumennya agar dapat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen.
Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat aspek (4A) yang harus
diperhatikandalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
Daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti
memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat danbudayanya.
b. Accesable (transportasi)
Accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan
mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.
c. Amenities (fasilitas)
Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agarwisatawan
dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.
d. Ancillary (kelembagaan)
Adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan
mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan,
(protection of tourism) dan terlindungi.
Menurut Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa
yang harusdisediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu:
a) Transportation
b) Travel services
c) Accommodation
d) Food service
e) Activities and attractions (recreation culture/entertainment)
f) Retail goods.
Inti dari kedua pernyataan di atas adalah aspek penawaran harus dapat menjelaskan:
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau
timbalbalik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan
berkurangbegitu pula sebaliknya.
b. Pendapatan
c. Sosial Budaya
Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apayang ada
di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akantinggi hal
ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai
khasanahkekayaan pola pikir budaya wisatawan.
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah TujuanWisata dalam
situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengankenyataan, maka
sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinyapermintaan.
e. Intensitas Keluarga
Banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini
dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur darisalah satu
keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itusendiri.
Disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek
permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan
wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagaitujuan wisata utama di
Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam
memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan
mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
g. Harga barang komplementer
Harga barang komplementer merupakan sebuah barang yang saling membantu atau
dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana
apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang
saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.
Menurut Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang
menentukanpermintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain:
Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari:
Prof. K. Kraft (1942) mengemukakan batasan yang lebih bersifat teknis sebagai
berikut: Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan
pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman
itu tidak tinggal menetap dan tidak memperolehpenghasilan dari aktifitas yang bersifat
sementara itu.
Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak pada prinsipnya kepariwisataan
mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut berhubungan dengan
rekreasi danpertamasyaan. Ada beberapa faktor yang penting dalam pemberian batasan suatu
definisi pariwisata,yaitu:
OLEH :
Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati
2017