Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Laut


Air merupakan salah satu penyusun permukaan bumi yang paling besar yaitu sekitar 70%.
Air juga merupakan kebutuhan pokok bagi manusia karena manusia menggunakan air untuk
kegiatan sehari-harinya seperti minum, mandi, irigasi, sanitasi dan juga untuk transportasi.
Selain untuk manusia, air juga mutlak diperlukan oleh makhluk hidup lain seperti hewan dan
tumbuhan. Salah satu jenis air yang banyak dijumpai di alam adalah air laut.
Air laut memiliki fungsi sebagai penyeimbang antara laut, darat dan udara, tempat
hidupnya hewan laut dan tumbuhan laut, sumber mata pencaharian nelayan, sarana pariwisata
dan lain-lain. Peran dan fungsinya sebagai tempat tinggal dari hewan-hewan laut dan
tumbuhan-tumbuhan laut menjadikan kualitas air laut adalah hal yang perlu diperhatikan. Air
laut memiliki beberapa karakteristik khusus disbanding dengan air tanah (Effendi, 2003).

2.2 Kualitas Air


Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energy atau
komponen lain yang berada di dalam air. Kualitas air dapat dilakukan dengan melihat
beberapa parameter yaitu parameter fisik seperti suhu, kekeruhan, padatan terlarut),
parameter kimia seperti pH, dissolved oxygen (DO), biological Oxygen Demand (BOD),
logam, dan kandungan senyawa organik yang dimungkinkan masuk ke dalam air laut seperti
fosfat, nitrat, nitrit dan ammonia). Selain itu juga data dilihat dengan menggunakan parameter
biologi berupa jumlah bakteri coliform, mkroalgae atau mikroorganisme lain yang terdapat
pada sampel air. Untuk menentukan kualitas air dibutuhkan ketetapan pengukuran batas
adanya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain yang berada di dalam air atau unsur
pencemar yang diperbolehkan berada di air yang disebut baku mutu air (Effendi, 2003).

2.3 Parameter Fisika


a. Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor penentu perkembangan kehidupantumbuhan air yang
secara langsung ataupun tidak menentukan kehidupan organisme lainnya yang
menjadikannya sebagai makanan. Cahaya menyediakan energi bagi terlaksananya fotosintesis

4
(zona eufotik), sehingga kemampuan penetrasi cahaya sampai pada kedalaman tertentu
sangat menentukan distribusi vertikal organisme perairan (Widodo dan Suadi, 2006).Radiasi
matahari menentukan intensitas cahaya pada suatu kedalaman tertentu dan juga sangat
mempengaruhi suhu perairan. Sinar matahari yang jatuh di permukaan air sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi menembus ke dalam air, cahaya yang menembus permukaan
air adalah penting bila ditinjau dari produktivitas perairan (Sutika, 1989). Bagi biota laut
cahaya mempunyai pengaruh besar secara tak langsung, yaitu sebagai sumber energi untuk
proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi
sumber makanan (Romimohtarto, 2001).
Hutabarat dan Evans (2001), mengatakan bahwa penyinaran cahaya matahari akan
berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman perairan. Adanya bahan-
bahan yang melayang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat pantai menyebabkan
penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini.Intensitas cahaya yang diterima sempurna oleh
thallus merupakan faktor utama dalam proses fotosintesis yang menentukan tingkat
pertumbuhan rumput laut. Penetrasi cahaya lebih optimal bila menggunakan metode terapung
dalam pembudidayaan rumput laut.
b. Suhu
Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan laut yang
terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diserap oleh air laut karena adanya awan.
Energiakan cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian di langit dan
berkurang ketika dekat dengan horizon. Posisi matahari di daerah tropik dan subtropik yang
selalu berada di atas horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat
dibandingkan umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi, 2006). Dahuri, dkk (2001),
menyatakan bahwa di perairan nusantara suhu air laut umumnya berkisar antara 28-38oC.
suhu permukaan laut (SPL), Indonesia secara umum berkisar antara 26-19oC karena perairan
Indonesia dipengaruhi oleh angin musim, maka sebarab SPL-nya pun mengikuti perubahan
musim. Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme (Nybakken,
2000). Menurut Romimohtarto (2001), suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di
laut, perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan
kepada biota laut. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis
seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi
akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima
permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi

5
berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan atau
dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto, 2001).
c. Kekeruhan
Kekeruhan didefenisikan sebagai suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel koloid dan susupensi dari suatumaterial yang ada bahan-
bahan anorganik lamban teruarai, buangan industry, sampah dan sebagainya yang terkandung
dalam perairan (Yusuf 2005). Selanjutnya ditambahkan oleh Sutika (1989), kekeruhan
merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama tersuspensi (partikel
tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna
periran. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke
dalam air (Effendi, 2003). Kekeruhan dapat mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi,
(b) dapat menurunkan kadar oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat
(Sutika, 1989).

2.4 Parameter Kimia


a. pH
pH merupakan logaritma negative dari aktivitas ion hidrogen suatu perairan. pHdari
air laut cenderung lebih basa dibanding pH air umumnya yang netral. Hal tersebut terjadi
karena kehadiran CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion Natrium, Kalium dan Kalsium dari
air laut yang cenderung mengubah keadaan pH dalam air laut menjadi sekitar 7,5 - 8,4.
Sistem bikarbonat tersebut berperan untuk menyerap buffer yang mempertahankan pH air
laut dalam kisaran yang sempit dengan cara menyerap ion H+ di dalam air jika ion ini
berlebihan dan menghasilkan lebh banyak ion H+ bila jumlah ion ini menyusut sehingga akan
dihasilkan lebih banyak asam karbonat dan ion bikarbonat yang tidak teroksidasi (Nybakken,
1988). Rendahnya nilai pH dapat menyebabkan kematian organisme. Nilai pH diengaruhi
oleh aktivitas biologi, fotosintesis, suhu, kandungan oksigen, kation & anion dan juga dapat
dipengaruhi oleh adnya biangan limbah industry dan rumah tangga (Supriyadi, 2002).
b. Salinitas
Salinitas adalah rata-rata banyaknya kadar garam yang terdapat dalam 1 kg air laut.
Letak geografis laut berpengaruh pada salinitas yang terjadi di laut tersebut. Salinitas di
daerah khatulistiwa sebesar 35 karena penguapan yang tinggi namun diimbangi dengan
curah hujan yang tinggi pula. Pada daerah subtropis, salinitas air laut mencapai 37.
Salinitas selain dipengaruhi letak geografis juga dipengaruhi penguapan, curah hujan dan
pemasukan air dari sungai yang menyebabkan salinitas menurun (Effendi, 2003).
6
c. Dissolved Oxygen (DO)
DO (Dissolved Oxygen) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan.
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem air, terutama
untuk proses respirasi sebagian besar organisme air. Pada umumnya kelarutan oksigen.
Dalam air sangat terbatas dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai
konsentrasi sebanyak 21% volume, air hanya mampu menyerap oksigen sebesar 1% volume
saja. Nilai DO mengalami fluktuasi baik harian maupun musiman. Fluktuasi ini sering
dipengaruhi oleh perubahan suhu juga aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan
oksigen. Besarnya nilai DO pada pengamatan pagi hari dikarenakan pada pagi hari proses
fotosintesis yang menghasilkan oksigen berlangsung cukup optimal sedangkan pada sore hari
organisme membutuhkan oksigen sehingga konsentrasi oksigen terlarut juga berkurang.
(Barus, 2004).
Oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang diikat oleh molekul air. Sumber
utama DO adalah dari proses fotosintesis tumbuhan dan penyerapan secara langsung oksigen
dari udara melalui kontak langsung permukaan air dengan udara. Berkurangnya DO dalam
suatu perairan adalah karena terjadinya respirasi organisme perairan. Oksigen terlarut sangat
penting bagi penapasan zoobenthos dan oragnisme-organisme akuatik lainnya (Odum, 1993).
Air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui
aktifitas respirasi dari organisme akuatik. Kisaran toleransi plankton terhadap oksigen terlarut
berbeda-beda (Barus, 2004). Kadar oksigen yang digunakan untuk kepentingan perikanan
sebaiknya tidak kurang dari 5 mg/l, karena dapat mengakibatkan efek yang kurang
menguntungkan bagi hampir semua organisme perairan.
d. Biological Oxygen Demand (BOD5)
Kebutuhan BOD5 yang merupakan gambaran secara tidak langsung kadar bahan
organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi
bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi,
2000). Dengan kata lain BOD5 menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses
respirasi mikroba aerob (Laws, 1993). Hal ini berarti bahwa rendahnya nilai BOD5
menunjukkan sedikitnya jumlah bahan organik yang dioksidasi dan semakin bersihnya
perairan dari pencemaran limbah organik. Konsentrasi BOD5 yang tinggi menunjukkan
bahwa oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat-zat
organik lebih banyak dan juga menunjukkan bahwa perairan tercemar oleh bahan organik.
(Effendi, 2003).
e. Logam Berat
7
Logam berat secara alamiah terdapat di seluruh lapisan alam, namun kadarnya sangat
rendah. Pada tingkat kadar yang rendah ini logam berat umumnya dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Sebaliknya bila kadar logam berat
meningkat, maka akan berubah menjadi racun (Philips, 1980).Sedangkan menurut Nontji
(1993), logam berat merupakan salah satu unsur pencemar perairan yang bersifat toksik dan
harus diwaspadai keberadaaannya. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi,
genetik dan resistensi. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek
khusus pada makhluk hidup. Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni
tubuh makhluk hidup (Palar, 2008). Salah satu jenis logam beratyaitu timbal (Pb) yang
merupakan polutan di laut yang sangat berbahaya. Salah satu sumber (Pb) berasal dari bahan
bakar minyak dari perahu-perahu nelayan. Logam ini masuk kedalam tubuh biota laut melalui
insang, permukaan tubuh dan juga rantai makanan. Logam Pb yang terakumulasi dalam tubuh
biota laut akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, meningkatnya mortalitas,
penurunan laju metabolisme serta menurunkan kemampuan reproduksi biota laut (Nganro,
2009).
f. Fosfat
Fosfat yang berada di dalam air laut baik yang terlarut maupun yang tersuspensi
berada dalam bentuk organic dan anorganik. Asam fosfat yang terkondensasi umumnya tidak
terdeteksi dari air laut bagian tengah, namun banyak terkandung pada perairan muara karena
disebabkan oleh deterjen. Senyawa fosfat di perairan berasal dari sumber alami seperti erosi
tanah, pelapukan tumbuhan dan buangan dari hewan namun cemaran yang disebabkan oleh
fosfor umumnya bersumber dari limbah deterjen. Fosfat yang bersumber dari dekomposisi
organisme yang telah mati menjadi nutrient yang penting yang akan diabsorbsi oleh
fitoplankton dan setreusnya masuk ke rantai makanan. Kadar fosfat yang tinggi melebihi
kadar normal akan menyebabkan eutrofikasi yang dapat menyebabkan blooming. Blooming
pada perairan dapat merangsang perairan menjadi bersifat anaerob dan menyebabkan
organisme perairan terebut mati (Supriyadi, 2002).
g. Nitrat
Nitrogen merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh organisme akuatik. Keberadaan
senyawa nitrogen tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan protoplasma. Konsumen
senyawa nitrogen dalam air laut adalah algae bentos dan fitoplankton. Kedua macam
tumbuhan laut tersebut mengambil senyawa nitrogen secara bertahap dengan urutan pertama
yaitu nitrat (NO3-N), kemudian nitrit (NO2-N), dan terakhir nitrogen-ammonia (NH3-N).
8
Keberadaan senyawa nitrogen dalam air laut selain secara alami, dapat juga berasal dari
beberapa sumber pembuangan yang mengalir ke dalam laut. Beberapa sumber nitrogen
tersebut di antaranya adalah industri-industri pertanian, kimia, tekstil, kulit, makanan dan
kehutanan. Konsentrasi nitrat yang berlimpah dalam air laut berhubungan erat dengan
kesuburan suatu perairan.Schindleretal. (1978) menjelaskan bahwa produksi primer perairan
adalah khas karena dibatasi oleh fosfor, sedangkan kekurangan nitrogen pada plankton dapat
dipenuhi karena adanya fiksasi nitrogen. Pengaruh kelimpahan nitrat yang tidak dapat
terkendalikan di perairan laut yang diakibatkan oleh manusia (misalnya penggunaan pupuk)
akan dapat mengganggu ekosistem perairan, yaitu terjadinya kondisi eutrofikasi. Eutrofikasi
di perairan sering terjadi pada daerah pantai yang secara langsung dipengaruhi penyebaran
nitrat dari darat (Susana, 2004).
h. Ammonia
Keberadaan ammonia dalam air laut berasal dari hasil metabolisme organisme hidup
dan proses dekomposisi organisme yang telah mati serta sisa-sisa makanan. Kadar amonia
dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara cepat. Amonia dapat bersifat toksik
bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas maksimum. Meningkatnya kadar amonia di
laut berkaitan erat dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai (baik yang
mengandung unsur nitrogen maupun tidak). Penguraian bahan organik yang mengandung
unsur nitrogen akan menghasilkan senyawa nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan selanjutnya menjadi
amonia (NH3) (Effendi, 2003). Ammonia dalam air laut sebenarnya bukan merupakan
senyawa kimia beracun. Sifat racun ammonia ini timbul bila terdapat dalam keadaan
terdisosiasi, yaitu apabila ammonia terdapat dalam larutan dimana terdapat ion hidrogen.
Ammonia dapat menyebabkan efek subletal terhadap ikan contohnya terjadinya penyempitan
permukaan insang, akibatnya kecepatan proses pertukaran gas dalam insang menjadi
menurun. Selain itu efek lainnya adalah terjadinya penurunan jumlah sel darah, penurunan
kadar oksigen dalam darah, mengurangi ketahanan fisik dan daya tahan terhadap penyakit,
serta kerusakan struktural berbagai jenis organ tubuh (Susana, 2004).
i. Minyak dan Lemak
Minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap dan mengandung sisa
minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa
minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke pantai atau
tanah disekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi
sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi
oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi
9
ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho, 2006).Karena berat jenisnya lebih
kecil dari air maka minyak membentuk lapisan tipis di permukaan air dan menutup
permukaan yang mengakibatkan oksigen masuk dalam air secara terbatas. Pada sebagian lain
minyak ini membentuk lumpur dan mengendap yang sulit diuraikan (Ginting, 2007).

2.5 Parameter Biologi


Salah satu indikator pencemaran mikrobia dalam air laut yaitu dengan adanya keberadaan
bakteri coliform. Bakteri coliform ada yang bersifat patogen yaitu bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit. Bakteri coliform masuk dalam famili Enterobacteriaceae yang
mempunyai 14 genus (Waluyo, 2007). Bakteri coliform yang ada dalamair dibedakan ke
dalam 2 kelompok yaitu kelompok fecal (E. coli) dan non fecal (Enterobacter aerogenus)
(Tururaja dan Mogea, 2010). Bakteri coliform merupakan indikator kontaminasi lingkungan
atau sanitasi yang kurang baik sedangkan E. coli sebagai indikator kontaminasi tinja dari
manusiadan hewan berdarah panas. Bakteri ini memungkinkan timbulnya infeksi yag
berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lain (Tururaja dan Mogea, 2010).

2.6 Kondisi Perairan Wonorejo


Wonorejo merupakan salah satu muara besar yang terdapat di Pantai Timur Surabaya.
Sungai-sungai besar yang ada di kota Surabaya akan membawa limbah padat dan cair yang
berasal dari industri maupun rumah tangga yang nantinya akan menumpuk dan mencemari
perairan estuari Pantai Timur Surabaya. Kondisi ini akan mengganggu biota perairan dan
juga komunitas burung yang terdapat di wilayah Wonorejo, terlebih lagi Wonorejo memiliki
breeding zone bagi burung air sehingga penting untuk mengetahui dan melakukan analisa
kualitas perairan di wilayah tersebut (Desmawati, 2011).

10

Anda mungkin juga menyukai