1.asma Bronchial
1.asma Bronchial
Disusun Oleh :
Bachtiar Rachman
NIM: 22012
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURABAYA
2004
LEMBAR PENGESAHAN
Kasus ini kami ambil dari ruang UGD Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya,
pada saat mengikuti praktek keperawatan Akademi Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya mulai tanggal 06 juli 2004 sampai dengan 17 juni 2004
Mahasiswa praktek,
Bachtiar Rachman.
Nim : 22012
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Akper Unmuh Surabaya
Mudzakir .SKP
Nip
1. Konsep Dasar
I. Pengertian
Asma bronchiale adalah keadaan respon abnormal saluran nafas
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan saluran
nafas (IPD jilid II, 2001).
Asma bronchiale dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Ektsrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh bahan alergen seperti spora, jamur, debu,
bulu binatang dan yang lebih jarang adalah susu atau coklat. Dan
asma yang umumnya dimulai sejak kanak-kanak dengan anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti hayfever,
dermatitis.
2. Asma intrinsik
Ditandai dengan faktor yang tidak jelas. Asma ini sering muncul
setelah umur 40 tahun. Serangan ini makin lama makin sering
sehingga akan terjadi brontitis kronik.
3. Asma campuran
Kombinasi ekstrinsik dan instrinsik
II. Etiologi
Penyebab dari asma bronchiale belum diketahui secara pasti
namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma
adalah inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan. Asma saat ini
dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran nafas. Inflamasi ditandai
dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi) dan rubor (kemerahan
karena vasodilatasi), tumor lekssutasi plasma dan edema), dolor (rasa
sakit karena rangsangan sensoris) dan fuction laesa (fungsi yang
terganggu) ternyata ke enam syaraf tersebut dijumpai pada asma, sifat
saluran nafas pasien asma sangat peka terhadap berbagai rangsangan
iritan (debu), zat kimia (histamin) dan feses (kegiatan jasmani).
III. Anatomi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Saluran pernafasan di bagi menjadi 2 zona yaitu :
1. Zona konduksi
Terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus dan bronkus terminalis.
2. Zona respiratorik
Terdiri dari bronkioli respiratorik, duktus alveoli
IV. Patofisiologis
Destruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme
otot bronkus, sumbat mukus edema dan inflamasi dinding bronkus.
Destruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis
saluran nafas menyempit. Gejala mengi menandakan adanya
penyempitan di saluran nafas besar, sedang pada saluran nafas yang kecil
gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan
saluran nafas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru. Ada daerah
yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui
daerah tersebut mengalami hipoksemia. Untuk mengatasi kekurangan O2
tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan O2 terpenuhi. Tetapi
akibat pengeluaran CO2 sehingga PCO menurun dan menimbulkan
alkalosis respiratorik pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak
Dekstruksi
saluran nafas tertutup saluran
oleh mukus nafas tidak memungkinkan lagi
sehingga
terjadi pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipokremia dan kerja otot-
Edemaototmukus Inflamasiberat
pernafasan bertambah dinding
sertabronkus Saluran
terjadi peningkatan nafasCO2,
produksi
menyempit
peningkatan produksi CO2 dapat mengakibatkan gagal nafas.
Gangguan Sesak
pertukaran gas Ventilasi
berkurang
CO2 Meningkat
Hipoksemia
Hipoksemia
Alkalosis
CO2 meningkat respiratorik
O2 menurun
Asma bronchiale
Gagal nafas
V. Gejala Klinis
Gejala Klinis asma adalah batuk, mengi dan sesak nafas. Pada
awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan pada
asma alergik bisa disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya
batuk tanpa disertai sekret tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien
akan mengeluarkan Sekret, pada asma alergi, sering hubungan antara
pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien
asma alergi pencetus non alergik seperti asap rokok, asap yang
merangsang infeksi saluran nafas ataupun perubahan cuaca
VIII. Komplikasi
- Pneumotoraks
- Pneumodiastinum dan erofirema subkutis
- Atelektasis
- Gagal nafas
- Bronkitis
- Fraktur iga
2. Asuhan Keperawatan
IX. Pengumpulan data
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Biasanya pada klien dengan asma bronchiale mengeluh sesak nafas
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti sesak nafas
batuk dan disertai dahak dan alergi.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan : - Kapan terjadinya
- Sering / kadang-kadang
- Batuk produktif atau non produktif
- Sputum dan warna
- Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya merupakan faktor keturunan dari salah satu anggota
keluarga.
V. Perencanaan
Dx I : Ketidak efektifan jalan nafas b/d produksi mukkus yang
meningkat.
Tujuan : Pembersihan jalan nafas klien dapat normal
KH : Batuk klien dapat berkurang
Intervensi :
1)Gunakan nebulizer untuk pengeluaran sekret
R / Memudahkan dalam melakukan pengeluaran sekret
2)Ajarkan metode batuk efektif
R/ Sekret dapat keluar dengan mudah
3)Beri posisi semi fowler pada klien
R/ Agar memudahkan / memberi rasa nyaman pada klien agar tidak
sesak.
4)Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi bronkodilator
R/ Untuk melebarkan saluran pernafasan
Dx II : Cemas berhubungan dengan sesak nafas.
Tujuan : Klien dapat mengelola kecemasan
KH : Klien tidak merasakan cemas lagi
Intervensi :
1)Ajarkan pada klien tentang teknik relaxaxi
R / Untuk mengurangi kecemasan pada klien.
2)Beri penjelasan pada klien tentang hal-hal apa saja yang dapat
mengakibatkan keparahan pada penyakitnya.
R/ Agar klien mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan atau
memperparah penyakitnya.
3)Anjurkan klien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan
bertambahnya sesak yang ia alami.
R/ Untuk mengurangi sesak yang dialami klien
4)Hindarkan klien dari hal-hal yang membuat dia cemas
R/ Untuk mengurangi cemas yang dialami klien.
Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SPPD, KE dkk (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta,
Gaya Baru.
LEMBAR PENGESAHAN
Kasus ini kami ambil dari ruang Paviliun Sofa Rumah Sakit Siti Khodijah
Surabaya, pada saat mengikuti praktek keperawatan Akademi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya mulai tanggal 05 Januari 2004 sampai
dengan 18 Januari 2004
Mahasiswa praktek,
MOCH. WINDI
Nim : 200138
Mengetahui,
___________________ ___________________
Nip. Nip.
Pembimbing Pendidikan
Akper Unmuh Surabaya
Nip