Anda di halaman 1dari 8

GEODINAMIKA

A. Bumi

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6
milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing:
astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut
(magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultra ungu, dan radiasi dari
luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara
ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer
dengan suhu 4.500C, diselimuti oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, dan mantel
silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya diselimuti oleh kerak bumi setebal
kurang lebih 85 kilometer. Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi
terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental
Drift) yang menghasilkan gempa bumi.

B. GEODINAMIKA

Geodinamika adalah suatu cabang geofisika yg berkaitan dg studi tentang dinamika bumi. Para ahli
geodinamika biasanya menggunakan data dari GPS geodesi, InSAR dan seismologi berikut pemodelan
numeriknya, utk mempelajari evolusi yg terjadi di dlm kerak, mantel dan inti bumi. InSAR
(Interferometric synthetic aperture radar) adalah teknik radar yg digunakan dlm geodesi atau
penginderaan jauh (remote sensing). Geodinamika adalah studi tentang proses-proses dasar fisika untuk
memahami lempengan tektonik dan berbagai fenomena geologi.

Geodinamika mempelajari proses-proses fisika yang mengatur gerakan kerak bumi (atau kerak dari
suatu planet lain) yang membentuk pegunungan tinggi dan fenomena di permukaan bumi. Ilmu ini
termasuk bidang multidisiplin yang memberikan hubungan antara bidang-bidang tektonika,
paleomagnetisme, seismologi, fisika mineral, geokimia dan gedesi. Banyak hal yang berkaitan erat
antara bidang-bidang ilmu ini. Hubungan ini disebabkan oleh adanya fenomena konveksi di dalam
mantel bumi dan inti bumi yang menjadi sumber aktifitas geologi di planet kita ini. Konveksi yang terjadi
di dalam bumi merefleksikan fenomena kehilangan panas secara gradual, seiring dengan bertambah
dinginnya material bumi sebagai fungsi waktu.

Metode yang digunakan dalam Geodinamika secara prinsip didasari pada konsep dalam fisika, utamanya
mekanika medium kontinyu. Seiring dengan kemajuan dalam bidang komputasi dan komputasi parallel
berunjuk kerja tinggi, pemodelan di bidang geodinamik menjadi semarak dan menghasilkan banyak
temuan baru yang berhubungan dengan struktur bagian dalam bumi.

C. Teori Lempeng Tektonik

Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang menduga bahwa pada
mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat
sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori Pengapungan
Benua (Continental Drift) yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini dapat
menjelaskan dan menyederhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala alam yang semula di anggap
misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.

Teori ini menyatakan bahwa lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang
masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lainnya. Setiap lempeng tektonik adalah kaku dan
bergerak sebagai unit mekanis tunggal. Hal ini mengakibatkan bila sebagian bergerak maka satu unit
lempeng akan bergerak. Perubahan kecil akan terjadi pada bagian tengah dan tentu saja kerusakan
besar timbul pada bagian tepi karena bersinggungan langsung dengan lempeng yang lain (Gina
Andriyani, 2012).

Model tektonik lempeng ini menyebutkan bahwa kerak bumi ini disusun oleh lempeng-lempeng yang
besar dan kaku. Lempeng-lempeng yang menyusun kerak bumi tersebut dapat dibedakan
menjadi lempeng kerak benua (continental crust), yaitu lempeng yang menyusun daratan atau benua
(kontinen), dan kerak samudera (oceanic crust), yaitu lempeng yang menyusun lantai dasar samudera.
Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak walaupun sangat lambat. Pergerakan ini disebabkan karena,
adanya perbedaan distribusi panas di bawah kerak bumi (mantel bumi). Panas yang sangat tinggi yang
terdapat pada tempat yang lebih dalam akan bergerak naik ke tempat yang temperatumya lebih rendah
dan akan menyebar secara lateral. Penyebaran panas secara lateral inilah yang mengakibatkan
bergeraknya lempeng-lempeng penyusun kerak bumi. Pergerakan dari lempeng-lempeng kerak bumi ini
menyebabkan terjadinya gempabumi, aktivitas gunungapi, dan deformasi batuan penyusun kerak bumi
yang membentuk pegunungan.

Karena setiap lempeng bergerak sebagai unit yang berbeda, maka interaksi yang sangat besar terjadi
pada pertemuan antara lempeng-lempeng tersebut. Batas-batas antara lempeng-lempeng penyusun
kerak bumi merupakan jalur aktivitas gunungapi (vulkanik) dan gempa bumi. Ada tiga macam batas
pertemuan lernpeng-lempeng tersebut yang dipisahkan berdasarkan jenis pergerakannya dan setiap
lempeng akan dibatasi oleh kombinasi ketiga macam batas tersebut.

1. Batas divergen, zona dimana lempeng-lempeng saling memisahkan diri (saling menjauh),
meninggalkan ruang diantaranya.

2. Batas konvergen zona dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati sehingga terjadi
tumbukan antara keduanya. Kejadian ini dapat menyebabkan lempeng yang satu menunjam di
bawah lempeng lainnya atau hanya tumbukan yang menyebabkan bagian ini akan terangkat
bersama-sama.

3. Batas transform fault, zona dimana, lempeng-lempeng bergerak saling melewati antara satu
lempeng dengan lempeng lainnya (bergeseran).

Gambar 1. Pergerakan Lempeng

D. Gempa Bumi

Gempa bumi mempunyai sifat berulang, suatu gempa yang terjadi diwaktu tertentu akan terulang lagi
dimasa yang akan datang dalam periode waktu tertentu. Istilah perulangan gempa ini dinamakan siklus
gempa bumi [earthquake cycle, Andreas 2007]. Satu siklus dari gempa bumi ini biasanya berlangsung
dalam kurun waktu puluhan sampai ribuan tahun. Data mengenai siklus gempa bumi pada suatu daerah
dapat diperoleh dari catatan sejarah gempa yang didokumentasikan atau melalui penelitian geologi
seperti penelitian stratigrafi batuan (Gambar 2) atau terumbu karang, likuifaksi, paleotsunami dan lain-
lain. Berdasarkan data geologi batuan bisa diprediksi kejadian gempa yang telah lampau, yaitu dengan
mempelajari pola pertumbuhan terumbu karang (coral microatolls) dan menghitung kejadian serta
perulangan gempa bumi (Gambar 3).

Gambar 2. Penelitian stratigrafi batuan [Dede, 2008]

Gambar 3 Penelitian terumbu karang [Panga, 2002]

karang

Satu siklus gempa bumi yang terjadi terdapat beberapa tahapan mekanisme terjadinya gempa bumi,
yaitu tahapaninterseismis, pre-seismic, co-seismic, after slip dan post-seismic.

1. Tahapan interseismic merupakan tahapan awal dari suatu siklus gempa bumi. Pada tahap ini,
energi dari dalam bumi menggerakkan lempeng kemudian terjadi akumulasi energi dibeberapa bagian
lempeng tempat biasanya terjadi gempa bumi (batas antar lempeng dan sesar)

2. Tahapan pre-seismic adalah tahapan sesaat sebelum terjadinya gempa bumi

3. Tahapan co-seismic adalah tahapan ketika terjadinya gempa bumi

4. Tahapan afterslip adalah tahapan ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan melalui gempa susulan
yang kekuatannya lebih kecil dari kekuatan gempa utama

5. Tahapan post-seismic adalah tahapan ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan secara perlahan
dalam kurun waktu yang lama sampai kondisi kembali ke tahap kesetimbangan awal yang baru

Sumatera adalah daerah dengan aktifitas tektonik yang tinggi karena mengakomodasi zona subduksi
Indo-Australia dan Eurasia sehingga menimbulkan rangkaian gempa di sepanjang pantai barat Pulau
Sumatera yang ditunjukkan pada Gambar berikut
Gambar 4. Rangkaian gempa sumatera [ USGS, 2008]

E. Deformasi

Deformasi didefinisikan sebagai perubahan bentuk, posisi dan dimensi dari suatu materi atau perubahan
kedudukan (pergerakan) suatu materi baik secara absolut maupun relatif dalam suatu kerangka
referensi tertentu akibat suatu gaya yang bekerja pada materi tersebut. (Kuang, 1996 dalam Gina, 2012).
Secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu
benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku
gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan
kedudukan atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi
(absolut atau relatif). Terdapat bermacam jenis objek dari deformasi, salah satu objek tersebut adalah
deformasi akibat tektonik lempeng. Untuk melakukan suatu pengamatan deformasi dilakukan survei
deformasi dan geodinamika.

Analisis deformasi dapat dilakukan secara geometrik (Chrzanowski dkk., 1986). Analisis geometrik ini
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Pergeseran, yaitu analisis yang menunjukkan perubahan posisi suatu benda dengan menggunakan
data perbedaan posisi yang didapat dari perataan data pengamatan pada kala berbeda.

2. Regangan, yaitu analisis yang menunjukkan perubahan posisi, bentuk dan ukuran suatu benda
dengan menggunakan data pengamatan geodetik langsung atau data regangan yang diperoleh dari data
pengamatan geodetik perubahan posisi.

Terdapat bermacam-macam metode dalam melakukan survei deformasi, seperti metode konvensional
dengan menggunakan total station ataupun dengan menggunakan metoda sipat datar. Dengan adanya
perkembangan teknologi, survei deformasi dan geodinamika juga dapat dilakukan dengan menggunakan
satelit, seperti dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). (J.Geofisika Vol 13 No 1/2012)

E. Metode Analisi Regangan

Sebelum melakukan analisis regangan terlebih dahulu dihitung vektor pergeseran setiap titik
pengamatan, yaitu koordinat toposentrik kala (n+1) dikurangkan terhadap kala sebelumnya (kala ke-n)
= - ; jika n = 0 - (2.1)

Keterangan :

nT(0), eT(0), uT(0) = koordinat toposentrik pada kala ke-0

nT(1), eT(1), uT(1) = koordinat toposentrik pada kala ke-1

adapun besar dan arah vektor pergeseran arah horizontal yaitu ;

ds = = tan-1

Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai regangan dengan menggunakan model regangan yang terdiri
dari 9 parameter, yaitu 6 parameter regangan dan 3 parameter rotasi. Titik-titik yang akan dihitung nilai
regangannya adalah titik GPS di Pulau Sumatera dengan IGS sebagai titik ikat. Tujuan penggunaan titik
ikat ini adalah untuk memberikan pola pergeseran yang konsisten. Pada perhitungan deformasi metode
9 parameter ini, hubungan fungsional antara vektor pergeseran dan parameter-parameter deformasi
dalam koordinat toposentrik dinyatakan sebagai berikut [Maruf, 2001] :

dn = nn n + ne e + ne e

de = ne n + ee e - ne n

dalam notasi matrik dinyatakan sebagai berikut

d = Bc

d = [dn de]T

keterangan :

n e e

B= n e n

nn ne

ne ee

c = ne ne

d = vektor pergeseran
B = matriks desain

c = parameter-parameter deformasi

Parameter-parameter regangan dan deformasi dapat dihitung dengan metode hitung perataan kuadrat
terkecil, yaitu :

c = (BT dd B)-1 (BT dd d)

sedangkan standar deviasi parameter-parameter regangan dan rotasi ditentukan dengan :

pp = (BT dd B)-1

Berdasarkan parameter-parameter tersebut, besaran yang akan digunakan dalam analisis regangan
yaitu besaran principal strain 1 dan 2 dapat diturunkan.

1 merupakan besaran yang menunjukkan nilai perpanjangan utama (extension) dan dapat dijadikan
indikator adanya post-seismic sedangkan 2 adalah besaran yang menunjukkan nilai
kontraksi (contraction) dan dapat dijadikan indikator proses inter-seismic [The Mechanics of
Earthquakes and Faulting, 2002]. Keduanya diperoleh melalui persamaan [Maruf, 2001] :

1 = ee cos2 + 2 ne sin cos + nn sin 2

2 = ee cos2 ( + 90o) + 2 ne sin ( + 90o) cos ( +90o) + nn sin2 ( + 90o)

tan 2 = (2 ne) / (ee nn)

Principal strain (1 dan 2) menyatakan perubahan elemen panjang terhadap panjang awal (mm/mm) dan
dinyatakan dengan satuan strain.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk memantau regangan lempeng tektonik yaitu Global
Positioning System (GPS). (M.Awwaluddin, 2010)

Pengaruh Pergerakan Lempeng Dalam Studi Deformasi

Lempeng bumi yang berjumlah kurang lebih 20 lempeng utama dan lempeng kecil lainnya selalu
mengalami pergerakan. Misalnya Lempeng Eurasia yang bergerak 2 cm/tahun ke arah timur dan
Lempeng Australia 7 cm/tahun ke arah utara, demikian juga lempeng-lempeng kecil. Pergerakan
lempeng tersebut dijelaskan oleh seorang ahli matematika dari Swiss, Leonhard Euler (1776) melalui
teorema Euler Fixed point yang menyatakan bahwa setiap pergerakan lempeng permukaan bumi
berotasi mengelilingi suatu pusat (pole). Setiap lempeng memiliki pusat rotasi yang berbeda-beda
tergantung arah pergerakan lempeng tersebut, lempeng yang berada di dekat pole akan bergerak cepat
sedangkan semakin jauh dari pole pergerakannya akan semakin lambat. Teorema ini kemudian dikenal
dengan nama Euler Pole, ilustrasinya ditunjukkan oleh Gambar 2.18
Lempeng B

Lempeng A

Sumbu putaran bumi

Sumbu rotasi lempeng (melalui pusat bumi)

Arah pergerakan lempeng

Batas transform

Batas lempeng divergen

Pusat rotasi lempeng

Gambar 5. Ilustrasi Euler Pole [ Ensiklopedia Britania, 2007 ]

Ilustrasi tersebut menjelaskan lempeng B bergerak relatif terhadap kerangka referensi lempeng A.
kecepatan rotasi suatu lempeng dinyatakan dengan:

= d/dt

sedangkan untuk menentukan kecepatan suatu titik pada lempeng B relatif terhadap lempeng A
adalah :

v = ABR sin

keterangan :

d = rotasi yang dialami lempeng

R = jari-jari bumi

= sudut antara titik dan sumbu rotasi


Semua stasiun pengamatan yang dipakai dalam tugas akhir ini terletak di lempeng yang bergerak,
dikenal dengan sunda blok.Setelah mengetahui kecepatan sunda blok, hasil pengolahan GPS dikurangi
kecepatan sunda blok sehingga dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya deformasi. (M. Awwaluddin,
2010)

Sumber Referensi :

http://hakimbmkg.blogspot.com/2013/03/pendahuluan-geodinamika.html

http://elisa.ugm.ac.id/community/show/geodinamika/#

http://esverry.blogspot.com/2009/11/tektonik-lempeng.html

http://lasonearth.wordpress.com/makalah/geologi-dasar/

Andriyani, Gina. 2012. Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data Gnss Kontinu Tahun 2009-
2011. Skripsi Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Awaluddin, M. 2010. Hitungan Distribusi Slip Gempa Bengkulu Tahun 2007 Dari Data Pengamatan GPS
Dengan Teknik Inversi Kuadrat Terkecil, Tesis Program Studi Magister Geodesi dan Geomatika, FITB- ITB,
Bandung.

Jurnal : Rusmen, M. Muldofi, dkk. 2012 Analisis Deformasi Gempa Mentawai Tahun 2010 Berdasarkan
Data Pengamatan GPS Kontinu Tahun 2010-2011. Dalam jurnal Geofisika Vol. 13 No. 2/2012, FITB-ITB

Anda mungkin juga menyukai