Anda di halaman 1dari 16

DRY DROWNING

A. Pendahuluan
Permukaan bumi dominan tertutup oleh air. Air penting untuk kebutuhan
makhluk hidup, tetapi air juga bisa membahayakan seperti kejadian tenggelam.
Didunia barat kasus tenggelam adalah kasus kedua atau ketiga mengikuti kematian
akibat kecelakaan kendaraan dan jatuh. (1)
Tenggelam dapat diartikan rusaknya jaringan oksigenasi karena terbenam
dalam air. Tenggelam merupakan salah satu bentuk kematian akibat anoksia dan
masuknya cairan kedalam saluran pernafasan.(1,2)
Pada peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus tenggelam
dalam air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air maka
hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam. Berdasarkan
pengertian tersebut maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat terjadi di laut atau
sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam wastafel atau ember berisi air. (2)
Di Amerika Serikat kematian akibat tenggelam terjadi lebih dari 8000 per
tahun, dengan 1500 angka kematian tersebut terjadi pada anak-anak. Pada tahun
1995 Kematian akibat tengelam terjadi 1,93 kasus untuk semua umur dan puncaknya
adalah 3,22 kasus per 100.000 orang pada anak-anak yang berusia 4 tahun. Pada
kenyataannya puncak kejadian kematian akibat tenggelam adalah anak kecil,
peringkat ke dua terjadi pada laki-laki dewasa muda. Pada orang kulit hitam angka
kejadian tiga kali lebih tinggi daripada orang kulit putih. Pada anak-anak paling
banyak terjadi di bak mandi dan kolam renang sedangkan pada dewasa muda terjadi
di laut. Pada tahun 2004 terdapat 3.308 kejadian tenggelam yang tidak disengaja di
Amerika, rata-rata terjadi 9 orang per hari. Angka kejadian pada laki-laki berkisar
78%, dan pada anak berusia 1-4 tahun yang meninggal karena tenggelam berkisar
26%. (2)

1
Adanya mekanisme dan jenis air yang berbeda pada kasus tenggelam akan
menimbulkan bermacam gambaran pada hasil pemeriksaan. Seperti pada peristiwa
tenggelam di air asin akan didapatkan gambaran terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi sedangkan pada peristiwa tenggelam di air tawar didapatkan
anoksia yang disertai gangguan elektrolit. Dengan demikian dalam menghadapi
kasus tenggelam, pemeriksaan yang dilakukan selain untuk mendapatkan informasi
tentang sebab kematian juga dapat membantu penyidik untuk mengetahui cara
kematiannya yaitu karena kecelakaan, dibunuh atau bunuh diri yang kemudian dapat
dijadikan bukti untuk kepentingan peradilan.(2)

B. Fisiologi tenggelam (3,4)


Ketika seseorang terbenam di bawah permukaan air, reaksi awal yang
dilakukan ialah mempertahankan nafasnya. Hal ini berlanjut hingga tercapainya
batas kesanggupan, dimana orang itu harus kembali menarik nafasnya. Batas
kesanggupan tubuh ini ditentukan oleh kombinasi tingginya konsentrasi
Karbondioksida dan konsentrasi rendah Oksigen. Menurut Pearn, batas ini tercapai
ketika kadar PC02 berada di bawah 55 mm Hg atau merupakan ambang hypoxia,
dan ketika kadar PA02 di bawah 100 mmHg ketika PC02 cukup tinggi.
Ketika mencapai batas kesanggupan ini, korban terpaksa harus menghirup
sejumlah besar volume air. Sejumlah air juga sebagian tertelan dan bisa ditemukan
di dalam lambung (aspirasi cairan lambung), yang mana secara dramatis menambah
beratnya kerusakan saluran nafas.
Pada kontak awal cairan dengan saluran nafas atas sering sekali memicu
spasme laryng berat. Hal ini menyebabkan hipoksia tanpa asfiksia cairan yang
signifikan. Aspirasi cairan kedalam trachea dan bronkus menyebabkan obstruksi
jalan nafas, bronchokonstriksi, hilangnya surfaktan, kerusakan alveolar dan endotel
kapiler.
Pada beberapa kejadian, pernapasan yang terengah-engah di dalam air ini
akan terus berlanjut hingga beberapa menit, sampai akhirnya repirasi terhenti.

2
Hipoksia serebral akan semakin buruk hingga tahap irreversibel dan terjadilah
kematian. Faktor-faktor yang juga menentukan sejauh mana anoksia serebral
menjadi irreversibel adalah umur korban dan suhu di dalam air. Misalnya pada air
yang cukup hangat, waktu yang diperlukan sekitar 3 hingga 10 menit.
Tenggelamnya anak-anak pada air dengan suhu dingin yang cukup ekstrim
selama 66 menit masih bisa tertolong melalui resusitasi dengan sistem
syaraf/neurologik tetap utuh.Juga, berapa pun interval waktu hingga terjadi anoksia,
penurunan kesadaran selalu terjadi dalam waktu 3 menit setelah tenggelam. Hal-hal
yang berurutan terjadi ketika tenggelam ialah: Menahan napas, inspirasi involunter
dan bernapas (megap-megap) saat batas kesanggupan tercapai, kehilangan kesadaran
kematian.
Rangkaian ini dapat berubah jika korban terlebih dahulu melakukan
hiperventilasi saat terendam ke dalam air. Hiperventilasi dapat menyebabkan
penurunan kadar CO2 yang signifikan. Kemudian hipoksia serebral karena
rendahnya P02 dalam darah, bersamaan dengan penurunan hingga hilangnya
kesadaran, dapat terjadi sebelum batas kesanggupan (breaking point) tercapai. Pada
kasus seperti ini urutannya ialah: Menahan napas, kehilangan kesadaran, terhirupnya
air.
Kemudian, dari jenis air yang terhirup, air tawar atau air asin, memiliki
sedikit pengaruh pada kemungkinan selamatnya korban. Pada air tawar, seperti
ditulis sebelumnya, air dalam jumlah yang banyak dapat memasuki alveoli hingga
menembus membran kapiler.
Penambahan air tawar atau surfaktan paru menjadi tidak alami, dimana air
laut menjadi encer atau terbilas. Adanya klorin lainnya atau sabun dalam air tawar
tidak mempunyai efek pada sifat ini. Ketidakalamian surfaktan dapat berlanjut saat
setelah seseorang diresusitasi dengan sukses. Hilang atau tidak aktifnya surfaktan
alveoli dan kolaps alveoli menurunkan tahanan paru, berakibat pada dalamnya
ventilasi perfusi yang tidak seimbang dengan 75% daerah non-ventilasi perfusi pada
darah. Saat air dihirup, refleks vagal meningkatkan resistensi jalan napas perifer,

3
dengan vasokonstriksi pulmonar, menyebabkan hipertensi pulmonal, menurunkan
tahanan paru, dan penurunan ratio ventilasi perfusi. Setiap individu yang diresusitasi
dengan sukses dan menjadi sehat, pendistribusian kembali perfusi darah terjadi
dalam beberapa hari hingga mencapai keadaan keadaan normal.
Kondisi tenggelam dangkal terkadang dijumpai secara kebetulan. Ini
berhubungan dengan korban tenggelam yang ditemukan dengan fasilitas darurat dan
selamat 24 jam. Definisi ini tidak berdasar pada jumlah individu berikutnya yang
selamat atau, jika mereka selamat, jumlah mereka yang mengalami kelainan
neurologis. Ini pada kasus tenggelam dangkal dimana dokter menyelidiki perubahan-
perubahan elektrolit. Mereka menemukan adanya gangguan elektrolit dan
hemoglobinemia ringan, jika semua hal ini ada, dan jarang mempunyai arti klinis.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, korban yang keselamatannya
bertlangsung lama adalah pada tenggelam dalam air dingin bias sampai 66 menit
lamanya pada kasus anak-anak dan bayi. Penjelasan tradisional untuk hal ini bahwa
otak immatur lebih resisten terhadap anoksia dan bahwa refleks menyelam masih
ada pada anak-anak. Refleks menyelam berhubungan dengan vasokonstriksi lapisan
vaskuler (kecuali hati dan otak), memindahkan darah menuju ke otak dan hati dan
bradikardi, semua dipacu oleh tenggelamnya wajah dalam air dingin. Akan tetapi,
beberapa pertanyaan mengenai refleks menyelam ada pada manusia persis seperti
pada hewan. Bradikardi terjadi, tetapi tidak ada bukti vasokonstriksi pada lapisan
vaskuler dengan memindahkan darah menuju hati dan otak. Beberapa orang merasa
bahwa anak-anak selamat karena perkembangan yang cepat terhadap hipotermia.
Karena secara relatif daerah permukaan yang luas dan kurang adekuatnya
penyekatan pada anak-anak, badan sejuk dengan sangat cepat. Ini khususnya jelas
berhubungan dengan menelan dan aspirasi sejumlah besar cairan dingin. Ini cepat
mendinginkan badan disebabkan oleh tenggelam dalam air dingin dan aspirasi air
dingin dengan absorbsi air ini menuju sirkulasi. Dengan demikian, dalam air hangat,
tenggelam selama 3-10 menit dimaksudkan untuk menyediakan waktu maksimal

4
menuju kerusakan neurologis yang ireversibel, dalam air dingin, waktu tenggelam
selama 66 menit pernah dilaporkan dengan perbaikan neurologis.

C. Sebab-sebab tenggelam (2)


Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
Kecelakaan
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut,
danau, atau sungai. Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang atau
galian tanah berisi air. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan itu antara
lain karena :
Kematian karena sebab alamiah sebelum masuk ke dalam air
Hal ini tidaklah lazim, tetapi bisa saja terjadi. Korban mungkin mengidap
penyakit yang bisa mengakibatkan kematian secara alamiah, kebanyakan
karena penyakit jantung, dalam kondisi dimana dia tanpa sengaja terjatuh ke
air. Contoh terakhir ini menurut pengarang berkaitan dengan seseorang yang
kembali ke perahu karetnya, sendirian dan dalam kondisi gelap. Perahunya
ditemukan dalam keadaan kosong dan pencarian berakhir dengan
ditemukannya mayat, otopsi menunjukkan adanya infark myocardial yang
tersusun baik dan tidak ada bukti peristiwa penenggelaman, meskipun hasil
akhirnya tidak memuaskan. Contoh lainnya berkaitan dengan seseorang yang
terjatuh karena penyakit alamiah ketika berada di kapal, tepi kanal atau tepi
sungai. Tentu saja, tanpa adanya saksi-saksi sangatlah sulit untuk memisahkan
kasus itu dengan seseorang yang terjatuh ke dalam air kemudian mati. Otopsi
harus dilaksanakan dengan mengidentifikasi luka patologis dan meniadakan,
sejauh mungkin, bukti penenggelaman.
Kematian alamiah ketika berada di dalam air
Seperti yang telah didiskusikan di atas, sangatlah mungkin untuk menentukan
apakah seseorang ditemukan di air, dengan kematian alamiah mengalami
penderitaan baik sebelum maupun setelah tenggelam. Karena adanya berbagai

5
permasalahan (akan ditunjukkan kemudian) sebagai diagnosa adanya
penenggelaman, sangatlah sulit untuk menentukan hal ini pada seseorang yang
menderita penyakit mematikan. Penyakit cardiovascular merupakan sebab
terbesar bagi kematian di dalam air. Prakondisi sebelumnya gangguan dengan
penggunaan tenaga fisik untuk berenang atau bertahan hidup, atau karena efek
suhu dingin. Keyakinan umum adalah bahwa berenang setelah makan banyak
sangatlah berbahaya, karena perubahan sistem peredaran darah seperti
slanchnic shunt. Ketika serangan penyakit jantung akut terjadi, seperti
kekurangan myocardial secara tiba-tiba atau arrhythmia, kematian bisa
dikarenakan penyakit jantung itu sendiri, atau karena tenggelam karena
ketidak mampuan fisik secara tiba-tiba.
Cedera Sebelum Masuk Ke Dalam Air
Kadang-kadang, cedera karena kecelakaan mungkin timbul pada seseorang
sebelum ia masuk ke air. Di laut, kecelakaan transportasi udara dan jalan
(jarang sekali), korban mungkin terluka atau terbunuh sebelum terjun ke air.
Seseorang yang jatuh dari dok, anjungan atau kapal bisa menghantam
bangunan atau halangan keras sebelum menghantam air. Kerusakan pada
baling-baling kapal dan perahu kecil sering terjadi di jalur transportasi air
umum dan tempat dimana banyak kapal berlayar. Baling-baling kapal besar
mungkin mengalami kerusakan serius bahkan pemotongan pada body kapal,
tetapi kebanyakan disebabkan oleh baling-baling kecil berkecepatan tinggi,
seperti motor outboard atau out-drive dari kapal motor penjelajah. Cedera ini
menjadi semakin umum dengan peningkatan ski air dan jumlah perahu pelesir
kecil di sungai, danau dan lepas pantai. Kerusakan pada baling-baling kapal
dan perahu kecil sering terjadi di jalur transportasi air umum dan tempat
dimana banyak kapal berlayar. Baling-baling kapal besar mungkin mengalami
kerusakan serius bahkan pemotongan pada body kapal, tetapi kebanyakan
disebabkan oleh baling-baling kecil berkecepatan tinggi, seperti motor
outboard atau out-drive dari kapal motor penjelajah. Cedera ini menjadi

6
semakin umum dengan peningkatan ski air dan jumlah perahu pelesir kecil di
sungai, danau dan lepas pantai. Karakteristik lukanya adalah luka paralel
dengan beberapa cm luka yang terpisah, seringnya teriris, irisan alamiah,
biasanya pada kepala atau punggung.
Bunuh diri (2)
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam air sering kali terjadi.
Kadang-kadang tubuh pelaku diikat dengan benda pemberat agar supaya tubuh
dapat tenggelam. Sudah tentu bukan pekerjaan yang mudah untuk membedakan
tenggelam karena bunuh diri dengan pembunuhan. Banyak kasus bunuh diri
dilakukan di kamar mandi, mengiris tenggorokan atau pergelangan tangan, baik di
dalam maupun di luar kamar mandi. Biasanya terdapat silet di lemari kamar mandi
untuk memotong dan obat-obatan beracun yang melebihi dosis. Listrik akan
menjadi berbahaya di lingkungan basah dan kebanyakan bunuh diri dengan
menggunakan listrik terjadi di kamar mandi. Bunuh diri juga mungkin dilakukan
dengan menikam dirinya sendiri atau memotong tenggorokan dalam posisi dimana
dia jatuh ke dalam air segera setelahnya.
Pembunuhan (2,5)
Banyak cara yang digunakan, seperti misalnya melemparkan korban ke laut atau
memasukkan kepalanya ke dalam bak berisi air. Dari segi patologik saja sulit
dapat membedakan apakah peristiwa tenggelam itu akibat pembunuhan atau
bunuh diri. Pemeriksaan di tempat kejadian membantu. Jika benar karena
pembunuhan perlu diteliti apakah korban ditenggelamkan ke dalam air ketika ia
masih hidup atau sesudah dibunuh lebih dahulu dengan cara lain.
Mati Dalam Bak Mandi (2,3)
Tenggelam dalam bak mandi jarang terjadi, biasanya pada anak-anak yang
terlepas dari pengawasan orang tuanya, ada juga kemungkinan kemungkinan
pembunuhan. Orang dewasa yang mengalami serangan secara tiba-tiba dapat
tenggelam dalam bak mandi. Yang sulit diketahui penyebabnya adalah jika korban

7
ditemukan dalam bak mandi dalam keadaan intoksikasi obat pada level tertentu,
apakah korban meninggal dulu baru tenggelam.
Pembunuhan bisa terjadi di kamar mandi dengan berbagai cara, beberapa
diantaranya tidak berkaitan dengan penenggelaman seperti misalnya dengan
menyetrum.

D. Tenggelam di Air Tawar (5)


Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar terjadi
absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus, dimana dalam waktu 3 menit
dapat mencapai 72 % dari vol darah sebenarnya. Karena konsentrasi elektrolit dalam
air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi
hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan
pecahnya sel darah merah (hemolisis).
Akibat terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah yang
terjadi, tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari
serabut otot jantung sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi
perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam serabut otot jantung sehingga terjadi
anoksia yang hebat pada myocardium dan mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel
dan penurunan tekanan darah, jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan
lemah yang kemudian menimbulkan kematian akibat anoksia otak hebat, ini yang
menerangkan mengapa kematian dapat terjadi dalam waktu 4-5 menit.

E. Tenggelam di Air Asin (5)


Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah,
sehingga air akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam
jaringan interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.
Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya
hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi.

8
Hemokonsentrasi akan mengakibatkan terjadinya anoksia pada myocardium dan
disertai peningkatan viskositas darah sehingga sirkulasi menjadi lambat, tekanan
sistolik akan menetap dalam beberapa menit dan menyebabkan terjadinya payah
jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah tenggelam.(1)

F. Klasifikasi Tenggelam
Terdapat beberapa klasifikasi tenggelam seperti tenggelam berdasarkan bagian
tubuh yang terbenam dan tenggelam berdasarkan ada tidaknya air yang terhirup.
Berdasarkan morfologi penampakan paru
a. Tenggelam tipe kering (Dry or atypical drowning)
15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning yang mana,
tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi sangat
mendadak dan tidak tampak tanda-tanda perlawanan. Tenggelam tipe ini paling
banyak terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa dibawah pengaruh
obat-obatan (hipnotik sedatif) atau alkohol (2,6)
Dry drowning itu disebabkan keberadaan air dengan volume sedikit dalam
paru-paru. Jika laryngospasme tidak bisa mengenyahkan air itu maka akan
menggangu saluran pernafasan dan menghalangi suplai oksigen dalam darah
cardiac dan otak. (7)
b. Tenggelam tipe basah ( Wet Drowning )
Pada tenggelam tipe basah (Wet drowning) terjadi aspirasi cairan. Aspirasi
1-3 ml/kg BB air akan signifikan dengan berkurangnya pertukaran udara. Aspirasi
air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru. Air tawar
bergerak dengan cepat ke membran kapiler alveoli. Surfaktan menjadi rusak
sehingga menyebabkan instabilitas alveoli, atelektasis dan menurunnya
kemampuan paru untuk mengembang. Perlu diketahui bahwa jumlah air yang
dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah sebanyak 2 liter untuk orang
dewasa dan 30 sampai 40 mililiter untuk bayi. (2)

9
G. Mekanisme Kematian Dry Drowning
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
1. Vagal refleks
Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem tidak
ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia ataupun air di dalam paru-parunya
sehingga sering disebut tenggelam kering (Dry drowning). Cairan sangat cepat
masuk sehingga mengaktifkan saraf simpatis dan akan menyebabkan vagal refleks
yang mengakibatkan cardiac arest. (2,6)
2. Spasme Laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat jarang
sekali terjadi. Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang
masuk ke laring. Pada pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda-tanda
asfiksia, tetapi paru-parunya tidak didapati adanya air atau benda-benda air.
Seringkali pada pemeriksaan post mortem kita tidak menemukan spasme laring
karena pada kematian telah terjadi relaksasi otot-otot laryng.(2,3)
Pada kontak awal cairan dengan saluran napas atas kerap memicu spasme
laring berat. Hal ini menyebabkan hipoksia tanpa aspirasi cairan yang signifikan.
Aspirasi cairan ke dalam trakea dan bronkus menyebabkan obstruksi jalan napas,
bronkokonstriksi, hilangnya surfaktan, kerusakan alveolar dan endotel kapiler.
Aspirasi cairan lambung sering terjadi pada penderita tenggelam dan secara
dramatis menambah beratnya kerusakan saluran napas. (2,4,8)
Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning (6)
Intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)
Penyakit yang telah ada, misal atherosclerosis
Kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak
Ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi katekolamin,
disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest

10
H. Pemeriksaan pada kasus tenggelam
a) Pemeriksaan Luar (2,5,9)
Mayat dalam keadaan basah, pada kulit terdapat pasir, lumpur, atau benda
asing lainnya.
Penurunan suhu mayat (algor mortis) berlangsung cepat rata-rata 5 derajat
Fahrenheit per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam
waktu 5 atau 6 jam.
Lebam mayat berwarna merah terang dan perlu dibedakan dengan yang terjadi
pada keracunan CO. Lebam mayat tampak pada bagian kepala, leher, dan dada,
karena gaya gravitasi akan menarik darah ke bagian tersebut yang merupakan
bagian yang paling rendah letaknya jika mayat berada dalam air.
Kaku mayat lebih cepat terjadi.
Bila terdapat spasme kadaverik (jarang terjadi) dalam tangan mayat dapat
ditemukan benda atau tumbuhan air yang tergenggam. Hal ini menunjukkan
bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada waktu tenggelam.
Proses pembusukan berlangsung cepat. Kulit berwarna kehijauan atau merah
gelap. Pada pembusukan lanjut tampak gelembunggelembung pembusukan
terutama pada bagian atas tubuh dan skrotum, serta penis pada pria dan labium
mayora pada wanita. Kulit telapak tangan dan kaki akan tampak mengelupas.
Kutis anserina (goose skin) akibat kontraksi mm. erector pilli
Bila cukup lama mayat terendam dalam air (selama 10 sampai 12 jam) akan
ditemukan gambaran washer womans hand, telapak kaki dan tangan berwarna
keputihan dan berkeriput. Hal ini terjadi akibat imbibisi air ke dalam jaringan
kulit. Dalam 24 jam epidermis yang pucat, berkeriput dan basah semakin jelas.
Dalam waktu seminggu kulit mulai terkelupas
Terdapat tanda-tanda asfiksia berupa : wajah pucat, mata setengah terbuka,
dilatasi pupil, lidah terjulur. Bisa juga ditemukan perdarahan subkonjungtiva.
Busa halus pada hidung dan mulut

11
Luka-luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air, khususnya di daerah
bokong, punggung, belakang kepala serta luka-luka akibat gigitan binatang air.
Penis dan skrotum mengalami pengisutan dan kontraksi terutama pada musim
dingin
b). Pemeriksaan Dalam (2,5,9)
Pada tubuh yang baru saja ditemukan dari tenggelam dan tanpa adanya
perubahan purifikasi, mungkin petunjuk yang terbaik untuk diagnosa tenggelam
adalah penampilan paru. Perubahan pada paru biasanya khas dan mungkin tidak
hanya digunakan untuk membuat diagnosis tenggelam tetapi juga untuk
membedakan tenggelam di air tawar dan tenggelam di air laut, tetapi akibat
pembusukan perubahan paru pada tenggelam di air tawar dan air laut menjadi
sulit dibedakan.
Paru pada korban tenggelam di air tawar biasanya ditemukan dalam keadaan
besar atau menggelembung tetapi ringan, dan pinggir depan biasanya overlap di
depan hati. Paru berwarna merah jambu pucat dan dapat mengalami emfisema.
Ketika paru tersebut dipindahkan dari dada, paru tetap mempertahankan bentuk
normalnya dan cenderung tidak kolaps. Ketika memotong paru yang
mengalami emfisema kering akan terdengar bunyi krepitasi yang mudah dinilai.
Setelah dipotong, masing-masing bagian paru mempertahankan bentuk
normalnya seperti sebelum dipotong dan cenderung berdiri tegak. Ketika
jaringan dipotong dan ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya terdapat
sedikit buih dan tidak ada cairan dan gas kecuali kalau ada edema. Dengan
demikian, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air tawar.
Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru menjadi oedema, beratnya kadang
melebihi 2000 gram. Karena paru sangat oedema maka tepi depan paru overlap
di depan mediastinum sehingga berbentuk seperti cetakan iga. Paru berwarna
keunguan atau kebiruan dengan permukaan mengkilap. Paru lembab dan
konsistensinya seperti agar-agar dan hilang dengan penekanan. Ketika paru
dipindahkan dari tubuh dan ditempatkan pada meja pemotongan, paru tidak

12
mempertahankan bentuk normalnya tapi cenderung datar. Ketika dipotong,
tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa penekanan jaringan
mengeluarkan banyak cairan. Jaringan paru ditekan maka akan ditemukan paru
dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air laut paru mengalami
lembab dan basah.
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran
pernafasan dapat dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari trakea,
bronkus sampai percabangan bronkus di hilus. Jika dari pemeriksaan ditemukan
benda-benda air seperti pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka
dapat dipastikan bahwa korban masih hidup sebelum tenggelam.

I. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada kasus-kasus tenggelam (9)


1. Diagnosa pasti penyebab kematian pada kasus tenggelam sangat sulit ditegakkan.
2. Tanda post mortem yang khas hanya ditemukan pada sebagian kecil kasus
3. Tidak ditemukannya tanda post mortem pada mayat segar dapat disebabkan oleh
a. Kematian yang disebabkan oleh serangan jantung tiba-tiba
b. Kematian yang disebabkan oleh dry drowning
c. Kematian tidak disebabkan oleh pembenaman
4. Menegakkan diagnose tenggelam berdasarkan pemeriksaan post mortem pada mayat
yang sudah membusuk adalah sesuatu yang tidak mungkin. Test diatoma dapat
mendukung tetapi harus dilakukan dengan tekhnik tanpa kesalahan dan hasil yang
jelas.
5. Mekanisme tenggelam di air tawar dan air laut berbeda.
6. Walaupun pada kasus tenggelam murni kematian umumnya terjadi dalam beberapa
menit, tetapi bila disebabkan oleh serangan jantung kematian dapat berlangsung
seketika.
7. Interpretasi luka pada korban yang ditemukan diair akibat pembenaman sulit
dilakukan. Luka yang ada harus ditentukan apakah merupakan luka post mortem atau
intravital.

13
8. Bila dalam pemeriksaan otopsi didapatkan beberapa gambaran penyakit fatal maka
tidak menyingkirkan dugaan tenggelam sebagai penyebab kematian.
9. Percobaan bunuh diri umumnya disertai prcobaan perlukaan lainnya seperti keracunan
mengiris pergelangan tangan, penusukan,dll.
10. Keputusan penyebab kematian sebaiknya tidak hanya tergantung pada pemeriksaan
post mortem tanpa disertai apresiasi keadaan sekeliling korban.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Stef, adel, Drowning. [online] 2009 Februari 14 [cited 2006]. Avaliable from:
URL : http://www.freewebs.com/tenggelam/introduction.htm
2. Ihsan. Kasus Tenggelam. [online] 2009 Februari 14 [cited 2008 Agustus12 ].
Available from: URL: http://ihsanforensik.blogspot.com
3. DiMaio VJ, DiMaio D. Death By Drowning. Dalam : Forensic Pathology.2001
4. Satria Perwira. Drowning. [online] 2009 Februari 14 [cited 2008 Juli 03].
Available from: URL:
http://satriaperwira.wordpress.com/2008/06/03/drowning-tenggelam/
5. Idries, Abdul Munim. Luka Dan kekerasan. Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1997. Hal.177-189
6. Widyazepam. Dan ku pun tenggelam. [online] 2009 Februari 10 [cited 2008 April
29]. Available from: URL:
http://widyazepam.blogspot.com/2008/04/dan-ku-pun-tenggelam.html
7. Entin Supriati. Waspadai Sulit Berenang Usai Berenang. [online] 2009 Februari
10.[cited 2008 Juli 12]. Available from: URL:
http://www.inilah.com/rubrik/gaya-hidup/kesehatan/
8. Anonyme. [online] 2009 Februari 10. Available from: URL :
http://dic.academic.ru/dic.nsf/enwiki/2385799
9. Abuddin. Tenggelam. [online] 2009 Februari 10. [cited 2009 Januari 30].
Available from: URL: http://abuddin.blog.co.uk/2009/01/30/tenggelam-5473003/

15
16

Anda mungkin juga menyukai