Laporan Tugas Besar Si 3112 Struktur Bet PDF
Laporan Tugas Besar Si 3112 Struktur Bet PDF
Dosen:
Prof. Ir. R. Bambang Budiono, ME, Ph. D.
Asisten:
Michael Alexandra Jonathan 25014066
Dita Faridah 25014059
Disusun Oleh :
Kholid Samthohana 15012078
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Asisten
Dita Faridah
25014059
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas besar ini dengan sebaik-baiknya. Laporan
Tugas Besar SI-3112 Struktur Beton ini dibuat sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah SI-3112 Struktur Beton
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Proses penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai kendala. Akan tetapi,
dengan kerja keras dan selalu memberikan usaha yang terbaik, Penulis dapat mengatasi berbagai kendala-
kendala tersebut.
Penyelesaian laporan tugas besar ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang senantiasa
membantu, mendukung, serta memberikan kritik dan saran, sehingga Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendoakan serta memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian
laporan tugas besar ini.
2. Dosen Mata Kuliah SI-3112, yaitu Bapak Prof. Ir. R. Bambang Budiono, ME, Ph.D yang telah
memberikan bimbingan kepada Penulis dalam pembuatan laporan tugas besar ini.
3. Asisten tugas besar Struktur Beton, Michael Alexandra Jonathan dan Dita Faridah.
4. Teman-teman yang selalu memberi bantuan dan semangat kepada Penulis selama proses
pembuatan laporan tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna, baik dari segi isi dan
metode penulisan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.
Terakhir, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan
tugas besar ini bermanfaat.
Penulis
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................ii
Daftar Isi ........................................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ....................................................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAB II KRITERIA DESAIN .....................................................................................................................2
2.1 Proses Desain ................................................................................................................................ 2
2.2 Peraturan Acuan ........................................................................................................................... 2
2.2.1 Balok dan Pelat...................................................................................................................... 2
2.2.2 Kolom .................................................................................................................................... 3
2.2.3 Kombinasi Beban................................................................................................................... 4
2.2.4 Asumsi Desain ....................................................................................................................... 4
2.2.5 Beban Lentur dan Aksial ....................................................................................................... 5
2.2.6 Beban Geser .......................................................................................................................... 5
2.2.7 Batasan Spasi antar tulangan ................................................................................................ 6
2.2.8 Kuat rencana ......................................................................................................................... 7
2.2.9 Lendutan/Defleksi ................................................................................................................. 8
BAB III PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR ...........................................................................9
3.1 Hasil Preliminary Design ............................................................................................................... 9
3.2 Pembebanan ............................................................................................................................... 13
3.3 Load Combination ....................................................................................................................... 13
3.4 Pemodelan di ETABS ................................................................................................................... 14
BAB IV ANALISIS STRUKTUR ............................................................................................................. 16
4.1 Gaya Dalam ................................................................................................................................. 16
4.2 Defleksi........................................................................................................................................ 18
BAB V DESAIN TULANGAN DAN CEK LENDUTAN ................................................................................ 20
5.1 Desain Tulangan .......................................................................................................................... 20
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur beton merupakan struktur yang paling banyak digunakan di dunia. Mulai dari bangunan
sederhana seperti rumah atau perkantoran, hingga bangunan yang rumit seperti bendungan ataupun
gedung pencakar langit, hampir semua menggunakan beton sebagai material utama untuk
membangunnya.
Beton merupakan material bangunan yang terbentuk dari campuran antara agregat halus, agregat
kasar, pasir, dan air. Hampir semua struktur beton merupakan beton bertulang karena pada dasarnya
beton tidak kuat terhadap gaya tarik, hanya sekitar 8%-15% dari kekuatan tekannya, sehingga perlu
dikombinasikan dengan baja sehingga gaya tarik akibat beban dapat dipikul oleh baja. Kelemahan
beton dalam tekuk akibat bentuk baja yang langsing juga akan dihilangkan karena baja ada pada
beton sehingga tidak akan mengalami tekuk. Oleh karena itu, kombinasi dari kedua material ini
menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan sifat masing-masing bahan jika berdiri sendiri.
Perencanaan struktur pada sebuah struktur sederhana seperti rumah toko harus memenuhi
beberapa aspek agar penggunaan struktur ini dapat berjalan sebagai mana mestinya. Perencanaan
suatu struktur sederhana meliputi perencanaan kolom, pelat, dan balok. Semua komponen struktur
haruslah memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku yang berasal dari sains, hasil penelitian, maupun
standar yang berlaku untuk memenuhi nilai kekuatan, keamanan, dan kenyamanan bagi
penggunanya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana mendesain tulangan untuk suatu struktur rumah toko sederhana?
b. Bagaimana menentukan kemampuan layan suatu struktur rumah toko sederhana?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kali ini adalah:
a. Mendesain tulangan dari suatu struktur rumah toko sederhana yang memenuhi standar SNI.
b. Menentukan kemampuan layan suatu struktur rumah toko sederhana
BAB II
KRITERIA DESAIN
2.1 Proses Desain
Proses desain meliputi desain balok, pelat, dan kolom pada struktur rumah toko ini dimulai dengan
menghitung preliminary design untuk ketiga komponen struktur tersebut sehingga mendapatkan
dimensi yang sesuai. Setelah mendapatkan dimensi yang sesuai, dilakukan pemodelan struktur,
pembebanan, dan analisis gaya dengan menggunakan bantuan software ETABS. Dalam pemodelan,
perlu didefinisikan elemen struktur seperti penampang, material, dan pembebanan. Langkah
selanjutnya adalah analisis gaya-gaya dan pendesainan tulangan sesuai dengan SNI sehingga struktur
dapat menahan pengaruh beban terfaktor yang bekerja. Langkah terakhir adalah menggambarkan
desain penulangan ketiga komponen struktur tersebut dengan menggunakan software AutoCAD.
2.2 Peraturan Acuan
Perencanaan suatu struktur harus memenuhi standar nasional yang diatur dalam SNI-2847-2013
mengenai persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung, meliputi balok, kolom, dan
peraturan mengenai tulangan, spasi tulangan, dll. Selain itu, peraturan yang perlu dipenuhi yaitu SNI-
1727-2013 mengenai beban untuk perencanaan perencanaan bengunan atau struktur lain.
2.2.1 Balok dan Pelat
Pelat merupakan komponen struktural yang langsung dikenai beban di atasnya. Balok
merupakan komponen struktural yang menyalurkan beban dari pelat menuju ke kolom. SNI-
2847-2013 mengatur mengenai tinggi minimum balok dan pelat yang diizinkan (jika tidak
dilakukan control terhadap lendutan). Dimensi ini digunakan untuk preliminary design pada
balok dan pelat. Berdasarkan pasal 9.5 SNI-2847-2013, dimensi balok dan pelat diatur seperti
pada tabel di bawah ini.
Untuk laporan kali ini, untuk kemudahan, dimensi tinggi balok ditentukan dengan
menggunakan persamaan = 12 dengan L adalah panjang bentang balok. Untuk lebar balok,
digunakan persamaan = 2. Kedua dimensi tersebut dibulatkan ke atas dengan kelipatan 50
Dalam referensi lain, persamaan kolom agar tidak tekuk adalah sebagai berikut
36
Karena dianggap persamaan pada SNI terlalu konservatif.
Pada laporan kali ini, persamaan yang digunakan adalah persamaan yang kedua.
2.2.3 Kombinasi Beban
Dalam perencanaan struktur, beban harus dikombinasikan dengan faktor-faktor tertentu
sehingga mendapatkan envelope dari keseluruhan beban yang menghasilkan beban ultimate
sebagai dasar perencanaan. Kombinasi beban terfaktor diatur dalam SNI-1727-2013 pasal
2.3.2 yaitu sebagai berikut.
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau S atau R)
3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0.5 W)
4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2 D + 1,0 E + L + 0,2 S
6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E
Dengan D: dead load (beban mati)
E: beban gempa
L: live load (beban hidup)
Lr: beban hidup atap
S: beban salju
R: beban hujan
W: beban angin
2.2.4 Asumsi Desain
Desain pada komponen struktur didasarkan pada asumsi yang diatur pula dalam SNI-2847-
2013. Asumsi yang digunakan antara lain.
Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton terluar adalah
0.003
Tegangan tulangan = 400
Distribusi tegangan beton dianggap berbentuk persegi ekivalen
Untuk fc<28 MPa, 1 diambil sebesar 0.85. Untuk fc>28 MPa, 1 direduksi sebesar 0.05
untuk setiap kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa. Tetapi nilai 1 tidak boleh lebih dari 0.65.
1
Tulangan geser dibutuhkan bila
2
o Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh dibundel
o Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel tulangan yang
berakhir dalam bentang komponen struktur lentur harus diakhiri pada titik yang
berlainan, paling sedikit dengan jarak 40db secara berselang
o Jika pembatasan jarak dan selimut beton minumum didasarkan pada diameter
tulangan db maka satu unit bundel tulangan harus diperhitungkan sebagai tulangan
tunggal dengan diameter yang didapat dariluas ekuivalen penampang gabungan.
2.2.8 Kuat rencana
Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan
penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus
diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari
tata cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan .
Faktor reduksi kekuatan ditentukan sebagai berikut :
Lentur, tanpa beban aksial. = 0,80
Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur. (untuk beban aksial dengan lentur, kedua
nilai kuat norminal dari beban aksial dan momen harus dikalikan dengan nilai tunggal
yang sesuai) :
o Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur. = 0,80
o Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur.
Komponen struktur dengan tulangan spiral. = 0,70
Komponen struktur lainnya. = 0,65
o Geser dan torsi = 0,75
Faktor reduksi untuk geser pada komponen struktur penahan gempa yang kuat
geser nominalnya lebih kecil dari pada gaya geser yang timbul sehubungan
dengan pengembangan kuat lentur nominalnya.
= 0,55
Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor reduksi
minimum untuk geser yang digunakan pada komponen vertikal dari sistem
pemikul beban lateral.
Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi
tulangan diagonal. = 0,80
BAB III
PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR
3.1 Hasil Preliminary Design
Sebelum menghitung preliminary design, perlu diketahui dahulu gambaran umum dari struktur.
Untuk gambaran umum pada struktur rumah toko yang dibuat dijelaskan sebagai berikut.
Bentang arah Y: 8500 mm
Bentang arah X: x 8500 = 6375 mm
Lantai dasar ke lantai 1: 4 m
Lantai 1 ke lantai 2: 3.5 m
Panjang overstake: 2 m
Untuk spesifikasi material yang digunakan ialah sebagai berikut.
fc balok dan pelat: 30 MPa.
fc kolom: 40 MPa
Modulus elastisitas (Ec) beton balok dan pelat: 4700 = 470030 = 25742.96
mm. Dari panjang bentang 8500 mm, didapatkan tinggi balok yaitu 750 mm. setelah ditentukan
tinggi balok, ditentukan lebar balok. Lebar balok mengikuti aturan = dengan pembulatan ke
2
atas dengan kelipatan 50 mm. didapatkan lebar balok yaitu 400 mm.
b. Preliminary Design Balok pendek (arah X)
Panjang bentang dari balok telah ditentukan sebelumnya yaitu dari panjang bentang panjang.
Panjang balok pendek didapatkan yaitu 6375 mm. Sesuai dengan aturan yang berlaku, tinggi balok
ini mengikuti rumus = dan dibulatkan ke atas dengan kelipatan 50 mm. Dari panjang bentang
12
6375 mm, didapatkan tinggi balok yaitu 550 mm. setelah ditentukan tinggi balok, ditentukan lebar
balok. Lebar balok mengikuti aturan = dan dibulatan ke atas dengan kelipatan 50 mm.
2
Sedangkan untuk kolom eksterior, tributary area yang paling kritis adalah sebagai berikut:
Beberapa nilai yang digunakan dalam preliminary design kolom ini adalah sebagai berikut:
= 2400 /3 = 24000 /3
= 40
= 172 /3 = 1720 /3
= 1000 /3
1 = 2400 /3
Berikut adalah contoh perhitungan untuk preliminary design kolom interior:
Lantai 2:
750 400 8500
= = 24000 = 61.2
109
550 300 6375
= = 24000 = 25.245
109
750 400 2000
= = 24000 = 14.4
109
8500 6375 150
= = 24000 = 195.075
109
= = 61.2 + 25.245 + 195.075
= 281.52
8500 6375
= = 1720 = 93.2025
106
8500 6375
= = 1000 = 54.1875
106
2 = 1.2 ( + ) + 1.6 = 1.2 (281.52 + 93.2025) + 1.6 54.1875
= 536367
536367
=
= = 53636.7 2
0.25 0.25 40
= = 231.596 dibulatkan ke atas menjadi 250 mm.
Lantai 1:
Untuk lantai 1, dead load dan SIDL sama karena nilai beban dari balok, pelat, dan SIDL sama
dengan lantai 2. Sedangkan beban akibat live load berbeda karena nilai live load untuk kolom
lantai 1 berbeda, yaitu sebesar 2400 N/m2.
=
8500 6375
= 2400 = 130.05
106
1 = 2 + 1.2 ( + ) + 1.6
= 536.367 + 1.2 (281.52 + 93.2025) + 1.6 (130.05) = 1199364
1199364
1 = = = 119936 2
0.25 0.25 40
= = 119936 = 346.318 dan dilbulatkan ke atas menjadi 350 mm
Karena didapatkan kolom lantai 1 sebesar 350 mm dan lantai 2 sebesar 250, maka kolom lantai
2 disamakan dengan kolom lantai 1. Dengan mengganti dimensi kolom lantai 2, maka Pu lantai 1
akan lebih besar. Namun dari hasil perhitungan, perbesaran kolom lantai 2 ini masih aman
dipikul oleh kolom lantai 1 yang memiliki dimensi s sebesar 350 mm, sehingga kolom interior
dipilih dimensi sebesar 350 mm. Untuk perhitungan lengkap kolom interior dan hasil kolom
eksterior dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Perhitungan preliminary design dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Perhitungan gaya aksial akibat beban sendiri pada balok
Balok L (mm) h (mm) b (mm) Luas (mm2) volume (m3) P (kN)
panjang 8500 750 400 300000 2.55 61.2
pendek 6375 550 300 165000 1.051875 25.245
overstake 2000 750 400 300000 0.6 14.4
Tabel 3.2 Perhitungan gaya aksial akibat beban sendiri pada pelat
h (mm) Luas (mm2) volume (m3) P (kN) Luas (m2)
Pelat
150 54187500 8.128125 195.075 54.1875
overstake 150 12750000 1.9125 45.9 12.75
Setelah mendapatkan dimensi kolom, dicek kembali apakah kolom tersebut terkena pengaruh
tekuk atau tidak. Untuk mengetahuinya, digunakan persamaan pada subbab 2.2.2 mengenai
tekuk yaitu
36 36
0.7 4000
= 27.71 36
1 3
12 350. 350
350.350
Karena kolom tersebut memenuhi persamaan di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa kolom
tersebut aman dari bahaya tekuk.
Setelah mendapatkan dimensi dari balok, pelat, dan kolom, nilai tersebut dimasukkan ke dalam
pemodelan dengan dibantu software ETABS.
3.2 Pembebanan
Pembebanan pada struktur ditentukan sebelumnya berdasarkan aturan yang sudah berlaku. Pada
laporan kali ini, aturan beban yang dipikul oleh struktur adalah sebagai berikut:
beton: 24 kN/m
SIDL: 1720 N/m2
Live load atap: 1000 N/m2
Live load lantai 1: 2400 N/m2
Beban hujan yang diterima atap: dengan asumsi genangan maksimum 20 cm, maka beban
yang diterima sebesar 2000 N/m2
3.3 Load Combination
Load combination sudah diatur dalam SNI-1727-2013 seperti yang telah dijelaskan pada subbab 2.2.3.
Dalam pemodelan pembebanan kali ini, hanya digunakan 3 kombinasi serta ditambah dengan
envelope dari ketiga kombinasi dari standar tersebut karena beban yang didefinisikan sebelumnya
hanya terdapat pada 3 kombinasi. Kombinasi yang dimaksud yaitu:
1. 1.4 DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL + 0.5 R
3. 1.2 DL + 1.6 LL
4. Envelope dari ketiga kombinasi tersebut.
3.4 Pemodelan di ETABS
Pemodelan dimulai dengan melakukan pendefinisian terhadap material dan penampang yang
digunakan berdasarkan gambaran umum yang telah dijabarkan pada subbab 3.1. Setelah itu, setiap
komponen struktur digambar ke dalam ETABS. Gambar pemodelan struktur di ETABS dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR
4.1 Gaya Dalam
Gaya dalam dapat diketahui dengan menggunakan bantuan software ETABS. Gaya dalam digunakan
untuk mendesain tulangan yang sesuai dengan kondisi dari struktur. Adapun gaya dalam yang didapat
untuk setiap komponen struktur adalah sebagai berikut:
Gaya dalam balok
Balok yang dicari gaya dalamnya dibedakan menjadi balok panjang (arah Y) dan balok pendek
(arah X). Gaya dalam maksimum yang didapat ialah sebagai berikut.
4.2 Defleksi
Defleksi dapat diketahui dari ETABS. Defleksi digunakan untuk menentukan kemampuan layan dari
suatu struktur. Defleksi juga harus dicek sehingga besarnya defleksi harus kurang dari batas defleksi
yang diatur dalam SNI-2847-2013. Defleksi yang didapat dari ETABS adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Defleksi akibat beban hidup (live load) balok lantai 2
lendutan lendutan
Balok Balok
(mm) (mm)
B56 0.01 B40 0.007
B57 0.023 B41 0.046
B58 0.01 B42 0.046
B59 0.005 B43 0.007
B60 0.014 B44 0.011
B61 0.005 B45 0.076
B62 0.007 B46 0.076
B63 0.015 B47 0.011
B64 0.007 B48 0.011
B65 0.005 B49 0.076
B66 0.014 B50 0.076
B67 0.005 B51 0.011
B68 0.01 B52 0.007
B69 0.023 B53 0.046
B70 0.01 B54 0.046
B55 0.007
Tabel 4.8 Defleksi akibat beban hidup (live load) pada balok lantai 1
lendutan lendutan
Balok Balok
(mm) (mm)
B56 0.015 B40 0.016
B57 0.033 B41 0.115
B58 0.015 B42 0.115
B59 0.004 B43 0.016
B60 0.014 B44 0.026
B61 0.004 B45 0.194
B62 0.006 B46 0.194
B63 0.01 B47 0.026
B64 0.006 B48 0.026
B65 0.004 B49 0.194
B66 0.014 B50 0.194
B67 0.004 B51 0.026
B68 0.015 B52 0.016
B69 0.033 B53 0.115
B70 0.015 B54 0.115
B55 0.016
BAB V
DESAIN TULANGAN DAN CEK LENDUTAN
5.1 Desain Tulangan
5.1.1 Desain Tulangan Balok
Untuk medesain tulangan balok, dibedakan menjadi balok panjang dan balok pendek sesuai
dengan gaya dalam yang telah didapat pada subbab sebelumnya. Berikut contoh langkah-langkah
perhitungan untuk mendesain tulangan pada balok panjang (arah Y).
a. Tulangan Lentur
Mmax: 24563473.7 Nmm digunakan untuk mendesain tulangan saat momen positif, sehingga
tulangan tarik berada pada bagian bawah balok.
Mmin = 138852104 Nmm, digunakan untuk mendesain tulangan saat momen negatif,
sehingga tulangan tarik berada pada bagian atas balok.
Dengan penampang dan data material sebagai berikut:
o fc = 30 MPa 1 = 0.85
o fy = 400 MPa
o L = 8500 mm
o b = 400 mm
o h = 750 mm
o dsengkang = 13 mm
o dtarik = 22 mm
o dtekan = 19 mm
419
700
mm
750 mm
522
400 mm
Penentuan As min
30 400 686
= = = 939.34 2
4 4 400
1.4 1.4 400 686
= = = 960.4 2
400
Dipilih Asmin yang paling besar dari kedua persamaan tersebut, yaitu 960.4 mm2.
Penentuan As max
0.85 1 0.003
= ( )
0.003 + 0.004
0.85 30 0.85 0.003 400 686
= = 6372.45 2
400 0.007
Dipilih dahulu As sembarang dengan Asmin < Asdipilih < Asmax. Dengan tulangan tarik yang
berdiameter 22 mm, dipilih tulangan sebanyak 5 buah sehingga As sebesar 1900.66 mm2.
Untuk As, tulangan berdiameter 19 mm dipasang seluas 0.5 As dan dibulatkan ke atas.
Didapatkan tulangan tekan sebanyak 4 buah sehingga As mempunyai luas sebesar 1134.11
mm2.
Pada perhitungan Mn, tulangan tekan diabaikan karena tidak berpengaruh terlalu besar pada
Mn yang didapat.
Menghitung Ts
= = 1900.66 400 = 760265
Dengan Cc dan Ts sama dan nilai c lebih dari jarak tulangan ke tepi beton, maka nilat tersebut
dapat dianggap benar.
Menghitung Mn dan
nilai-nilai di atas, syarat kekuatan tersebut terpenuhi sehingga desain tulangan sudah dapat
diterima.
Untuk momen negatif, dilakukan cara yang sama, namun nilai digunakan momen negatif.
Hasil perhitungan penentuan tulangan lentur pada balok dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
b. Tulangan sengkang
Vu yang didapat dari tabel pada ETABS yaitu 56475.75 N. Dengan asumsi = 0.75, didapatkan
56475
= = 0.75
= 75300 .
Vn design didapatkan dari nilai geser pada jarak d dari tepi balok. Nilai Vn design didapatkan
sebagai berikut
4250 4250 686
= = 75300 = 63146
4250 4250
Penentuan Vc
Dipilih s yang paling kecil yaitu 343 mm, dan dibulatkan ke bawah sehingga jarak sengkang
yang digunakan yaitu 300 mm.
Hasil perhitungan tulangan geser untuk balok panjang dan pendek adalah sebagai berikut:
Diketahui fc = 40 MPa
fy = 400 MPa
dsteel = 22mm
As = 2 x x 222 = 760.26 mm2
d = 286 mm
Untuk membuat diagram interaksi Pn dan Mn, dibuat dahulu diagram tarik tekan pada
penampang. Lalu, s dibagi-bagi agar mendapatkan Mn dan Pn untuk setiap regangan pada baja.
Berikut ini beberapa contoh perhitungan untuk menentukan Mn dan Pn.
s = 0.0018 (tekan)
64 715 64
= 0.003 = 0.003 = 0.002731 = 400
715
Karena c > 350, maka seluruh bagian balok tertekan, sehingga
= 0.85 ( ) = 0.85 40 350 350 = 4165000
= = 400 760.26 = 304106.2
= = 360 760.26 = 273695.6
= + + = 4742802
= (175 ) + (175 ) ( 175)
= 4165000 (175 175) + 304106.2(175 64) 273695.6(286 175)
= 3375578.5
Dari perhitungan, didapatkan untuk s=0.0018, Pn = 4742802 N dan Mn = 3375578.5 Nmm.
s = 0
= 0 = 0
= 286
50 286 64
= 0.003 = 0.003 = 0.00249 = 400
286
= 0.85 (1 ) = 0.85 40 (0.778 286) = 2649790
= = 400 760.26 = 304106.2
= + = 2953896
= (175 ) + (175 ) ( 175)
0.778 286
= 2770235 (175 ) + 304106.2(175 64) = 2 108
2
Dari perhitungan, didapatkan untuk s=0, Pn = 3074341 N dan Mn = 2 x 108 Nmm.
= 0.002 = 400
286
= = 171.6
0.003 0.002 + 0.003
64 171.6 64
= 0.003 = 0.003 = 0.0018 = 376
171.6
= 0.85 (1 ) = 0.85 30 (0.788 171.6 350) = 1589874
= = 376 760.26 = 286029.9
= = 400 760.26 = 304106.2
= + = 1571798
= (175 ) + (175 ) + ( 175)
0.778 171.6
= 1589874 (175 ) + 286029.9(175 64) + 304106.2(286 175)
2
= 237527202
Dari perhitungan didapatkan saat s=0.002(tarik) Pnb=1571798 N dan Mnb=237527202 Nmm.
Perhitungan dilakukan sehingga mendapatkan cukup titik (Mn, Pn) sehingga diagram interaksi
dapat digambar. Untuk keamanan, digunakan faktor reduksi berdasarkan regangan baja yang
terjadi. Saat regangan baja lebih kecil dari bal (0.002 tarik), maka yang digunakan adalah 0.65.
Saat s > bal, maka yang digunakan adalah 0.9. Sedangkan saat 0.002 < s < 0.005, yang
0.002
digunakan bervariasi sesuai dengan persamaan faktor reduksi = 0.65 + 250.
3
Diagram Interaksi
6000000
5000000
4000000
3000000
Pn
2000000
1000000
0
-50000000 0 50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 300000000
-1000000
Mn
Setelah dibuat diagram interaksi, dilakukan pengecekan terhadap beban yang terjadi pada kolom
tersebut. Momen yang terjadi secara biaksial sehingga perlu dicek terhadap momen ekivalen.
Berikut contoh perhitungan dalam menentukan kuat tidaknya kolom dalam momen biaksial:
Kombinasi eksterior 1:
Dari data gaya dalam pada kolom yang didapat dari ETABS, didapat:
P = 250760 N
Mx = 9197000 Nmm
My = 8449000 Nmm
350
Meqv x = + = 9197000 + 8449000 350 = 17646000
Lalu dimasukkan ke dalam grafik diagram interaksi yang sudah dibuat dan dibuat untuk semua
kombinasi.
Diagram Interaksi
6000000
5000000
4000000
3000000
Pn
2000000
1000000
0
-50000000 0 50000000 100000000150000000200000000250000000300000000
-1000000
Mn
Hasilnya titik-titik kombinasi semua beban berada di dalam grafik sehingga kolom kuat menahan
beban dan momen biaksial.
b. Tulangan sengkang
Untuk perencanaan tulangan sengkang pada kolom, pendesainan dilakukan dengan cara yang
sama dengan pelat maupun balok. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk mendesain
tulangan sengkang pada kolom eksterior.
Vu yang didapat dari tabel pada ETABS yaitu 19010 N. Dengan asumsi = 0.75, didapatkan
19010
= = 0.75
= 25346.67 .
Vn design didapatkan dari nilai geser pada jarak d dari tepi kolom. Nilai Vn design didapatkan
sebagai berikut
30
= = 1000 122 = 417.64 2
4 4 400
1.4 1.4
= = 1000 1222 = 427 2
400
Dari kedua nilai tersebut dippilih As min yang terbesar yaitu 427 mm2.
Luas tulangan kemudian dipilih sehingga memenuhi syarat As min
Syarat yang lain yaitu salah satu tulangan harus menjadi tulangan tekan. Jika dihasilkan semua
tulangan menjadi tarik, maka desain tulangan harus diulang dengan mengganti jumlah
tulangannya.
Setelah diiterasi, didapatkan As tarik = 816 dan As tekan = 310
Kemudian dicari c yang menyebabkan C dan T memiliki nilai yang sama.
Setelah iterasi, didapatkan c yang sesuai yaitu 28.8 mm. Nilai tersebut memenuhi syarat
bahwa tulangan atas merupakan tulangan tekan.
Berikut perhitungan untuk mendapatkan Mn.
28.81 25
= 0.003 = 0.003 = 3.97 104
28.81
= = 79.52
Menghitung Cc
= 0.85 1 = 0.85 30 0.85 28.81 1000 = 624662
Menghitung Cs
= = 235.62 79.52 = 18736
Menghitung Ts
= = 1608.5 400 = 643398
Lokasi resultan gaya tekan C
0.5 +
=
+
624662 0.5 0.85 28.81 + 18736 25
= = 12.62
624662 + 18736
Kholid Samthohana 15012078 32
Laporan Tugas Besar SI-3112 Struktur Beton
Menghitung Mn dan
nilai-nilai di atas, syarat kekuatan tersebut terpenuhi sehingga desain tulangan sudah dapat
diterima.
Berikut merupakan tabel perhitungan tulangan pada pelat.
Cs 18736.12134 N
Ctotal 643398.1755 N
Ts2 643398.1755 N
T total 643398.1755 N
Lokasi C 12.61961305 mm
Galat 0.0000%
Mn 70375141.39 Nmm
Mn/(Mu max/) 41.94544851
Status oke
Dengan panjang balok pendek 6375 mm, lendutan maksimumnya adalah 17.7083 mm. Untuk balok
panjang, dengan panjang 8500 mm, lendutan maksimumnya 23.61 mm. Sedangkan untuk balok
overstake, dengan panjang 2000 mm, lendutan maksimumnya 5.56 mm.
Di bawah ini merupakan tabel perbandingan lendutan maksimum dan batas lendutan.
Dari tabel di atas, lendutan yang terjadi akibat beban hidup (live load) pada semua balok masih berada
di bawah batas lendutan yang telah diatur pada SNI. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur
tersebut masih memnuhi kemampuan layannya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari perhitungan di bab sebelumnya, didapatkan bahwa:
a. Pada balok panjang, menggunakan tulangan tarik 22 mm, tulangan tekan 19 mm, dan tulangan
sengkang 13 mm memiliki jumlah sebagai berikut:
Tulangan momen positif sebanyak 5 untuk tulangan tarik dan 4 untuk tulangan tekan.
Tulangan momen negatif sebanyak 5 untuk tulangan tarik dan 4 untuk tulangan tekan.
Tulangan sengkang dengan jarak antar sengkang 200 mm.
b. Pada balok panjang, menggunakan tulangan tarik 22 mm, tulangan tekan 19 mm, dan tulangan
sengkang 13 mm memiliki jumlah sebagai berikut:
Tulangan momen positif sebanyak 4 untuk tulangan tarik dan 3 untuk tulangan tekan.
Tulangan momen negatif sebanyak 4 untuk tulangan tarik dan 3 untuk tulangan tekan.
Tulangan sengkang dengan jarak antar sengkang 300 mm.
c. Pada kolom, menggunakan tulangan tarik 22 mm, dan tulangan sengkang 13 mm, memiliki
jumlah sebagai berikut:
Tulangan longitudinal sebanyak 4 buah.
Tulangan sengkang dengan jarak antar sengkang 100 mm.
d. Pada pelat, dengan menggunakan tulangan tarik 16 mm, tulangan tekan 10 mm memiliki jumlah
sebagai berikut:
Tulangan tekan sebanyak 3 buah untuk pelat arah X maupun Y.
Tulangan tarik pada pelat arah X sebanyak 8 buah, pada arah Y sebanyak 9 buah.
e. Struktur tersebut masih dalam kemampuan layannya karena lendutan maksimum dari struktur
masih di bawah batas lendutan yang ditentukan SNI-2847-2013.
6.2 Saran
Sebaiknya syarat-syarat di SNI juga dijelaskan saat asistensi sehingga terdapat kejelasan bagian
mana yang seharusnya dipakai untuk mendesain suatu struktur bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
SNI-2847-2013
SNI-1727-2013
LAMPIRAN