PR DR Tatar
PR DR Tatar
PD-KPTI, FINASIM
1. Area Traube
Anatomi Permukaan :
1) Gambar dua garis vertikal. Garis pertama memotong costae 6 pada linea
midclavicularis sinistra dan garis kedua memotong costae 9 pada linea
axillaris anterior sinistra.
2) Kemudian buat garis melengkung dengan arah cembung keatas dari
costae 6 linea midclavicularis sinistra menuju costae 9 linea axillaris
anterior sinistra.
3) Kemudian gambar garis lurus yang memotong arcus costae dari costae
6 hingga costae 9.
4) Batas batas tersebut akan membentuk suatu area yang disebut dengan
Area Traube.
5) Area Traube apabila diperkusi normalnya akan terdengar timpani.
Apabila saat diperkusi terdengar redup, maka mengindikasikan adanya
splenomegali.
Sumber :
R Alagappan et al. 2014. Manual of Practical Medicine Fifth Edition. India : Jaypee
Brothers Medical Publishers; p : 347
2. Bunyi Jantung I II
Bunyi Jantung I : Disebabkan utamanya karena adanya penutupan katup
atrioventricular, katup mitral (M1), dan katup tricuspid (T1). Bunyi jantung 1
dapat juga disebabkan karena getaran otot jantung, pembuluh darah, dan
struktru adnexa.
Kelainan pada bunyi jantung 1 :
BJ 1 menurun / melemah pada:
- Mitral regurgitasi
- Trikuspid regurgitasi
- Disfungsi ventrikel kanan atau kiri
- Stenosis trikuspid (kalsifikasi katup)
- Stenosis mitral (kalsifikasi katup)
- Obesitas
- PR interval yang memanjang
BJ 1 mengeras pada :
- Stenosis mitral : katup mitral tetap terbuka lebar sampai akhir
diastol karena adanya perbedaan tekanan yang besar pada katup
mitral.
- Stenosis trikuspid
- Output yang tinggi
- PR interval memendek
- Myxoma arterial
BJ 1 variabel :
- Fibrilasi atrial
- Extrasistol
- Complete heart block
Splitting pada BJ 1 :
Normalnya dua komponen mayor pada BJ 1 yang dapat
terdengar adalah M1 yang terdengar lebih keras di apex, diikuti dengan
T1 yang terdengar di tepi sternal kiri. Kedua bunyi tersebut normalnya
terpisah 20 30 milidetik dan terdengar sebagai suara tunggal pada
pasien yang normal.
Ketika terjadi perpisahan pada BJ 1 yang terdengar di apex,
biasanya disebabkan karena adanya kombinasi antara penutupan katup
mitral dengan suara atrial yang mendahului atau suara ejeksi
selanjutnya.
Pada RBBB, onset dari sistol ventrikel kanan terlambat dan T1
juga terdengar terlambat untuk disadari sebagai suara yang terpisah dari
M1. Kedua komponen tersebut akan lebih mudah terdengar pada pasien
dengan RBBB dan disertai hipertensi pulmonal.
Bunyi Jantung 2 : Disebabkan karena penutupan dari katup aorta (A2) dan
katup pulmonal (P2).
Kelainan pada BJ 2 :
BJ 2 Menghilang :
- BJ 2 menghilang pada usia tua dapat disebabkan karena hilangnya
A2 atau P2 akibat dari stenosis aorta terkalsifikasi atau emfisema
kronik
BJ 2 menurun / melemah :
- Bunyi A2 melemah pada stenosis aorta terkalsifikasi
- Bunyi P2 melemah pada stenosis pulmonal terkalsifikasi
BJ 2 mengeras :
- Dapat disebabkan karean A2 atau P2 yang mengeras, atau gabungan
suara dari A2 dan P2
Penyebab mengerasnya suara A2 :
- Hipertensi sistemik
- Aneurisma aorta
- Regurgitasi aorta sifilitik
- Aterosklerosis
Penyebab mengerasnya suara P2 :
- Hipertensi pulmonal
- Dilatasi arteri pulmonal
Penyebab tergabungnya suara A2 dan P2:
- Kondisi yang menyebabkan terhambatnya penutupan katup aorta,
atau penutupan katup pulmonal yang terlalu cepat dapat
menyebabkan BJ 2 tunggal mengeras
- Ketika interval splitting antara A2 dan P2 menjadi kurang dari 30
milidetik
Penyebab terhambatnya A2 :
- LBBB komplit
- Obstruksi traktus ventrikel kiri
- Penyakit jantung arteriosklerosis
- Kompleks Eisenmenger
Penyebab P2 yang terlalu cepat
- Sindroma WPW
2) Late P2 :
- RBBB
- Ektopik ventrikel kiri
- Pacu jantung ventrikel kiri
Sumber :
R Alagappan et al. 2014. Manual of Practical Medicine Fifth Edition. India : Jaypee
Brothers Medical Publishers; p : 221 223
Lemak
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan kalori,
dan tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
- lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
- lemak tidak jenuh ganda < 10 %
- selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
o Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream.
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 20% total asupan energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.
Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani
hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu <2300 mg perhari.
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium
nitrit.
Serat
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal
dari berbagai sumber bahan makanan.
Pemanis Alternatif
o Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ADI).
o Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori
dan pemanis tak berkalori.
o Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya
sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol
dan fruktosa.
o Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol, sorbitol dan xylitol.
o Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM
karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada
alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang
mengandung fruktosa alami.
o Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame.
B. Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah
kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:
Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca
yang dimodifikasi:
o Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di
bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi: Berat badan ideal
(BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
o BB Normal: BB ideal 10 %
o Kurus: kurang dari BBI - 10 %
o Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untukperempuan sebesar
25 kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
Umur
o Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi
5% untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun.
o Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.
o Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.
Stres Metabolik
o Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress
metabolik (sepsis, operasi, trauma).
Berat Badan
o Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori
dikurangi sekitar 20- 30% tergantung kepada tingkat
kegemukan.
o Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah
sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB.
o Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200
kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk
pria.
3) Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
DM apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari
dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali
perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau
aktivitas sehari hari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun
dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal
dihitung dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis,
hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga
melakukan resistance training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai
dengan petunjuk dokter. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada
penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada
penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu
dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.
KLASIFIKASI
Pada diabetes, hipoglikemia juga sering didefinisikan sesuai dengan
gambaran klinisnya. Hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan triad whipple.
Triad tersebut :
a. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa plasma yang rendah
b. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L hipoglikemia pada
diabetes), dan
c. Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan sesudah kelaianan biokimiawi
dikoreksi.
Sumber :
1) Sudoyo W. Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Jakarta : FKUI
2) Frank C Smeeks lll, MD. 2009. Hypoglycemia in Emergency Medicine.
Available on http://emedicine.medscape.com/article/767359-overview.
3) Prince Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi. Ed,6. Vol,2.
Jakarta : EGC
4) Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume
5. Jakarta : EGC
5) Cryer E. Philip. 2006. Mechanisms of sympathoadrenal failure and
hypoglycemia in diabetes. Available on http://www.jci.org.