Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


OKSIGENASI

DISUSUN OLEH:
NAMA: ILYANSYAH
NIM : 070111b014

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2011

I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


A. PENGERTIAN

0
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia dan digunakan untuk
mendukung kehidupan. Ada dua organ yang penting dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen ke dalam tubuh dan sel, organ tersebut adalah paru dan
jantung, paru sebagai organ tempat pertukaran gas (O2 dan CO2) dari dan ke
dalam darah jantung berperan dalam menghantar atau lebih tepat sebagai
pemompa darah.
Terapi oksigenasi adalah memberikan tambahan aliran gas oksigen lebih
dari 20% pada tekanan 1 atm sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
darah pada kondisi klien yang membutuhkan.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam system (kimia
atau fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna atau tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya
terbentuknya karbondioksida (CO2), energy dan air, akan tetapi penambahan
CO2 yang melebihi batas normal dari tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakma terhadap aktivitas sel (Wahid Label Mubarok dan Nurul
Choyatin,2007).
Ketidakefektifan jalan nafas merupakan suatu keadaan dimana seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernafasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif. Respirasi atau pernafasan adalah suatu proses pertukaran gas antara
individu dengan lingkungan disekitarnya (Kozier,2003).
1. Respirasi eksternal /pernafasan luar
Yaitu bentuk pertukaran gas dimana oksigen dan paru-paru berpindah ke
dalam darah, karbondioksida dan air berpindah dari dalam ke paru- paru.
2. Respirasi internal/pernafasan dalam
Yaitu proses dimana sel tubuh menukar karbondioksida dengan oksigen di
dalam tubuh.

B. FUNGSI FISIOLOGIS
1. Anatomi fisiologi sistem pernafasan
a. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan laring.
1) Hidung, pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan.
2) Faring, merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara
danmakanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang

1
kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
3) Laring, merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang
bisadisebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring
juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi jalan
nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru
dan pleura.
1) Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan
dan kiri.
2) Paru. ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri.Masing-
masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan
paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn
paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-
cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat
elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung
yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi
permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah
gerakan friksi selama bernafas.
2. Fisiologi pernapasan
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal
dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah,
yakni :
1) Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa Faktor,
yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system

2
pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah.
Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan
dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
3) Transport oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju
paru. Transport O2 berlangsung pada system jantung dan paru-paru,
normalnya. Sebagian besar O2 berikatan dengna hemoglobin (Hb)
dalam bentuk aksi hemoglobin (HbO2) dan biasanya larut di dalam
plasma. Proses ini diperngaruhi oleh ventilasi 9jumlah O2 masuk ke
paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas
darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam
plasma, jumlah hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
Transport karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-
menerus diproduksi dan diangkut menuju paru dengan 3 cara, yaitu:
a) Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah
merah dalam bentuk bikarbonat (HCO3).
b) Sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan hemoglobin
membentuk karbominohemoglobin (HbCO2).
c) Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dan asam karbonat.
b. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler

3
sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan
parsial.
3. Proses fisiologi
a. Ventilasi
Adalah proses masuknya oksigen ke dalam paru (inspirasi) dan
pengeluaran karbondioksida ke udara (ekspirasi). Ventilasi
membutuhkan koordinasi otot paru dan thorak yang elastic dan
pernapasan yang utuh, otot pernapasan dipersarafi oleh saraf frenikus
yang keluar dari medulla spinalis pada vertebral servikal ke empat.
b. Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ked an dari
membrane kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas,
sirkulasi pulmonal merupakan suatu serervoir untuk darah sehingga
paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa meningkatkan
tekanan dalam arteri atau vena pulmonal yang besar.

c. Difusi
Adalah proses perpindahan gas dari alveoli ke kapiler paru, difusi
berlangsung di alveoli / merupakan gerakan molekul dari suatu daerah
yang konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Difusi gas terjadi di membrane kapiler alveolar dan
kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membrane.
Peningkatan ketebalan membran merintangi proses difusi, karenan hal
tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama melewati
membrane tersebut. Pada klien yang mengalami edema pulmonary
(penimbunan cairan), infiltrasi pulmonary (penyusupan atau
terkumpulnya zat yang tidak normal ) atau efusi pulmonary (proses
masuknya cairan) memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang
meningkat dan mengakibatkan proses difusi yang lambat (potter, perry,
2005).
d. Transportasi
Adalah proses pengangkutan oksigen ke sel.
1. Trasportasi oksigen
o Larut dalam plasma
o Berikan dengan hemoglobin
2. Transpormasi karbondioksida

4
o Larut dalam plasma
o Berikan dengan gugus amino
o Berikan dengan bicarbonat plasma
Faktor yang mempengaruhi transportasi yaitu:
a) COP (cardiac output)
Adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung selama 1
kali sistol
b) Jumlah eritrosit
c) Exerase
Adalah latihan atau aktivitas yang dilakukan jika aktivitas
meningkat kebutuhan akan oksigen juga ikut meningkat.

d) Hematokrit
Adalah viskositas atau kekentalan darah jika meningkat jumlah
air dalam darah akan sedikit sehingga darah semakin pekat dan
yang memperlambat aliran darah dan berarti darah mengandung
sedikit oksigen.
e. Regulasi
Adalah proses dimana hanya melibatkan syarat khususnya medulla
oblongata dan unsure kimiawi yang sangat mempengaruhi adalah CO 2
dan HCO3 dalam darah (Kozier,2003).
Respirasi pernafasan terdiri dari :
1. Tidal volume(TV) volume tidal nilainya 500 ml
Adalah jumlah udara yang masuk atau keluar pada kondisi rileks,
santai dan tanpa paksaan atau juga disebut sebagai volume normal.
Volum tidal normal adalah 8 10 ml/ kg BB
2. Inspiratory Reserve volume (IRV) volume ekspirasi cadangan,
nilainya 3100 ml.
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup secara maksimal setelah
volume tidal.
3. Ekspiratory Reserve Volume (ERV) volume ekspirasi cadangan
nilainya 1200 ml.
Adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan (ekspirasi) secara
maksimal setelah volume tidal.
4. Residual volume (RV) volume residual nilainya 1200 ml
Adalah jumlah udara yang tersisa di paru setelah ekspirasi.
Kapasitas pernafasan terdiri dari :
1) Total luna capacity (TLC)
Total kapasitas paru nilainya 6000 ml : adalah jumlah maksimal
udara yang ada di paru setelah inspirasi maksimal.
TLC = TV+IRV+ERV

5
2) Vital capacity (VC)
Kapasitas vital nilainya 4800 ml atau 80 % dari TLC : Adalah jumlah
udara maksimal yang dapat diekspirasi setelah inspirasi maksimal
VC = TV+IRV+ERV
3) Inspiratory capacity (IC)
Kapasitas inspirasi nilainya 3600 ml : adalah jumlah udara maksimal
yang dapat di inspirasi setelah ekspirasi normal.
IC = TV+IRV
4) Fanctional residul capacity (FRC)
Kapasitas residual fungsional nilainnya 2400 ml : adalah volume
udara yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi tidal volume
normal.
FRC = ERV+RV
4. Faktor faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologi
a. Faktor fisiologis
Gangguan fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan
oksigen seseorang, kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan.
1) Penurunan kapasitas pembawa oksigen
Secara fisiologis, hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan
adalah 97% akan tetapi nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu, apabila terdapat gangguan, misalnya: pada penderita anemia
atau pada saat terdapat gas beracun kondisi tersebut dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang direspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernapasan
dan penurunan kadar oksigen di lingkungan.
3) Hipovolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misal; pada
penderita syok/dehidrasi berat).
4) Peningkatan laju metabolisme
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan laju metabolism. Akibatnya tubuh
mulai memecah protein persendian dan menyebabkan penurunan
masa otot.
5) Kondisi lainnya

6
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, kehamilan,
obesitas, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
6) Status kesehatan
Pada orang yang sehat, system pernafasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh,
namun pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat
terhambatsehingga mengganggu pemenuhan oksigen tubuh.
b. Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari
darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH,
pH 7,0 adalah netral , pH diatas 7,0 adalah basa (alkali) , pH dibawah
7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0);
sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas
14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.Keseimbangan asam-basa
darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat
kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa
organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan
keseimbangan asam-basa darah
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam
bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur
jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung
selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah
bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka
akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit
karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam

7
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida
dan lebih sedikit bikarbonat. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme
oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah
membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat
pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida
darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan
menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam.Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit demi menit. Adanya kelainan pada satu
atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan
sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan
kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan
alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat
dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang
lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan
jumlah karbondioksida dalam darah.Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam.Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan

8
menjadi lebih cepat dan lebih dalam.Penyebab :Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.Hal ini dapat terjadi pada
penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-
paru,seperti:Emfisema,Bronkitis kronis, Pneumonia berat, Edema
pulmoner,Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari
saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis
respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang
menekan pernafasan.
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan,
yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah.Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga
pH, darah akan benar-benar menjadi asam.Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida.Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui
jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah
menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun.Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis
metabolik.

9
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.Tubuh dapat menghasilkan asam yang
berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.Jika diabetes
tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana
asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan
jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal.Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau
rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Alkalosis Respiratorik
Defenisi : Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana
darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.Penyebab :Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah.Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik
adalah: rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah
demam, overdosis aspirin.
Pengobatan :Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan
adalah memperlambat pernafasan.Jika penyebabnya adalah
kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit
ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan
kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar

10
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.Pilihan lainnya adalah
mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya
selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian
sebanyak 6-10 kali.Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan
penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah
dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Penyebab
:Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak
asam.Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung
selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam
lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-
kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan
perut).Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada
seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-
bahan seperti soda bikarbonat.Selain itu, alkalosis metabolik
dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
c. Faktor perilaku
1) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebihan (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengurangi
kekuatan kerja pernapasan.
2) Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolic denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alcohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi, hal ini terjadi karena:

11
a. Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan
dengan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan
penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
b. Penggunaan narkotika dengan analgetik terutama morfin dan
nieferidin dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
memudahkan laju dan kedalaman pernapasan.
4) Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini mengakibatkan
denyut jantung meningkat, frekuensi pernapasan meningkat,
sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat.
5) Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen. Seseorang yang merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung di dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.

d. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat
mempengaruhi proses oksigenasi.
1) Suhu
Faktor suhu (panas dan dingin) dapat mempengaruhi aktivitas
atau kekuatan Hb dan O2. Dengan kata lain suhu lingkungan juga
bisa mempengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
2) Ketinggian
Pada dataran tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan O2 juga ikut turun. Akibatnya bagi orang yang
berada di dataran tinggi, cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
3) Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak dan berbagai macam gangguan
pernapasan yang lain pada orang yang menghisapnya.

C. GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI


1. Gangguan pernafasan yang sering muncul:
a. Hipoxia: kekurangan oksigen
1) Etilogi

12
Menurut kadar hemoglobin,menurunnya konsentrasi O2 inspirasi,
gangguan pada proses difusi dan menurunnya perfusi jaringan.
2) Tanda
Kelemahan, cemas, pusing, meningkatnya tekanan darah,
menurunnya konsentrasi, cyanosis (pucat), dyspnoe (sesak nafas),
menurunya tingkat kesadaran, irama jantung tidak teratur
(distritmia).
b. Hypercapnoe: kelebihan O2
1) Etiologi
Obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, PPOM (penyakiit paru
obstruksi menahun).
2) Tanda
Meningkatnya nadi, meningkatnya respirasi, meningkatnya
tekanan darah, gangguan mental gelisah, dan sakit kepala.
c. Hiperventilasi
Frekuensi ventilasi melebihi kebutuhan metabolisme normal untuk
proses respirasi.
1) Etiologi
Kecemasan, infeksi, obat-obatan, mis:amphetamine,
ketidakseimbangan asam basa, mis:asiclosis metabolik, hipoksia,
mis:emboli paru atau shock.
2) Tanda
Sesak nafas, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, dizzing /pusing,
pandangan kabur, dan tetani /kejang.
d. Hypoventilasi
Terjadi bila ventilator alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan O2 tubuh/ada pembatasan kecukupan CO2 sehingga ventilasi
menurun dan PaCO2, elevasi.
1) Tanda
Dizzing /pusing, kelelahan, menurunnya konsentrasi, kejang dan
koma.
2) Tanda-tanda dan penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen:
a. Batuk
Merupakan suatu proses / proses protektif yang timbul akibat
iritasi, peradangan trachea bronchial. Kemampuan untuk batuk
merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan
saluran nafas bagian bawah. Rangsangan yang biasanya

13
menyebabkan batuk adalah rangsangan mekanik, inhalasi debu,
asap dan benda asing kecil.
b. Sputum
Orang dewasa normal membentuk mukus sekitar 100 ml, dalam
saluran nafas setiap harinya. Mucus ini diangkut menuju faring
oleh gerakan pembersihan normal dari silia yang membatasi
saluran pernapasan. Jika terbentuk mucus yang berlebihan, maka
proses normal pembersihan tidak efektif lagi.
c. Hemoptisis
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
batuk darah atau sputum yang berdarah, batuk darah adalah
suatu gejala yang serius dan merupakan manifestasi utama dari
tuberkolosis akut, infark, dan abses paru.
d. Dispnea
Dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala
utama dari penyakit kardiopulmonal. Dispnea merupakan gejala
yang paling utama pada penyakit percabangan tracheabronkial,
bronchial paru-paru, dan rongga pleura.

D. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Hematologi : mengetahui
1) Infeksi : LED (laju endap darah), leukosit
2) Alergi : eosinofil
3) Pertukaran gas :ABG (analisa blood gas)
Analisa gas darah (GDA)
Peningkatan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dan
penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan kronis.
Pemeriksaan gas darah digunakan untuk menilai keseimbangan asam
basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, dan kadar
karbondioksida dalam darah.
Ukuran- ukuran dalam analisa gas darah yaitu:
a) pH normal 7,35 7,45
b) PaCO2 normal 35 45 mmHg
c) PaO2 normal 80 100 mmHg
d) Total CO2 dalam plasma normal 24 31 mEq/l
e) HCO3 normal 22 26 mEq/l
f) Base acses normal -2,I 4 s.d +2,3
g) Saturasi oksigen 95% - 100%

14
Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan melalui pengambilan darah
arteri, yaitu arteri radialis, brachialis dan arteri femoralis.
b. Radiologi
a) Foto rontegen atau X-ray
b) Broncoscopy : pada hidung dimasukkan selang sampai bronkus
yang dihubungkan dengan computer
c) Scaning paru :untuk mengetahui keadaan otak dan paru
d) Tromogafi :CT-scen menggunakan computer
e) Anglografi :untuk mengetahui emboli
f) Biopsi :mengetahui histologi sel
g) Thoracocentesis :mengetahui cairan
h) Ultrasonograph /USG :melihat bagian tubuh dengan computer.
(pada wanita hamil).
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Prinsip
1) Bersih
2) Melembabkan
3) Memasang oksigen
4) Merangsang saluran pernapasan.
b. Pedoman penanganan gangguan kebutuhan dasar manusia (oksigenasi).
1) Terapi oksigen
Memberikan tambahan aliran oksigen lebih dari 20% pada tekanan
atm sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah pada
kondisi pasien yang membutuhkan.
2) Tujuan
a) Mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat
b) Menurunkan kerja nafas
c) Menurunkan kerja jantung

3) Indikasi
a) Pada penurunan PaCO2 dengan gejala dan tanda hipoksia, dispnea,
gelisah, apatis, atau penurunan kesadaran, takikardi, bradikardi.
b) Keadaan lain gagal nafas akut, syok dan keracunan CO2.
4) Kontra indikasi
- Hipoventilasi
5) Metode pemberian oksigen
a. Low flow system
a) Nasal kanul
Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah
saat kebutuhan oksigen minimal, memberikan oksigen yang
tidak terputus pada saat klien makan atau minum.
- 1 X/menit 22%-24%
- 2 X/menit 26%-28%

15
- 3 X/menit 28%-30%
- 4 X /menit 32%-36%
- 5 X /menit 36%-40%
- 6 X /menit 40%-44%
b) Masker
Untuk memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang
konsentrasi dan kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan
kanul.
1) Simple face
- 5-6 X/menit 40%
- 6-7 X/menit 50%
- 7-8 X/menit 60%
- Partial rebreathing
- 8 X/menit 40-50%
- 10-12 X/menit 60%
- Non rebreathing
- 6 X/menit 55-60%
- 8 X/menit 60-80%
- 10 X/menit 80-90%
- 12-15 X/menit 90-100%
b. High flow system
Untuk memberikan kelembaban tinggi, memberika oksigen bila
masker tidak ditoleransi, serta memberikan oksigen aliran tinggi
saat dihubungkan dengan system venturi.
a) Venture mask
- 3 X/menit 24-28%
- 4 X/menit 30-40%
- 8 X/menit 50%
b) Oksigen hood (nasal kateter)
- 10-12 X/menit

16
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a) Riwayat keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami batuk dengan sputum
- Pernah mengalami nyeri dada
b) Riwayat penyakit pernapasan
- Faktor risiko penyakit paru
- Penggunaan obat
- Batuk, obesitas
c) Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung
d) Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, dan lingkungan kerja dengan perokok.
2. Pemeriksaan fisik
a) Mata
- Konjungtiva pucat
- Konjungtiva terdapat ptechik (karena emboli lemak, endokarditis)
b) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema
c) Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger
d) Mulut dan bibir
- Membrane mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan mulut
e) Hidung
Pernafasan cuping hidung

f) Vena leher
Adanya distensi / bendungan
g) Dada
- Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, dan obstruksi jalan nafas).
- Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri.
- Suara nafas normal (vesikuler, bronchovasikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (krekels, ronchi, wheezing)
- Bunyi perkusi ( resonan, hipersonan).
h) Pola pernafasan
- Pernapasan normal (bronchial, bronkovasikuler, vasikuler)

17
- Pernafasan cepat (tachipnea)
- Pernafasan lambat (bradipnea)
3. Pemeriksaan penunjang
a) EKG
b) Echocardiografi
c) Kateterisasi jantung
d) Angiografi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Pola nafas tidak efektif
3) Gangguan pertukaran gas
4) Kerusakan pertukaran gas
5) Penurunan cardiac output
6) Intoleransi aktivitas
7) Perubahan rasa nyaman tidur
8) Interaksi sosial terganggu
9) Potensial/resiko infeksi
10) Koping tidak efektif
11) Rasa berduka

C. PERENCANAAN / IMPLEMENTASI
1) Intruksikan individu untuk melakukan metode batuk terkontrol yang tepat.
2) Kaji adanya program analgesik
Kaji keefektifannya: apakah individu terlalu lesu, apakah individu masih
merasa nyeri.
3) Berat posisi abdomen atau dada dengan tangan bantal atau keduanya.
4) Pertahankan hidrasi yang adekuat
5) Lanjutkan dengan penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang
penting dalam perawatan harga dan anjurkan usaha dan kemajuan individu
yang baik
6) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasn.
Catat pengunaan otot aksesoris, nafas bibir, ketidakmampuan bicara atau
berbincang-bincang.
7) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan /toleransi individu.

18
8) Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa
9) Dorong mengeluarkan sputum: penghisapan bila diindikasikan
10) Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan aliran udara dan bunyi tambahan.
11) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
12) Berikan penekan SSP (mis: antiansietas, sedativef atau narkotik) dengan
hati-hati.
13) Berikan humidifikasi tambahan, mis:nebuliser ultranik, humidifier aerosol
ruangan.
14) Bantu pengobatan pernafasan, mis:IPPB, fisiotarapi dada.
15) Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada
(Doengoes, 1999)

D. EVALUASI
1) Mempertahankan jalan napas tentang kepekaan dengan mengatasi
sekresi.
a. Melaporkan penurunan kongesti
b. Mengambil posisi terbaik untuk kebutuhan drainase sekresi.
2) Melaporkan perasaan lebih nyaman
a. Mengikuti tindakan agar mendapat kenyamanan, analgesic, dan
istirahat.
b. Mempertahankan hygiene mulut yang adekuat.
3) Menganjurkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,
keinginan perawatan tingkat kenyamanan.
4) Mempertahankan masukan cairan yang adekuat
5) Menganjurkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan
perawatan diri secara adekuat.
6) Bebas dari tanda dan gejala infeksi
a. Menunjukan tanda-tanda vital yang normal
b. Bebas dari nyeri
(Smletzer, Bare, 2002)

19
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2001, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Moorhouse, Geissler, 2000, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 1999, NOC. Edisi 2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Perry & Potter, 2003, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis
Price, Sylvia. (1994). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta :EGC

20

Anda mungkin juga menyukai