Anda di halaman 1dari 7

Strategi Dalam Manajemen Produksi

Manjemen produksi memiliki dampak menyeluruh dan terkait beberapa


fungsi, seperti fungsi personalia, keuangan penelitian dan pengembangan,
pengadaan, penyimpanan, dan lain-lain. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan
dengan produksi memiliki dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya. Bahkan
memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Misalnya, suatu rencana
peningkatan produksi sampai 10% akan memiliki dampak terhadap fungsi
manajemen keuangan , manajemen sumberdaya manusia, manajemen teknologi,
manajemen pengadaan, manjemen persediaan, manajemen penyimpanan, dan
lain-lain.
Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau
volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta
mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para manajer produksi.
Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut secara fungsional dapat
berada diluar tanggung jawab manajer produksi, seperti fungsi pengadaan,
persediaan, dan penyimpanan, tetapi tetap harus diperhatikan oleh manajer
produksi dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan
yang direncanakan.
Misi Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Departemen Pertanian adalah: 1. Mendorong terciptanya keterpaduan sentra -
sentra produksi pertanian dengan industri pengolahan dan pemasaran, 2.
Mendorong peningkatan daya saing komoditas pertanian dan hasil olahannya di
pasar domestik dan pasar ekspor, 3. Mendorong terciptanya jaminan mutu
produk - produk segar dan olahan hasil pertanian, 4. Memasyarakatkan teknologi
pengolahan dan rekayasa penciptaan nilai tambah lainnya, 5. Menciptakan iklim
yang kondusif bagi tumbuh kembangnya wirausahawirausaha dan kelembagaan
yang mandiri, serta industri pertanian yang berkelanjutan, 6. Mendorong
terciptanya sistem informasi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang lebih
efektif dan efisien, 7. Mengembangkan sistem dan usaha pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang efisien, berkeadilan dan ramah lingkungan, 8.
Mendorong tumbuhnya industri penunjang. Berdasarkan pada paradigma tersebut
maka visi pertanian memasuki abad 21 adalah pertanian modern, tangguh dan
efisien. Untuk mewujudkan visi pertanian tersebut, misi pembangunan pertanian
adalah memberdayakan petani menuju terwujudnya suatu masyarakat tani yang
mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat dicapai melalui
pembangunan pertanian dengan strategi: 1. Optimasi pemanfaatan sumber daya
domestik (lahan, air, plasma nutfah, tenaga kerja, modal dan teknologi), 2.
Perluasan spektrum pembangunan pertanian melalui diversifikasi teknologi,
sumber daya, produksi dan konsumsi, 3. Penerapan rekayasa teknologi pertanian
spesifik lokasi secara dinamis, dan 4. Peningkatan efisiensi sistem agribisnis
untuk meningkatkan produksi pertanian dengan kandungan.
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang menjamin bahwa
sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi., dengan kata lain pengendalian manajemen dapat
diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa sumber manusia, fisik dan
teknologi dialokasikan agar mencapai tujuan organisasi secara menyeluruh.
Pengendalian manajemen berhubungan dengan arah kegiatan manajemen sesuai
dengan garis besar pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan
strategi.
Sistem pengendalian manajemen adalah kesatuan pemikiran dari metode
akuntansi manajemen untuk mengumpulkan dan melaporkan data serta
mengevaluasi kinerja perusahaan. Suatu sistem pengendalian manajemen
berusaha untuk mengarahkan berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh
semua subunit organisasi agar mengarah pada tujuan organisasi dan tujuan para
manajernya.
Dasar dari sebuah pengawasan atau pengendalian adalah proses
perencanaan. Hasil dari sebuah perencanaan adalah misi, objektif, atau anggaran
operasional yang secara keseluruhan akan disertai oleh sistem pengendalian.
Sebuah sistem pengendalian manajemen yang baik seharusnya dapat membantu
dalam proses pembuatan keputusan dan memotivasi setiap individu dalam sebuah
organisasi agar melakukan keseluruhan konsep yang telah ditentukan. Sistem
pengendalian manajemen meramalkan besarnya penjualan dan biaya untuk tiap
level aktifitas, anggaran, evaluasi kinerja dan motivasi karyawan.
Perencanaan strategi adalah proses pembuatan keputusan-keputusan
mengenai tujuan organisasi yang dipandang tidak cocok, penentuan garis besar
strategi organisasi, serta keputusan pengkombinasian dan penggunaan sumber-
sumber yang dimiliki perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan proses pengendalian adalah proses dimana manusia membuat rencana-
rencana dan keputusan-keputusan. Langkah-langkah penting pada proses
pengendalian dapat digolongkan ke delapan elemen, yaitu:
1. Mengidentifikasikan tujuan dan strategi.
2. Penyusunan program.
3. Penyusunan anggaran.
4. Kegiatan dan pengumpulan realisasi prestasi
5. Pengukuran prestasi.
6. Analisis dan pelaporan.
7. Tindakan koreksi.
8. Tindakan lanjutan.

Manajemen produksi dalam usaha pengelolahan hasil pertanian


(agroindustri) juga memerlukan penanganan yang lebih serius karena sangat
tergantung pada ketersediaan masukan, terutama bahan baku, dan juga
ketersediaan pasar.

1.Perencanaan Agroindustri
Perencanaan agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha
agroindustri apa yang akan dibuka.setelah itu,dilakukan evaluasi dan penilaian
untuk hal-hal dibawah ini.

2.Pemilihan Teknologi
Dalam pemilihan teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan di
evaluasi,seperti kesesuain teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk
dengan kebutuhan pasar produk,proses pengadaan (ketersediaan barangnya,suku
cadanganya,biaya pengadaan,dan lain-lain),biaya sosial (lingkungan),kapasitas
penggunaan,kemampuan sumber daya manusia dalam pengelolaan dan
pengoprasian,fleksibilitas dalam proses,ketersediaan energi,dan lain-lain.
3.Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pabrik atau industri pengolahan perlu
mempertimbangkan ketersediaan bahan baku,lokasi dan sumber bahan
baku,lokasi pemasaran,sarana dan prasarana fisik
(transportasi,distribusi,komunikasi dan energi)ketersediaan tenga kerja,areal
pengembangan,dan lain-lain.Pemilihan lokasi yang tidak tepat akan menyebabkan
pemborosan-pemborsan,seperti biaya pengangkutan dan komunikasi,investasi
saranadan prasarana umum,dan lain-lain.Dengan demikian biaya per unit produksi
sangat besar sehingga daya saing produknya kurang.

4.Fasilitas Persediaan dan Masukan


Perencanaan fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan
fasilitas pergudangan,pengankutan,dan aspek finansialnya(terutama jika harus
menggunakan gudang sewaan dan lain-lain ).Untuk hal ini perlu diperhatikan
fasilitas persediaan bahan baku utama yang memerlukan tempat yang besar
dengan perlakuan-perlakuan khusu untuk menjamin tingginya mutu bahan baku
tersebut.
Strategi pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian adalah:
Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana, Revitalisasi Kelembagaan Petani, dan
Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir, serta revitalisasi pembiayaan.

1. Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana


Untuk mengarah ke pertanian industrial penggunaan alat mesin pertanian
mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi usaha pertanian. Untuk
menyediakan peralatan mesin pengolahan hasil pertanian yang tepat dan
memenuhi persyaratan teknis yang baik beberapa upaya yang perlu dilakukan
adalah :
Memperkuat kelembagaan Alat Mesin di Pusat untuk membuat kebijakan
dan regulasi berkaitan dengan pembuatan penyebaran dan penggunaan
alsin di tingkat petani secara bertanggung jawab. Terkait dengan upaya
tersebut Ditjen PPHP memiliki UPT Balai Pengujian Mutu Alsintan yang
berfungsi menguji mutu dan kelayakan alsin pengolahan hasil yang
diproduksi oleh masyarakat.
Mendorong swasta untuk mendesain, memproduksi dan menyebarkan
alsin sesuai dengan standar kualitas nasional.
Bekerjasama dengan sektor terkait untuk mendorong terbentuknya fasilitas
bengkel-bengkel alsin.

2) Revitalisasi Kelembagaan Petani


Kondisi organisasi petani saat ini lebih bersifat budaya dan sebagian besar
berorientasi hanya untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum sepenuhnya
diarahkan untuk memanfaatkan peluang ekonomi melalui pemanfaatan
aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang
diperlukan bagi pengembangan usahatani dan usaha pertanian. Di sisi lain,
kelembagaan usaha yang ada di pedesaan, seperti koperasi belum dapat
sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani/kelompok tani sebagai wadah
pembinaan teknis. Berbagai kelembagaan petani yang sudah ada seperti
Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Perhimpunan Petani Pemakai Air dan
Subak dihadapkan pada tantangan ke depan untuk merevitalisasi diri dari
kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai wadah pembinaan teknis
dan sosial diharapkan menjadi kelembagaan yang juga berfungsi sebagai wadah
pengembangan usaha yang berbadan hukum atau dapat berintegrasi dalam
koperasi yang ada di pedesaan.

3) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir


Mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di
perdesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya
saing di pasar dalam negeri dan internasional; cakupan industri yang
akan dikembangkan diantaranya adalah industri pengolahan makanan dan
minuman, industri biofarmaka, industri bio-energi, industri pengolahan
hasil ikutan (by-product).
Meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas
pertanian; jaminan pemasaran produk dan harga yang diterima petani
adalah permasalahan yang sering dihadapi sehingga upaya-upaya
intervensi stabilisasi harga perlu dilanjutkan (untuk beras) oleh Bulog;
melanjutkan dan menerapkan secara intensif sistem pembelian dengan
resi gudang; memberikan perlindungan petani produsen melalui
kebijakan tarif khususnya komoditi impor agar produksi dalam negeri
tidak jatuh (seperti pada susu, bawang); membentuk jaringan informasi
pasar dan menyebarkan ke seluruh wilayah; melakukan promosi
pemasaran terhadap komoditi ekspor.
Meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada
semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir; peningkatan
mutu hasil pertanian ditempuh melalui penerapan sistem jaminan mutu
dan keamanan pangan dengan memperkuat:
(a) Kelembagaan Otoritas Kempeten Keamanan Pangan Daerah,
(b) SDM inspector, auditor, fasilitator dan pengawas,
(c) sistem dan prosedur pengawasan mutu. Standardisasi produk
pertanian mulai dari hulu sampai hilir perlu dilakukan untuk
komoditas yang mempunyai prospek pasar di luar negeri.

Mendorong peningkatan potensi perempuan di bidang pengolahan


hasil pertanian; dengan meningkatnya peran perempuan dalam kegiatan
pengolahan hasil pertanian akan mampu memberikan peran nyata
dalam :
(1) Menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih mantap,
berkesinambungan, dan mencapai tingkat keberhasilan yang
tinggi, dengan mempertimbangkan pengalaman, aspirasi,
permasalahan dan kebutuhan perempuan dan laki-laki;
(2) Memperkecil kesenjangan gender yang terjadi di berbagai bidang
pembangunan;
(3) Meningkatkan pendapatan keluarga sehingga dapat
mensejahterakan keluarga.
4) Revitalisasi Pembiayaan
Revitalisasi pembiayaan dilakukan melalui pengembangan Pola Insentif
Two in One. Pola insentif yang diberikan bagi tumbuhnya industri perdesaan
meliputi bantuan insentif teknologi dan bantuan akses terhadap modal usaha.
Bantuan teknologi diberikan dalam bentuk alat dan mesin yang dibutuhkan dalam
kegiatan pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Bantuan
teknologi bersumber dari dana APBN, sedangkan bantuan akses modal usaha
terhadap sumber-sumber permodalan skim kredit lunak (bersubsidi).
Penerima insentif teknologi dan permodalan adalah inti dan plasma. Inti
adalah industri yang bergerak dalam kegiatan pengolahan/pasca panen (swasta,
koperasi, BUMD, PT dan lain-lain). Plasma adalah kelompok tani atau gabungan
kelompok tani yang sudah berbadan hukum dan bankable/feasible. Insentif
teknologi diberikan kepada plasma yang dikelola oleh inti. Jenis teknologi yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak, yakni yang dapat
mendorong percepatan pengembangan industri hilir di bidang pertanian. Inti juga
yang selanjutnya akan membeli produk plasma untuk dipasarkan langsung atau
diolah dan kemudian dipasarkan dengan harga yang disepakati (berkeadilan).
Sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pasar, pihak inti yang akan
menetapkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk yang harus dihasilkan
plasma, serta membina plasma dalam sistem produksi dan mutu.

Anda mungkin juga menyukai