Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

INDUKSI PERSALINAN

Disusun oleh :
Melda Agustin
1113103000050

Pembimbing:
dr. Widyastuti, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN


KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum awitan persalinan


spontan, dengan atau tanpa ruptur membran. Upaya stimulasi tersebut dapat dilakukan
baik secara medikamentosa maupun mekanik. Tindakan induksi dapat dilakukan bila
terdapat indikasi, yaitu seperti ruptur membran, korioamnionitis, atau preeclampsia
berat, hipertensi gestasional, status janin yang meresahkan, kehamilan lebih bulan, dan
berbagai kondisi medis ibu seperti hipertensi kronis dan diabetes. Terdapat instrumen
objektif untuk memprediksi suatu keberhasilan induksi dengan menggunakan Skor
Bishop yang terdiri dari pembukaan serviks, pendataran serviks, penurunan kepala,
konsistensi serviks, dan posisi serviks.
Dikenal dua jenis induksi yaitu secara farmakologis dan mekanis. Induksi
mekanik adalah dengan menggunakan kateter folley, stripping membran, dilatasi serviks
dengan laminaria, dan amniotomi. Induksi secara farmakologis dapat dengan oksitosin
atau prostaglandin E(E1,E2). Yang paling sering digunakan adalah prostaglandin E yaitu
misoprostol. Pemakaian misoprostol dapat memberikan efek pematangan serviks dan
memacu kontraksi miometrium sehingga dianjurkan untuk ibu hamil dengan serviks
yang belum matang. Penggunaan misoprostol juga dapat mengurangi kebutuhan induksi
oksitosin dan mengurangi interval induksi persalinan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. INDUKSI PERSALINAN


2.1.1. Definisi
Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum awitan persalinan
spontan, dengan atau tanpa ruptur membran. Induksi persalinan adalah suatu tindakan
terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara tindakan maupun kimiawi yang
merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Augmentasi
merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena
kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin.

2.1.2. Epidemiologi
Berdasarkan National Center for Health Statistics, insiden induksi persalinan di
AS melebihi 2 kali lipat dari 9,5% pada tahun 1991 menjadi 22,5% pada tahun 2006.
Insidennya bervariasi diantara praktisi, contoh di Parkland Hospital sekitar 35%
persalinan diinduksi atau diaugmentasi. Sebagai perbandingan, di Birmingham Hospital
di University of Alabama, persalinan diinduksi pada sekitar 20% perempuan dan 35%
lainnya diberikan oksitosin untuk augmentasi.

2.1.3 Indikasi
Induksi persalinan diindikasikan jika manfaat bagi ibu dan janin melebihi
manfaat jika kehamilan dilanjutkan.
Induksi meliputi kondisi segera, seperti ruptur membran, korioamnionitis, atau
preeclampsia berat. Indikasi yang lebih sering meliputi ruptur membran tanpa
persalinan, hipertensi gestasional, status janin yang meresahkan, kehamilan lebih bulan,
dan berbagai kondisi medis ibu seperti hipertensi kronis dan diabetes.

2.1.4. Kontraindikasi
Kontraindikasi (KI) serupa dengan KI untuk menghindarkan persalinan dan
pelahiran spontan. Faktor janin meliputi makrosomia yang besar, gestasi janin lebih dari
satu, hidrosefalus berat, malpresentasi, atau status janin yang meresahkan.

3
Beberapa KI ibu berkaitan dengan tipe insisi uterus sebelumnya, anatomi
panggul yang terdistorsi atau sempit, plasenta abnormal, dan kondisi seperti infeksi
herpes genitalis aktif atau kanker serviks.

Indikasi dan kontraindikasi induksi persalinan dapat dilihat pada tabel berikut.
Indikasi Kontraindikasi
ruptur membran Faktor janin meliputi :
korioamnionitis - makrosomia
preeclampsia berat - gestasi janin lebih dari satu

ruptur membran tanpa persalinan - hidrosefalus berat

hipertensi gestasional - malpresentasi, atau

status janin yang meresahkan - status janin yang meresahkan.


Faktor ibu :
kehamilan post term
- berkaitan dengan tipe insisi uterus
berbagai kondisi medis ibu seperti
sebelumnya
hipertensi kronis dan diabetes.
- anatomi panggul yang terdistorsi atau
sempit
- plasenta abnormal
- kondisi seperti infeksi herpes genitalis
aktif atau kanker serviks.

2.1.5. Risiko
Peningkatan angka komplikasi ibu yang berhubungan dengan induksi persalinan
meliputi pelahiran Caesar, korioamnionitis, dan perdarahan post partum karena atonia
uteri.

2.1.6 Faktor yang meningkatkan keberhasilan Induksi

1. Multiparitas
2. BMI < 30
3. Kematangan cervix
4. Taksiran Berat janin <3500 gr
(Peregrine,2006 dan Pevzner 2009)

4
Skor Bishop

Skor Bishop dalah metode yang digunakan untuk memprediksi keberhasilan


induksi persalinan.

Tabel Skor Bishop

Nilai
Faktor
0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5
Pendataran serviks (%) 0-30 40-50 60-70 80
Penurunan kepala diukur -3 -2 -1, 0 +1, +2
dari bidang HIII(cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak -
Posisi serviks Posterior Searah Anterior -
sumbu jalan
lahir

Skor Bishop 9 menunjukkan kecenderungan yang tinggi untuk keberhasilan


induksi. Sebagian besar praktisi menganggap bahwa perempuan yang serviksnya
mengalami dilatasi 2 cm, menipis 80%, lembek, dan berada diposisi tengah, serta
oksiput janin pada station -1 akan mengalami induksi persalinan. Untuk tujuan
penelitian, skor Bishop 4 menunjukkan serviks yang tidak ideal dan indikasi untuk
pematangan serviks.

2.1.7. Teknik Induksi Persalinan

Meliputi teknik farmakologis dan teknik mekanis.

Teknik Farmakologis
Prostaglandin E2

PGE2 tersedia dalam bentuk gel atau pesarium yang dapat dimasukkan
intravaginal atau intraserviks.

5
Umumnya digunakan untuk mematangkan serviks pada wanita dengan nilai
Bishop < 5 dan digunakan persalinan pada wanita dengan skor Bishop
antara 5 7.

Contoh sediaan : Prepiridil, Cervidil.

Efek samping : takisistol uterin pada 1-5% perempuan.

ACOGs mendeskripsikan peningkatan aktivitas uterus sebagai berikut:

1. Takisistol uterus diartikan sebagai 6 kontraksi dalam periode 10 menit.


2. Hipertoni uterus dideskripsikan sebagai kontraksi tunggal yang
berlangsung lebih lama dari 2 menit.
3. Hiperstimulasi uterus jika salah satu kondisi menyebabkan pola denyut
jantung janin yang meresahkan.

Prostaglandin E1
Misoprostol (PGE1) contohnya cytotec, gastrul 200mg dan dapat diberikan
secara oral atau vaginal
Digunakan pada kasus :PEB/Eklampsia, serviks belum matang, dan KPD
dimana efikasinya sama baiknya dengan oksitosin.

6
Dosis : pemberian tablet 25mcg ke forniks posterior vagina dan dapat
diulang 6 jam kemudian dengan dosis 25 mcg
Jumlah misoprostol yang diberikan jangan melebihi dari 200 mcg

Oksitosin intravena

Tujuan induksi atau augmentasi adalah untuk menghasilkan aktivitas uterus


yang cukup untuk menghasilkan perubahan serviks dan penurunan janin.
Oksitosin harus dihentikan jika kontraksi uterus >5 dalam 10 menit atau >7
dalam 15 menit atau pola denyut jantung janin yang meresahkan.
Bekerja secara cepat, dengan onset kerja dalam 3-5 menit, dan hal life 3-5
menit.
Sediaan :1 ampul ((1mL) mengandung 10 unit oksitosin
10 atau 20 unit akan di masukan ke dalam 1000 mL RL (konsentrasi : 10
atau 20 mU/mL)
Oksitosin diberikan dengan menggunakan protokol dosis rendah (1- 4
mU/menit) atau dosis tinggi (6 40 mU/menit)

Teknik Mekanis
- Kateter Transervikal
Kateter foley diletakan melalui os serviks interna. Tekanan ke arah
bawah yang diciptakan dengan menempelkan kateter pada paha dapat
menyebabkan pematangan serviks. Modifikasi ini disebut dengan Extra-
amniotic Saline Infusion (EASI), terdiri dari infus salin continue melalui
kateter kedalam ruang antara os serviks interna dan membran plasenta.
Penempatan kateter, dengan atau tanpa infus salin yang kontinu,
menghasilkan kematangan serviks dan sering kali menstimulasi kontraksi.

7
-
- Dilator Servikal Higroskopik
Dilatasi serviks dapat ditimbulkan menggunakan dilator serviks osmotic
higroskopik. Dilator mekanik ini telah lama berhasil digunakan jika
dimasukkan sebelum terminasi kehamilan.
- Stripping membrane untuk induksi persalinan
- Amniotomi
Indikasi umum ruprur membrane buatan(amniotomi pembedahan)
meliputi keperluan untuk memantau langsung denyut jantung janin atau
kontraksi uterus, atau keduanya, selama amniotomi, untuk meminimalkan
risiko prolapsus tali pusat, perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk
menghindari perpindahan kepala janin.

8
9
BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RS
No. RM : 01533950
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10 Oktober 1985
Umur : 31 tahun 11 bulan
Alamat : Jl.SD III Pondok Pinang, Kebayoran Lama
Pendidikan : Universitas
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Kawin

II. Anamnesis
Autoanamnesis (02-9-2017, 06.40 WIB)
Keluhan Utama :
Ketuban pecah sejak 3 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku hamil 40 minggu. HPHT 23 November 2016 dengan
taksiran persalinan 30/08/2017~sesuai kehamilan 40 minggu 2 hari. Antenatal
Care (ANC) 8x, rutin tiap bulan di bidan Sri Helmi, USG 2x sejak trimester 3,
20/7/17 ~35 minggu; 30/08/17 ~ 40 minggu, dikatakan keadaan janin baik.
Datang dengan mengeluhkan keluar air-air sejak 3 jam SMRS, disertai mulas-
mulas yang hilang timbul, tidak ada keinginan meneran, gerak janin aktif.
Keluar darah atau lendir disangkal, keputihan (+), gatal-gatal (+), tidak berbau,
keputihan tidak diobati. Demam(-), pandangan kabur(-), nyeri kepala(-), nyeri
ulu hati(-), mual(-), tekanan darah selama kehamilan baik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma, Alergi disangkal.
Riwayat Menstruasi :

10
Menarche : 13 tahun
Durasi : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut/hari
Dismenorea : Tidak ada
Status Pernikahan :
Status : Menikah 1x
Usia pernikahan : 1 tahun, masih menikah
Riwayat Paritas :
1. Hamil ini
Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat penyakit sistemik : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,4 oC
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 23,6 Kg/m2
Kepala : Normocephali
Mata :Pupil bulat isokor +/+, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-.
Mulut :pucat (-), sianotik (-)
THT :Faring Hiperemis (-), sekret (-), membran/
pseudomembran -/-.
Leher :KGB dan tiroid tidak membesar.
Thorax

11
Cor :BJ I-II normal reguler, murmur (-), Gallop (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Mammae :Simetris, besar normal, retraksi papil -/-, areola
mammae hiperpigmentasi
Abdomen :Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal.
Ekstremitas :Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai -/-.

b. Status Obstetri

(Saat di IGD)
TFU : 31 cm
TBJ : 2945 cm
HIS :-
Kontraksi : ada, irreguler
DJJ : 135 cm
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif (-)

Inpekulo : Portio licin, OUE terbuka, fluor(-), fluksus (-), valsava


(+).

VT : Portio kenyal, posterior, 1 cm, tebal 2 cm, kepala


Hodge 1.
RT : Tidak dilakukan.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG (2-9-2017) :
Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup
plasenta di fundus, FHR(+)
BPD/HC/AC/FL 9.4/32.28/31.89/ 6.98
EFW 2861 gram, SDAU 2,58
Laboratorium : DPL 11.7/ 34/ 12200/385000
CTG : Kategori 1

12
V. RESUME
Ny.R, 31 Tahun, datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan
keluhan ketuban pecah sejak 3 jam SMRS. Pasien mengaku hamil 40
minggu, dengan HPHT 23 November 2016. TP 30/08/2017~40 minggu
2 hari. ANC rutin di bidan sebanyak 8-9 x, USG 2x sejak trimester 3,
20/7/17 ~35 minggu; 30/08/17 ~ 40 minggu. Datang dengan
mengeluhkan keluar air-air sejak 3 jam SMRS, disertai mulas-mulas
yang hilang timbul, tidak ada keinginan meneran, gerak janin aktif.
Keluar darah atau lendir disangkal, keputihan (+), gatal-gatal (+),
keputihan tidak diobati. Riwayat Menstruasi; menarche usia 13 tahun,
durasi 7 hari, 2-3 pembalut/hari, tidak ada dismenorea. Status
Pernikahan; menikah 1x. usia pernikahan 1 tahun, tidak pernah
menggunakan KB.
Dari pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal.
Status obstetrik didapatkan TFU 31 cm, TBJ 2945 cm, HIS tidak ada,
kontraksi irregular, DJJ 135 cm. Inspeksi vulva dan uretra tenang,
perdarahan aktif (-). Inpekulo Portio licin, OUE terbuka, fluor(-), fluksus
(-), valsava (+). VT Porsio kenyal, posterior, 1 cm, tebal 2 cm, kepala
Hodge 1.
Dari pemeriksaan USG didapatkan Janin Presentasi Kepala
Tunggal Hidup, plasenta di fundus, FHR(+), BPD/HC/AC/FL
9.4/32.28/31.89/ 6.98, EFW 2861 gram, SDAU 2,58. Hasil laboratorium
DPL 11.7/ 34/ 12200/385000, dan hasil CTG : Kategori 1

VI. DIAGNOSIS
KPD 3 jam pada G1P0A0 Hamil 40-41 minggu, JPKTH, Serviks belum
matang belum inpartu (PS 2), air ketuban berkurang (ICA 7)

VII. TATALAKSANA
- Observasi KU, TTV, Kontraksi, HIS, DJJ
- Ceftriaxon 2x1 g iv
- terminasi pervaginam, induksi misoprostol 25 mcg.

13
VIII. OBSERVASI
08.00 WIB 14.00 WIB 20.00 WIB 00.00 WIB
S Mulas-mulas Mulas-mulas Mulas-mulas Pasien ingin
jarang, gerak hilang timbul, makin sering, meneran, gerak
janin aktif gerak janin aktif gerak janin aktif janin aktif
O KU baik, cm KU baik, cm KU baik, cm KU baik, cm
TD 110/70 N: TD 110/80 N: TD 110/70 N: TD 110/70 N:
88x/mmt, RR 92x/mmt, RR 90x/mmt, RR 96x/mmt, RR
18x, S: 36,5 C 18x, S: 36,5 C 18x, S: 36 C 22x, S: 36,9 C
Status generalis : Status generalis : Status generalis : Status generalis
DBN DBN DBN : DBN
Status obstetric: Status Status obstetric: Status
kontraksi obstetric: HIS 2- obstetric: HIS
irregular, DJJ kontraksi 3x/10/25, DJJ 4x/10/40, DJJ
148 dpm, irregular, DJJ 140 dpm, 142 dpm,
Inspeksi: v/u 139 dpm, I: v/u tenang, I: v/u tenang,
tenang, I: v/u tenang, perdarahan perdarahan
perdarahan perdarahan aktif(-). aktif(-).
aktif(-). aktif(-). VT 4cm, VT lengkap,
VT: porsio VT porsio selaput ketuban selaput ketuban
kenyal, kenyal negatif, kepala negatif, kepala

posterior, 1 posterior,tebal 2 Hodge II UUK Hodge III-IV.


cm, 2cm, Kanan.
cm, tebal 2 cm,
selaput ketuban
kepala Hodge
negatif, kepala H
I.
II.
A KPD 5 jam pada KPD 11 jam PK I aktif pada PK II pada
G1P0A0 Hamil pada G1P0A0 G1P0A0 Hamil G1P0A0 Hamil
40-41 minggu, Hamil 40-41 40-41 minggu, 40-41 minggu,
JPKTH, Serviks minggu, JPKTH, JPKTH, air JPKTH
belum matang Serviks belum ketuban
belum inpartu matang belum berkurang (ICA
(PS 2), air inpartu (PS 2), 7) dengan KPD

14
ketuban air ketuban 17 Jam.
berkurang (ICA berkurang (ICA
7) 7)
P Observasi Observasi Observasi Observasi
KU,TTV KU,TTV KU,TTV KU,TTV
,DJJ,HIS ,DJJ,HIS ,DJJ,HIS ,DJJ,HIS
Terpasang Terpasang Obs. Tanda2 IIu Asuhan PK
misoprostol I 25 misoprostol II 25 CTG Bila IIpimpin
mcg (pukul mcg (pukul kategori 1, meneran
08.00 WIB) nilai 14.00 WIB) nilai Augmentasi
ulang pukul ulang pukul dengan
14.00 WIB 20.00 WIB Oksitosin 5 IU
Ceftriakson Ceftriakson dalam 500 ml
2x1gr IV 2x1gr IV dimulai denga 8
tpm,dinaikkan 4
tpm tiap 30
menit s/d HIS
adekuat atau 40
tpm.

Tanggal 3/9/17, Pukul 00.20 WIB


Lahir bayi laki-laki, BL 2800 gram, PL 50 cm, AS 8/9, air ketuban
hijau, plasenta lahir lengkap,
Episiotomi ruptur perineum grade II Perineorafi.
Follow up 2 jam PP

15
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien ini didiagnosis KPD 3 jam pada G1P0A0 Hamil 40-41 minggu,
JPKTH, Serviks belum matang belum inpartu (PS 2), air ketuban berkurang
(ICA 7). Indikasi induksi pada kasus ini adalah ketuban pecah dini dan
kehamilan post term (40-41 minggu), dengan Bishop Score 2, pada pasien ini
harus mendapatkan terapi preinduksi pematangan cervix yaitu PGE 1
misoprostol 25/ 6 jam. Untuk penggunaan metode induksi oksitosin adalah
tidak direkomendasikan pada pasien dengan serviks belum matang karena
dapat meningkatkan kegagalan induksi.
Pasien dilakukan terminasi pervaginam dengan induksi misoprostol 25
mcg/ 6 jam yang diberikan pertama kali pada pukul 08.00 dan pasien juga
diberikan antibiotik profilaksis ceftriaxone 1x2 gr iv.
Pukul 14.00, dilakukan nilai ulang kemajuan persalinan, dan didapatkan
pada VT portio kenyal, posterior, 2cm, selaput ketuban negatif, kepala H II,
kemudian dilanjutkan pemberian misoprostol 25 mcg ke-2.
Pada pukul 20.00 dilakukan penilaian ulang kembali, didapatkan 4cm,
selaput ketuban negatif, kepala Hodge II UUK Kanan, dilakukan CTG dan
didapatkan CTG Kategori 1, kemudian dilakukan augmentasi dengan Oksitosin 5
IU dalam 500 ml dimulai 8 tpm dan dinaikkan 4 tetes setiap 30 menit, sebagai
akselerasi persalinan, yaitu upaya meningkatkan frekuensi, lama dan kekuatan
kontraksi spontan uterus dalam persalinan. Pada pukul 00.00, pembukaan
lengkap dan dilakukan asuhan persalinan kala II.
Persalinan kala II dimulai pukul 00.00, bayi lahir pada pukul 00.20 dan
setelah kelahiran bayi, pasien disuntikan oxitocyn 10 IU IM, plasenta lahir 15
menit PP, ruptur perineum grade II karena episiotomi dan dilakukan
perineorafi, perdarahan dapat diatasi dengan baik. Tanda vital serial 2 jam PP
dalam batas normal dengan rata-rata TD 110/70 mmHG, FN 87 x/m, RR 18

x/m, S 36o C. Lalu ibu dipindahkan keruang perawatan biasa. Hasil luaran
yaitu lahir bayi laki-laki, BL 2800 gram, PL 50 cm, AS 8/9, air ketuban hijau,
plasenta lahir lengkap. Pasien dan suami menolak KB.

16
Pasien dirawat selama 1x24 jam untuk mengontrol perdarahan post
partum, setelah ASI keluar dan sudah menyusui bayinya, involusi uterus baik 2
jari di bawah pusat, kontraksi teraba baik serta kondisi ibu dan bayi stabil,
kemudian dipulangkan dengan obat pulang yaitu asam mefenamat 3x500 mg
dan hemobion 1x360 mg.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, et al. Williams Obstetric. 24th edition. 2014.
McGraw: New York.
2. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. edisi IV. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. WHO Recommendations for Induction of Labour. 2011.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Edisi 1 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
5. Protap Obstetri Unhas Jilid I oleh Departemen Ilmu Kesehatan Obstetri dan
Ginekologi FK Unhas.

18

Anda mungkin juga menyukai