BAB II Revisi
BAB II Revisi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Cahaya
a. Sifat Cahaya
Ilmuwan dahulu kebanyakan menerima teori mengenai cahaya
sebagai partikel yang dikemukakan Newton. Namun, selama masa
hidupnya, suatu teori yang lain juga diajukan yang berpendapat bahwa
cahaya mungkin merupakan suatu jenis gelombang yang bergerak. Pada
tahun 1678, fisikawan dan astronom Belanda, Christian Huygens,
menunjukkan bahwa teori gelombang cahaya juga dapat menjelaskan
pemantulan dan pembiasan.
Pada tahun 1801, Thomas Young (1773-1829) melakukan suatu
peragaan yang benar-benar jelas mengenai sifat gelombang cahaya, untuk
pertama kalinya. Young menunjukkan bahwa dalam kondisi-kondisi yang
tepat, sinar-sinar cahaya saling berinteferensi. Perilaku yang demikian tidak
dapat dijelaskan pada saat itu menggunakan teori partikel karena tidak
mungkin dua partikel atau lebih dapat bergabung atau saling
menghilangkan. Perkembangan-perkembangan selanjutnya selama abad
kesembilan belas membuat teori mengenai cahaya sebagai gelombang
diterima secara umum. Hal ini terpenting adalah akibat dari karya Maxwell,
yang pada tahun 1873 menyatakan bahwa cahaya merupakan bentuk
gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Hertz memberikan
pembuktian secara eksperimen dari teori Maxwell pada tahun 1887 dengan
menciptakan dan mendeteksi gelombang-gelombang elektromagnet.
Hal yang paling kentara darinya adalah efek fotolistrik yang juga
ditemukan oleh Hertz yaitu ketika cahaya mengenai suatu permukaan
logam, elektron-elektron terkadang terhambur dari permukaannya. Sebagai
salah satu contoh dari kesulitan-kesulitan yang muncul, berbagai
eksperimen menunjukkan bahwa energi kinetik dari suatu elektron yang
5
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Sinar Datang dari Udara ke Kaca, Lintasannya
Dibelokkan Mendekati Garis Normal,(b) Sinar Datang dari Kaca ke
Udara, Lintasannya Dibelokkan Menjauhi Garis Normal.
(Serway & Jewett, 2010:14)
Perilaku cahaya sewaktu melalui udara ke dalam zat lain dan
muncul kembali ke udara sering kali menjadi hal yang membingungkan.
Ketika cahaya merambat dari udara, kelajuannya adalah 3,00 x 108 m/s,
namun kelajuan ini berkurang hingga mendekati 2,00 x 108 m/s saat
cahaya memasuki sebuah balok dari kaca. Saat kembali ke udara,
kelajuannya secara seketika bertambah dari nilai awal sebesar 3,00 x 108
m/s. Peristiwa tersebut dapat dijelaskan pada gambar 2.3 yang
memperlihatkan seberkas sinar cahaya melalui sepotong kaca, maka
7
dari definisi ini indeks bias adalah suatu nilai tak berdimensi yang
lebih besar dari satu, karena v selalu lebih kecil daripada c.
Pada saat cahaya merambat dari medium satu ke medium
yang lainnya tidak mengalami perubahan frekuensi, melainkan terjadi
perubahan panjang gelombang.
8
dengan,
n1 = indeks bias medium tempat cahaya datang
1 = sudut datang
n2 = indeks bias medium tempat cahaya bias
2 = sudut bias
(Serway & Jewett, 2010: 15-16)
b) Indeks Bias Zat Cair
Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) antara kelajuan
cahaya di ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan.
Cepat rambat gelombang cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika
melalui suatu medium maka cahaya tersebut akan mengalami
perubahan kecepatan menjadi v, dimana besarnya v jauh lebih kecil
dibandingkan cepat rambang cahaya di ruang hampa c. Ketika cahaya
merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan turun sebesar suatu
faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan
indeks bias (n) (Zamroni, 2013: 108)
Hasil yang ditemukan secara eksperimen pada tahun 1621
oleh Willelbrod Snell, seorang ilmuwan Belanda dan dikenal sebagai
hukum Snellius atau hukum pembiasan. Hal tersebut juga ditemukan
secara independen beberapa tahun kemudian oleh Rene Descrates.
Persamaan 2.6 berlaku bagi pembiasan semua jenis gelombang yang
mengenai sebuah bidang batas yang memisahkan dua medium.
Tabel 2.1 Indeks bias untuk berbagai zat cair dengan T=20C
Zat Indeks Bias
Metil Alkohol (CH3OH) 1,329
Air (H2O) 1,333
Etil Alkohol (C2H2OH) 1,36
Karbon Tetraklorida (CCl4) 1,460
Terpentin 1,472
Gliserin 1,473
10
Bensin 1,501
Karbon Disulfida (CS2) 1,628
(Paul A. Tipler, 2001: 448-451)
2. Pembentukan Bayangan
a. Bayangan yang Dibentuk oleh Cermin Datar
Bayangan sebuah benda yang dilihat pad sebuah cermin datar
selalu maya. Sebuah bayangan maya dibentuk ketika sinar cahaya tidak
melewati titik bayangan, tetapi sinar cahaya seakan-akan menyebar dari titik
tersebut. Bayangan maya juga dapat dicirikan dengan tidak tertangkapnya
bayangan oleh layar.
Perbesaran bayangan yang dibentuk oleh cermin datar merupakan
perbandingan antara tinggi bayangan dan tinggi benda. Pada gambar 2.5
dilukiskan sebuah benda P dengan tinggi h terletak di depan cermin datar, P
dengan tinggi h merupakan bayangan tersebut.
(2)Sinar Pusat, digambar melalui pusat (verteks) lensa. Sinar ini tidak
dibelokkan.
(3)Sinar Fokus, digambar melalui titik fokus pertama. Sinar ini
memancar sejajar sumbu utama (Paul A. Tipler, 2001: 494-499)
b. Kombinasi Beberapa Lensa Tipis
Jika dua lensa tipis digunakan untuk membentuk bayangan, maka
sistem tersebut dapat diperlakukan dengan ketentuan sebagai berikut,
Pertama, bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama terletak pada tempat
yang sama seolah-olah lensa kedua tidak ada. Kemudian digambarkan
sebuah diagram sinar untuk lensa kedua, dengan bayangan yang dibentuk
oleh lensa pertama sekarang bertindak sebagai benda untuk lensa kedua.
Bayangan kedua yang dibentuk adalah bayangan akhir sistem. Jika
bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama terletak di sisi belakang lensa
kedua, maka bayangan tersebut diperlakukan sebagai benda maya oleh lensa
kedua (artinya, dalam lensa tipis, nilai p negatif). Prosedur yang sama dapat
diperluas untuk sistem dengan tiga lensa atau lebih. Oleh karena perbesaran
akibat lensa kedua dilakukan pada bayangan yang diperbesar akibat lensa
pertama, perbesaran total bayangan akibat kombinasi lensa adalah hasil dari
perbesaran masing-masing.
Sebuah sistem dua lensa dengan jarak fokus f1 dan f2 yang saling
bersentuhan, jika p1 = p adalah jarak untuk kombinasi tersebut, maka
penerapan lensa tipis pada lensa pertama menghasilkan
1 1 1
+q =f (2.21)
p 1 1
dimana q adalah jarak bayangan untuk lensa pertama. Jika bayangan ini
dianggap sebagai benda bagi lensa kedua, maka dapat dilihat bahwa jarak
benda untuk lensa kedua harus p2 = -q1 (jaraknya sama karenalensa-lensa
tersebut saling bersentuhan dan diasumsikan sangat tipis). Jarak benda
negatif karena bendanya bersifat maya. Sehingga untuk lensa kedua:
1 1 1
+q =f
p2 2 2
1 1 1
q + q = f (2.22)
1 2
17
Oleh karena itu, dua lensa tipis yang saling bersentuhan ekuivalen
dengan sebuah lensa tipis tunggal dengan jarak fokus yang dinyatakan oleh
persamaan 2.24 (Serway & Jewett, 2010: 78-79)
4. Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip
pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu
objek tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah gelombang suara
dari 40 KHz hingga 400KHz.
Prinsip kerja sensor ultrasonik ini dapat dilihat pada gambar 2.10
tegangan bisa panas dan merusak board. Rentang yang dianjurkan adalah 7-
12 volt.
Pin catu daya adalah sebagai berikut:
1) VIN. Tegangan input ke board Arduino ketika menggunakan sumber
daya eksternal (sebagai lawan dari 5 volt dari koneksi USB atau sumber
daya lainnya diatur). Anda dapat menyediakan tegangan melalui pin ini,
atau, jika memasok tegangan melalui colokan listrik, mengaksesnya
melalui pin ini.
2) 5V. Catu daya diatur digunakan untuk daya mikrokontroler dan
komponen lainnya di board. Hal ini dapat terjadi baik dari VIN melalui
regulator onboard, atau diberikan oleh USB .
3) 3,3 volt pasokan yang dihasilkan oleh regulator on-board. Menarik arus
maksimum adalah 50 mA.
4) GND
(https://www.arduino.cc/en/Main/ArduinoBoardUno )
Microcontroller yang digunakan pada arduino uno sendiri jenis
ATmega328, sebagai otak dari pengendalian sistem alat. Arduino uno
sendiri merupakan kesatuan perangkat yang terdiri dari berbagai komponen
elektronika dimana penggunaan alat sudah dikemas dalam kesatuan
perangkat yang dibuat oleh produsen untuk diperdagangkan. Arduino uno
dapat dibuat sebuah sistem atau perangkat fisik menggunakan software dan
hardware yang sifatnya interaktif yaitu dapat menerima rangsangan dari
lingkungan dan merespon balik. Konsep untuk memahami hubungan yang
manusiawi antara lingkungan yang sifat alaminya adalah analog dengan
dunia digital disebut dengan physical computing. Pada prakteknya konsep
ini diaplikasikan dalam desain alat atau projek-projek yang menggunakan
sensor dan microcontroller untuk menerjemahkan input analog ke dalam
sistem software untuk mengontrol gerakan alat-alat elektro-mekanik.
Arduino dikatakan open source karena sebuah platform dari
physical computing. Platform di sini adalah sebuah alat kombinasi dari
hardware, bahasa pemrograman dan IDE (Integrated Development
21
B. Kerangka Berpikir
Pengukuran merupakan hal yang penting dalam dunia ilmu pengetahuan.
Alat penentu indeks bias cairan yang menggunakan mistar untuk mengukur
panjang jarak fokus lensa cembung, pengukuran yang seperti itu masih
menggunakan cara yang sederhana. Oleh karena itu diperlukan alat eksperimen
yang mudah dan praktis dalam penggunaannya dengan cara digital menggunakan
sensor jarak ultrasonik.
Alat ini menggunakan sebuah sensor ultrasonik SRF04.. Prinsip kerja
dari sensor ultrasonik adalah dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang
dipancarkan oleh transmitter dari sensor ultrasonik kemudian diterima oleh
receiver kemudian data diolah oleh arduino sesuai dengan program yang diupload
dalam arduino uno. Sensor ini berintegrasi untuk memberikan data jarak yang
dikontrol oleh ATmega328. Sebagai outputnya digunakan lcd 16 x 2
Pada percobaan ini, diukur nilai indeks bias masing-masing cairan
dengan menggunakan persamaan lensa gabungan. Analisis dilakukan secara
kuantitatif dengan terlebih dahulu menentukan jarak fokus lensa positif (f1), jarak
fokus lensa gabungan antara lensa positif dan zat cair yang diukur indeks biasnya
(fgab) serta jari-jari lensa positif (R).
26