ABSTRAK
Dalam rangka penyediakan tambahan gizi bagi kehidupan manusia diperlukan produk makanan yang
mengandung protein. Daging merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung protein kadar tinggi.
Daging dapat berasal dari hewan (hewani) maupun biji-bijian (nabati). Biji kecipir dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan daging nabati. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkoagulasi protein dari biji kecipir
sebagai bahan pembuatan daging nabati. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh waktu, suhu, dan
tekanan pada koagulasi protein biji kecipir dan mencari kondisi proses yang relatif baik.
Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi serbuk biji kecipir seberat 30 gram dengan menggunakan 300
ml akuades di dalam tangki yang dilengkapi pengaduk. Slurry dalam tangki diaduk dengan kecepatan 150 rpm
selama 60 jam pada suhu 60oC dan ekstraksi dilakukan sebanyak 4 tahap. Filtrat hasil ekstraksi diambil 100 ml
untuk dilakukan proses koagulasi. Variabel yang diteliti adalah suhu (5070oC), waktu (13 jam), dan tekanan
(vakum dan 1 atm). Jumlah protein dalam padatan protein dianalisis memakai makro kjeldahl.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pada kisaran 50-60oC yield protein semakin meningkat, tetapi
pada suhu 70oC dan tekanan 1 atm yield protein berkurang. Selain itu, semakin lama waktu yang digunakan
untuk koagulasi dan semakin rendah tekanan yang digunakan, maka yield protein yang didapat semakin besar.
Kata kunci: biji kecipir, protein, koagulasi, suhu, tekanan, persen protein, yield protein
cita rasa produk pangan yang diberi protein tunggal, bentuk bunganya menyerupai kupu-
tersebut. Berdasarkan hal tersebut metode kupu dan mekar di pagi hari, tumbuh dari ketiak
pemanasan dianggap paling cocok untuk daun, kelopaknya biasanya berwarna biru pucat
produk pangan karena protein yang dihasilkan dan dapat dipakai sebagai pewarna makanan.
tidak bersifat asam dan tidak membutuhkan Buah kecipir memiliki tipe polong, memanjang,
biaya yang mahal dan waktu yang lama. Untuk berbentuk segiempat dengan sudut beringgit,
meminimalkan akibat denaturasi yang terjadi panjang sekitar 30 cm, berwarna hijau waktu
karena pemanasan perlu dilakukan penelitian muda, menjadi hitam dan kering bila sudah
untuk mendapatkan waktu dan suhu optimum matang atau sudah tua. Bijinya kecil dan bulat
koagulasi protein. dengan diameter berkisar 8-10 mm[3], bijinya
Koagulan protein yang dihasilkan dapat berwarna coklat sewaktu muda dan berubah
diaplikasikan untuk produk pangan seperti menjadi hitam pada waktu matang. Kandungan
halnya daging sintetis karena koagulan protein protein biji kecipir menyamai kedelai (30-39
yang dihasilkan tidak bersifat asam. %)[2]. Embrio kecipir disajikan pada Gambar 2
sebagai berikut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kecipir
Di negara barat kecipir dikenal dengan
sebutan winged bean (kedelai bersayap). Di
Indonesia, kecipir mempunyai berbagai nama:
cipir (Jawa Tengah dan Jawa Timur), jaat
(Sunda), kacang embing (Palembang) dan
kacang belimbing (Sumatera Utara). Gambar 2. Embrio Kecipir
Tanaman kecipir tumbuh dengan subur di
Kecipir merupakan tanaman penghasil
daerah tropis basah dengan ketinggian tanah
umbi, biji dan polong yang berpotensi sebagai
kurang daripada 1600 meter di atas permukaan
sumber protein nabati. Hampir semua bagian
laut(dpl). Tanah yang cocok untuk tanaman
tanaman kecipir dapat dimanfaatkan untuk
kecipir adalah tanah yang berbahan organik
bahan pangan, karena kandungan gizinya cukup
rendah dan lempung. Tanaman ini tahan
tinggi. Kandungan gizi dalam 100 gram bahan
terhadap kondisi kekeringan. Polong kecipir
segar kecipir disajikan pada Tabel 2[4].
muda disajikan pada Gambar 1 sebagai berikut.
Tabel 2. Kandungan Gizi Dalam 100 Gram Bahan
Segar Kecipir[4]
No Kandungan Biji Polong Daun
muda
1 Kalori (kal) 405,00 35,00 35,00
2 Protein (g) 32,80 2,90 5,00
3 Lemak (g) 17,00 0,20 0,50
4 Karbohidrat 36,50 5,80 8,50
(g)
5 Kalsium (mg) 80,00 63,00 134,00
6 Fosfor (mg) 200,00 37,00 81,00
7 Zat besi (mg) 2,00 0,30 6,20
[2]
Gambar 1. Polong Kecipir Muda 8 Vitamin A (SI) 0,00 595,00 5.240,00
Tanaman kecipir merupakan tanaman 9 Vitamin B1 0,03 0,24 0,28
yang hidupnya merambat dan membentuk (mg)
semak. Dalam budidaya kecipir biasanya diberi 10 Vitamin C 0,00 19,00 29,00
penyangga, namun jika dibiarkan akan (mg)
menutupi permukaan tanah. Batangnya 11 Air (g) 9,70 90,40 85,00
berbentuk silindris, beruas-ruas. Daunnya 12 Abu (g) 3,80 1,20 0,00
majemuk dengan anak daun berjumlah tiga 13 Bagian yang 100,00 96,00 70,00
berbentuk segitiga, panjang daunnya berkisar dimakan (%)
7,0-8,5 cm, pertulangan daun menyirip, letak
berselang-seling, dan berwarna hijau. Bunganya
2
Naga: KOAGULASI PROTEIN DARI EKSTRAK BIJI KECIPIR DENGAN METODE PEMANASAN
Kecipir dapat diolah menjadi berbagai macam Tabel 3. Komposisi Asam Amino Dalam Biji
produk pangan, pakan ternak, dan produk untuk Kecipir
keperluan industri. Produk olahan kecipir dapat Asam Persentase Asam Persentase
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makanan Amino (%) Amino (%)
fermentasi dan makanan non fermentasi. Sistina 1,6-2,6 Glisina 4,6
Lisina 7,4-8,0 Alanina 4,3
Makanan non fermentasi dapat berupa hasil
Histidina 2,7 Valina 4,9-5,7
olahan tradisional seperti: tahu dan kembang
Arginina 6,5-6,6 Metionina 1,2
tahu dan hasil olahan modern seperti: susu Asam
kecipir, tepung, dan minyak kecipir. Makanan 11,5-12,5 Isoleusina 4,9-5,1
Aspartat
fermentasi dari hasil olahan tradisional seperti: Treonina 4,3-4,5 Leusina 8,6-9,2
tempe, kecap, dan tauco, dan hasil olahan Serina 4,9-5,2 Tirosina 3,2
modern seperti: keju kecipir dan yoghurt Asam Fenilalani-
kecipir. 15,3-15,6 4,8-5,8
glutamat na
3
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 1, 2010 (1-11)
Tabel 4. Macam-macam Asam Amino dan Tabel 4. Macam-macam Asam Amino dan
Kegunaannya[5](lanjutan) Kegunaannya[5](lanjutan)
Macam-macam Macam-
No Kegunaan bagi tubuh
asam amino No macam asam Kegunaan bagi tubuh
Membantu dalam amino
pembentukan kolagen Untuk pembentukan sel
maupun jaringan Histidina darah merah dan sel
Lisina penghubung tubuh 14. (esensial darah putih, banyak
4.
(esensial) lainnya (cartilage dan bersyarat) digunakan untuk terapi
persendian), bersama rematik dan alergi
vitamin C membentuk L- Salah satu elemen besar
Carnitine Sisteina
dari kolagen, mengurangi
15 (esensial
Merangsang pelepasan efek kerusakan dari
bersyarat)
hormon pertumbuhan alkohol
Triptofan
5. dan pemicu serotonin
(esensial) Asam glutamat Diperlukan untuk kinerja
(hormon yang memiliki
efek relaksasi) 16 (esensial otak dan metabolisme
Menurunkan kadar bersyarat) asam amino lain
kolesterol darah dan Tirosina
membantu membuang Meningkatkan mood dan
Metionina 17 (esensial
6. zat racun pada organ hati fokus mental
(esensial) bersyarat)
dan membentuk Meningkatkan volume sel
regenerasi jaringan baru Glutamina otot, daya tahan tubuh,
pada hati dan ginjal. 18 (esensial untuk memicu
Membantu detoksifikasi, bersyarat) memproduksi hormon
membantu pencegahan pertumbuhan
penumpukan lemak pada Meningkatkan volume sel
Treonina Taurina
7. organ hati, komponen otot, membantu
(esensial) 19 (esensial
penting dari kolagen, penyerapan dan pelepasan
biasanya kekurangannya bersyarat)
lemak
diderita oleh vegetarian.
Daya tahan tubuh dan
Meningkatkan daya Orginina fungsi organ hati,
ingat, mood, fokus 20 (esensial membantu dalam
Fenilalanina mental, digunakan dalam bersyarat) penyembuhan dari
8.
(esensial) terapi depresi, dan penyakit.
membantu menekan
nafsu makan.
Membantu mengubah Protein dalam biji kecipir terdapat dalam
karbohidrat menjadi badan protein/butir aleuron. Badan protein
Asam aspartat energi, membangun daya terdapat dalam kulit biji dan kotiledon (disebut
9.
(non esensial) tahan tubuh, meredakan juga kotil atau daun lembaga) seperti terlihat
tingkat hormon dalam
pada Gambar 2. Kotiledon adalah bakal daun
darah setelah latihan.
yang terbentuk pada embrio. Kotiledon
Membantu tubuh
membentuk asam amino merupakan organ cadangan makanan pada biji
lain, berpotensi sekelompok tumbuhan, sekaligus organ
Glisina (non fotosintetis pertama yang dimiliki oleh
10. menghambat keinginan
esensial) tumbuhan yang baru saja berkecambah. Protein
akan gula, memproduksi
glukagon yang yang terkandung dalam biji kecipir termasuk
mengaktifkan glikogen. bermutu tinggi karena mengandung 10 macam
Alanina (non Mengembangkan daya asam amino esensial dari 20 asam amino yang
11.
esensial) tahan tubuh ada. Asam amino tersebut adalah arginina,
Membantu dalam fungsi histidina, isoleusina, lisina, metionina,
Serina (non otak (daya ingat) dan fenilanalina, treonina, triptofan, dan valina[8].
12.
esensial) syaraf, memproduksi
Protein atau asam amino yang paling banyak
energi pada tingkat sel.
Arginina terdapat dalam biji kecipir adalah asam
Merangsang hormon glutamat.
13. (esensial
pertumbuhan
bersyarat)
Proses Leaching Protein
Protein yang terkandung dalam biji-bijian
dapat diambil menggunakan metode ekstraksi
4
Naga: KOAGULASI PROTEIN DARI EKSTRAK BIJI KECIPIR DENGAN METODE PEMANASAN
padat-cair (leaching), yaitu proses di mana dua sekitar 70oC[12]. Dari penelitian yang
fase padat dan cair saling dikontakkan, dilakukan oleh Purwaka dan Agus[11]
sehingga komponen yang hendak dipindahkan tentang ekstraksi protein dari biji turi,
(solut) dapat berdifusi dari fase padat menuju disimpulkan bahwa hasil yang terbaik
fase cair. Mekanisme proses leaching adalah diperoleh pada suhu operasi 60oC.
pelarut menuju ke permukaan padatan, 4. Pengadukan.
selanjutnya pelarut menembus atau mendifusi Dengan pengadukan yang semakin kuat,
ke dalam padatan. Komponen solut melarut ke difusi akan makin meningkat dan tahanan
dalam pelarutnya, akhirnya solut dipindahkan perpindahan massa pada permukaan
ke dalam pelarut[9]. Pada kontak antar fase, partikel selama proses leaching akan
solut mendifusi dari fase padat ke fase cair, berkurang. Dari penelitian yang dilakukan
sehingga komponen-komponen solut di dalam oleh Veronica dan Liza[13] tentang ekstraksi
padatan dapat dipisahkan. protein dari biji lamtoro gung, disimpulkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses bahwa hasil yang terbaik diperoleh pada
leaching adalah[10]: kecepatan pengadukan 150 rotasi per menit
1. Ukuran partikel sebelum leaching. (rpm).
Ukuran partikel yang lebih kecil akan 5. Waktu.
memperluas permukaan kontak antara Umumnya semakin lama waktu leaching,
padatan dengan cairan, sehingga akan semakin banyak jumlah protein yang
memperkecil jarak difusi dari dalam terekstraksi. Dari penelitian yang dilakukan
partikel ke permukaan partikel. Penelitian oleh Purwaka dan Agus[11] tentang ekstraksi
ini menggunakan diameter serbuk biji protein dari biji turi disimpulkan bahwa
kecipir yaitu berkisar 40-60 mesh, karena hasil terbaik diperoleh pada waktu operasi 1
ukuran serbuk ini sudah cukup kecil dan jam.
bila diperkecil lagi malahan akan
mempersulit pada proses penyaringan. Koagulasi Protein
2. Pelarut. Kebanyakan protein hanya berfungsi aktif
Pelarut dipilih yang tidak merusak solut biologis pada daerah pH dan suhu yang
atau residu. Pelarut yang digunakan adalah terbatas. Jika pH dan suhu melewati batas-batas
pelarut yang berviskositas rendah agar tersebut, protein akan mengalami denaturasi.
sirkulasi bebas dari pelarut dapat terjadi. Proses kembalinya protein ke bentuk asal
Pembuatan daging sintetik dari biji kecipir setelah terjadi denaturasi disebut renaturasi.
menggunakan pelarut air, karena produk Untuk pengembalian ini tidak diperlukan bahan
dikonsumsi langsung oleh masyarakat. kimia, biasanya terjadi karena perubahan pH
Protein yang terkandung dalam biji kecipir atau suhu.
adalah legumin dari jenis globulin. Protein Protein jika berada dalam bentuk larutan
dari biji kecipir dapat diekstrak dengan akan berupa koloid sebab tergolong molekul
larutan garam dengan konsentrasi berkisar koloid. Faktor-faktor yang mempengaruhi
5-10%[1]. Akan tetapi karena produk daging koagulasi protein adalah:
ini dikonsumsi langsung oleh masyarakat, 1. pH.
maka pembuatan daging sintetik dari biji Protein akan menggumpal pada pH asam,
kecipir menggunakan pelarut air. Pada yaitu pada pH sekitar 4,5. Tetapi pH yang
penelitian tentang ekstraksi protein dari biji digunakan jangan terlalu asam, karena
turi[11], hasil yang terbaik untuk proses dapat menimbulkan aroma yang berbau
ekstraksi adalah pada perbandingan berat asam.
bahan baku terhadap berat pelarut sebesar 2. Suhu.
1:10. Semakin tinggi suhu, protein yang
3. Suhu operasi. mengendap akan semakin banyak, tetapi
Umumnya kelarutan suatu solut yang bila protein yang digumpalkan akan dibuat
diekstraksi akan bertambah dengan menjadi makanan, suhu yang digunakan
kenaikan suhu, namun adanya suhu yang tidak boleh terlalu tinggi karena akan
tinggi kadang dapat menyebabkan merusak protein tersebut.
kerusakan terhadap bahan yang diproses. Protein dapat digumpalkan dengan
Denaturasi protein terjadi pada suhu yang berbagai cara, yaitu dengan:
berbeda-beda tergantung pada sifat protein, 1. Penambahan asam;
umumnya protein terdenaturasi pada suhu 2. Enzim;
5
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 1, 2010 (1-11)
3. Pemanasan.
Penambahan asam
Protein merupakan senyawa amfoter yang
dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Hal
ini disebabkan karena molekulnya mempunyai
muatan positif dan negatif. Nilai pH pada saat
asam amino tidak memiliki muatan disebut titik
isoelektrik. Pada saat titik isoelektrik dicapai,
jumlah muatan positif dan negatifnya adalah
sama. Bila pH di atas titik isoelektrik, protein
akan bermuatan negatif. Sebaliknya bila pH
berada di bawah titik isoelektrik, protein akan
bermuatan positif.
Protein dapat diendapkan pada pH sekitar
4,7, karena stabilitas protein mulai terganggu
pada pH 5,3. Dalam kondisi ini dispersi tidak
lagi stabil sehingga protein terkoagulasi. Untuk
menurunkan pH larutan ekstrak kecipir yang Gambar 3. Reaksi Enzim dan Substrat[14]
pada umumnya berkisar 6,5-6,7 menjadi 4,7 alami dan segera menjadi tidak aktif apabila
diperlukan asam. Setiap jenis asam dapat reaksi sudah mencapai titik yang dikehendaki.
digunakan untuk membuat protein asam, Produksi keju dalam industri susu misalnya
asalkan asam tersebut cukup kuat untuk menggunakan enzim rennin yang berasal dari
membuat pH larutan protein menjadi 4,7. Asam bakteri yang terdapat pada hewan. Dalam
yang digunakan bisa bermacam-macam antara industri pakan ternak, enzim protease, amilase,
lain: asam klorida, asam sulfat, asam laktat lipase, dan fitase berpeluang untuk digunakan
maupun asam asetat. dalam produksi pakan babi fase starter. Enzim
sudah biasa digunakan dalam pengempukan
Enzim daging terutama dengan enzim protease,
Enzim adalah suatu katalisator biologis sedangkan enzim yang biasa dipakai dalam
yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat pengolahan daging adalah bromelin dari nenas
membantu dalam mempercepat bermacam- dan papain dari getah buah atau daun pepaya.
macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat Sedangkan enzim yang biasanya digunakan
dalam makanan dapat berasal dari bahan untuk mengkoagulasi protein adalah enzim
mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat bromelin dan enzim rennin[14].
pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti:
daging, ikan, susu, buah-buahan, dan biji-bijian Pemanasan
mengandung enzim tertentu secara normal ikut Proses pemanasan dilakukan selain untuk
aktif bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim meningkatkan kelarutan protein kecipir di
dapat menyebabkan perubahan dalam bahan dalam air juga dapat digunakan sebagai metode
pangan. Perubahan itu dapat menguntungkan koagulasi protein. Suhu pemanasan untuk
dan dapat dikembangkan semaksimal mungkin, koagulasi protein adalah berkisar 50-60oC. Jika
tetapi yang merugikan harus dicegah. suhu pemanasan dilakukan secara berlebihan
Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa, akan menyebabkan kerusakan atau denaturasi
warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya. protein. Pemanasan tidak boleh kurang daripada
Reaksi antara enzim dan substrat disajikan pada 50-60oC, karena jika suhu di bawah 50-60oC
Gambar 3. koagulan yang dihasilkan akan lunak dan
Belakangan ini enzim mulai proteinnya akan sulit untuk dipisahkan.
dipergunakan secara meluas untuk tujuan- Koagulasi protein akan menyebabkan
tujuan komersial (industri) dengan perubahan struktur protein di mana pada
mempertimbangkan keuntungan-keuntungan keadaan ketika semua protein sudah
yang nyata dibandingkan apabila metode- menggumpal, maka protein tersebut tidak lagi
metode yang dilakukan dengan cara kimiawi memiliki struktur sekunder, tersier, dan
maupun fisis. Enzim akan bekerja optimal pada kuarterner[15].
kondisi menengah, misalnya pada suhu moderat
dan kisaran pH yang luas. Keuntungan lain
adalah bahwa enzim bersifat tidak beracun,
6
Naga: KOAGULASI PROTEIN DARI EKSTRAK BIJI KECIPIR DENGAN METODE PEMANASAN
Tabel 5. Hubungan Antara Waktu Terhadap Massa Padatan dan Persen Protein Hasil Koagulasi Pada Variasi
Suhu dan Tekanan
3.0
50oC 60oC 70oC
2.5
Massa Padatan, gram
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu, jam
Gambar 4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Massa Padatan Hasil Koagulasi Untuk Berbagai Suhu Pada
Tekanan 0,66 atm (Vakum)
7
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 1, 2010 (1-11)
3.00
50oC 60oC 70oC
2.50
1.50
1.00
0.50
0.00
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Waktu, jam
Gambar 5. Hubungan Antara Waktu Terhadap Massa Padatan Hasil Koagulasi Untuk Berbagai Suhu dan Pada
Tekanan 1 atm
Pada Gambar 4 disajikan bahwa dengan Pengaruh Suhu Terhadap Persen Protein
meningkatnya suhu pemanasan, maka massa Dalam Padatan Hasil Koagulasi
padatan yang diperoleh juga meningkat. Hal ini Dari Tabel 5 dan Gambar 6 dan 7
disebabkan dengan meningkatnya suhu, maka disajikan bahwa dengan semakin tinggi suhu,
energi kinetik dari partikel-partikel juga maka persen protein yang didapat juga semakin
meningkat, sehingga padatan yang diperoleh tinggi, tetapi pada suhu 70oC tekanan 1 atm
lebih banyak. Dengan meningkatnya energi persen protein yang didapat cenderung
kinetik dari partikel-partikel padatan, maka menurun. Hal ini disebabkan pada suhu 70oC
kemungkinan terjadinya tumbukan antar dan tekanan 1 atm, molekul protein sudah
partikel padatan dengan molekul air meningkat, mengalami denaturasi, sehingga persen protein
sehingga muatan dari partikel koloid tersebut yang didapat menurun.
akan terlepas dan terserap oleh molekul air
membentuk flok-flok. Mekanisme proses
Pengaruh Waktu Terhadap Persen Protein
koagulasi sebagai berikut; ketika asam amino
Dalam Padatan Hasil Koagulasi
(asam glutamat) dalam kecipir ini dipanaskan,
Dengan bertambahnya waktu pemanasan,
rantai dari ikatan tersebut mengembang dan
persen protein yang didapat semakin tinggi. Hal
pada akhirnya terputus, sehingga ikatan
ini disebabkan waktu untuk terjadinya proses
sekunder pada protein tersebut terputus dan
penggabungan senyawa protein itu semakin
terjadilah proses koagulasi[17].
lama, sehingga persen protein yang didapatkan
juga semakin tinggi. Sedangkan pada suhu 70oC
Pengaruh Waktu Terhadap Massa Padatan
dan tekanan 1 atm dapat dilihat bahwa dengan
Dalam Hasil Koagulasi
semakin lama waktu pemanasan, persen protein
Pada Gambar 4 dan 5 disajikan bahwa
yang didapat menurun. Hal ini disebabkan pada
dengan semakin lama waktu pemanasan dapat
suhu 70oC protein telah mengalami kerusakan
meningkatkan massa koagulan padatan. Hal ini
atau denaturasi, sehingga dengan semakin
disebabkan semakin lamanya waktu pemanasan
bertambahnya waktu, maka persen protein yang
kemungkinan terjadinya tumbukan semakin
didapat justru semakin sedikit.
lama, sehingga koagulan yang didapatkan
semakin banyak.
Pengaruh Tekanan Terhadap Persen Protein
Pengaruh Tekanan Terhadap Massa Dalam Padatan Hasil Koagulasi
Padatan Dalam Hasil Koagulasi Dari Tabel 5 dan Gambar 6 dan 7
Dari Gambar 4 dan 5 disajikan bahwa disajikan bahwa, pada tekanan vakum (0,66
dengan semakin tinggi tekanan, maka massa atm) persen protein yang didapat semakin
padatan yang diperoleh juga meningkat. Hal ini tinggi, hal ini disebabkan karena pada tekanan
disebabkan karena tekanan yang tinggi berperan yang tinggi ikatan pada protein lebih sukar
mendorong kecepatan partikel-partikel bergerak terpisah, karena adanya tekanan dari segala arah
di dalam larutan, sehingga kemungkinan yang menekan protein tersebut. Akan tetapi
terjadinya tumbukan juga semakin besar. pada tekanan rendah (0,66 atm) persen protein
8
Naga: KOAGULASI PROTEIN DARI EKSTRAK BIJI KECIPIR DENGAN METODE PEMANASAN
65
50oC 60oC 70oC
60
55
Persen Protein, %
50
45
40
35
30
25
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu, jam
Gambar 6. Hubungan Antara Waktu Terhadap Persen Protein Untuk Berbagai Suhu Pada Tekanan 0,66 atm
50
50oC 60oC 70oC
Persen Protein, %
45
40
35
30
25
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Waktu, jam
Gambar 7. Hubungan Antara Waktu Terhadap Persen Protein Untuk Berbagai Suhu Pada Tekanan 1 atm
tersebut berkurang, seiring dengan adanya dalam padatan hasil koagulasi untuk berbagai
pemanasan, rantai ikatan pada protein tersebut suhu dan tekanan disajikan pada Tabel 6 dan
lebih mudah terputus, sehingga pada tekanan Gambar 8 dan 9. Besarnya yield protein dalam
0,66 atm (vakum) persen protein yang didapat padatan hasil koagulasi mengikuti besarnya
semakin meningkat. massa protein dalam padatan tersebut. Dari
Tabel 6 dan Gambar 8 dan 9, terlihat bahwa
Pengaruh Waktu Terhadap Yield Protein yield protein dalam padatan hasil koagulasi juga
Dalam Padatan Hasil Koagulasi semakin besar dengan semakin tingginya suhu
Yield merupakan perbandingan antara operasi dan semakin lamanya waktu operasi.
massa protein dalam padatan hasil koagulasi Namun yield menurun pada suhu 70oC dan
dan massa serbuk biji kecipir mula-mula. tekanan 1 atm.
Hubungan antara waktu terhadap yield protein
Tabel 6. Hubungan Antara Waktu Terhadap Yield Protein Untuk Berbagai Suhu dan Tekanan
Tekanan 0,66 atm Tekanan 1 atm
Suhu Waktu Yield Protein, (gram Massa Yield Protein, (gram Massa
(0C) (jam) protein/gram biji Protein protein/gram biji Protein
kecipir) (gram) kecipir) (gram)
1 0,0042 0,1242 0,0047 0,1419
50 2 0,0061 0,1827 0,0058 0,1732
3 0,0088 0,2645 0,0082 0,2471
1 0,0173 0,5185 0,0137 0,4107
60 2 0,0212 0,6353 0,0192 0,5765
3 0,0254 0,7619 0,0240 0,7209
1 0,0264 0,7927 0,0303 0,9107
70 2 0,0399 1,1984 0,0284 0,8525
3 0,0484 1,4508 0,0255 0,7643
9
WIDYA TEKNIK Vol. 9, No. 1, 2010 (1-11)
0.06
50oC 60oC 70oC
0.05
0.04
Yield Protein
0.03
0.02
0.01
0
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Waktu, jam
Gambar 8. Hubungan Antara Waktu Terhadap Yield Protein Untuk Berbagai Suhu Pada Tekanan 0,66 atm
0.05
50oC 60oC 70oC
0.04
Yield Protein
0.03
0.02
0.01
0.00
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
Waktu, jam
Gambar 9. Hubungan Antara Waktu Terhadap Yield Protein Untuk Berbagai Suhu Pada Tekanan 1 atm
KESIMPULAN http://www.tabloidnova.com/article.asp?id=
Dari hasil penelitian dan pembahasan, 5042, Diakses 19 Agustus 2009
dapat disimpulkan sebagai berikut: [4] Faduli, B, Sembuh Dengan Kecipir,
1. Dengan semakin meningkatnya suhu, maka Tabloid Nova, Edisi 11 Agustus 2006,
yield protein yang didapat juga semakin http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id
tinggi, akan tetapi pada suhu 70oC dan =5042&no=2, Diakses 20 Agustus 2009
tekanan 1 atm, yield protein yang didapat [5] Binaraga, Forum., Topik ASP 2007
justru menurun. http://www.binaraga.info/forum/topic.asp?
2. Dengan semakin lama waktu pemanansan, TOPIC_ID=40, Diakses 20 Agustus 2009
maka yield protein yang didapat juga [6] Anonim, Winged Bean Recipes ,
semakin tinggi. http://www.echotech.org/mambo/images/
3. Dengan semakin rendah tekanan yang DocMan/wingedbe.pdf winged bean
digunakan, maka yield protein yang recipes, Diakses 26 Nopember 2009
didapat semakin tinggi. [7] Winarno, F. G., Kimia Pangan dan Gizi,
4. Kondisi optimum untuk koagulasi protein Hlm. 50-83, PT. Gramedia Pustaka Utama,
adalah pada suhu 70oC, waktu 3 jam dan Jakarta, 1986
pada tekanan vakum (0,66 atm). [8] Maesan, V.D.L.J.G. dan Somaatmadja,
(Penerjemah: Danimihardjam, S. ), Proses
DAFTAR PUSTAKA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara:
[1] Anna, P., Dasar-dasar Biokimia, Hlm. Kacang-kacangan, Jilid 1, Hlm. 1-3, PT.
115-116, Penerbit Universitas Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993
Jakarta, 1994 [9] Geankoplis, C. J., Transport Processes And
[2] Wikipedia Foundation Inc., Kecipir, Unit Operations, Edisi Ketiga, Hlm.723,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecipir, Di- Prentice-Hall India Publisher, New Delhi,
akses 14 Agustus 2009 1997
[3] Rizal, H, Kecipir Indah Dengan Segudang [10] Richard, R.G., Setiyadi, Ira I, dan Linda
Manfaat, Tabloid Nova, W., Koefisien Perpindahan Massa pada
Proses Ekstraksi Kopi, Prosiding
10
Naga: KOAGULASI PROTEIN DARI EKSTRAK BIJI KECIPIR DENGAN METODE PEMANASAN
Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan [14] Suria, S., Aplikasi Enzim Dalam Pakan
Proses 2001, Hlm. A-1-1, Universitas Unggas, http://images.google.co.id/
Diponegoro, Semarang, 2001 imgres?imgurl, =http://suharjawanasuria.
[11] Purwaka dan Agus, Ekstraksi Protein tripod.com/enzyme.jpg&imgrefurl,
dari Biji Turi, Laporan Penelitian, Diakses 23 Agustus 2009
Jurusan Teknik Kimia, Universitas [15] Luthana, Y. K., Perubahan Sifat Fisik
Gadjah Mada, Yogyakarta, 1992 Kimiawi Protein dan Lemak Selama
[12] Kirk, R. E. dan Othmer, D. F., 1951, Pengolahan,http://yongkikastanyaluthana
Encyclopedy of Chemical Technology, .wordpress. com/, Diakses 31 Januari
Vol. 1, Hlm. 226-248, The Interscience 2009
Encyclopedy Inc., New York, 1951 [16] Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi
[13] Veronika dan Liza, Ekstraksi Protein Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dari Biji Lamtoro Gung dengan Larutan dan Pertanian; Penerbit Liberty
HCl dan K3PO4, Laporan Penelitian, Yogyakarta, 2007
Jurusan Teknik Kimia, Universitas [17] Rodwel, W. V., 2003, Biokimia Harper,
Katolik Widya Mandala, Surabaya, 1995 Hlm. 25-56, Penerbit EGC, Jakarta, 2003
11