Anda di halaman 1dari 38

MINANGKABAU

PARIAMAN

Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai
barat Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter di atas
permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km dengan panjang pantai 12,7 km serta
luas perairan laut 282,69 km dengan 6 buah pulau-pulau kecil di antaranya Pulau
Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.
Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi
oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah hujan pertahun
mencapai angka sekitar 4.055 mm (2006) dengan lama hari hujan 198 hari. Suhu rata-
rata 25,34 C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan angin rata-rata
1,80 km/jam
Asal Mula dan Sejarah Suku bangsa Kota Pariaman MinangKabau

Asal usul dan sejarah Pariaman 30 September 2009 pukul 13:46 Pariaman di zaman
lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak
tahun 1500an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-
1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia
mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan
Barus. Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain
untuk penduduk asli dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu.

Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang
dibawa dari Batak ke Tanah Sunda. Kemudian, datang bangsa Perancis sekitar tahun
1527 dibawah komando seorang politikus dan pengusaha yakni Jean Ango. Ia
mengirim 2 kapal dagang yang dipimpin oleh dua bersaudara yakni Jean dan Raoul
Parmentier.

Kedua kapal ini sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan
Indrapura. Tapi anak buahnya merana terserang penyakit, sehingga catatan dua
bersaudara ini tidak banyak ditemukan. Tanggal 21 November 1600 untuk pertama kali
bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, yaitu 2 kapal di bawah pimpinan Paulus
van Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan kemudian disusul oleh
kapal Belanda lainnya. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda Kelapa tahun 1596
juga melewati perairan Pariaman.
Tahun 1686, orang Pariaman (Pryaman seperti yang tertulis dalam catatan W.
Marsden) mulai berhubungan dengan Inggris. Sebagai daerah yang terletak di pinggir
pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa asing yang
melakukan pelayaran kapal laut beberapa abad silam. Pelabuhan entreport Pariaman
saat itu sangat maju.

Namun seiring dengan perjalanan masa pelabuhan ini semakin sepi karena salah satu
penyebabnya adalah dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang ke
Pariaman pada tahun 1908. Sejarah Menurut laporan Tom Pires dalam Suma Oriental
yang ditulis antara tahun 1513 and 1515, kota Pariaman ini merupakan bagian dari
kawasan rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota
pelabuhan penting di pantai barat Sumatera.

Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berdagang emas, lada dan berbagai
hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Namun pada awal abad ke-17,
kawasan ini telah berada dalam kedaulatan kesultanan Aceh. Seiring dengan
kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 yang
kemudian mendirikan kantor dagang di kota Padang[4] yang kemudian pada tahun
1668 berhasil mengusir pengaruh kesultanan Aceh di sepanjang pesisir pantai barat
Sumatera, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?). Dan kemudian pemerintah Hindia-
Belanda memusatkan aktivitasnya di kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api
antara kota Padang dengan kota Pariaman, sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman
pun mulai kehilangan pamornya.

Geografi Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di
pantai barat Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter diatas
permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km dengan panjang pantai 12,7 km
serta luas perairan laut 282,69 km dengan 6 buah pulau-pulau kecil diantaranya
Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau
Kasiak. Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat
dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah
hujan pertahun mencapai angka sekitar 4.055 mm (2006) dengan lama hari hujan 198
hari.
Suhu rata-rata 25,34 C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan
angin rata-rata 1,80 km/jam. Utara kecamatan V Koto Kampung Dalam, kabupaten
Padang Pariaman Selatan kecamatan Nan Sabaris, kabupaten Padang Pariaman Barat
Samudera Hindia Timur kecamatan VII Koto Sungai Sarik, kabupaten Padang
Pariaman Pemerintahan !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Walikota
Pariaman Kota Pariaman resmi berdiri sebagai kota otonom pada tanggal 2 Juli 2002
berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang pembentukan kota
Pariaman di provinsi Sumatera Barat.

Sebelumnya kota ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten
Padang Pariaman berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 1986 yang
diresmikan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Rustam dengan
Walikota pertamanya Drs. Adlis Legan (1987-1993). Kota Pariaman terdiri atas empat
kecamatan: Pariaman Selatan Pariaman Tengah Pariaman Timur Pariaman Utara Kota
Pariaman memiliki 71 (tujuh puluh satu) Kelurahan/Desa yang tergabung dalam 12 (dua
belas) Kenagarian.

Sampai tahun 2008 tercatat 2.952 orang pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di
lingkungan pemerintah kota Pariaman, dengan rincian 54 orang berpendidikan Pasca
Sarjana, 1.049 orang Sarjana, 761 orang dengan pendidikan Diploma III, 319 orang D
II, 510 orang dengan pendidikan SLTA, 24 orang lulusan SLTP dan 16 orang lulusan
SD[8]. Kependudukan Kota Pariaman jumlah penduduknya hampir secara keseluruhan
didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan rasio jenis kelamin 93.26, sedangkan
jumlah angkatan kerja 27.605 orang dengan jumlah pengangguran 2.970 orang.

pada kecamatan Pariaman Tengah menjadi kawasan yang paling padat jumlah
penduduknya Tahun 2008 2010 Jumlah penduduk 70.625 Green Arrow Up.svg 97.901
Sejarah kependudukan kota Padang Sumber Pendidikan Pendidikan merupakan faktor
penting dalam pembangunan daerah dan menjadi salah satu prioritas pemerintah kota
ini, karena dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas tentu akan
mendorong perkembangan pembangunan kota Pariaman.

Beberapa program pemerintah kota diarahkan pada peningkatan sarana prasarana


penunjang pendidikan, baik pengadaan alat laboratorium, alat peraga sekolah, maupun
buku-buku sekolah. Selain itu peningkatan kemampuan dan pemerataan tenaga
pendidik juga dilakukan secara kontinu termasuk dukungan pendanaan, pelatihan
maupun studi lanjut.
Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta
SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan
tinggi Jumlah satuan 81 20 7 3 10 7 Data sekolah di kota Pariaman Sumber:[11]
Kesehatan Di Kota Pariaman terdapat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) milik
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Jalan M. Yamin, Kampung Baru,
Kecamatan Pariaman Tengah dengan type C.

Kota ini juga memiliki 7 puskesmas, 13 puskesmas pembantu, 51 pos kesehatan


desa/kelurahan (Poskesdes/Poskeslur). Perhubungan Jembatan Kurai Taji (tahun
1920-an) Sebelumnya pelabuhan di kota Pariaman pernah menjadi pusat perdagangan
di pantai barat pulau Sumatera, namun seiring dengan menguatnya kekuasaan
pemerintahan kolonialis Hindia-Belanda, lambat laun peranan pelabuhan kota ini
menurun digantikan oleh pelabuhan Muara dan pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di
kota Padang[12].

Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi sebagai sarana
angkutan penumpang dan barang, dan hanya digunakan untuk tempat berlabuh kapal-
kapal nelayan setempat. Terminal bus lama Pariaman Pembangunan jalan merupakan
aspek penting dalam menunjang sektor ekonomi dan sosial sehingga dapat
mengakomodasi keterhubungan lokasi atau ruang fisik dimana kegiatan penduduk
berada.

Sampai tahun 2007 pemerintah kota Pariaman telah melakukan peningkatan jalan
sepanjang 78.30 km. Selanjutnya sebagai sarana transportasi untuk angkutan dalam
kota dan sekitarnya, terdapat mikrolet dan bendi (kereta kuda). Sedangkan untuk antar
daerah dalam provinsi digunakan bis. Dan sebagai pusat dari sarana angkutan darat di
kota ini adalah pada Terminal Jati[13]. Selain itu kota ini juga memiliki sarana
transportasi kereta api yang menghubungkan kota ini dengan kota Padang.

Perekonomian Sektor perdagangan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja


paling banyak di kota Pariaman, yang kemudian disusul oleh sektor jasa, dimana pada
kota ini terdapat 3 buah pasar tradisional. Sektor industri cukup berkembang di kota ini
terutama industri kimia dan logam. Sedangkan sektor pertanian masih menjanjikan bagi
masyarakat setempat dimana sampai tahun 2007 luas areal persawahan yang masih
dimiliki kota ini adalah 36.81 % dari total luas wilayahnya, dan sektor pertanian ini juga
memberikan konstribusi paling besar yaitu sebesar 27.06 % dari total PDRB kota
Pariaman.
Perkembangan PDRB kota Pariaman Tahun PDRB atas dasar harga berlaku (milyar
rupiah) PDRB atas dasar harga konstan 2000 (milyar rupiah) Pertumbuhan (%) Inflasi
(%) 2003 641.91 509.11 5.05 6.01 2004 715.22 535.81 5.24 5.87 2005 865.65 561.91
4.87 15.41 2006 1.019.92 589.88 4.98 12.24 2007 1.126.04 621.50 5.36 4.79 Sumber:
[6][1] Pariwisata Kota Pariaman memiliki pantai landai dengan pesona yang indah, saat
ini resort wisata telah dibenahi oleh pemerintah kota setempat dalam usaha
pengembangan sektor pariwisatanya.

Objek wisata pantai Pariaman diantaranya adalah pantai Gandoriah yang berlokasi di
depan stasiun kereta api Pariaman, Pantai Kata di Taluk-Karan Aur, Pantai Cermin di
Karan Aur, Pantai Belibis di Naras dan memiliki Pusat Penangkaran Penyu pertama
dan satu-satunya di Sumatera Barat di Pantai Penyu, Apar, Kec. Pariaman Utara.
Selain itu Kota yang bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 5 (lima) pulau kecil
yang tak berpenghuni yang tengah dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai
destinasi wisata oleh Pemkot Pariaman diantaranya Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak,
Pulau Tangah, Pulau Ujung dan Pulau Gosong.

Kota ini juga dikenal dengan pesta budaya tahunan tabuik[14][15][16] yang prosesi
acaranya diselenggarakan mulai dari tanggal 1 Muharram sampai pada puncaknya
tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Saat ini terdapat 2 museum rumah Tabuik yakni
Rumah Tabuik Subarang di Jl. Imam Bonjol Samping Balaikota dan Rumah Tabuik
Pasa di Jl. Syekh Burhanuddin Karan Aur yang memuat informasi sejarah
perkembangan dan pembuatan tabuik beserta replikanya.

Pesta budaya Tabuik telah diselenggarakan sejak zaman kolonial Belanda Setiap
Minggu pagi, Jalan Imam Bonjol salah satu jalan protokol di Kota Pariaman mulai dari
Simpang Lapai Cimparuh sampai ke Simpang LLAJ Lama disterilkan dari arus
kendaraan untuk kegiatan car free day.[17] Budaya Masyarakat di kota Pariaman ini
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya.

Sebagai kawasan yang berada dalam struktur rantau, beberapa pengaruh terutama dari
Aceh masih dapat ditelusuri sampai sekarang, diantaranya penamaan atau panggilan
untuk seseorang di kawasan ini, misalnya ajo (lelaki dewasa, dengan maksud sama
dengan kakak) atau cik uniang (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan
kakak) sedangkan panggilan yang biasa digunakan di kawasan darek adalah uda
(lelaki) dan uni (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang
hanya dikenal di kota ini seperti bagindo, sutan atau sidi (sebuah panggilan kehormatan
buat orang tertentu).

Kemudian dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa
yang dinamakan Ba japuik atau Ba bali yaitu semacam tradisi dimana pihak mempelai
wanita mesti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang digunakan untuk
meminang mempelai prianya. Pariaman sebagai kota otonom lahir berdasarkan surat
keputusan Presiden yang diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri RI Hari Sabarno
tanggal 2 Juli 2002 di halaman kantor Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat
Desa Depdagri, Jakarta.

Kota Pariaman ini lahir berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun 2002 tanggal 10
April 2002 tentang pembentukan Kota Pariaman Propinsi Sumatera Barat yang
ditandatangani oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Undang-Undang tersebut
diundangkan ke dalam Lembaran Negara RI dengan nomor urut 25 tahun 2002 oleh
Sekretaris Negara RI Bambang Kesowo. Namun jauh sebelumnya, dari mana asal
penduduk Pariaman. Jika dilihat masa silam kota Pariaman, maka Pariaman
merupakan salah satu daerah rantau dari Minangkabau, seperti halnya Padang,
Pasisia, Tiku.

Menurut struktur pemerintahan adat Minangkabau, rantau Pariaman dinamakan rantau


Riak Nan Mamacah. Maksudnya, di mana harta pusakanya juga turun dari garis ibu.
Sedangkan gelar (gala) pusaka, juga turun dari garis Bapak. Warisan gelar setelah
berumah tangga turun dari bapak seperti Sidi, Bagindo dan Sutan. Gelar itu merupakan
panggilan dari keluarga isteri yang lebih tua dari umur isteri kepada seorang laki-laki.
Warisan dari bapak ini hanya ada di Pariaman. Penduduk Pariaman umumnya turun
dari Luhak Tanahdata. Selain itu juga dari Luhak Agam pada bagian Utara.

Sedangkan bagian sebelah Selatan justru turun dari Solok. Meski demikian, tetap saja
mereka yang turun dari Luhak Tanahdata menjadi pemegang utama roda pemerintah.
Abdul Kiram dan Yeyen Kiram dalam bukunya Raja-Raja Minangkabau Dalam Lintasan
Sejarah (2003;51-52) mencatat, nenek moyang yang mula-mula turun dari Luhak
Tanahdata ada sebanyak empat orang Penghulu beserta rombongannya. Yakni Datuk
Rajo Angek, Datuk Palimo Kayo, Datuk Bandaro Basa, dan Datuk Palimo Labih.
Amanah dari Yang Dipertuan Pagaruyung, di mana jika rombongan berada pada
sebuah tempat yang tidak diketahui namanya, maka segeralah diberi nama dan tanda.
Akhirnya tempat itu diberi nama Kandangampek. Karena rombongan mereka berjumlah
empat. Tidak lama kemudian, di tempat yang sama datang lagi satu rombongan
dipimpin Datuk Makhudum Sabatang Panjang. Kedua rombongan bergabung dan
sepakat bersama-sama turun ke bawah menuju arah Barat. Selanjutnya, rombongan
menemukan sebuah tempat yang agak tinggi, tapi belum diketahui namanya.

Salah seorang anggota rombongan, menanamkan sebatang pohon sebagai pembatas


antara Luhak dan Rantau. Di tempat itu rombongan sepakat menamakan Kayutanam.
Daerah inilah yang membatasi Luhak (darek) dengan Rantau. Berbatas dengan Bukit
Barisan yang melingkari Padangpanjang. Perjalanan kelima orang Penghulu tersebut
diteruskan sampai ke Pakandangan. Di sini mereka membangun perkampungan.

Tidak lama kemudian datang lagi ke Pakandangan enam orang Penghulu dari
Tanahdata, yakni Datuk Simarajo, Datuk Rangkayo Basa, Datuk Rajo Mangkuto, Datuk
Rajo Bagindo dan Datuk Mangkuto Sati. Keenamnya bergabung dengan rombongan
yang datang sebelumnya. Luas perkampungan diperluas sampai ke Sicincin. Sebagai
penghormatan, khusus lima orang Penghulu yang datang pertama, mereka ditempatkan
di tengah-tengah kampung.

Sedangkan enam Penghulu yang datang belakangan, melingkari tempat kediaman lima
Penghulu tersebut. Daerah ini akhirnya bernama Anamlingkung. Kedatangan dua
gelombang, untuk mengingatnya dijadikan Kecamatan 2 X 11 Anam-lingkuang dengan
ibukota Sicincin. Kini kecamatan ini sudah dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Yakni,
Anamlingkung, 2 X 11 Anamlingkuang Sicincin dan 2 X 11 Kayutanam.

Dari daerah-daerah ini, mereka terus menyusuri hingga ke pantai Pariaman. Ada juga
yang menyebutkan penduduk Pariaman dari Tanahdata turun melalui Malalak. Di
Malalak rombongan terbagi dua kelompok. Satu kelompok langsung menuju Pariaman,
satu kelompok lagi menuju Kampungdalam. Kuatnya hubungan kekeluargaan dengan
Malalak ini dapat dilihat dari adanya kunjungan dari orang yang berada di Pariaman,
tapi berasal dari Malalak, kepada keluarga asal di Malalak.

Pariaman yang terletak di pinggir pantai, mudah dikunjungi pelaut dari berbagai negeri,
menyebabkan mudahnya hubungan dengan daerah lain. Sehingga masyarakatnya pun
mudah menerima perubahan, baik sosial, politik maupun agama. Tak heran sebagai
wilayah yang berada di pinggir pantai dan di singgahi oleh berbagai pedagang,
Pariaman belakangan dihuni tak hanya dari keturunan Minangkabau dari daerah darek.

Di Pariaman terdapat pula keturunan keling (kaliang). Mungkin karena warna kulitnya
lebih hitam, maka disebut saja kaliang. Sehingga jika ada anggota keluarga rang
Pariaman, sering dikatakan kulitnya hitam kaliang. Bahkan sebelum proklamasi
Indonesia 17 Agustus 1945, di Pariaman juga banyak terdapat keturuan Tionghoa
(Cina). Bukti peninggalan keturunan Tionghoa yang tidak bisa dibantah adalah kuburan
keturunan Tionghoa di Toboh Palabah dan nama daerah Kampungcino.

Sedangkan bangsa penjajah (Belanda, Inggris dan Jepang), yang pernah bermukim di
Pariaman, hingga kini tak diketemukan lagi buktinya. Penulis hanya pernah
mendapatkan informasi di sekitar Kampung Perak ada kuburan Belanda. Namun kini
sudah menjadi areal perkantoran, yakni Kantor Kesbang Linmas Kabupaten
Padangpariaman.

Meski penduduk Pariaman sudah bercampur, tapi tetap memakai adat Minangkabau
dalam kesehariannya. Hanya saja, sebagai daerah rantau, di Pariaman tidak
diketemukan rumah gadang seperti di daerah darek. Rumah gadangnya tidak
bergonjong sebagaimana rumah gadang di daerah darek seperti tanduk kerbau.
Bahasa Pariaman

Bahasa Minangkabau (bahasa Minang: baso Minang) adalah salah


satu bahasa dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang
Minangkabau sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatera
Barat (kecuali kepulauan Mentawai), pantai barat Aceh dan Sumatera Utara, bagian
barat provinsi Riau, bagian utara Jambi dan Bengkulu, serta Negeri
Sembilan, Malaysia.[2] Bahasa Minang dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti
halnya Bahasa Banjar, Bahasa Betawi, dan Bahasa Iban.

Sempat terdapat pertentangan mengenai hubungan Bahasa Minangkabau


dengan Bahasa Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap Bahasa Minangkabau
sebagai salah satu dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk
tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan bahwa bahasa ini
merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Bahasa Melayu. [3]

Kerancuan ini disebabkan karena Bahasa Melayu dianggap satu bahasa. Kebanyakan
pakar kini menganggap Bahasa Melayu bukan satu bahasa, tetapi merupakan satu
kelompok bahasa dalam rumpun bahasa Melayik. Di mana Bahasa Minangkabau
merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok Bahasa Melayu tersebut.

Bahasa Minang masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh


masyarakat Minangkabau, baik yang berdomisili di Sumatera maupun di perantauan.
Namun untuk masyarakat Minangkabau yang lahir di perantauan, sebagian besar
mereka telah menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu dalam percakapan
sehari-hari.
System teknology

Bendi merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang masih bertahan di
Padang. Bendi biasanya para bendi mangkal di depan Padang Theatre.

Zaman dulu, sebelum orang-orang mengenal mobil, kendaraan pribadi adalah bendi.
Punya bendi pribadi sudah setara dengan punya mobil pribadi. Sampai sekarang, alat
transport yang digerakkan oleh tenaga kuda ini masih mempunyai pelanggan setia di
tengah maraknya transportasi modern yang tentunya lebih cepat

Pedati adalah alat transportasi yang digerakkan oleh kerbau. Penampakannya mirip
dengan bendi, tapi agak lebih tinggi. Biasanya pedati digunakan untuk membawa
barang yang berat. Sekarang, sulit sekali menemukan pedati di kota Padang.
System Mata Pencarian

sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai
kegiatan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan hidup.
Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan sebagai professional dan
intelektual. Mereka merupakan pewaris terhomat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan
Sriwijaya yang gemar berdagang. Hampir separuh masyarakat ini hidup diperantauan.
Minang perantauan pada umumnya berada dikota-kota besar.

BERDAGANG

Pertambahan penduduk yang tidak diiringi dengan pertambahan sumber daya


alam yang ada dalambercocok tanam, menyebabkan suku minang beralih
profesi menjadi pedagang dalam memenuhikebutuhan hidupnya.

Pedagang Minangkabau merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal


dari ranah Minangkabau. Disamping profesi dokter, guru, dan ulama, menjadi pedagang
merupakan mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya
profesi ini menjadi batu loncatan bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.

Sejarah

Pedagang-pedagang besar Minangkabau telah menjejakan kakinya sejak abad ke-7.


Mereka menjadi pedagang berpengaruh yang beroperasi di pantai barat dan pantai
timur Sumatra. Pedagang Minang banyak menjual hasil bumi seperti lada, yang mereka
bawa dari pedalaman Minangkabau ke Selat Malaka melalui sungai-sungai besar
seperti Kampar, Indragiri, dan Batang Hari. Sejak kemunculan Kerajaan Sriwijaya,
banyak pedagang Minangkabau yang bekerja untuk kerajaan.

Di sepanjang pantai barat Sumatra, para pedagang ini membuka pos-pos


perdagangannya di kota-kota utama dari Aceh hingga Bengkulu, seperti Meulaboh,
Barus, Tiku, Pariaman, Padang, dan Bengkulu. Peranan pedagang Minangkabau mulai
menurun sejak dikuasainya pantai barat Sumatra oleh Kesultanan Aceh.
Munculnya kaum Paderi di Sumatera Barat pada akhir abad ke-18, merupakan
kebangkitan kembali pedagang Minangkabau yang dirintis oleh para ulama Wahabi.
Pedagang ini kembali mendapatkan ancaman dari Kolonial Hindia Belanda sejak
dibukanya pos perdagangan Belanda di Padang.

Perang Paderi yang berlangsung selama 30 tahun lebih telah meluluhlantakan


perdagangan Minangkabau sekaligus penguasaan wilayah ini dibawah kolonial Hindia-
Belanda.
Di tahun 1950-an, banyak pedagang Minangkabau yang sukses berbisnis diantaranya
Hasyim Ning, Rahman Tamin, Agus Musin Dasaad, dan Sidi Tando. Pada masa Orde
Baru, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pedagang Tionghoa sangat
merugikan pedagang Minangkabau. Kesulitan berusaha dialami oleh pedagang Minang
pada saat itu, terutama masalah pinjaman modal di bank serta pengurusan ijin usaha.

Jenis susaha Restoran Usaha rumah makan merupakan jenis usaha yang banyak
digeluti oleh pedagang Minang. Jaringan restoran Minang atau yang biasa dikenal
dengan restoran Padang tersebar ke seluruh kota-kota di Indonesia, bahkan hingga ke
Malaysia dan Singapura. Disamping itu terdapat juga usaha restoran yang memiliki ciri
khas dan merek dagang yang dijalani oleh pedagang dari daerah tertentu. Pedagang
asal Kapau, Agam biasanya menjual nasi ramas yang dikenal dengan Nasi Kapau.
Pedagang Pariaman banyak yang menjual Sate Padang.

Sedangkan pedagang asal Kubang, Lima Puluh Kota menjadi penjual martabak,
dengan merek dagangnya Martabak Kubang. Restoran Sederhana yang dirintis oleh
Bustamam menjadi jaringan restoran Padang terbesar dengan lebih dari 60 cabang
yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Malaysia, Restoran Sari Ratu yang didirikan oleh
Junaidi bin Jaba, salah satu restoran Padang yang sukses.

Tekstil
Di pasar tradisional kota-kota besar Indonesia, pedagang Minangkabau banyak yang
menggeluti perdagangan tekstil. Di Jakarta, pedagang Minangkabau mendominasi
pusat-pusat perdagangan tradisional, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar
Blok M, Pasar Jatinegara, dan Pasar Bendungan Hilir. Dominansi pedagang tekstil
Minangkabau juga terjadi di Medan dan Pekan Baru. Jika di Medan pedagang
Minangkabau mendominasi Pasar Sukaramai, maka di Pekan Baru mereka dominan di
Pasar Pusat dan Pasar Bawah.
Di Surabaya, pedagang tekstil asal Minang banyak dijumpai di Pasar Turi.
Kerajinan
Orang Minang banyak melakukan perdagangan dari hasil kerajinan. Para pedagang ini
banyak yang menggeluti kerajinan perak, emas, dan sepatu. Kebanyakan dari mereka
berasal dari Silungkang, Sawahlunto dan Pandai Sikek, Tanah Datar.
Disamping juga banyak yang menggeluti usaha jual-beli barang-barang antik, dimana
usaha ini biasanya digeluti oleh pedagang asal Sungai Puar, Agam.

Pedagang barang antik Minangkabau banyak ditemui di Cikini, Jakarta Pusat dan
Ciputat, Tangerang Selatan
Percetakan
Bisnis percetakan merupakan jenis usaha yang banyak dijalankan oleh pedagang
Minang. Usaha percetakan yang mereka jalani meliputi percetakan undangan dan buku.
Bahkan dari usaha percetakan ini berkembang menjadi usaha penerbitan buku dan
toko buku. Usaha percetakan banyak digeluti oleh pedagang asal Sulit Air, Solok.

Salah satu tokoh sukses yang menggeluti bisnis percetakan ini ialah H.M Arbie yang
berbasis di kota Medan.
Hotel dan Travel
Bisnis pariwisata terutama jaringan perhotelan dan travel juga banyak digeluti oleh
pengusaha Minangkabau. Di Jakarta, jaringan Hotel Grand Menteng merupakan
jaringan bisnis hotel terbesar milik orang Minang. Di Pekan Baru, disamping Best
Western Hotel milik Basrizal Koto, ada Hotel Pangeran yang dimiliki oleh Sutan
Pangeran. Bisnis travel di geluti oleh pengusaha asal Payakumbuh, Rahimi Sutan di
bawah bendera Natrabu Tour.
Pendidikan
Bisnis pendidikan juga menjadi pilihan bagi orang Minang.

Usaha ini biasanya digeluti oleh para pendidik yang pada mulanya bekerja pada
sekolah negeri atau swasta. Dari pengalaman tersebut, mereka bisa mengembangkan
sekolah, universitas, atau tempat kursus sendiri yang akhirnya berkembang secara
profesional. Di Jakarta, setidaknya terdapat tiga universitas milik orang Minang, yaitu
Universitas Jayabaya, Universitas Persada Indonesia YAI, dan Universitas Borobudur.
Media
Bakat menulis dan ilmu jurnalistik yang dimiliki oleh orang Minang, telah melahirkan
beberapa perusahaan media besar di Indonesia.

Antara lain ialah koran Oetoesan Melajoe yang didirikan oleh Sutan Maharaja pada
tahun 1915, majalah Panji Masyarakat yang didirikan oleh Hamka, koran Pedoman
yang didirikan oleh Rosihan Anwar, koran Waspada yang didirikan oleh Ani Idrus,
majalah Kartini yang didirikan oleh Lukman Umar, majalah Femina yang didirikan oleh
putra-putri Sutan Takdir Alisjahbana, dan jaringan televisi TV One yang didirikan oleh
Abdul Latief.

Keuangan

Bisnis di industri keuangan, seperti perbankan, sekuritas, dan asuransi juga merupakan
pilihan bagi pengusaha Minang. Bahkan pengusaha Minang, Sutan Sjahsam yang juga
adik perdana menteri pertama Indonesia Sutan Sjahrir, merupakan perintis pasar modal
di Indonesia. Sjahsam juga seorang pialang saham dan mendirikan perusahaan
sekuritas, Perdanas. Disamping Sjahsam, ekonom Syahrir juga aktif dalam bisnis
sekuritas dengan mendirikan perusahaan Syahrir Securities.
Di bisnis perbankan, ada pengusaha Minang lainnya, Anwar Sutan Saidi, yang
mendirikan Bank Nasional pada tahun 1930.
Silaturahmi pedagang
Untuk membangun jaringan dan silaturahmi antar pedagang Minangkabau, maka
diadakanlah pertemuan yang dikenal dengan Silaturahmi Saudagar Minang. Silaturahmi
ini pertama kali diadakan di Padang pada tahun 2007 yang dihadiri tak kurang dari 700
pengusaha Minang dari seluruh dunia.

Pedagang sukses

Djohor Soetan Perpatih, menjadi seorang pedagang sukses di tahun 1930-an.


Bersama saudaranya Djohan Soetan Soelaiman, dia mendirikan toko Djohan Djohor
yang terkenal dengan aksi mendiskon barang yang menyebabkan toko-toko Tionghoa
di Pasar Senen, Pasar Baru, dan Kramat (ketiganya berada di Jakarta) menurunkan
harga dagangannya.

Hasyim Ning merupakan pengusaha Minang sejak era Orde Lama. Bisnisnya
bergerak di bidang otomotif, yaitu sebagai agen tunggal pemegang merek mobil-mobil
asal Eropa dan Amerika Serikat. Hasyim pernah dijuluki pers sebagai "Raja Mobil dan
Henry Ford Indonesia". Dia sempat dituding sebagai boneka kapitalis ketika pada tahun
1954 perusahan yang dipimpinnya, Indonesia Service Company, mendapat kredit lunak
sebesar 2,6 juta dollar AS dari Development Loan Fund. Selain itu bisnis Hasyim juga
merambah perhotelan dan biro perjalanan.
Abdul Latief merupakan sosok sukses pengusaha Minangkabau di Jakarta. Bisnis
Abdul Latief meliputi properti dan media dibawah bendera ALatief Corporation.
Pasaraya dan TV One merupakan perusahaan terbesar milik Latief. Selain sukses
sebagai pengusaha, Latief juga menjabat sebagai menteri Tenaga Kerja di
pemerintahan Orde Baru.

Basrizal Koto merupakan pengusaha asal Pariaman yang menggeluti bisnis media,
hotel, pertambangan, dan peternakan. Basrizal yang dikenal dengan Basko memiliki
hotel yang berbasis di Pekan Baru dan Padang. Selain itu dia memiliki peternakan sapi
terbesar di Asia Tenggara.

Rahimi Sutan, pengusaha Minangkabau yang sukses menggeluti bisnis travel, biro
perjalanan, dan rumah makan. Saat ini Natrabu Tour, perusahaan travel miliknya,
bertebaran di seluruh daerah tujuan wisata di Indonesia, Jepang, Inggris, dan Amerika
Serikat.

Fahmi Idris merupakan salah satu pengusaha Minang yang juga seorang politisi.
Fahmi mendirikan grup bisnis Kodel yang bergerak dibidang perdagangan, industri, dan
investasi. Fahmi yang telah berbisnis sejak tahun 1967, sempat berhenti kuliah dari
FEUI untuk mulai berwirausaha.

Datuk Hakim Thantawi, merupakan pengusaha yang bergerak di bidang


pertambangan dan perdagangan di bawah bendera Grup Thaha.

Tunku Tan Sri Abdullah, merupakan pengusaha Minang-Malaysia yang cukup sukses.
Dibawah bendera Melewar Corporation, bisnisnya meliputi produksi baja dan
manufaktur.
BERTANI DAN BERKEBUN

Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang
tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Karena memang
faktor alam di indonesia yang mendukung dalam kegiatan bercocok tanam,
makasebagian besar mata pencaharian penduduk indonesia ialah bertani dan
berkebun, salah satunya sukuminang. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak
masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini.
Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan
adalah kain songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari
Minangkabau.

PERTAMBANGAN

Secara geologis suku minang memiliki cadangan bahan baku terutama emas, tembaga,
timah dan lainsebagainya. Jadi secara tidak langsung, penduduk minang memiliki ilmu
dalam pertambangan, meskipunkebanyakan bahan baku tersebut langsung dijual, tidak
diolah dahulu.
Organisasi social

Sistem sosial masyarakat Padang yang matrilineal, yaitu suatu sistem sosial yang
mengikuti garis keturunan dari pihak ibu. Suatu sistem sosial yang termasuk langka
didunia ini sehingga menarik minat para ahli dan peneliti.
Sistem matrilineal menurut ahli antropologi merupakan suatu sistem sosial masyarakat
tertua yang telah lahir jauh sebelum lahirnya sistem patrilineal yang berkembang
sekarang.

Sistem ini akan tetap kuat dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau sampai
sekarang, dia tidak akan mengalami evolusi, sehingga menjadi sistem patrilineal.
Sistem ini menjadi langgeng dan mapan karena sistem ini memang sejiwa dengan adat
Minangkabau yang universal, yang meliputi seluruh segi kehidupan manusia, baik
kehidupan secara individu maupun kehidupan bermasyarakat.

Sistem kekerabatan di padang pariaman (Minangkabau) adalah sebagai berikut:

1. Pernikahan

Dalam adat penikahan di Pariaman, pihak wanitalah yang melamar atau membawakan
uang jemputan kepada pihak pria ketika akan melangsungkan pernikahan (dijapuik).
Semakin tinggi kedudukan calon pengantin pria, semakin tinggi pula uang yang
dibawakan. Tapi adat ini berlaku hanya untuk calon pasangan yang sama-sama berasal
dari Pariaman. Ketika sepupu perempuan saya menikah dengan seorang laki-laki yang
berprofesi sebagai dosen di Universitas Andalas (sekarang sedang melanjutkan kuliah
di Malaysia) yang berasal juga dari Pariaman, dia membawakan uang jemputan
sebesar 30 juta rupiah sesuai permintaan pihak laki-laki.
2. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan disana dinamakan Matrilineal yaitu hubungan keturunan yang


diambil dari garis keturunan ibu. Tidak hanya di Pariaman, dalam sistem kekerabatan
matrilinial di Minangkabau, pihak keluarga ayah tidak banyak terlibat dalam kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga . Ada beberapa nama-nama
suku yang ada disana dan tentunya berasal dari ibu seperti Tanjung, Koto, Piliang,
Jambak, Caniago, Sikumbang, dll. Nama suku ibu saya Piliang, jadi saya dan saudara-
saudara kandung saya bersuku sama dengan ibu saya.

3. Pewarisan harta pusaka

Warisan dan tanah pusaka semua diturunkan pada pihak wanita. Sedangkan laki-laki
tidak memiliki hak didalamnya. Tetapi lain halnya jika ada seorang laki-laki ingin
memanfaatkan tanah pusaka milik saudara perempuannya contohnya bisa dilakukan
dengan cara menanami tanaman palawija (ubi, kacang, coklat, kopi jagung), hasilnya
bisa dimanfaatkan olehnya tetapi tanah bukan menjadi hak miliknya. Dan satu hal jika
saudara perempuannya ingin meminta sebagian hasil dari tanaman (berupa uang),
saudara laki-laki tersebut berkewajiban untuk memberikan.

4. Sebutan / cara memanggil untuk sanak keluarga

Panggilan untuk keluarga ayah dan ibu memiliki beberapa perbedaan seperti:
Sebutan untuk paman : Kakak atau adik dari pihak ibu (paman) disebut mamak. Ada
beberapa sebutan diantaranya makadang (untuk paman yang paling tua), makandah
(paman yang paling pendek tubuhnya), makuniang (paman yang berkulit kuning),
maketek(paman yang paling kecil),dll.
Sedangkan dari pihak ayah (semua sama sebutannya yaitu apak disertai dengan
namanya contoh saya memanggil adik-adik atau kakak dari ayah saya yaitu apak
Firman, apak Finaz, dan apak Ipul)
Sebutan untuk isteri paman : Panggilan untuk isteri paman dari pihak ibu disebut
mintuo, sedangkan dari pihak ayah bisa kita panggil etek.
5.Gelar laki-laki yang sudah menikah

Laki-laki yang berasal dari Pariaman ketika susah menikah, lantas ia akan mempunyai
nama gelar. Gelar tersebut berasal dari ayah. Beberapa gelar yang saya ketahui
diantaranya Sutan, Bagindo, dan Sidi. Keluarga dari isteri mereka harus memanggil
dengan gelar tersebut. Ayah saya dipanggil Sutan oleh keluarga dari pihak ibu saya.

6. Pesta Tabuik

Pesta Tabuik merupakan tradisi masyarakat Pariaman dalam memeriahkan tahun baru
Islam dan digelar selama 10 hari dengan puncaknya disaat matahari terbenam, kedua
tabuik dibuang kelaut dibawah suatu upacara yang meriah. Tabuik adalah sebuah
benda berbentuk beranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu.
Berat Tabuik kira-kira sekitar 500 kilogram dengan ketinggian 15 meter.

Begitulah sedikit pengetahuan yang saya dapat mengenai adat budaya minangkabau di
Pariaman selama mengisi liburan disana, semoga pengetahuan yang saya dapat dan
saya tuliskan di blog ini bisa menambah wawasan bagi pembaca sekalian.

Kelahiran Silek Minang

Kelahiran Silek Minang terjadi pada saat bersamaan pada saat kelahiran minangkabau
itu sendiri.Silek didirikan oleh Datuak Marajo Panjang dari padang panjang dan Datuak
Bandaharo Kayo dari Pariangan.Silek adalah ilmu bela diri yang digunakan untuk
melawan musuh.

Menhir di Nagari Mahat

Nagari Mahat terletek di lembah yang luas dikelilinggi bukit.Bukit kecil yang mempunyai
luas 22.633 km2,terletak di kec Bukit Barisan kab Lima Puluh kota Sumatera
Barat.Nagari adalah istilah untuk menyebutkan suatu desa di minangkabau.Nagari asal-
usulnya bermula dari Tratak-Dusun-Koto-Nagari.
Tratak : tempat awal oleh nenek moyang minangkabau menetap

Dusun : Masyarakat yang berkembang kemudian dengan adanya adat

Koto : Dusun berkembang karena bertambahnya populasi masyarakat maka timbullah


pemikiran untuk meningkatkan adat atau aturan masing-masing dusun berbagai satu
kata mufakat,maka daerah ini dinamakan sakato,kemudian berdirilah beberapa koto

Nagari : Daerah yang terdiri dari beberapa koto diberi batas atau dipagari karena tiap
nagari memiliki aturan adat sendiri,dari kata pagar tersebut muncullah istilah Nagari.
Penentuan tipologi menhir yang beragam di Nagari Mahat dilihat dari variable-variabel
atribut.Variabel tersebut adalah teknologi,bentuk,ukuran,dan pola hias.
Teknologi pembuatan menhir di Nagari Mahat dilakukan melalui proses anostractive
technology,yakni berupa proses pembentukan hasil melalui pengurangan volume bahan
(proses sentrifugal) sehingga menghasilkan bentuk menhir yang sangat beragam.

Keragamannya terdapat dalam bentuk:


- Ujung atas menhir
- Bentuk badan seperti hulu pedang,gagang golok,buaya serta biji-bijian
-
Sedangkan arah lengkungan menhir keseluruhan menhir melengkung kearah tenggara.

Upacara-upacara adat Minangkabau

Batagak Panghulu

Batagak panghulu adalah upacara pengangkatan panghulu.sebelum upacara


peresmiannya, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
Baniah yaitu menentukan calon penghulu baru
Dituah Cilakoi yaitu diperbincangkan baik buruknya calon dalam sebuah rapat
Penyarahan baniah yaitu penyerahan calon penghulu
Manakok ari yaitu perencanaan kapan acara peresmiannya akan dilangsungkan.
Peresmian pengangkatan penghulu dilaksanakan dengan upacara adat. Upacar
ini di sebut malewakan gala. Hari pertama adalah batagak gadang yakni upacara
peresmian di rumah gadang yang dihadiri uang nan ampekjinih dan pemuka
masayarakat. Panghulu baru menyampaikan pidato. Lalu panghulu tertua memasang
deta dan menyisipkan sebilah keris tanda serah terima jabatan. Akhirnya panghulu
tertua di ambil sumpahnya,dan di tutup dengan doa. Hari kedua adalah hari
penjamuan. Hari berikutnya panghulu baru siarak ke rumah bakonya diiringi bunyi-
bunyian.

Batagak Rumah

Batagak rumah adalah upacara mendirikan rumah gadang. Kegiatannya sebagai


berikut:

1. Mufakat awal

Upacara batagak rumah dimulai dengan mufakat orang sekaum,membicarakan


letak rumah yang tepat,ukurannya,serta kapan waktu mengerjakannya. Hasil mufakat
disampaikan pada panghulu suku,lalu panghulu suku ini menyampaikan rencana
mereka pada panghulu suku-suku yang lain.

2. Maelo kayu

Maelo kayu yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan.


Umumnya kayu-kayu. Penebangan dan pemotongan kayu dilakukan secara gotong
royong. Kayu yang dijadikan tiang utama direndam dulu dalam lumpur atau air yang
terus berganti. Tujuannya agar kayu-kayu itu awet dan sulit dimakan rayap.

3. Macantak tiang tuo

Mancantak tiang tuo yaitu pekerjaan pertamaan dalam membuat rumah. Bahan-bahn
yang akan digunakan diolah lebih lanjut.
4. Batagak tiang

Batagak tiang dilakukan setelah bahan-bahan selesai diolah. Pertama tiang-tiang di


tegakkan dengan bergotong royong. Tiang rumah gadang tidak ditanam di tanah,tetapi
hanya di letakkan di atas batu layah (gepeng). Karena itulah rumah gadang jarang
rusak bila terjadi gempa atau angin badai.

5. Manaiakkan kudo-kudo

Ini adalah melanjutkan pembangunan rumah setelah tiang-tiang didirikan.

6. Manaiaki rumah

Manaiaki rumah adalah acara terakhir dari upacara batagak rumah,dilakukan setelah
rumah selesai. Pada acara ini diadakan perjamuan tanda terima kasih pada semua
pihak dan doa syukur pada allah swt.

Upacara perkawinan

1 Pinang-maminag

Acara ini diprakarsai pihak perempuan. Bila calon suami untuk si gadi sudah
ditemukan,dimulailah perundinganpara kerabat untuk membicarakan calon itu.
Pinangan di lakukan oleh utusan yang dipimpin mamak si gadis. Jika pinangan di terima
perkawinan bias di langsungkan.
2 Batimbang tando

Batimbang tando adalah upacara pertunangan(tukar tanda). Saat itu dilakukan


pertukaran tanda bahwa mereka telah berjanji menjodohkan anak kemanakan merka.
Setelah pertunangan barulah di mulai perundingan pernikahan.

3 Malam bainai

Bainai adalah memerahkan kuku pengantin dengan daun pacar/inai yang telah
dilumatkan. Yang diinai adalah keduapuluh kuku jari. Acara ini semata-mata dihadiri
perempuan dari kedua belah pihak.

4 Pernikahan

Pernikahan dilakukan pada hari yang dianggap paling baik, biasanya kamis malam atau
jumat. Acara pernikahan diadakan di rumah anak daro atau di masjid.

5 Basandiang dan perjamuan

Basandiang adalah duduknya kedua pengantin di pelaminan untuk disaksikan tamu-


tamu yang hadir pada pesta perjamuan. Kedua pengantin memakai pakaian adat
minangkabau. Acara biasanya dipusatkan di rumah anak daro,jadi segala keperluan
dan persiapan dilakukan oleh pihak perempuan.

6 Manjalang

Manjalang merupakan acara berkunjung. Acara ini dilaksanakan di rumah marapulai


(pengantin laki-laki). Para kerabat menanti anak daro yang datang malanjang. Kedua
pengantin diiringi kerabat anak daro dan perempuan yang menjunjung jamba yaitu
semacam dulang berisi nasi,lauk pauk,dan sebagainya.
Upacara turun mandi

Upacara turun mandi dimasudkan untuk menghormati keturunan yang baru lahir dan
berbagi kebahagian dengan masyarakat bahwa di kaum tersebut telah lahir keturunan
baru. Upacara ini dilaksanakan di rumah orang tua si anak saat anak tersebut berumur
tiga bulan. Di sini si anak dimandikan oleh bakonya. Selain itu juga ada perjamuan.

Upacara kekah

Upacara kekah (akikah) merupakan syariat agama islam. Ini dimasudkan sebagai
upacara syukuran atas titipan allah swt berupa anak kepada kepada kedua orang
tuanya. Waktu pelaksaannya bermacam-macam. Upacara dilaksanakan di rumah ibu si
anak atau di rumah bakonya. Acara dimulai dengan pembukaan. Lalu seekor kambing
disembelih,dibersihkan,lalu dimasak. Acara dilanjutkan dengan doa, lalu dimakan
bersama.

Upacara sunat rasul

Sunat rasul juga merupakan syariat agama islam, tanda pendewasaan bagi seorang
anak. Upacara biasanya diselenggarakan waktu si anak 8 sd 12 tahun, bertempat di
rumah ibu si anak atau rumah keluarga terdekat ibu si anak. Acara dimulai dengan
pembukaan,lalu si anak disunat, selanjutnya doa.

Upacara tamaik kaji

Tamaik kaji (khatam quran) diadakan bila seorang anak yang telah mengaji di surau
sebelumnya tamat membaca al-quran. Acara diadakan di rumah ibu si anak atau
surau/masjid tempat anak itu mengaji. Si anak disuruh membaca alquran dihadapan
seluruh orang yang hadir, dilanjutkan dengan makan bersama. Acara ini biasa pula
dilakukan beramai-ramai.
Upacara kematian

Pergi melayat(taziah) ke rumah orang yang meninggal merupakan adat bagi orang
minangkabau. Tidak hanya karena dianjurkan ajaran isla, tapi juga karena hubungan
kemasyarakatan yang sangat akrab membuat mereka malu bila tidak datang melayat.
Upacara kematian dimasudkan sebagai upacara penghormatan terakhir pada
almarhum. Umumnya upacara kematian lebih mengutamakan hal-hal yang wajib
dilaksanakan menurut syariat islam, yakni penyelenggaraan jenazah. Pada acara ini
juga diiringi pidato/pasambahan adat. Selanjutnya ada pula acara peringatan, seperti
peringatan tujuh hati (manuju hari),peringatan duo puluah satu hari,peringatan hari ke-
40,lalu peringatan pada hari yang ke-100 (manyaratuih hari).
Pasambahan kematian anak-anak, orang dewasa, dan orang tua dilakukan di rumah,
yaitu

(a) pasambahan melakukan kain kafan dan

(b) pasambahan pengembalian bakul (tempat kain kafan) dan

(c) pasambahan adat taragak takana dilakukan di pemakaman.


Dalam upacara kematian penghulu dipasang peralatan merawa (kuning, hitam, dan
merah) di muka rumah dan jalan, payung kuning yang di bawahnya digelar tikar, serta
dipasang 2 - 4 buah piring untuk menating adat. Kematian orang awam tidak
memerlukan merawa, hanya payung (tidak kuning) dan tikar yang dimunculkan. Setiap
anggota masyarakat akan selalu berpartisipasi dalam upacara kematian sesuai dengan
hubungan kekerabatannya dengan mendiang.
Kesenian Pariaman

Luambek

apakis--Laga-laga Korong Kasai, Nagari Tapakis, Kecamatan Ulakan Tapakis ramai


dihadiri sesepuh Ulu Ambek Padang Pariaman. Di awali dengan gerak langkah dan di
iringi likuk tubuh dua orang pesilat, di iringi pula oleh seorang pendendang dengan
irama nan khas.
Korong Kasai menandakan itu, sebuah awal alek nagari telah dimulai. Dua orang
pesilat tersebut menunjukan keindahan dan nilai-nilai gerak silat tanpa bersentuhan
sama sekali. Dan itulah yang disebut dengan Ulu Ambek.

Tidak seperti beladiri Minang pada umumnya. Gerak jemari tangan tukang Ulu Ambek
memiliki makna tersendiri, yang disertai raut wajah yang tidak saling bertatapan. Ulu
Ambek merupakan satu-satunya kesenian yang ada di Padang Pariaman.

Laga-laga yang terbentuk segi delapan tersebut terdapat empat tiang disertai jam yang
terpampang di atasnya. Lantainya terbuat dari susunan buluh atau bambu yang
tersusun rapi. Dua buah cermin panjang dipajang di dua sudut tiang yang saling
berhadapan. Sedangkan pada langit-langit arena terdapat hiasan kain dengan corak
yang berbeda-beda, memiliki makna tersirat pada masyarakat Padang Pariaman.

pada pertunjukan kesenian silat Ulu Ambek tersebut juga terdapat dua orang
pedendang, yang berdendang secara bergantian. Konten irama dendang yang tidak
jelas, seperti dendangan matra Minangkabau.

Menurut sejarahnya, Ulu Ambek lahir sesuai sejarah Padang Pariaman yang menjadi
pertahanan pertama maritim kerajaan Pagaruyuang dahulunya. Kesenian yang identik
dengan silat batin sebagai penghadang pertama masuknya penjajah asing ke Ranah
Minang. Terutama melalui pesisir Sumatera bagian barat.

Rusli Muslim Datuk Rangkayo Basa, Walinagari Tapaksi menyebutkan hal demikian.
"Kesenian Ulu Ambek terus dilestarikan masyarakat nagari ini, karena sangat penting
sebagai pertahanan utama mentalitas generasi muda Padang Pariaman. Memiliki nilai-
nilai luhur dengan budi pekerti, serta pendidikan moralitas untuk masyarakat.
Gadang Tasa

Kesenian musik Gandang tasa merupakan kesenian tradisional masyarakat Pariaman


yang dimainkan oleh satu tim yang terdiri dari pemain tasa dan penabuh tambur.

Menurut cerita, pada mulanya tambur (gendang) yang dimainkan terbuat dari kayu dan
kulit sapi ini berasal dari sisa kayu kapal nabi Nuh AS yang terdampar di pantai
Pariaman.

Pada masa sekarang Gandang Tasa dibuat dari kayu biasa yang dimainkan saat ada
pesta pernikahan, acara penyambutan tamu dan saat prosesi budaya tabuik yang
diadakan setiap bulan muharam untuk memperingati meninggalnya Husein (Cucu Nabi
Muhamad SAW) pada 61 Hijriah yang bertepatan dengan 680 Masehi. Karena pada
acara prosesi tabuik selalu di mainkan Gandang Tasa, banyak masyarakat mengenal
kesenian musik Gandang Tasa ini sebagai tabuik.
Pelaminan Minang Buchyar memperkenalkan gandang tasa atau tabuik ini pada acara
pernikahan yang kami selenggarakan. Kesenian musik gendang tasa ini sangat unik
dan menghasilkan lantunan musik yang sangat dinamis sehingga pesta pernikahan
menjadi semakin meriah.

Tari indang

Tari indang atau biasa disebut tari dindin badindin adalah sebuah tarian tradisional yang
berasal dari budaya masyarakat Minang, Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Tarian ini
sebetulnya merupakan sebuah permainan alat musik yang dilakukan secara bersama-
sama. Nama indang sendiri berasal dari nama alat musik tepuk yang dimainkan pada
tarian ini. Indang atau juga disebut Ripai, adalah sebuah instrument yang dimainkan
dengan cara ditepuk. Bentuknya seperti rebana tapi berukuran lebih kecil.

Tari indang sendiri, saat ini kerap mewakili Indonesia dalam pagelaran budaya
internasional. Gerakan rancak dan dinamis yang muncul dari para penarinya membuat
tari indang banyak diminati masyarakat mancanegara. Nah, bagi Anda yang ingin
mempelajari tarian asal ranah Minang ini, ketahuilah dahulu bagaimana informasi
seputar sejarah, perkembangan, dan unsur-unsur yang membentuknya

Menurut beberapa versi, tari indang sebetulnya merupakan buah akulturasi budaya
Melayu dan budaya Islam di masa penyebaran agama Islam pada abad ke 13. Tarian
ini diperkenalkan oleh salah seorang ulama Pariaman bernama Syekh Burhanudin
sebagai salah satu media dakwah.

1. Tema dan Makna Filosofi

Sebagai media dakwah, tari Indang mengandung beberapa elemen pendukung


yang bernapaskan budaya Islam. Tarian ini kerap disuguhkan bersama iringan
shalawat Nabi atau syair-syair yang mengajarkan nilai-nilai keislaman. Tak heran
bila kemudian pada masa silam tari Indang justru lebih sering ditampilkan di
surau-surau. Adapun hingga saat ini, beberapa nagari di ranah Minang masih
kerap menyuguhkan tarian ini dalam upacara Tabuik, atau upacara peringatan
wafatnya cucu Rosululloh setiap tanggal 10 Muharram.

2. Gerakan Tari Indang

Sekilas, semua gerakan tari indang akan tampak seperti gerakan tari Saman
asal Aceh. Akan tetapi, jika diperhatikan lebih seksama tari Indang cenderung
lebih dinamis. Gerakan penarinya lebih santai namun tetap rancak, terlebih bila
dikolaborasikan dengan musik pengiringnya yang khas nuansa Melayu. Gerakan
tari Indang Dindin Badindin diawali dengan pertemuan 2 kelompok penari yang
kemudian menyusun diri berbanjar dari kiri ke kanan. Mereka duduk bersila dan
memperagakan gerakan-gerakan simetris yang sangat membutuhkan kerja
keras dan latihan yang cukup. Gerakan-gerakan tari Indang tersebut dapat Anda
saksikan dalam video yang telah kami sematkan dari Youtube berikut ini.

3. Iringan Tari

Tari Indang Dindin Badindin diiringi oleh 2 ragam bunyi, yaitu bunyi yang berasal
dari tabuhan alat musik tradisional khas Melayu seperti rebana dan gambus,
serta bunyi yang berasal dari syair yang dinyayikan oleh seorang tukang dzikir.
Tukang dzikir sendiri adalah sebutan bagi seorang yang memandu tari melalui
syair dan lagu yang dinyanyikannya. Pada perkembangannya, alat musik yang
mengiringi tari Indang kini semakin beragam. Beberapa alat musik modern
seperti akordeon, piano, dan beberapa alat musik tradisional lainnya juga kerap
ditemukan. Selain itu, syair lagu yang kerap dinyanyikan juga kini lebih sering
hanya 1 jenis saja, yaitu lagu Dindin Badindin karya Tiar Ramon.

4. Setting Panggung

Tari Indang hanya boleh ditampilkan oleh penari pria saja. Hal ini sesuai dengan ajaran
Islam yang tidak memperkenankan wanita mempertontonkan dirinya di khalayak umum.
Namun, aturan ini kian lama semakin ditinggalkan. Buktinya beberapa pementasan tari
indang kini kerap ditemukan dengan penari perempuan. Jumlah penarinya sendiri
beragam, tapi yang sering ditemukan tarian ini ditampilkan oleh penari berjumlah ganjil,
seperti 7 orang penari, 9 orang, 11 orang, atau 13 orang dengan satu atau dua orang
bertindak sebagai tukang dzikir. Para penari tari Indang dalam budaya minang disebut
dengan istilah anak Indang. Gerakan Tari Legong Bali Gerakan Tari Zapin Asal Riau
Gerakan Tari Yapong khas Betawi
5. Tata Rias dan Tata Busana

Dalam perkara tata rias dan tata busana, tari indang tidak memiliki banyak aturan.
Yang jelas, khusus untuk para penarinya wajib mengenakan pakaian adat Melayu
sebagai simbol dan identitas asal tarian tersebut. Sementara untuk tukang dzikir
bebas mengenakan pakaian apapun asalkan sopan.

6. Properti Tarian

Pada awal masa kemunculannya, tari indang wajib dilengkapi dengan indang
atau rebana kecil sebagai propertinya. Namun, kini properti tersebut sering
ditinggalkan dan digantikan fungsinya oleh lantai panggung yang dapat
menghasilkan suara ketika ditepuk.
KHAS MAKAN PARIAMAN

SALA LAUAK

Sala Lauak merupakan kuliner khas dari Pariaman sejak dulunya. Kalau Dunsanak
sedang berwisata di Kota Pariaman, Dunsanak bisa menjumpai makanan yang terbuat
dari tepung dipadu dengan bumbu dan rempah ini di sepanjang Pantai Gandoria

NASIK SEK
SEK merupakan singkatan dari Seribu Kenyang. Karena dulunya nasi SEK memang

dijual murah serta mengenyangkan. Tapi itu dulu, sebelum negara api menyerang

Kini tak ada yang berubah sih dengan Nasi SEK, baik penyajian maupun lauk pauknya
masih sama, yang berubah hanya tarif saja. Untuk menikmati Nasi SEK cukup datang
ke Pantai Gandoriah, karena disana banyak warung-warung makan yang
menyediakannya.

SATE PARIAMAN

Sate Pariaman adalah salah satu kuliner khas pariaman yang terkenal sejak dulu. Sate
Pariaman sendiri sedikit berbeda dengan Sate Padang atau Sate di daerah lain di
Sumatera Barat. Kuahnya biasanya lebih merah dan rasanya yang lebih pedas.
4. GULAI KAPALO LAUAK (GULAI KEPALA IKAN)

Bagi Dunsanak yang benar-benar menyukai kuliner menu yang satu ini pantang
dilewatkan jika berkunjung ke Kota Pariaman. Karena gulai kapalo lauak ini terbuat dari
kapala ikan tuna (bisa juga ikan lainnya) segar, dipadu dengan kuah santan yang
kental. Rasanya.. beuh, nikmat!

Untuk menikmati menu yang satu ini tidak sulit kok, karena hampir setiap rumah dan
warung makan di Kota Pariaman menyediakan menu ini.

5. SARAPAN DENGAN NASI SALA

Jika selama ini Dunsanak mengenal sala yang dibuat dari tepung beras dan bumbu
yang dipadu kemudian dibulatkan, kali ada sala yang justru dibuat dengan ikan yang
dibalut tepung dan digoreng.
Kuliner ini tersedia di Kota Pariaman hanya pada saat sarapan pagi dari jam 7 sampai
jam 10 saja. Selain lauk pauk berupa sala, biasanya juga tersedia lauk lainnya berupa
gulai tahu, samba lado dan sayur daun singkong.

6. ANEKA MACAM RAKIK

Salah satu kuliner khas dari Pariaman adalah rakik. Rakik terbuat dari adonan tepung
yang bisa dicampur dengan berbagai hasil laut seperti ikan, udang dan lain-lain. Rakik
dibuat dengan cara digoreng sehingga hasilnya berbentuk seperti kerupuk dan memiliki
rasa yang gurih.

7. KATUPEK GULAI TUNJANG (KETUPAT GULAI KIKIL) PASAR KURAI TAJI


Jika Dunsanak mencari Katupek Gulai Tunjang, maka los lambuang (tempat makan -
red) di Kurai Taji, Kota Pariaman adalah tempatnya. Karena Katupek Gulai Tunjang di
Los Lambuang Pasar Kurai Taji ini sudah terkenal sejak dulunya.

Apalagi memasuki bulan ramadhan, maka yang paling diburu masyarakat untuk
berbuka di Los Lambuang Pasar Kurai Taji ini adalah Katupek Gulai Tunjang.
SISTEM RELIGI

Kedatangan para reformis Islam dari Timur Tengah pada akhir abad ke-18, telah menghapus adat
budaya Minangkabau yang tidak sesuai dengan hukum Islam. Budaya menyabung ayam, mengadu
kerbau, berjudi, minum tuak, diharamkan dalam pesta-pesta adat masyarakat Minang.
Para ulama yang dipelopori oleh Haji Piobang, Haji Miskin, dan Tuanku Nan Renceh mendesak
kaum adat untuk mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada
budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam.

Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah perang Paderi yang berakhir pada
tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam antara alim ulama,
tokoh adat, dan cadiak pandai (cerdik pandai). Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya
Minang pada syariah Islam. Hal ini tertuang dalam adagium Adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah. Syarak mangato adat mamakai (Adat bersendikan kepada syariat, syariat bersendikan
kepada Al-Quran).

Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan pengembangan
manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Sehingga sejak itu, setiap kampung
atau jorong di Minangkabau memiliki masjid, disamping surau yang ada di tiap-tiap lingkungan
keluarga. Pemuda Minangkabau yang beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau,
selain belajar mengaji, mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.

Anda mungkin juga menyukai