Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

MENGENAL EKOSISTEM

Oleh

Nama : Lidya Yustika Putri

NIM : 160210103019

Program Studi : Pendidikan Biologi

Kelompok :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
I. JUDUL
Mengenal Ekosistem
II. TUJUAN
Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam
ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem.
III. DASAR TEORI
Semua makhluk hidup membentuk biosistem. Makhluk hidup
sebagai komponen hirarki ekosistem mulai dari yang terkecil yaitu gen,
sel, organ, sistem organ, organisme, populasi, komunitas, ekosistem,
bioma, dan biosfer. Dimana semuanya berinteraksi dengan komponen
abiotik (lingkungan). Untuk mendapatkan materi bagi kelangsungan
hidupnya diperlukan energi. Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan
bahan-bahan) pada setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem fungsional
yang khas. Sistem disini adalah komponen-komponen yang secara teratur
berinteraksi dan saling tergantung membentuk keseluruhan yang bersatu
(Waluyo, 2006:401).
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup.
Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem terdapat
komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem juga dapat dibedakan
menjadi beberapa macam. Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup,
yaitu individu, populasi, dan komunitas (Bessy, 2016).
Ekosistem memiliki komponen penyusun yaitu faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hiduo di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem
tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen,
dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Dua komponen biotik
utama yang menyusun ekoistem adalah komponen autotrof dan komponen
heterotrof (Waluyo, 2006:402). Ekosistem tidaklah statis, dapat
mengalami perubahan keseimbangannya (dinamis). Artinya komponen
penyusun ekosistem dapat mengalami kenaikan maupun penurunan jumlah
populasi, namun dalam komposisi yang proporsional (Pratiwi, 2016).
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi semua benda
tak hidup di bumi yang berfungsi sebagai pendukung kehidupan makhluk
hidup. Termasuk didalamnya air, udara, suhu, kelembaban udara, tanah,
dan sebagainya. Senyawa-senyawa organik dan anorganik juga termasuk
dalam komponen abiotik (Waluyo, 2006:402-403).
Suatu ekosistem selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik
dan abiotik. Keduanya harus saling berkoordinasi dalam menghadapi
perubahan lingkungan supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang
dinamis. Dua komponen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena
fungsinya dalam ekosistem saling menopang untuk kelangsungan dan
kestabilan suatu ekosistem (Waluyo, 2006:401).
Berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem ada dua macam yaitu:
ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem
yang terbentuk secara alami, sedangkan ekosistem buatan adalah
ekosistem yang sengaja dibuat manusia. Ekosistem alami dapat dibedakan
menjadi dua yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan (Bessy, 2016).
Pada ekosistem air faktor abiotik utama yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan yang terdapat pada ekosistem air adalah kadar
oksigen, kadar karbon dioksida, temperatur, kandungan zat makanan, dan
intensitas cahaya matahari. Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar
dan ekosistem air laut (Waluyo, 2006:415).
Ekosistem air tawar mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas dan variasi
suhu sangat rendah, penetrasi cahaya matahari kurang, dan dipengaruhi
iklim serta cuaca. Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu lentik
dan lotik. Ekosistem air tawar yang tidak mengalir (lentik) meliputi danau
dan kolam (aquarium), sedangkan ekosistem air tawar mengalir (lotik)
meliputi sungai, air terjun, dan parit (Waluyo, 2006:416).
Faktor-faktor pembatas pada ekosistem air adalah temperatur,
transpirasi, turbiditas/kekeruhan, arus, gas terlarut dalam air, oksigen
terlarut, karbondioksida terlarut, garam biogenik, Na dan K, kalsium dan
magnesium, fosfor (Waluyo, 2006:417-418).
Ekosistem air laut mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas atau kadar
garamnya tinggi terutama di daerah tropis, habitat yang satu dengan yang
lain saling bersambungan, kemampuan air laut untuk melarutkan zat
makanan rendah karena kandungan garamnya tinggi sehingga kemampuan
melarutkan makanan oleh air laut merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan populasi hewan yang hidup di dalamnya. Ekosistem air laut
tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air laut dibedakan atas
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang (Waluyo, 2006:418-419).
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa
daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem
daratan dibedakan menjadi beberapa bioma. Bioma adalah ekosistem
terestrial (daratan) utama di bumi yang dipengaruhi iklim. Garis pembatas
atau pemisah antara dua bioma walaupun tidak jelas, disebut ecotone.
Ecotone ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Terdapat
sembilan macam bioma utama di bumi, yaitu bioma tundra, bioma taiga,
bioma hutan gugur, bioma padang rumput, bioma padang pasir, bioma
sabana, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan bakau (mangrove), dan
bioma hutan lumut (Waluyo, 2006:422-423).
Semua ekosistem menjalankan energi yang ditangkap oleh
produsen primer. Autotrof tersebut atau pembuat makanan sendiri
memperoleh energi dari sinar matahari dan menggunakannya untuk
membentuk senyawa organik dari karbondioksida dan air. Energi dari
lingkungan mengalir malalui produsen, kemudian ke konsumen. Semua
energi yang memasuki ekosistem tersebut akhirnya mengalir keluar,
terutama sebagai panas (Starr et al., 2013:462).
Rantai makanan ialah suatu urutan tahapan ketika beberapa energi
yang ditangkap oleh produsen primer ditransfer ke organisme di tingkat
tropis yang lebih tinggi (Starr et al., 2013:463).
Fungsi krusial dari sebuah ekosistem adalah hubungan antara
organisme dalam rantai makanan. Rantai makanan pada dasarnya
menanyakan, siapa memakan siapa? Tipikal rantai makanan dimulai
dengan produsen, tanaman hijau atau alga mampu memproduksi senyawa
organik kompleks melalui proses fotosintesis (Levetin dan McMahon,
2012:465). Misalnya algae mikroskopis yang memiliki peranan penting
karena merupakan organisme autotrof yaitu organisme yang mampu
menghasilkan makanan sendiri, sehingga berperan sebagai produsen bagi
konsumen yang hidup di lautan dan sangat erat kaitannya dengan rantai
makanan (Yudasmara, 2015).
Semua organisme lain di dalam ekosistem adalah konsumen,
mereka memperoleh molekul energi dengan memakan tumbuhan atau
hewan lain, dan disebut sebagai heterotrof. Ekologi menetapkan setiap
organisme dalam ekosistem ke dalam sebuah trofik atau tingkat makanan,
berdasarkan sumber energinya. Tumbuhan berada di level trofik 1, dimana
herbivora adalah trofik level 2, dan karnivora di trofik level 3. Level trofik
tertinggi ada untuk hewan yang memakan rantai makanan paling atas
(Johnson dan Losos, 2008:718).
IV. METODE PRAKTIKUM
4.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tali rafia
b. Pasak
c. Kantong plastik
d. Alat tulis
2. Bahan
Ekosistem daratan (daerah sekitar kampus)
4.2 Skema Kerja

Menentukan ekosistem daratan yang akan diamati


Menentukan daerah pengamatan dengan dengan membuat kuadran
2x2 m2

Melakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik dan


biotiknya yang terdapat di dalamnya

Menentukan berdasarkan kelengkapan komponen yang teramati


dalam ekosistem tersebut

Membuat diagram yang menghubungkan komponen-komponen


dalam ekosistem tersebut dan daur energi yang ada di dalamnya

V. HASIL PRAKTIKUM

Jenis komponen : Keterangan :


Biotik Hasil perhitungan

Pegagan (5 cm) = 37 Pegagan =


37
Tapak liman (9 cm) = 7 224
100% = 16,52 %
Gewor (29 cm) = 18 Tapak liman =
Semut = 12 7
100% = 3,13 %
224
Kumbang = 1
Gewor =
Tumbuhan A (10 cm) = 18 18
100% = 8,04 %
Tumbuhan B (5 cm) = 26 224

Semut =
Tumbuhan C (17 cm) = 29
12
Tumbuhan D (21 cm) = 2 100% = 5,36 %
224

Tumbuhan E (2,5 cm) = 74 Kumbang =


1
Biotik = 224 100% = 0,45 %
224
Abiotik + Biotik = 224 + 137 = 361 Tumbuhan A =
Presentase Biotik = 18
224 100% = 8,04 %
224
361
100% = 62,05 %
Tumbuhan B =
26
100% = 11,61 %
224

Tumbuhan C =
29
100% = 12,95 %
224

Tumbuhan D =
2
100% = 0,89 %
224

Tumbuhan E =
74
100% = 33,04 %
224

= 100 %

Abiotik Hasil perhitungan

Daun kering = 46 Daun kering =


46
Tangkai/ranting kering = 31 137
100% = 33,58 %
Kerikil = 60 Tangkai kering =
Tanah = 31
100% = 22,63 %
137
Abiotik = 137
Kerikil =
Abiotik + Biotik = 224 + 137 = 361 60
100% = 43,80 %
Presentase Abiotik = 137
137
100% =37,95 %
361 = 100 %

VI. PEMBAHASAN
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem
tersusun atas satuan makhluk hidup. Menurut Bessy (2016) dalam
ekosistem terdapat komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem
juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ekosistem tersusun atas
satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas.
Di dalam ekosistem komponen biotik dan komponen abiotik adalah
dua hal yang tidak akan bisa dipisahkan, keduanya saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Menurut Waluyo (2006:401) suatu ekosistem
selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik dan abiotik. Keduanya
harus saling berkoordinasi dalam menghadapi perubahan lingkungan
supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang dinamis. Dua komponen
ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena fungsinya dalam
ekosistem saling menopang untuk kelangsungan dan kestabilan suatu
ekosistem.
Menurut Johnson dan Losos (2008:718) ekologi menetapkan setiap
organisme dalam ekosistem ke dalam sebuah trofik atau tingkat makanan,
berdasarkan sumber energinya. Sehingga dikenal sebuah istilah yaitu
piramida ekologi. Piramida Ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat
nutrisi atau tingkat energi) secara berurutan menurut pada rantai makanan
atau jaring-jaring makanan dalam ekosistem. Piramida ekologi dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida
energi.
Piramida jumlah adalah piramida yang menunjukkan jumlah
organisme pada setiap tingkatan trofik. Organisme di tingkat trofik
pertama biasanya melimpah, sedangkan tingkat trofik kedua, ketiga dan
selanjutnya semakin berkurang. Piramida energi adalah piramida yang
menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan
trofik. Pada piramida energi terjadi penurunan jumlah energi secara
berturut-turut dari tingkat trofik yang paling rendah ke tingkat trofik yang
paling tinggi.
Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan berat
atau massa kering total organisme hidup dari masing-masing tingkat
trofiknya pada suatu ekosistem dalam kuran waktu tertentu. Piramida
biomassa memiliki penggambaran yang lebih realistik dari pada piramida
jumlah. Fungsi piramida biomassa adalah menggambarkan perpaduan
massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan dinyatakan dalam gram.
Praktikum kali ini adalah tentang mengenal ekosistem dan
memiliki tujuan untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di
dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem. Dalam praktikum
ini digunakan alat dan bahan antara lain talia rafia, pasak, kantong plastik,
alat tulis, dan ekosistem daratan di sekitar kampus. Talia rafia dan pasak
yang berfungsi untuk membuat kuadran daerah pengamatan pada
praktikum kali ini digantikan oleh pipa yang disusun persegi dengan
ukuran 2x2 m2 .
Dalam praktikum ini ada 7 kelompok yang mengamati komponen-
komponen ekosistem pada 7 daerah pengamatan yang berbeda. Daerah
pengamatan tiap-tiap kelompok ditentukan oleh asisten dosen dan dipilih
secara acak guna memperoleh data yang seobjektif mungkin. Daerah
pengamatan berada di sekitar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
tepatnya disebelah gedung dekanat.
Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok saya, yaitu
kelompok 1 didapat hasil yaitu untuk komponen biotiknya secara
keseluruhan berjumlah 224 yang terdiri dari pegagan 37 buah dengan
tinggi 5 cm, tapak liman 7 buah dengan tinggi 9 cm, gewor 18 buah
dengan tinggi 29 cm, semut 12 ekor, kumbang 1 ekor, dan 5 jenis
tumbuhan yang tidak diketahui namanya yang masing-masing dinamai
dengan nama tumbuhan A, B, C, D, dan E. Tumbuhan A berjumlah 18
buah dengan tinggi 10 cm, tumbuhan B 26 buah dengan tinggi 5 cm,
tumbuhan C 29 buah dengan tinggi 17 cm, tumbuhan D 2 buah dengan
tinggi 21 cm, dan tumbuhan E 74 buah dengan tinggi 2,5 cm. Sedangkan
untuk komponen abiotiknya secara keseluruhan berjumlah 137 yang terdiri
dari daun kering, tangkai/ranting kering, kerikil, dan tanah. Untuk daun
kering berjumlah 46 buah, tangkai/ranting kering 31 buah, dan kerikil 60
buah.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen biotiknya pegagan 16,52
%, tapak liman 3,13 %, gewor 8,04 %, semut 5,36 %, kumbang 0,45 %,
tumbuhan A 8,04 %, tumbuhan B 11,61 %, tumbuhan C 12,95 %,
tumbuhan D 0,89 %, dan tumbuhan E 33,04 %. Sedangkan untuk
komponen abiotiknya daun kering 33,58 %, tangkai kering 22,63 %, dan
kerikil 43,80 %. Secara keseluruhan perbandingan presentase antara
komponen biotik dan abiotik adalah 62,05 % untuk komponen biotik dan
37,95 % untuk komponen abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan
presentase antar tiap komponen yang ada :

Biotik

Pegagan

16.52% Tapak liman

3.13% Gewor
33.04%
Semut
8.04% Kumbang

5.36% Tumbuhan A
Tumbuhan B
0.89% 8.04% 0.45%
12.95% Tumbuhan C
11.61% Tumbuhan D
Tumbuhan E

Abiotik

33.58% Daun kering


43.80%
Tangkai kering
Kerikil

22.63%
Abiotik dan Biotik

37.95% Biotik

62.05% Abiotik

Dalam ekosistem tersebut, tidak ditemukan adanya keterkaitan


rantai makanan antar satu dan lainnya. Tumbuhan sebagai produsen (
trofik I ) tidak dibutuhkan oleh hewan (kumbang dan semut) tersebut.
Kebutuhan mereka hanya pada tumbuhan yang sudah mati yang sudah
menjadi komponen abiotik. Selain itu, rantai makanan antar hewan juga
tidak terjadi. Hal ini dikarenakan kumbang lebih suka kepada kotoran
hewan lainnya dan semut sedang dalam pencarian makanan.
Dari semua hewan, hanya semut saja yang merupakan konsumen I
(trofik II) karena semut juga mengumpulkan makanan yang berasal dari
tumbuhan (herbivora), sedangkan yang menjadi konsumen tingkat II
(trofik III) tidak ada. Kumbang sendiri belum teridentifikasi termasuk
herbivora atau karnivora. Akan tetapi jika tergolong omnivora, maka dapat
dikatakan bahwa kumbang merupakan konsumen tingkat I (trofik II) dan
bisa juga konsumen tingkat II atau lebih tergantung dari komponen biotik
yang ada di dalam suatu ekosistem tersebut.
Dari komponen biotik yang ada, pegagagan, tapak liman, gewor,
dan tumbuhan A-tumbuhan E merupakan makhluk hidup yang bersifat
autotrof. Yakni makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri.
Sedangkan hewan yang ada di dalam ekosistem tersebut merupakan
makhluk heterotrof karena mereka tidak dapat membuat atau mensintesis
makanannya sendiri.
Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara
komponen-komponen penyusun ekosistem (komponen biotik dan
komponen abiotik) dalam keadaan seimbang atau berada pada porsi yang
seharusnya. Baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Sebuah
ekosistem akan seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah
produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I, jumlah konsumen I
harus lebih banyak daripada konsumen II, dan seterusnya. Dari hasil
pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem tersebut tidak seimbang.
Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan komponen
abiotiknya cukup jauh.
Selanjutnya adalah hasil praktikum dari kelompok 2. Dari hasil
pengamatan oleh kelompok 2 didapat hasil yaitu untuk komponen
biotiknya secara keseluruhan berjumlah 64. Komponen biotiknya terdiri
dari rumput teki 11 buah dengan tinggi 38 cm, tapak liman 13 buah
dengan tinggi 5 cm, belalang 2 buah, nyamuk 1 ekor, semut 3 ekor, 4 jenis
tumbuhan yang tidak diketahui namanya yang masing-masing dinamai
dengan nama tumbuhan A, B, C, dan D, dan 2 jenis hewan yang tidak
diketahui namanya yang masing-masing dinamai dengan nama hewan A
dan hewan B. Tumbuhan A berjumlah 28 buah dengan tinggi 26 cm,
tumbuhan B 1 buah dengan tinggi 8 cm, tumbuhan C 2 buah dengan tinggi
8 cm, tumbuhan D 1 buah dengan tinggi 5 cm, dan hewan A serta hewan B
yang masing-masing berjumlah 1 ekor.
Sedangkan untuk komponen abiotiknya secara keseluruhan
berjumlah 92. Terdiri dari kayu dengan panjang 55 cm dengan jumlah 30
buah, daun kering dengan panjang 11 cm yang berjumlah 41 buah, batu
yang berjumlah 20 buah, tali rafia dengan panjang 13 cm yang berjumlah
1 buah, serta tanah dan cahaya.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen biotiknya yaitu rumput teki
17,19 %, tapak liman 20,31 %, belalang 3,13 %, nyamuk 1,56 %, semut
4,69 %, tumbuhan A 43,75 %, tumbuhan B 1,56 %, tumbuhan C 3,13 %,
tumbuhan D 1,56 %, hewan A 1,56 %, dan hewan B 1,56 %. Sedangkan
untuk presentase komponen abiotiknya adalah kayu 32,61 %, daun kering
44,56 %, batu 21,74 %, dan tali rafia 1,09 %. Secara keseluruhan
perbandingan presentase antara komponen biotik dan abiotik adalah 41,03
% untuk komponen biotik dan 58,79 % untuk komponen abiotik. Berikut
adalah diagram perbandingan presentase antar tiap komponen yang ada :

Abiotik
1,2 %

kayu
21,74 % 32,61 % daun kering

44,56 % batu
tali rafia

Biotik

rumput teki
17.19%
tapak liman
43.75% belalang

20.31% nyamuk
semut
tumbuhan A

3.13%
4.69% 1.56%

Abiotik dan Biotik

abiotik

41.03% biotik
58.97%
Dari hewan yang ada semut dan belalang saja yang merupakan
konsumen I (trofik II) sebab belalang merupakan herbivora dan semut juga
mengumpulkan makanan yang berasal dari tumbuhan, sedangkan yang
menjadi konsumen tingkat II (trofik III) tidak ada. Untuk tingkatan lain
tidak diketahui sebab hewan A dan hewan B tidak diketahui jenisnya
apakah herbivora, karnivora, atau omnivora. Dari komponen biotik yang
ada yakni tumbuhan-tumbuhan, merupakan makhluk hidup yang bersifat
autotrof. Yakni makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri.
Sedangkan hewan yang ada di dalam ekosistem tersebut merupakan
makhluk heterotrof karena mereka tidak dapat membuat atau mensintesis
makanannya sendiri.
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem sudah
seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya hampir seimbang. Selisih antara presentase komponen biotik
dan abiotiknya tidak terlalu besar sehingga dapat dikatakan jika sudah
seimbang.
Lalu hasil pengamatan dari kelompok 3. Dari hasil pengamatan
oleh kelompok 3 didapat hasil untuk komponen abiotik keseluruhannya
berjumlah 25 buah dan komponen biotiknya keseluruhan berjumlah 138
buah. Komponen abiotiknya terdiri dari talia rafia 1 buah, daun kering 23
buah, biji mahoni 1 buah, embun, tanah, dan batu. Sedangkan untuk
komponen biotiknya terdiri dari tapak liman dengan tinggi 6,5 cm dan
berjumlah 34 buah, rumput teki dengan tinggi 23 cm dan berjumlah 18
buah, 6 jenis tumbuhan yang masing-masing dinamai tumbuhan A, B, C,
D, E, dan F, serta 2 jenis ulat yang masing-masing dinamai ulat A dan ulat
B.
Tumbuhan A memiliki tinggi 4,5 cm dengan jumlah 17 buah,
tumbuhan B memiliki tinggi 20 cm dan berjumlah 1 buah, tumbuhan C
memiliki tinggi 6 cm dan berjumlah 21 buah, tumbuhan D memiliki tinggi
13 cm dan berjumlah 11 buah, tumbuhan E memiliki tinggi 1 cm dan
berjumlah 27 buah, tumbuhan F memiliki tinggi 15 cm dan berjumlah 7
buah. Ulat A dan ulat B masing-masing berjumlah 1 ekor.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen abiotiknya tali rafia 4 %,
daun kering 92 %, dan biji mahoni 4 %. Sedangkan untuk presentase
komponen biotiknya yaitu tapak liman 24,64 %, rumput teki 13,04 %,
tumbuhah A 12,32 %, tumbuhan B 0,725 %, tumbuhan C 15,25 %,
tumbuhan D 7,97 %, tumbuhan E 19,57 %, dan tumbuhan F 5,1 %. Secara
keseluruhan perbandingan presentase antara komponen biotik dan abiotik
adalah 84,66 % untuk komponen biotik dan 15,34 % untuk komponen
abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan presentase antar tiap
komponen yang ada :

4% 4% Abiotik

Tali rafia
Daun kering
Biji mahoni

92%

Biotik
0.72% 0.72%
5.07% Tapak Liman
Rumpu teki
Tumbuhan A
24.4% Tumbuhan B
19.57%
Tumbuhan C
7.98% 13.04% Tumbuhan D
Tumbuhan E
15.21% Tumbuahan F
Ulat A
12.31% Ulat B
0.72%
Abiotik dan Biotik

15.34%
Abiotik
Biotik
84.66%

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem tidak


seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya sangat jauh. Selisih antara presentase komponen biotik dan
abiotiknya sangat banyak sehingga dapat dikatakan jika ekosistem tidak
seimbang.
Selanjutnya adalah hasil pengamatan oleh kelompok 4. Dari hasil
pengamatan kelompok 4 didapat hasil untuk komponen abiotik
keseluruhan berjumlah 384 sedangkan komponen biotik keseluruhan
berjumlah 401 buah. Komponen abiotik terdiri dari daun kering sebanyak
237 buah, ranting pohon 146 buah, biji mahoni 1 buah, air, dan tanah.
Sedangkan komponen biotiknya meliputi pegagan 132 buah dengan tinggi
12 cm, tengu 1 ekor, semut 25 ekor, tapak liman 2 buah dengan tinggi 10
cm, dan 10 tumbuhan yang tidak diketahui namanya yang masing-masing
dinamai tumbuhan A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J.
Tumbuhan A 60 buah dengan tinggi 28 cm, tumbuhan B 46 buah
dengan tinggi 28 cm, tumbuhan C 98 buah dengan tinggi 25 cm, tumbuhan
D 3 buah dengan tinggi 14 cm, tumbuhan E 3 buah dengan tinggi 2,5 cm,
tumbuhan F 4 buah dengan tinggi 14 cm, tumbuhan G 1 buah dengan
tinggi 4 cm, tumbuhan H 2 buah dengan tinggi 11 cm, tumbuhan I
sebanyak 1 buah dengan tinggi 6 cm, dan tumbuhan J 5 buah dengan
tinggi 6 cm.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen abiotiknya daun kering
61,72 %, ranting pohon 38,02 %, biji mahoni 0,26 %. Sedangkan untuk
komponen biotiknya tumbuhan A 13,85 %, tumbuhan B 22,17 %,
tumbuhan C 22,63 %, tumbuhan D 0,69 %, tumbuhan E 0,69 %, tumbuhan
F 0,92 %, tumbuhan G 0,23 %, tumbuhan H 0,46 %, tumbuhan I 0,23 %,
tumbuhan J 1,15 %, pegagan 30,48 %, semut 5,77 %, tengu 0,23 %, dan
tapak liman 0,46 %. Secara keseluruhan perbandingan presentase antara
komponen biotik dan abiotik adalah 53,19 % untuk komponen biotik dan
47,17 % untuk komponen abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan
presentase antar tiap komponen yang ada :

Abiotik

61.72% daun kering

1
ranting pohon
38.02%
biji mahoni

0.23% Biotik
0.46%
5.77%
Tumbuhan A

13.85% Tumbuhan B
Tumbuhan C
30.48% Tumbuhan D
22.17%
Tumbuhan E
1.15% Tumbuhan F
0.23% 22.63% Tumbuhan G
0.46% Tumbuhan H
0.92%
0.23% 0.69% 0.69%
Abiotik dan Biotik

53,19 % Abiotik
Biotik
47.17%

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem masih


seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya tidak terlalu jauh. Selisih antara komponen biotik dan abiotik
yang tidak terlalu jauh menjadikan ekosistem masih dalam kategori
seimbang.
Selanjutnya hasil pengamatan kelompok 5. Dari hasil pengamatan
kelompok 5 didapat hasil jumlah keseluruhan komponen biotik adalah
323, sedangkan komponen abiotiknya secara keseluruhan berjumlah 628.
Komponen biotiknya terdiri dari rayap 84 ekor, rumput teki 35 buah,
semut 4 ekor, buah 42, lumut daun 2 buah, hewan A 1 ekor, serta 5 jenis
tumbuhan yang tidak diketahui namanya sehingga dinamai tumbuhan A,
B, C, D, dan E. Tumbuhan A berjumlah 93 buah dengan tinggi 4,5 cm,
tumbuhan B berjumlah 3 buah dengan tinggi 1,5 cm, tumbuhan C
berjumlah 24 buah dengan tinggi 7 cm, tumbuhan D berjumlah 6 buah
dengan tinggi 6 cm, tumbuhan E berjumlah 29 buah dengan tinggi 8,9 cm.
Untuk komponen abiotiknya terdiri dari batu besar 73 buah, daun kering
12 buah, plastik 7 buah, kerikil 530 buah, sampah kaca 2 buah, benang 1
buah, kasa 1 buah, keramik 2 buah, dan tanah.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen biotiknya rumput teki 10,8
%, tumbuhan A 28,8 %, tumbuhan B 0,9 %, tumbuhan C 7,4 %, tumbuhan
D 1,8 %, tumbuhan E 8,9 %, buah dari pohon 13 %, lumut daun 0,6 %,
rayap 26 %, semut 1,2 %, dan hewan A 0,3 %. Sedangkan untuk
komponen abiotiknya batu besar 12 %, daun kering 2 %, plastik 0,4 %,
sampah kaca 0,3 %, benang 0,2 %, kasa 0,2 %, keramik 0,3 %, dan batu
kecil 84 %. Secara keseluruhan perbandingan presentase antara komponen
biotik dan abiotik adalah 34 % untuk komponen biotik dan 66 % untuk
komponen abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan presentase antar
tiap komponen yang ada :
Abiotik

1.00% 0.40% 0.20% 0% 0.40%


2.00% 00 0
Batu besar

11.60% Batu kecil


Daun kering
Sampah plastik
Sampah kaca
Sampah kasa
84.40%
Sampah benang
Sampah keramik

Biotik

0.30%
1.20% Rumput teki
10.80%
Tumbuhan A
Tumbuhan B
26%
Tumbuhan C

28.80% Tumbuhan D
0.60% Tumbuhan E
13%
Buah jatuh
Lumut daun
0.90%
8.90% 1.80% Rayap
7.40%
Abiotik dan Biotik

34 %
Komponen Abiotik
Komponen Biotik
66 %

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem tidak


seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya cukup jauh. Selisih antara komponen biotik dan abiotik yang
cukup jauh menjadikan ekosistem masuk dalam kategori tidak seimbang.
Lalu adalah hasil pengamatan oleh kelompok 6. Dari hasil
pengamatan kelompok 6 didapat hasil untuk komponen biotik
keseluruhannya berjumlah 341, sedangkan untuk keseluruhan komponen
abotiknya adalah 134 buah. Komponen biotiknya terdiri dari 8 jenis
tumbuhan yang dinamai tumbuhan A hingga tumbuhan G. Tumbuhan A
berjumlah 8 buah dengan tinggi 26 cm, tumbuhan B berjumlah 36 buah
dengan tinggi 21 cm, tumbuhan C berjumlah 102 buah dengan tinggi 35
cm, tumbuhan D berjumlah 2 buah dengan tinggi 27 cm, tumbuhan E
berjumlah 4 buah dengan tinggi 22 cm, tumbuhan F berjumlah 7 buah
dengan tinggi 24 cm, dan tumbuhan G berjumlah 103 buah dengan tinggi
12 cm.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan, yaitu untuk komponen biotiknya adalah
tumbuhan A 2,5%, tumbuhan B 10%, tumbuhan C 30%, tumbuhan D 1%,
tumbuhan E 1,5%, tumbuhan F 2%, tumbuhan G 30%, dan tumbuhan H
23%. Sedangkan untuk komponen abiotiknya adalah ranting 12%, kayu
3%, batu 2%, plastik 1%, dan daun kering 82%. Secara keseluruhan
perbandingan presentase antara komponen biotik dan abiotik adalah 72 %
untuk komponen biotik dan 28 % untuk komponen abiotik. Berikut adalah
diagram perbandingan presentase antar tiap komponen yang ada :

Biotik dan Abiotik

28%
biotik
abiotik
72%

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem tidak


seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya cukup jauh. Selisih antara komponen biotik dan abiotik yang
cukup jauh menjadikan ekosistem masuk dalam kategori tidak seimbang.
Yang terakhir adalah pengamatan oleh kelompok 7. Dari hasil
pengamatan kelompok 7 didapat hasil untuk jumlah keseluruhan
komponen biotik dan abiotik berturut-turut adalah 218 dan 520 buah.
Komponen biotiknya terdiri dari 2 jenis tumbuhan yaitu tumbuhan A yang
berjumlah 151 buah dengan tinggi 30 cm serta tumbuhan B yang
berjumlah 67 buah dengan tinggi 23 cm. Sedangkan untuk komponen
abiotiknya terdiri dari botol 1 buah, kresek 1 buah, daun gugur 508 buah,
ranting 10 buah, dan tanah.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan, yaitu untuk komponen biotiknya adalah
tumbuhan A 31 % dan tumbuhan B 69 %. Sedangkan untuk komponen
abiotiknya botol 0,2 %, kresek 0,2 %, ranting 2 %, dan daun gugur 98 %.
Secara keseluruhan perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotik adalah 30 % untuk komponen biotik dan 70 % untuk komponen
abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan presentase antar tiap
komponen yang ada :

Biotik

31% Tumbuhan A

69% Tumbuhan B

0.20% Abiotik
0.20% 2%

Botol
Daun gugur
98.00% Kresek
Ranting
Biotik dan Abiotik

30%
Biotik
Abiotik
70%

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem tidak


seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya cukup jauh. Selisih antara komponen biotik dan abiotik yang
cukup jauh menjadikan ekosistem masuk dalam kategori tidak seimbang.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup.
Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem
terdapat komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem juga dapat
dibedakan menjadi beberapa macam.Berdasarkan habitatnya ekosistem
dibagi menjadi ekosistem daratan dan ekositem perairan.
Suatu ekosistem selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik
dan abiotik. Keduanya harus saling berkoordinasi dalam menghadapi
perubahan lingkungan supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang
dinamis. Dua komponen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Karena fungsinya dalam ekosistem saling menopang untuk
kelangsungan dan kestabilan suatu ekosistem.
7.2 Saran
Saat melakukan perhitungan unsur-unsur komponen ekosistem
yang ada sebaiknya lebih teliti agar di dapat hasil yang maksimal,
selain itu saat melakukan pengamatan sebaiknya dilakukan dengan
cermat dan serius. Agar waktu yang ada dapat digunakan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Bessy, E. 2016. Penerapan Metoda Pembelajaran Diskusi Dalam Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Dengan Materi Pokok Ekosistem
dan Komponen Pendukungnya Bagi Siswa Kelas X Semester II SMA
Negeri 5 Kota Ternate Tahun Pelajaran 2013/2014. EDUKASI-Jurnal
Pendidikan. 14(1): 378.

Johnson, G. B. dan J. B. Losos. 2008. The Living World. Fifth Edition. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.

Levetin, E. dan K. McMahon. 2012. Plants & Society. Sixth Edition. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.
Pratiwi, Y. S. 2016. Ekologi Daerah Urban (Perkotaan) dan Gangguan Kesehatan
Jiwa. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 7(1): 2.

Starr, C., R. Taggart, C. Evers, dan L. Starr. 2009. Biology: The Unity and
Diversity of Life. 12th Ed. Singapore: Cengage Learning. Terjemahan oleh
Y. Prasaja. 2013. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup.
Edisi 12 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Jember: Jember University Press.

Yudasmara, G. A. 2015. Analisis Keanekaragaman dan Kemelimpahan Relatif


Algae Mikroskopis di Berbagai Ekosistem pada Kawasan Intertidal Pulau
Menjangan Bali Barat. Jurnal Sains dan Teknologi. 4(1): 503.
LAMPIRAN

Kelompok 1

Biotik

Tumbuhan A Tumbuhan B Tumbuhan C Tumbuhan D

Tumbuhan E Gewor Tapak liman Pegagan

Kumbang Semut
Abiotik

Kerikil Daun Kering Tangkai kering

Kelompok 2

Abiotik
Kayu Daun kering Batu Tali rafiah

Biotik

Rumput teki Tapak liman Tumbuhan A Tumbuhan B

Tumbuhan C Tumbuhan D Hewan A Hewan B

Nyamuk
Kelompok 3

Abiotik

Tali Raffia Daun kering Biji Mahoni Embun

Tanah Batu

Biotik

Tapak Liman Rumput Teki Tumbuhan A Tumbuhan B

Tumbuhan C Tumbuhan D Tumbuhan E Tumbuhan F

Ulat A Ulat B
Kelompok 4

Abiotik

Tanah dan air daun kering, ranting biji dan mahoni

Komponen biotik

Tengu semut Tumbuhan a tumbuhan b

pegagan Tumbuhan j tumbuhan i tumbuhan g

tumbuhan h tumbuhan c tumbuhan f tumbuhan e


tumbuhan d tapak liman

Kelompok 5

Abiotik

Sampah keramik Sampah plastik Daun kering Batu besar dan sampah
kaca

Sampah plastik Sampah benang dan kasa Sampah plastik Batu kecil

Biotik

Semut dan hewan A Tumbuhan B Rumput Teki Buah jatuh


Lumut daun Tumbuhan E Tumbuhan D Tumbuhan C

Tumbuhan A

Kelompok 6

Biotik
Tumbuhan A Tumbuhan B Tumbuhan C Tumbuhan D

Tumbuhan E Tumbuhan F Tumbuhan G Tumbuhan H

Abiotik
Daun kering Plastik Batu Ranting
Kayu

Kelompok 7

Biotik

Tumbuhan A Tumbuhan B

Abiotik

Botol, kresek, daun gugur, ranting


Biotik

Kelompok Jenis Jumlah Keterangan

Pegagan 37 Tinggi : 5 cm

Tapak liman 7 Tinggi : 9 cm

Tumbuhan A 18 Tinggi : 10 cm

Gewor 18 Tinggi : 29 cm

Tumbuhan B 26 Tinggi : 26 cm
1
Tumbuhan C 29 Tinggi : 29 cm

Tumbuhan D 2 Tinggi : 2 cm

Tumbuhan E 74 Tinggi : 74 cm

Semut 12 -

Kumbang 1 -

Rumput teki 11 Tinggi : 38 cm

Tapak liman 13 Tinggi : 5 cm

Tumbuhan A 28 Tinggi : 26 cm

Tumbuhan B 1 Tinggi : 8 cm

Tumbuhan C 2 Tinggi : 8 cm

2 Tumbuhan D 1 Tinggi : 5 cm

Hewan A 1 -

Hewan B 1 -

Belalang 2 -

Nyamuk 1 -

Semut 3 -

3 Tumbuhan A 17 Tinggi : 4,5 cm


Tapak liman 34 Tinggi : 6,5 cm

Tumbuhan B 1 Tinggi : 20 cm

Rumput teki 18 Tinggi : 23 cm

Tumbuhan C 21 Tinggi : 6 cm

Tumbuhan D 11 Tinggi : 13 cm

Tumbuhan E 27 Tinggi : 1 cm

Tumbuhan F 7 Tinggi : 15 cm

Ulat A 1 -

Ulat B 1 -

Pegagan 132 Tinggi : 12 cm

Tumbuhan A 60 Tinggi : 28 cm

Tumbuhan B 46 Tinggi : 20 cm

Tengu 1 -

Tumbuhan C 98 Tinggi : 25 cm

Tumbuhan D 3 Tinggi : 14 cm

Semut 25 -
4
Tumbuhan E 3 Tinggi : 2,5 cm

Tumbuhan F 4 Tinggi : 14 cm

Tumbuhan G 1 Tinggi : 4 cm

Tapak liman 2 Tinggi : 10 cm

Tumbuhan H 2 Tinggi : 11 cm

Tumbuhan I 1 Tinggi : 6 cm

Tumbuhan J 5 Tinggi : 6 cm

5 Rayap 84 -
Rumput teki 35 Tinggi : 17 cm

Rumput A 93 Tinggi : 4,5 cm

Rumput B 3 Tinggi : 1,5 cm

Rumput C 24 Tinggi : 7 cm

Semut 4 -

Rumput D 6 Tinggi : 6 cm

Rumput E 29 Tinggi : 8,9 cm

Buah 42 Tinggi : 2,5 cm

Lumut daun 2 Tinggi : 0,1 cm

Hewan A 1 -

Tumbuhan A 8 Tinggi : 26 cm

Tumbuhan B 36 Tinggi : 21 cm

Tumbuhan C 102 Tinggi : 35 cm

Tumbuhan D 2 Tinggi : 27 cm
6
Tumbuhan E 4 Tinggi : 22 cm

Tumbuhan F 7 Tinggi : 24 cm

Tumbuhan G 103 Tinggi : 12 cm

Tumbuhan H 79 Tinggi : 16 cm

Tumbuhan A 151 Tinggi : 30 cm


7
Tumbuhan B 167 Tinggi : 23 cm

Abiotik

Kelompok Jenis Jumlah Keterangan

1 Daun kering 46 Panjang : 11 cm


Tangkai kering 31 Panjang : 13 cm

Kerikil 60 -

Tanah - -

Kayu 30 Panjang : 55 cm

Daun kering 41 Panjang : 11 cm

Batu 20 Panjang : 1 cm
2
Tali rafia 1 Panjang : 13 cm

Cahaya - -

Tanah - -

Tali rafia 1 -

Daun kering 23 -

Biji mahoni 1 -
3
Embun - -

Tanah - -

Batu - -

Daun kering 237 -

Ranting pohon 146 -

4 Biji mahoni 1 -

Air - -

Tanah - -

Batu 73 -

Daun kering 12 -
5
Plastik 7 -

Kerikil 530 -
Sampah kaca 2 -

Benang 1 -

Kasa 1 -

Keramik 2 -

Tanah - -

Ranting 16 -

Kayu 5 -

6 Batu 2 -

Plastik 1 -

Daun kering 110 -

Botol 1 -

Kresek 1 -

7 Daun gugur 508 -

Ranting 10 -

Tanah - -

Anda mungkin juga menyukai