BIOLOGI DASAR
MENGENAL EKOSISTEM
Oleh
NIM : 160210103019
Kelompok :1
UNIVERSITAS JEMBER
2016
I. JUDUL
Mengenal Ekosistem
II. TUJUAN
Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam
ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem.
III. DASAR TEORI
Semua makhluk hidup membentuk biosistem. Makhluk hidup
sebagai komponen hirarki ekosistem mulai dari yang terkecil yaitu gen,
sel, organ, sistem organ, organisme, populasi, komunitas, ekosistem,
bioma, dan biosfer. Dimana semuanya berinteraksi dengan komponen
abiotik (lingkungan). Untuk mendapatkan materi bagi kelangsungan
hidupnya diperlukan energi. Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan
bahan-bahan) pada setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem fungsional
yang khas. Sistem disini adalah komponen-komponen yang secara teratur
berinteraksi dan saling tergantung membentuk keseluruhan yang bersatu
(Waluyo, 2006:401).
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup.
Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup. Dalam ekosistem terdapat
komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem juga dapat dibedakan
menjadi beberapa macam. Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup,
yaitu individu, populasi, dan komunitas (Bessy, 2016).
Ekosistem memiliki komponen penyusun yaitu faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk
hiduo di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem
tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen,
dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Dua komponen biotik
utama yang menyusun ekoistem adalah komponen autotrof dan komponen
heterotrof (Waluyo, 2006:402). Ekosistem tidaklah statis, dapat
mengalami perubahan keseimbangannya (dinamis). Artinya komponen
penyusun ekosistem dapat mengalami kenaikan maupun penurunan jumlah
populasi, namun dalam komposisi yang proporsional (Pratiwi, 2016).
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi semua benda
tak hidup di bumi yang berfungsi sebagai pendukung kehidupan makhluk
hidup. Termasuk didalamnya air, udara, suhu, kelembaban udara, tanah,
dan sebagainya. Senyawa-senyawa organik dan anorganik juga termasuk
dalam komponen abiotik (Waluyo, 2006:402-403).
Suatu ekosistem selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik
dan abiotik. Keduanya harus saling berkoordinasi dalam menghadapi
perubahan lingkungan supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang
dinamis. Dua komponen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena
fungsinya dalam ekosistem saling menopang untuk kelangsungan dan
kestabilan suatu ekosistem (Waluyo, 2006:401).
Berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem ada dua macam yaitu:
ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem
yang terbentuk secara alami, sedangkan ekosistem buatan adalah
ekosistem yang sengaja dibuat manusia. Ekosistem alami dapat dibedakan
menjadi dua yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan (Bessy, 2016).
Pada ekosistem air faktor abiotik utama yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan yang terdapat pada ekosistem air adalah kadar
oksigen, kadar karbon dioksida, temperatur, kandungan zat makanan, dan
intensitas cahaya matahari. Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar
dan ekosistem air laut (Waluyo, 2006:415).
Ekosistem air tawar mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas dan variasi
suhu sangat rendah, penetrasi cahaya matahari kurang, dan dipengaruhi
iklim serta cuaca. Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu lentik
dan lotik. Ekosistem air tawar yang tidak mengalir (lentik) meliputi danau
dan kolam (aquarium), sedangkan ekosistem air tawar mengalir (lotik)
meliputi sungai, air terjun, dan parit (Waluyo, 2006:416).
Faktor-faktor pembatas pada ekosistem air adalah temperatur,
transpirasi, turbiditas/kekeruhan, arus, gas terlarut dalam air, oksigen
terlarut, karbondioksida terlarut, garam biogenik, Na dan K, kalsium dan
magnesium, fosfor (Waluyo, 2006:417-418).
Ekosistem air laut mempunyai ciri-ciri yaitu salinitas atau kadar
garamnya tinggi terutama di daerah tropis, habitat yang satu dengan yang
lain saling bersambungan, kemampuan air laut untuk melarutkan zat
makanan rendah karena kandungan garamnya tinggi sehingga kemampuan
melarutkan makanan oleh air laut merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan populasi hewan yang hidup di dalamnya. Ekosistem air laut
tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air laut dibedakan atas
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang (Waluyo, 2006:418-419).
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa
daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem
daratan dibedakan menjadi beberapa bioma. Bioma adalah ekosistem
terestrial (daratan) utama di bumi yang dipengaruhi iklim. Garis pembatas
atau pemisah antara dua bioma walaupun tidak jelas, disebut ecotone.
Ecotone ditempati oleh tumbuhan dan hewan yang khas. Terdapat
sembilan macam bioma utama di bumi, yaitu bioma tundra, bioma taiga,
bioma hutan gugur, bioma padang rumput, bioma padang pasir, bioma
sabana, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan bakau (mangrove), dan
bioma hutan lumut (Waluyo, 2006:422-423).
Semua ekosistem menjalankan energi yang ditangkap oleh
produsen primer. Autotrof tersebut atau pembuat makanan sendiri
memperoleh energi dari sinar matahari dan menggunakannya untuk
membentuk senyawa organik dari karbondioksida dan air. Energi dari
lingkungan mengalir malalui produsen, kemudian ke konsumen. Semua
energi yang memasuki ekosistem tersebut akhirnya mengalir keluar,
terutama sebagai panas (Starr et al., 2013:462).
Rantai makanan ialah suatu urutan tahapan ketika beberapa energi
yang ditangkap oleh produsen primer ditransfer ke organisme di tingkat
tropis yang lebih tinggi (Starr et al., 2013:463).
Fungsi krusial dari sebuah ekosistem adalah hubungan antara
organisme dalam rantai makanan. Rantai makanan pada dasarnya
menanyakan, siapa memakan siapa? Tipikal rantai makanan dimulai
dengan produsen, tanaman hijau atau alga mampu memproduksi senyawa
organik kompleks melalui proses fotosintesis (Levetin dan McMahon,
2012:465). Misalnya algae mikroskopis yang memiliki peranan penting
karena merupakan organisme autotrof yaitu organisme yang mampu
menghasilkan makanan sendiri, sehingga berperan sebagai produsen bagi
konsumen yang hidup di lautan dan sangat erat kaitannya dengan rantai
makanan (Yudasmara, 2015).
Semua organisme lain di dalam ekosistem adalah konsumen,
mereka memperoleh molekul energi dengan memakan tumbuhan atau
hewan lain, dan disebut sebagai heterotrof. Ekologi menetapkan setiap
organisme dalam ekosistem ke dalam sebuah trofik atau tingkat makanan,
berdasarkan sumber energinya. Tumbuhan berada di level trofik 1, dimana
herbivora adalah trofik level 2, dan karnivora di trofik level 3. Level trofik
tertinggi ada untuk hewan yang memakan rantai makanan paling atas
(Johnson dan Losos, 2008:718).
IV. METODE PRAKTIKUM
4.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tali rafia
b. Pasak
c. Kantong plastik
d. Alat tulis
2. Bahan
Ekosistem daratan (daerah sekitar kampus)
4.2 Skema Kerja
V. HASIL PRAKTIKUM
Semut =
Tumbuhan C (17 cm) = 29
12
Tumbuhan D (21 cm) = 2 100% = 5,36 %
224
Tumbuhan C =
29
100% = 12,95 %
224
Tumbuhan D =
2
100% = 0,89 %
224
Tumbuhan E =
74
100% = 33,04 %
224
= 100 %
VI. PEMBAHASAN
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem
tersusun atas satuan makhluk hidup. Menurut Bessy (2016) dalam
ekosistem terdapat komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem
juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Ekosistem tersusun atas
satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, dan komunitas.
Di dalam ekosistem komponen biotik dan komponen abiotik adalah
dua hal yang tidak akan bisa dipisahkan, keduanya saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Menurut Waluyo (2006:401) suatu ekosistem
selalu terjadi interaksi antara lingkungan biotik dan abiotik. Keduanya
harus saling berkoordinasi dalam menghadapi perubahan lingkungan
supaya tetap terjadi hubungan timbal balik yang dinamis. Dua komponen
ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Karena fungsinya dalam
ekosistem saling menopang untuk kelangsungan dan kestabilan suatu
ekosistem.
Menurut Johnson dan Losos (2008:718) ekologi menetapkan setiap
organisme dalam ekosistem ke dalam sebuah trofik atau tingkat makanan,
berdasarkan sumber energinya. Sehingga dikenal sebuah istilah yaitu
piramida ekologi. Piramida Ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat
nutrisi atau tingkat energi) secara berurutan menurut pada rantai makanan
atau jaring-jaring makanan dalam ekosistem. Piramida ekologi dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida
energi.
Piramida jumlah adalah piramida yang menunjukkan jumlah
organisme pada setiap tingkatan trofik. Organisme di tingkat trofik
pertama biasanya melimpah, sedangkan tingkat trofik kedua, ketiga dan
selanjutnya semakin berkurang. Piramida energi adalah piramida yang
menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap tahap tingkatan
trofik. Pada piramida energi terjadi penurunan jumlah energi secara
berturut-turut dari tingkat trofik yang paling rendah ke tingkat trofik yang
paling tinggi.
Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan berat
atau massa kering total organisme hidup dari masing-masing tingkat
trofiknya pada suatu ekosistem dalam kuran waktu tertentu. Piramida
biomassa memiliki penggambaran yang lebih realistik dari pada piramida
jumlah. Fungsi piramida biomassa adalah menggambarkan perpaduan
massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan dinyatakan dalam gram.
Praktikum kali ini adalah tentang mengenal ekosistem dan
memiliki tujuan untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di
dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem. Dalam praktikum
ini digunakan alat dan bahan antara lain talia rafia, pasak, kantong plastik,
alat tulis, dan ekosistem daratan di sekitar kampus. Talia rafia dan pasak
yang berfungsi untuk membuat kuadran daerah pengamatan pada
praktikum kali ini digantikan oleh pipa yang disusun persegi dengan
ukuran 2x2 m2 .
Dalam praktikum ini ada 7 kelompok yang mengamati komponen-
komponen ekosistem pada 7 daerah pengamatan yang berbeda. Daerah
pengamatan tiap-tiap kelompok ditentukan oleh asisten dosen dan dipilih
secara acak guna memperoleh data yang seobjektif mungkin. Daerah
pengamatan berada di sekitar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
tepatnya disebelah gedung dekanat.
Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok saya, yaitu
kelompok 1 didapat hasil yaitu untuk komponen biotiknya secara
keseluruhan berjumlah 224 yang terdiri dari pegagan 37 buah dengan
tinggi 5 cm, tapak liman 7 buah dengan tinggi 9 cm, gewor 18 buah
dengan tinggi 29 cm, semut 12 ekor, kumbang 1 ekor, dan 5 jenis
tumbuhan yang tidak diketahui namanya yang masing-masing dinamai
dengan nama tumbuhan A, B, C, D, dan E. Tumbuhan A berjumlah 18
buah dengan tinggi 10 cm, tumbuhan B 26 buah dengan tinggi 5 cm,
tumbuhan C 29 buah dengan tinggi 17 cm, tumbuhan D 2 buah dengan
tinggi 21 cm, dan tumbuhan E 74 buah dengan tinggi 2,5 cm. Sedangkan
untuk komponen abiotiknya secara keseluruhan berjumlah 137 yang terdiri
dari daun kering, tangkai/ranting kering, kerikil, dan tanah. Untuk daun
kering berjumlah 46 buah, tangkai/ranting kering 31 buah, dan kerikil 60
buah.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen biotiknya pegagan 16,52
%, tapak liman 3,13 %, gewor 8,04 %, semut 5,36 %, kumbang 0,45 %,
tumbuhan A 8,04 %, tumbuhan B 11,61 %, tumbuhan C 12,95 %,
tumbuhan D 0,89 %, dan tumbuhan E 33,04 %. Sedangkan untuk
komponen abiotiknya daun kering 33,58 %, tangkai kering 22,63 %, dan
kerikil 43,80 %. Secara keseluruhan perbandingan presentase antara
komponen biotik dan abiotik adalah 62,05 % untuk komponen biotik dan
37,95 % untuk komponen abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan
presentase antar tiap komponen yang ada :
Biotik
Pegagan
3.13% Gewor
33.04%
Semut
8.04% Kumbang
5.36% Tumbuhan A
Tumbuhan B
0.89% 8.04% 0.45%
12.95% Tumbuhan C
11.61% Tumbuhan D
Tumbuhan E
Abiotik
22.63%
Abiotik dan Biotik
37.95% Biotik
62.05% Abiotik
Abiotik
1,2 %
kayu
21,74 % 32,61 % daun kering
44,56 % batu
tali rafia
Biotik
rumput teki
17.19%
tapak liman
43.75% belalang
20.31% nyamuk
semut
tumbuhan A
3.13%
4.69% 1.56%
abiotik
41.03% biotik
58.97%
Dari hewan yang ada semut dan belalang saja yang merupakan
konsumen I (trofik II) sebab belalang merupakan herbivora dan semut juga
mengumpulkan makanan yang berasal dari tumbuhan, sedangkan yang
menjadi konsumen tingkat II (trofik III) tidak ada. Untuk tingkatan lain
tidak diketahui sebab hewan A dan hewan B tidak diketahui jenisnya
apakah herbivora, karnivora, atau omnivora. Dari komponen biotik yang
ada yakni tumbuhan-tumbuhan, merupakan makhluk hidup yang bersifat
autotrof. Yakni makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri.
Sedangkan hewan yang ada di dalam ekosistem tersebut merupakan
makhluk heterotrof karena mereka tidak dapat membuat atau mensintesis
makanannya sendiri.
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan jika ekosistem sudah
seimbang. Sebab perbandingan presentase antara komponen biotik dan
abiotiknya hampir seimbang. Selisih antara presentase komponen biotik
dan abiotiknya tidak terlalu besar sehingga dapat dikatakan jika sudah
seimbang.
Lalu hasil pengamatan dari kelompok 3. Dari hasil pengamatan
oleh kelompok 3 didapat hasil untuk komponen abiotik keseluruhannya
berjumlah 25 buah dan komponen biotiknya keseluruhan berjumlah 138
buah. Komponen abiotiknya terdiri dari talia rafia 1 buah, daun kering 23
buah, biji mahoni 1 buah, embun, tanah, dan batu. Sedangkan untuk
komponen biotiknya terdiri dari tapak liman dengan tinggi 6,5 cm dan
berjumlah 34 buah, rumput teki dengan tinggi 23 cm dan berjumlah 18
buah, 6 jenis tumbuhan yang masing-masing dinamai tumbuhan A, B, C,
D, E, dan F, serta 2 jenis ulat yang masing-masing dinamai ulat A dan ulat
B.
Tumbuhan A memiliki tinggi 4,5 cm dengan jumlah 17 buah,
tumbuhan B memiliki tinggi 20 cm dan berjumlah 1 buah, tumbuhan C
memiliki tinggi 6 cm dan berjumlah 21 buah, tumbuhan D memiliki tinggi
13 cm dan berjumlah 11 buah, tumbuhan E memiliki tinggi 1 cm dan
berjumlah 27 buah, tumbuhan F memiliki tinggi 15 cm dan berjumlah 7
buah. Ulat A dan ulat B masing-masing berjumlah 1 ekor.
Setelah dilakukan perhitungan diketahui presentase dari setiap
spesies yang ditemukan yaitu untuk komponen abiotiknya tali rafia 4 %,
daun kering 92 %, dan biji mahoni 4 %. Sedangkan untuk presentase
komponen biotiknya yaitu tapak liman 24,64 %, rumput teki 13,04 %,
tumbuhah A 12,32 %, tumbuhan B 0,725 %, tumbuhan C 15,25 %,
tumbuhan D 7,97 %, tumbuhan E 19,57 %, dan tumbuhan F 5,1 %. Secara
keseluruhan perbandingan presentase antara komponen biotik dan abiotik
adalah 84,66 % untuk komponen biotik dan 15,34 % untuk komponen
abiotik. Berikut adalah diagram perbandingan presentase antar tiap
komponen yang ada :
4% 4% Abiotik
Tali rafia
Daun kering
Biji mahoni
92%
Biotik
0.72% 0.72%
5.07% Tapak Liman
Rumpu teki
Tumbuhan A
24.4% Tumbuhan B
19.57%
Tumbuhan C
7.98% 13.04% Tumbuhan D
Tumbuhan E
15.21% Tumbuahan F
Ulat A
12.31% Ulat B
0.72%
Abiotik dan Biotik
15.34%
Abiotik
Biotik
84.66%
Abiotik
1
ranting pohon
38.02%
biji mahoni
0.23% Biotik
0.46%
5.77%
Tumbuhan A
13.85% Tumbuhan B
Tumbuhan C
30.48% Tumbuhan D
22.17%
Tumbuhan E
1.15% Tumbuhan F
0.23% 22.63% Tumbuhan G
0.46% Tumbuhan H
0.92%
0.23% 0.69% 0.69%
Abiotik dan Biotik
53,19 % Abiotik
Biotik
47.17%
Biotik
0.30%
1.20% Rumput teki
10.80%
Tumbuhan A
Tumbuhan B
26%
Tumbuhan C
28.80% Tumbuhan D
0.60% Tumbuhan E
13%
Buah jatuh
Lumut daun
0.90%
8.90% 1.80% Rayap
7.40%
Abiotik dan Biotik
34 %
Komponen Abiotik
Komponen Biotik
66 %
28%
biotik
abiotik
72%
Biotik
31% Tumbuhan A
69% Tumbuhan B
0.20% Abiotik
0.20% 2%
Botol
Daun gugur
98.00% Kresek
Ranting
Biotik dan Abiotik
30%
Biotik
Abiotik
70%
Johnson, G. B. dan J. B. Losos. 2008. The Living World. Fifth Edition. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.
Levetin, E. dan K. McMahon. 2012. Plants & Society. Sixth Edition. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.
Pratiwi, Y. S. 2016. Ekologi Daerah Urban (Perkotaan) dan Gangguan Kesehatan
Jiwa. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 7(1): 2.
Starr, C., R. Taggart, C. Evers, dan L. Starr. 2009. Biology: The Unity and
Diversity of Life. 12th Ed. Singapore: Cengage Learning. Terjemahan oleh
Y. Prasaja. 2013. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup.
Edisi 12 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Kelompok 1
Biotik
Kumbang Semut
Abiotik
Kelompok 2
Abiotik
Kayu Daun kering Batu Tali rafiah
Biotik
Nyamuk
Kelompok 3
Abiotik
Tanah Batu
Biotik
Ulat A Ulat B
Kelompok 4
Abiotik
Komponen biotik
Kelompok 5
Abiotik
Sampah keramik Sampah plastik Daun kering Batu besar dan sampah
kaca
Sampah plastik Sampah benang dan kasa Sampah plastik Batu kecil
Biotik
Tumbuhan A
Kelompok 6
Biotik
Tumbuhan A Tumbuhan B Tumbuhan C Tumbuhan D
Abiotik
Daun kering Plastik Batu Ranting
Kayu
Kelompok 7
Biotik
Tumbuhan A Tumbuhan B
Abiotik
Pegagan 37 Tinggi : 5 cm
Tumbuhan A 18 Tinggi : 10 cm
Gewor 18 Tinggi : 29 cm
Tumbuhan B 26 Tinggi : 26 cm
1
Tumbuhan C 29 Tinggi : 29 cm
Tumbuhan D 2 Tinggi : 2 cm
Tumbuhan E 74 Tinggi : 74 cm
Semut 12 -
Kumbang 1 -
Tumbuhan A 28 Tinggi : 26 cm
Tumbuhan B 1 Tinggi : 8 cm
Tumbuhan C 2 Tinggi : 8 cm
2 Tumbuhan D 1 Tinggi : 5 cm
Hewan A 1 -
Hewan B 1 -
Belalang 2 -
Nyamuk 1 -
Semut 3 -
Tumbuhan B 1 Tinggi : 20 cm
Tumbuhan C 21 Tinggi : 6 cm
Tumbuhan D 11 Tinggi : 13 cm
Tumbuhan E 27 Tinggi : 1 cm
Tumbuhan F 7 Tinggi : 15 cm
Ulat A 1 -
Ulat B 1 -
Tumbuhan A 60 Tinggi : 28 cm
Tumbuhan B 46 Tinggi : 20 cm
Tengu 1 -
Tumbuhan C 98 Tinggi : 25 cm
Tumbuhan D 3 Tinggi : 14 cm
Semut 25 -
4
Tumbuhan E 3 Tinggi : 2,5 cm
Tumbuhan F 4 Tinggi : 14 cm
Tumbuhan G 1 Tinggi : 4 cm
Tumbuhan H 2 Tinggi : 11 cm
Tumbuhan I 1 Tinggi : 6 cm
Tumbuhan J 5 Tinggi : 6 cm
5 Rayap 84 -
Rumput teki 35 Tinggi : 17 cm
Rumput C 24 Tinggi : 7 cm
Semut 4 -
Rumput D 6 Tinggi : 6 cm
Hewan A 1 -
Tumbuhan A 8 Tinggi : 26 cm
Tumbuhan B 36 Tinggi : 21 cm
Tumbuhan D 2 Tinggi : 27 cm
6
Tumbuhan E 4 Tinggi : 22 cm
Tumbuhan F 7 Tinggi : 24 cm
Tumbuhan H 79 Tinggi : 16 cm
Abiotik
Kerikil 60 -
Tanah - -
Kayu 30 Panjang : 55 cm
Batu 20 Panjang : 1 cm
2
Tali rafia 1 Panjang : 13 cm
Cahaya - -
Tanah - -
Tali rafia 1 -
Daun kering 23 -
Biji mahoni 1 -
3
Embun - -
Tanah - -
Batu - -
4 Biji mahoni 1 -
Air - -
Tanah - -
Batu 73 -
Daun kering 12 -
5
Plastik 7 -
Kerikil 530 -
Sampah kaca 2 -
Benang 1 -
Kasa 1 -
Keramik 2 -
Tanah - -
Ranting 16 -
Kayu 5 -
6 Batu 2 -
Plastik 1 -
Botol 1 -
Kresek 1 -
Ranting 10 -
Tanah - -