Penjelasan tentang hakikat wanita dalam Al Quran dan As Sunnah amatlah lengkap,
memuaskan, sesuai dengan akal, fitrah manusia, dan realita atau kondisi masa kini. Sehingga
tidak boleh menafsirkannya dengan tafsiran yang dipaksakan, tafsiran yang berdasar hawa
nafsu maupun yang berkedok alasan tuntutan peradaban dan zaman.
()
Wanita adalah bagian dari pria.(HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits inishahih).
Allah menciptakan Adam, dan Allah menciptakan pula baginya pasangan untuk
menentramkannya, dan menjadikan bagi keduanya mawaddah dan rahmah. Sehingga keduanya
pada asalnya sama, namun berbeda dalam beberapa sifat. Allah Taala berfirman :
Ayat ini menjelaskan adanya perbedaan, baik secara parsial maupun universal, antara
laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini tidak bisa lagi dipungkiri, oleh karena itu definisi adil
dalam masalah laki-laki dan perempuan adalah, memperlakukan keduanya secara berbeda dalam
masalah hukum, dan membagi tugas dan kewajiban antara masing-masing pihak. Lawannya
yaitu zhalim, ialah menyamakan antara laki-laki dan perempuan, secara mutlak. Akan tetapi
dalam beberapa hal, Allah menyamakan antara keduanya, Dia berfirman :
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikit pun.(An-Nisa: 124)
Allah menyamakan bagi keduanya dalam masalah amal, begitu pula dalam masalah
pahala, dan inilah yang disebut keadilan itu.
()
Diantara kelemahan yang dimiliki oleh wanita ialah sebagaimana disebutkan dalam
hadits,() Wanita itu kurang akalnya. Ini merupakan khabar Nabawi yang ditafsirkan
melalui sabda beliau shallallaahu alaihi wa sallam di hadits yang lain,
()
Persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian satu laki-laki(HR Muslim).
Hadits ini merupakan isyarat bahwa laki-laki lebih kuat ingatannya, lebih sedikit
terpengaruh oleh perasaan, dan tidak mudah menuduh dan bimbang (lebih tegas).
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (QS. An Nisaa: 34).
Ayat ini merupakan tasyrif (pemuliaan, yaitu dalam soal kepemimpinan kaum lelaki)
sekaligus di dalamnya terdapat taklif (pembebanan, yaitu dalam soal kewajiban menafkahi) bagi
kaum laki-laki. Keduanya (antara tasyrif dan taklif -pent) tidak bisa dipisahkan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
baik(QS. Al Baqarah: 233)
Maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada (bepergian)(QS. An-Nisa: 34). Inilah sifat wanita muminah yang diridhai
dengan adanya tugas mulia dari Ar Rahman, berbeda halnya dengan apa yang dihembuskan oleh
dai-dai penebar kerusakan di muka bumi, yang menyerukan emansipasi wanita !!!!