Anda di halaman 1dari 31

SIMULASI TUMPAHAN MINYAK PADA FASILITAS PENYIMPANAN INDUSTRI

MIGAS AKIBAT RUN UP TSUNAMI :


STUDI KASUS CILACAP JAWA TENGAH

USULAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN ILMU KELAUTAN

Oleh :
RIZKI HIDAYAT
NIM. 135080601111018

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SIMULASI TUMPAHAN MINYAK PADA FASILITAS PENYIMPANAN INDUSTRI
MIGAS AKIBAT RUN UP TSUNAMI :
STUDI KASUS CILACAP JAWA TENGAH

USULAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN ILMU KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gerar Sarjana Kelautan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :
RIZKI HIDAYAT
NIM. 135080601111018

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
SIMULASI TUMPAHAN MINYAK PADA FASILITAS PENYIMPANAN INDUSTRI
MIGAS AKIBAT RUN UP TSUNAMI :
STUDI KASUS CILACAP JAWA TENGAH

Oleh :
RIZKI HIDAYAT
NIM. 135080601111018

Mengetahui Menyetujui
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing I

(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP.) (Ir. Aida Sartimbul , M.Sc.,Ph.D.)


NIP. 19630608 198703 1 003 NIP. 19680901 199403 2 001

Menyetujui
Dosen Pembimbing II

(Syarifah Hikmah Julianda Sari, Spi.,M.Sc.)


NIP. 19840720 201404 2 001

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya meyatakan bahwa dalam skripsi yag saya tulis ini benar
merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian harii terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menrima sanksi atas perbuatan tersebut,
sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 24 Agustus 2017


Mahasiswa

__________________
Rizki Hidayat

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.4 Kegunaan .................................................................................................................. 4
BAB II. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 5
2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................................... 5
2.2 Gelombang Tsunami ................................................................................................. 5
2.3 Potensi Tsunami di Pantai Selatan Cilacap ............................................................... 7
2.4 Tumpahan Minyak Bumi ........................................................................................... 7
2.4.1 Pencemaran Laut Oleh Minyak ......................................................................... 7
2.3.2 Karakteristik Minyak Bumi ................................................................................ 8
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Sebaran Tumpahan Minyak di Laut........................... 11
2.4.1 Angin ............................................................................................................... 11
2.4.2 Arus ................................................................................................................. 12
2.4.3 Pasang Surut ................................................................................................... 13
2.6 Pemodelan Tsunami................................................................................................ 13
2.7 Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak ................................................................. 13
BAB III. Metode Penelitian .................................................................................................. 15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................ 15
3.2 Data dan Peralatan ................................................................................................. 15
3.2.1 Data ................................................................................................................. 15
3.2.2 Peralatan ......................................................................................................... 16
3.3 Skenario Model Tsunami dan Tumpahan Minyak ................................................. 17
3.3.1 Domain Pemodelan......................................................................................... 17
3.3.2 Syarat Batas Model ......................................................................................... 18
3.3.3 Waktu Pemodelan........................................................................................... 20
3.3.4 Skenario Tsunami ............................................................................................ 20
3.3.5 Skenario Tumpahan Minyak ........................................................................... 20

iv
3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................................. 21
3.4.1 Tahap Persiapan .............................................................................................. 22
3.4.2 Tahap Persiapan Data ..................................................................................... 22
3.4.3 Tahap Pengolahan Data .................................................................................. 22
3.4.4 Tahap Analisis Model ...................................................................................... 23
3.4.5 Tahap Penyusunan Laporan ............................................................................ 23
3.5 Skema Kerja Penelitian ........................................................................................... 24
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 25

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada wilayah jalur

gempa aktif dapat memicu terjadinya tsunami. Menurut Arnold (1986) dalam

Diposaptono dan Budiman (2005), Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki tingkat kegempaan tinggi di dunia. Salah satu daerah di Indonesia yang

paling rawan mengalami bencana gempa dan tsunami adalah pesisir selatan pantai

Jawa. Ini disebabkan secara geologis pesisir selatan pantai Jawa berada di Jalur

subduksi atau pertemuan dua lempeng besar yang saling bertabrakan, yaitu lempeng

Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pegerakan lempeng di daerah ini sering

menimbulkan gempa besar yang dapat memicu terjadinya gelombang tsunami.

Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang

berada di kawasan pesisir selatan patai Jawa dan berhadapan langsung dengan

Samudera Hindia. Karena berada dekat dengan patahan lempeng Indo-Australia,

menjadikan Kabupaten Cilacap rawan akan terjadinya gempa bumi dan gelombang

tsunami. Tsunami yang terjadi dapat mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis.

Dampak lain tsunami jika terjadi di Cilacap adalah pencemaran lingkungan

yang berasal dari tumpahan minyak. Cilacap yang merupakan kota pelabuhan dan

industri migas, memilki banyak fasilitas penyimpanan minyak mentah. Ketika terjadi

tsunami, fasilitas ini dapat rusak dan bocor sehingga menyebabkan terjadinya

tumpahan minyak ke perairan. Tumpahan minyak tersebut memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain dampaknya terhadap lingkungan,

1
tumpahan minyak juga akan mengakibatkan terganggunya kegiatan ekonomi

masyarakat pesisir dengan indikasi turunnya jumlah tangkapan dan tercemarnya

lahan budidaya seperti tambak ikan dan rumput laut (ITOPF,2002). Melihat dampak

yang ditimbulkan oleh tsunami dan tumpahan minyak, diperlukan langkah antisipasi

untuk meminimalisir dampak tersebut. Salah satu cara antisipasi adalah dengan

memprediksi arah dan sebaran tumpahan minyak pada saat tsunami terjadi. Prediksi

arah dan sebaran tumpahan minyak yang dipicu oleh tsunami dilakukan dengan

membuat sebuah simulasi model tsunami dan model tumpahan minyak (Kyaw et al.,

2017).

Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki

sebaran tumpahan minyak jika tsunami menerjang kawasan industri dan merusak

fasilitas penyimpanan migas di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini perlu dilakukan

untuk merancang rute evakuasi kapal dan penduduk disekitar wilayah rawan tsunami.

Selain itu, prediksi tumpahan minyak juga bisa menjadi bahan peninjauan

pengelolaan resiko kawasan industri di sepanjang pantai Cilacap.

1.2 Rumusan Masalah

Cilacap yang berada dekat pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng

Eurasia menyebabkan Cilacap rawan terjadinya bencana gempa bumi dan geombang

tsunami. Gelombang tsunami merupakan suatu ancaman terhadap keberadaan

fasilitas penyimpanan migas yang berada di perairan Cilacap. Tsunami dapat

mengakibatkan kerusakan fasilitas penyimpanan dan menyebabkan minyak yang ada

didalamnya tumpah ke perairan. Tumpahan minyak ini perlu ditangani dengan tepat.

Salah satu penangan tumpahan minyak adalah dengan memprediksi arah dan pola

tumpahan.

2
Dengan diketahuinya arah dan pola penyebaran tumpahan minyak dapat

dilakukan antisipasi dampak tumpahan minyak terhadap daerah yang terkena

dampak.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pola sebaran tumpahan minyak jika terjadi tumpahan pada saat

gelombang tsunami di perairan Cilacap?

2. Kemana arah sebaran tumpahan minyak jika terjadi tumpahan pada saat

gelombang tsunami di perairan Cilacap?

3. Daerah mana yang berpotensi terdampak tumpahan minyak jika terjadi

tumpahan pada saat gelombang tsunami di perairan Cilacap?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pola sebaran tumpahan minyak jika terjadi tumpahan

pada saat gelombang tsunami di perairan Cilacap.

2. Untuk menganalisis arah sebaran tumpahan minyak jika terjadi tumpahan

pada saat gelombang tsunami di perairan Cilacap.

3. Untuk mengetahui daerah berpotensi terdampak tumpahan minyak jika

terjadi tumpahan pada saat gelombang tsunami di perairan Cilacap.

3
1.4 Kegunaan

Upaya penanggulangan tumpahan minyak di laut akan lebih efektif jika

mengetahui metode yang tepat. Pada penulisan skripsi ini memprediksi arah sebaran

tumpahan minyak di laut dengan simulasi kejadian ketika gelombang tsunami yang

diolah dengan model matematis dan diharapkan menghasilkan gambaran yang dapat

dimanfaatkan sebaik-baiknya.

4
BAB II. Tinjauan Pustaka

2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Cilacap terletak pada 109o 01 18,4 BT sampai 7o 43 31,2 LS

dengan luas wilayah 225.360,84 ha. Sedangkan secara topografi, Kabupaten Cilacap

berada pada ketinggian antara 6 198 meter di atas permukaan laut. Di bagian

selatan,Kabupaten Cilacap berbatasan dengan Segara Anakan dan Samudra Hindia.

Terdapat juga Pulau Nusakambangan yang memanjang dari barat ke timur kurang

lebih 30 kilometer. Keadaan topografi di wilayah Kabupaten Cilacap cukup beragam,

namun kondisi topografi rata-rata merupakan dataran rendah.

Cilacap memiliki pelabuhan Tanjung Intan yang merupakan satu-satunya

pelabuhan yang ada di Pantai Selatan Pulau Jawa yang merupakan pintu gerbang

perekonomian bagi daerah Jawa Tengah bagian selatan untuk perdagangan ekspor

dan impor maupun pasar antar Pulau. Selain pelabuhan umum, di sekitar pesisir

Cilacap juga terdapat pelabuhan milik perusahaan besar seperti Pelabuhan Minyak

Pertamina UP IV dan Pelabuhan Semen Holcim (BAPPEDA, 2015).

2.2 Gelombang Tsunami

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang,tsu yang berarti pelabuhan dan

nami yang berarti gelombang laut. Dari gabungan dua kata inilah muncul istilah

tsunami. Awalnya tsunami memiliki makna gelombang laut yang menghantam

pelabuhan (VSI, 2017).

Terjadinya tsunami terutama sekali disebabkan oleh gempa bumi di laut.

Namun, tsunami juga dapat terjadi disebabkan oleh tanah longsor di dasar laut,

5
letusan gunung api dasar laut dan meterot yang jatuh di laut. Gempa bumi akan

menimbulkan tsunami apabila memenuhi beberapa syarat : gempa besar dengan

kekuatan gempa lebih dari 6,5 skala richter,sumber gempa bumi berada di laut,

kedalaman gempa bumi dangkal kurang dari 40 km, dan terjadi pergeseran vertikal

dasar laut (Ramya dan Palaniappan, 2011).

Sifat gelombang tsunami berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami

bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudera dengan

energi yang sedikit demi sedikit berkurang. Daerah yang ribuan kilometer jauhnya dari

sumber, dapat merasakan terjadinya tsunami. Oleh karena itu ada selisih waktu antara

terciptanya gelombang dengan bencana yang ditimbulkan di pantai. Waktu rambat

gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang diperlukan oleh gelombang sesmik

untuk mencapai tempat yang sama ( Sugito, 2008).

Periode gelombang tsunami bervariasi antara 2 menit hingga 1 jam.

Sedangkan untuk panjang gelombang, tsunami memiliki panjang gelombang antara

100-200 km. Jika dibandingkandengan ombak biasa dilaut angka ini jauh diatasnya.

Ombak yang biasa digunakan para peselancar memiliki period 10 detik dan panjang

gelombang 150 meter. Oleh karena itu pada saaat masih di tengah laut, gelombang

tsunami hampir tidak terasa dan tidak terlihat(Sugito,2008).

Tsunami yang terjadi di pesisir pantai dapat merusak apa saja yang

dilewatinya. Dampak negatif gelombang tsunami antara lain rusaknya bangunan,

jatuhnya korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran dan

kerusakan lingkungan (Sugito,2008).

6
2.3 Potensi Tsunami di Pantai Selatan Cilacap

Kawasan selatan Jawa berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pada

Kawasan ini terdapat zona subduksi lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Aktivitas

tektonik pada kawasan ini cenderung lebih rendah dibanding zona subduksi

disepanjang pantai barat Sumatera. Berdasarkan catatan sejarah dari tahun 1977

hingga 2007, intensitas gempa di Selatan Jawa dengan magnitudo diatas 5 sr telah

terjadi sekitar 400 kejadian dimana semua termasuk dalam kategori gempa dangkal

(<40 km). Pada periode ini, terjadi dua gempa bumi besar dan memicu terjadinya

gelombang tsunami yaitu di Banyuwangi pada tahun 1994 dan Pangandaran pada

tahun 2006.

2.4 Tumpahan Minyak Bumi

2.4.1 Pencemaran Laut Oleh Minyak

Tumpahan Minyak sering terjadi di perairan laut lepas. Sebanyak 48 % kasus

tumpahan minyak disebabkan oleh bahan bakar dan 29 % oleh minyak mentah.

Kecelakaan kapal tanker menyumbang 5% polusi di laut. 45% polusi minyak di laut

berasal dari pengelolaan kapal yang tidak bertanggung jawab (Minh & Dinh,2009).

Tumpahan minyak di laut dapat berasal dari proses produksi, transportasi,

penyimpanan dan pemakaian minyak itu sendiri. Statistik menunjukan jumlah minyak

yang masuk kelaut dalam kejadian tumpahan minyak cenderung kecil. Data dari tahun

1990-1999, 72 % kasus tumpahan minyak terjadi dengan jumlah minyak yang

mencemari lautan 0.003 hingga 0.03 ton. Untuk kasus tumpahan minyak dengan

volume besar (diatas 30 ton), hanya terjadi sektar 0.1 % kejadian (Fingas, 2010).

7
Tumpahan minyak yang terjadi di laut, danau dan badan perairan lainnya

merupakan suatu ancaman. Penyebab utama tumpahan minyak di laut didominasi

oleh kegiatan manusia. Tumpahan minyak berakibat pada ekologi, lingkngan dan

kehidupan ekonomi masyarakat. Dampak terhadap ekologi, tumpahan minyak akan

merusak kehidupan akuatik,mengawali kerusakan dan ketidakstabilan pada

lingkungan secara luas. Pada bidang ekonomi, akan mengganggu aktivitas nelayan

dan juga mengganggu kegiatan pariwisata. Pada peristiwa tumpahan minyak dalam

skala besar, operasi remediasi dapat memakan waktu dan biaya yang besar. Menurut

International Tanker Owners Pollution Federation Limited (ITOPF), jumlah total

tumpahan minyak dari tahun 1970 hingga 2007 berkisar 5.5 juta ton. Meskipun jumlah

tersebut tinggi, pendeteksian dan pemantauan secara teratur masih belum

sepenuhnya dipahami. Tetapi sudah dikembangkan beberapa sistem operasional

untuk mendeteksi, memantau, permodelan dan prediksi tumpahan minyak (Lotliker et

al 2008).

2.3.2 Karakteristik Minyak Bumi

(Lasari, 2010) menyatakan bahwa limbah lumpur minyak bumi berpengaruh

pada ekosistem pesisir baik terumbu karang, mangrove maupun biota air, baik yang

bersifat lethal (mematikan) maupun sublethal (menghambat pertumbuhan, reproduksi

dan proses fisiologis lainnya).

Perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh minyak yang tumpah ke laut

dikenal sebagai weathering. Walaupun proses individu yang menyebabkan

perubahan ini terjadi secara bersama-sama, namun relatif bervariasi terhadap waktu.

ITOPF (2002) menyebutkan proses weathering sebagai berikut :

a. Menyebar

8
Seketika setelah minyak tumpah ke laut, minyak mulai menyebar di

permukaan laut. Kecepatan penyebaran dipengaruhi oleh tingkat viskositas

minyak dan volume tumpahan.

b. Menguap

Komponen minyak yang lebih mudah menguap akan terevaporasi ke

atmosfer. Laju evaporasi dipengaruhi oleh temperatur ambien dan kecepatan

angin. Umumnya, minyak dengan titik didih di bawah 200C akan berevaporasi

dalam waktu 24 jam pada kondisi temperatur sedang.

9
c. Dispersi

Gelombang dan turbulensi pada permukaan laut dapat menyebabkan

seluruh bagian atau sebagian lapisan terpecah menjadi butiran dalam

berbagai ukuran yang akan tercampur ke dalam lapusan teratas kolom air.

d. Disolusi

Laju dan perluasan di mana minyak terlarut bergantung pada komposisi,

penyebaran, suhu air, turbulensi dan derajat dispersi. Komponen minyak

mentah yang berat hampir tidak dapat larut dalam air, sedangkan komponen

yang lebih ringan sedikit lebih mudah larut.

e. Emulsifikasi

Pada laut sedang sampai kasar, kebanyakan minyak akan mengambil

butiran-butiran air dan membentuk emulsi air-dalam-minyak di bawah aktivitas

turbulen gelombang pada permukaan laut.

f. Oksidasi

Hidrokarbon dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat menyebabkan

pembentukan produk yang mudah larut atau tar persisten.

g. Interaksi sedimen-minyak

Beberapa sisa minyak yang lebih berat memiliki specific gravity lebih besar

dibanidngkan air laut (lebih dari 1,025), menyebabkan minyak tersebut

tenggelam ketika tumpah di laut.

h. Biodegradasi

Air laut mengandung sejumlah mikroorganisme laut yang memilki

kemampuan untuk memetabolisa komponen minyak seperti bakteri, jamur,

alga uniselular dan protozoa yang dapat memanfaatkan minyak sebagai

sumber karbon dan energi.

10
i. Kombinasi proses

Seluruh proses di atas terjadi sesaat setelah minyak terekspose ke laut,

walaupun setiap kepentingan relatif terhadap waktu. Spreading, evaporation,

dispersion, emulsification, dan dissolution merupakan yang terpenting pada

tahap awal tumpahan sedangkan oxidation, sedimentation, dan

biodegradation merupakan proses jangka panjang yang menentukan kondisi

akhir minyak.

Sifat dari tumpahan minyak di kawasan garis pantai umumnya bergantung

pada karakteristik pantai, seperti porositas substrat dan energi gelombang yang terjadi

di pantai. Paparan gelombang yang kuat meningkatkan baik proses pembersihan fisik

maupun iklim (Zhu et al., 2001).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Sebaran Tumpahan Minyak di Laut

Minyak cair yang tumpah ke laut, semakin lama akan mengalami penyebaran

membentuk lapisan tipis minyak (oil slick). Untuk minyak yang memiliki densitas lebih

tinggi akan langsung tenggelam. Penyebaran minyak berlangsung secara cepat dan

teratur dalam wakto 10 hari. Proses yang terjadi pada minyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti kandungan alami minyak, massa jenis minyak, volume

tumpahan minyak dan faktor lingkungan seperi kondisi angin, suhu dan tekanan udara

di laut. Minyak akan membentuk beberapa lapisan dan pembentukan ini dipengaruhi

oleh angin, arus, dan pasang surut (Hamzah,2004).

2.4.1 Angin

Angin merupakan suatu fenomena yang terjadi dikarenakan adanya

perpindahan massa udara dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang

11
bertekanan rendah hingga mencapai keseimbangan (Hassel and Dobson, 1986).

Kecepatan dan arah angin diatmosper dipengaruhi oleh tidak meratanya penyinaran

matahari dan karakteristik lempeng benua serta sirkulasi angin pada lapisan vertikal

atmosfer (Stewart, 2008).

Angin dapat memicu pergerakan gelombang dan arus. Ketika angin

berhembus melewati permukaan laut, tumpahan minyak yang ada dipermukaan akan

bergerak mengikuti arus gelombang. Biasanya, beberapa model tumpahan minyak

yang digerakan oleh angin dan sebaran minyak disebut faktor angin .Pada

umumnya, kesalahan yang sering terjadi pada pemodelan tumpahan minyak adalah

peramalan angin. Keakuratan peramalan bergantung pada kondisi cuaca, lama

peramalan dan kesanggupan peramal untuk menempatkan prediksinya pada daerah

tumpahan minyak. Periode peramalan optimum biasanya antara 6 - 24 jam. Jika

melebihi 5 hari, peramalan angin berdasarkan prediksi numerik umumnya tidak lebih

baik dari peramalan iklim (Wang dan Stout, 2010)

2.4.2 Arus

Arus adalah pergerakan massa air secara horizontal maupun vertikal dalam

skala besar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan dari satu tempat ke tempat

lainnya hingga mencapai titik keseimbangan gaya-gaya yang bekerja.Massa air yang

berada dibawahnya akan ikut terbawa dan akan semakin melemah seiring dengan

bertambahnya kedalaman laut (Gross, 1987). Terbentuknya arus laut di sebabkan

oleh resultan beberapa gaya yang bekerja serta dipengaruhi oleh beberapa

faktor.Menurut Stewart (2008) , ada dua gaya yang menjadi gaya pengerak massa

air yaitu gaya primer (gaya gravitasi, tekanan angin, tekanan atmosfer, dan

pergerakan dasar laut) yang merupakan faktor utama yang menyebabkan massa air

bergerak dan gaya sekunder ( gaya coriolis dan gaya fisik) yang timbul setelah massa

12
air bergerak. Wyrtki (1961) menyatakan bahwa pola arus permukaan umumnya

mengikuti pola angin muson.

2.4.3 Pasang Surut

Pasang surut merupakan suatu fenomena gerakan turun naiknya permukaan

air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik

menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Untuk

pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya yang jauh dan

berukuran lebih kecil (Drankers, 1964)

Arah dan kecepatan pasang surut dipegaruhi oleh angin dan arus. Kekuatan

dari arus pasang surut dipengaruhi oleh volume air yang melewati suatu daerah

dengan luas tertentu. Pada laut terbuka, arus pasang surut bergerak secara melingkar

dengan kekuatan arus yang lebih lemah dibandingkan dengan arus pasang surut yang

terjadi di pesisir pantai (Gross, 1987).

2.6 Pemodelan Tsunami

2.7 Pemodelan Sebaran Tumpahan Minyak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) model adalah barang tiruan

yang lebih kecil dengan betuk (rupa) persis seperti yang ditiru. Jadi istilah pemodelan

dapat didefenisikan sebagai suatu usaha untuk membuat tiruan (replika) dari suatu

sistem yang nyata dengan memanfaatkan suatu media untuk mempresentasikannya.

Model sebaran tumpahan minyak adalah suatu model yang menganalisis

pergerakan sebaran tumpahan minyak di laut dengan memperhitungkan pengaruh

lingkungan oseaografi di wilayah sekitarnya.Dalam penelitian ini, model sebaran

tumpahan minyak menggunakan perangkat lunak Mike 21. Mike 21 adalah perangkat

13
lunak pemodelan 2D dan 3D dinamika perairan pesisir maupun perairan lepas, baik

pemodelan fisik kimia maupun proses biologis di suatu perairan. Perangkat lunak ini

termasuk dalam produk yang dikembangkan oleh DHI Group (MIKE by DHI,2014).

Dalam pemodelan sebaran tumpahan minyak,perangkat lunak Mike 21

digunakan untuk pemodelan hidrodinamika 2D dan prediksi pergerakan tumpahan

minyak di laut. Modeul yang dugunakan yaitu Flow Model FM (flexible mesh),

hydrodinamic and Oil Spill. Pemodelan 2D dibentuk berdasarkan pendekatan flexible

mesh dimana struktur atau objek dibagi menjadi elemen-elemen kecil berbentuk

segitiga maupun geometri empat sisi yang tidak teratur yang memiliki batasan berupa

garis yang terbentuk dari titik-titik tiap elemen (MIKE by DHI, 2014).

14
BAB III. Metode Penelitian

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2017 di. Lokasi penelitian di

Perairan Cilacap, Jawa Tengah. Pengiolahan data dilakukan di Laboratorium Balai

Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP) Yogyakarta.

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

3.2 Data dan Peralatan

3.2.1 Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

a. Data Batimetri

15
b. Data Topografi

c. Data Kondisi Hidrodinamika Awal (pasut,angin)

d. Data Run-up Tsunami dari Tunami

e. Data SHP Daratan

f. Data Spesifikasi Penyimpanan Minyak mentah (CIB,SPM)

g. Data Karaktarestik Minyak

3.2.2 Peralatan

Dalam penelitian ini,peralatan yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu

peralatan perangkat keras dan peralatan perangkat lunak.Sistem perangkat keras

yang digunakan dalam penelitian, baik pemodelan maupun pengolahan data

masukan (input) yaitu menggunakan sistem perangkat komputer di BPPT. Perangkat

lunak utama yang digunakan yaitu Mike DHI. Pembuatan skenario pemodelan

sebaran tumpahan minyak diproses dengan menggunakan berbagai modul, antara

lain Mike Zero Mesh Generator, Mike Zero Time Series, Mike Zero Profile Series,

Mike Zero Data Extraction, Mike Zero Toolbox, dan Mike 21 Flow Model FM. Untuk

skenario analisis tumpahan minyak, digunakan modul Hydrodynamic Modul dan Spill

Analysis Modul. Selain Mike DHI, perangkat lunak lainnya digunakan dalam proses

pra pengolahan data dan validasi data. Perangkat lunak tersebut antara lain Global

Mapper, ArcGIS, dan Microsoft Office.

16
3.3 Skenario Model Tsunami dan Tumpahan Minyak

Model diawali dengan pembuatan data masukan untuk model hidrodinamika

pada program Mike 21. Data masukan yang dibuat antara lain domain model dengan

menggunakan data kedalaman dan topografi daratan, pembuatan data profil perairan

ketika terjadi tsunami (run-up) serta data arah maupun kecepatan angin. Proses

selanjutnya adalah pembuatan skenario pemodelan hidrodinamika dan tumpahan

minyak dengan masukan input runup tsunami, angin, data tumpahan minyak serta

data-data parameter pendukung dalam modul hidrodinamika tersebut. Modul yang

digunakan dalam pembutan skenario ini yaitu Mike 21 Flow Model FM. Keluaran yang

dihasilkan dari pemodelan ini selanjutnya menjadi hasil akhir dari seluruh proses

pemodelan.

Kondisi pemodelan yang dilakukan berupa pemodelan sebaran tumpahan

minyak jika terjadinya tsunami. Data komponen gelombang tsunami didapat dari hasil

pengolahan dengan menggunakan software Tunami

3.3.1 Domain Pemodelan

Dalam penentuan area cakupan model, harus dipertimbangkan lingkup area,

posisi dan kondisi dari batas model hidrodinamika yang akan digunakan. Model

sebaran tumpahan minyak dibuat dengan skenario lokasi yang memungkinkan

terjadinya sumber buangan atau tumpahan minyak ke dalam perairan dan juga

ancaman gelobang tsunami. Rancangan domain model dibuat dengan bentuk persegi

panjang dengan koordinat geografis terletak pada 740'0.61" LS sampai

749'43.97"LS dan 10858'51.30" BT sampai 109 9'24.22" BT seperti pada gambar

2.

17
Domain model dibuat dengan modul mesh generator dengan luas maksimal

mesh pada daerah konsentrasi rawan tsunami sebesar 625 meter persegi, sudut

maksimal elemen mesh ditentukan sebesar 30 derajat dan jumlah nodes maksimum

1.000.000 nodes yang menghasilkan jumlah mesh sebanyak 227.815 dan jumlah

nodes sebanyak 114.464. Semakin banyak jumlah mesh yang dibuat maka akan

semakin detil hasil yang didapatkan namun dalam proses runing akan memekan

waktu yang lebih lam. Daerah perairan yang dimodelkan antara lain Sungai Donan,

Jalur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Intan, Muara Sungai Serayu dan Teluk Penyu.

Gambar 2. Domain Penelitian

3.3.2 Syarat Batas Model

Syarat batas ditentukan berdasarkan kondisi hidrodinamika pada batas

tersebut. Dalam penelitian ini, syarat batas dibagi menjadi dua, yaitu syarat batas

tertutup dan syarat batas terbuka.

a. Syarat Batas Tertutup

18
Syarat batas tertutup ditentukan berdasarkan wilayah daratan yang tidak

memiliki pengaruh hidrodinamika dan dalam model ini diberi kode angka 0. Adapun

Syarat batas tertutup adalah sebagai berikut :

Bagian utara : Wilayah daratan Kabupaten Cilacap

Bagian barat : Pulau Nusa Kambangan dan daratan Kabupaten Cilacap

Bagian Timur : Wilayah daratan Kabupaten Cilacap

b. Syarat Batas Terbuka

Sedangkan syarat batas terbuka ditentukan berdasarkan perairan yang

memiliki pengaruh hidrodinamika seperti angin, pasang surut dan gelombang tsunami.

Untuk syarat batas terbuka diberikan kode angka berurutan berlawanan arah jarum

jam. Adapun Syarat batas tertutup adalah sebagai berikut :

Batas 1 : Garis lurus yang ditarik vertikal terhadap Teluk Penyu

Batas 2 : Garis lurus yang ditarik horizontal sepanjang Muara Sungai Serayu

Batas 3 : Garis lurus yang ditarik horizontal sepanjang aliran Sungai Donan

Batas 4 : Garis lurus yang ditarik vertikal sepanjang aliran Sungai Segara

Anakan

Batas 5 : Garis lurus yang ditarik vertikal dari Pulau Nusakambangan

Batas 6 : Garis lurus horizontal memotong perairan Samudera Hindia

Syarat batas tertutup dan terbuka seperti diperlihatkan pada gambar 3.

19
Gambar 3. Syarat batas Model

3.3.3 Waktu Pemodelan


3.3.4 Skenario Tsunami
3.3.5 Skenario Tumpahan Minyak

20
3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tahap Persiapan Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Tahap Pengumpulan
Pengumpulan Data
Data

Data Data Data Run- Peta Spesifikasi Karakteristi Pasut,Angin


Batimetri Topografi up Tsunami Dasar Sumber k Minyak dan SPL
DTM Tumpahan

Tahap Pengolahan Pengolahan Data


Data

Penentuan Titik
Rawan Tumpahan

Pemodelan
Hidrodinamika dan
Tumpahan Minyak

Identifikasi Arah dan Kecepatan Identifikasi Luas dan Identifikasi Konsentrasi


Arus Pergerakan Tumpahan Volume Tumpahan Minyak

Tahap Pelaporan
Pembuatan Peta Tumpahan
Minyak

Pembuatan Laporan

21
3.4.1 Tahap Persiapan

a. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Pada tahap ini, dilakukan penjabaran mengenai latar belakang masalah yang

dijadikan topik penelitian, perumusan masalah penelitian serta tujuan dan manfaat

dari penelitian.

b. Studi Literatur

Studi Literatur adalah kegiatan mencari referensi teori yang relefan dengan

kasus atau permasalahan yang ditemukan. Studi ini merupakan gambaran singkat

dari apa yang telah dipelajari, argumentasi, dan ditetapkan tentang suatu topik, dan

biasanya diorganisasikan secara kronologis atau tematis.Sumber yang dapat

digunakan dalam studi literatur seperti jurnal ilmiah, buku dan laporan penelitian

sebelumnya.

3.4.2 Tahap Persiapan Data

Pada tahap ini data-data yang diperlukan untuk penelitian tugas akhir

dikumpulkan satu persatu dari berbagai sumber.

3.4.3 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini data yang sudah terkumpul diolah menjadi bentuk yang lebih

informatif atau berupa informasi.Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data

dalam bentuk tertentu yang lebih berarti dari suatu penelitian. Pada penelitian ini,

pengolaha data dilakukan menggunakan beberapa software yang terkait dengan

pemodelan sebaran tumpahan minyak. Adapun langkah-langkah dalam pegolahan

data adalah sebagai berikut :

22
3.4.4 Tahap Analisis Model

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka didapat data hasil output

yang akan dianalisis kondisi oseanografi dan kondisi tumpahan minyak dilihat dari

kecepatan arus, arah dan kecepatan pergerakan tumpahan minyak, luas sebaran dan

konsentrasi minyak yang tumpah.

3.4.5 Tahap Penyusunan Laporan

Merupakan tahap akhir dari suatu penelitian. Pada tahap ini dilakukan

penyusunan laporan dan pembuatan peta sebaran tumpahan minyak.

23
3.5 Skema Kerja Penelitian

Skema dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Identifikasi dan
Perumusan MAsalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data inisial tinggi Data run-up Karakteristik


Data batimetri tsunami Peta
muka air laut Minyak

Pengolahan
Data

Penentuan titik
Rawan tumpahan

Pemodelan hidrodinamika
tsunami dan tumpahan minyak

Identifikasi arah arus dan Identifikasi luas dan Identifikasi konsentrasi dan
kecepatan pergerakan tumpahan minyak volume tumpahan minyak

Pembuatan peta
Tumpahan minyak

Pembuatan
Laporan

Gambar 4. Skema Kerja Penelitian

24
Daftar Pustaka

BAPPEDA, 2015. Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap 2015. BAPPEDA,


Cilacap.
Diposaptono, S., Budiman, 2005. Tsunami. Buku Ilmiah Populer. Bogor.
Drankers, J., 1964. Tidal Computation in rivers and coastal waters. North Holland
Publishing Company, Amsterdam.
DHI. 2006. Mike 21 HD Scientific Documentation. DHI Water & Environment.
Denmark.
DHI. 2006. Mike 21 & Mike 3 PA/SA: Particle Analysis and Oil Spill Analysis Module.
DHI Water & Environment. Denmark.
DHI. 2007. Mike 21 Flow Model FM: Hydrodynamic Module. DHI Water &
Environment. Denmark.
Fingas, M., 2010. Oil spill science and technology. Gulf professional publishing.
Gross, M., 1987. Oceanography a View of the Earth. 5th Edition. Prentice Hall
International, New Jersey.
Hassel, L., Dobson, F., 1986. Introductory Physics of the Atmosphere and Ocean.
D. Reidel Publishing Company, Dordrecht.
ITOPF. 2010. About marine spills. http://www.itopf.com
Kyaw, W.P., Sugiyama, M., Takagi, Y., Suzuki, H., Kato, N., 2017. Numerical
analysis of tsunami-triggered oil spill from industrial parks in Osaka Bay. J.
Loss Prev. Process Ind. doi:10.1016/j.jlp.2017.04.026
Lasari, D.., 2010. Bakteri, Pengolah Limbah Minyak Bumi yang Ramah Lingkungan.
Stewart, R.H., 2008. Introduction to physical oceanography. Robert H. Stewart.
VSI, 2017. Pengenalan Tsunami. Kementrian ESDM.
Wang, Z., Stout, S., 2010. Oil spill environmental forensics: fingerprinting and source
identification. Academic Press.
Zhu, X., Venosa, A.D., Suidan, M.T., Lee, K., 2001. Guidelines for the
bioremediation of marine shorelines and freshwater wetlands. US Environ.
Prot. Agency.

25

Anda mungkin juga menyukai