Anda di halaman 1dari 10

EDAJ 1 (2) (2012)

Economics Development Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA, BAHAN BAKU, MESIN


TERHADAP PRODUKSI INDUSTRI KECIL KONVEKSI DESA
PADURENAN KECAMATAN GEBOG KABUPATEN KUDUS

Rudi Wibowo

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Diterima September 2012 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, bahan
Disetujui September 2012 baku, mesin terhadap produksi industri kecil konveksi di Desa Padurenan Kecama-
Dipublikasikan November tan Gebog Kabupaten Kudus. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least
2012 Square (OLS) yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
dengan uji terhadap koefisien regresi dengan alpha = 1% dan 5% menunjukkan
Keywords:
keempat variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, mesin berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi pada industri kecil konveksi di Desa Padurenan. Kes-
Keywords: produc-
impulan penelitian ini bahwa terdapat pengaruh modal, tenaga kerja, bahan baku,
tion, capital, labor,
mesin terhadap produksi industri kecil konveksi di Desa Padurenan Kecamatan Ge-
raw materials, engine.
bog Kabupaten Kudus sebesar 88,0% dan sekitar 12,0% dijelaskan variabel lain di
luar model.

Kata kunci : produksi, modal, tenaga kerja, bahan baku, mesin

Abstract
This study aimed to analyze the influence of capital, labor, raw materials, engine
for small industrial production convection in Padurenan Village Gebog Sub-District
Kudus Region.. This study used Ordinary Least Square (OLS) method is multiple li-
near regression analysis. The results showed that the test to the regression coefficients
alpha = 1% and 5% showed four variables of capital, labor, raw materials, engine
affects the production of small convection industry in the Padurenan village. The
conclusion of this study that there is an influence of capital, labor, raw materials,
engine for industrial production of small convection in Padurenan Village Gebog
Sub- District Kudus Region at 88.0% and approximately 12.0% described other
variables outside the model.
Keywords: production, capital, labor, raw materials, engine

2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:
ISSN 2252-6560
Gedung C6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: rudhy_7790@yahoo.com
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

alam, sumber daya manusia, kapital atau modal,


maupun sumber daya berupa teknologi. Tujuan
PENDAHULUAN akhirnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat (Todaro, 2000:20).
Tujuan negara Indonesia adalah untuk Industri tekstil adalah salah satu penye-
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rap tenaga kerja terbesar di Indonesia yaitu lebih
masyarakatnya. Dalam upaya meningkatkan dari 1,3 juta orang secara langsung. Dari jumlah
kesejahteraan dan kemakmuran masyararakat tenaga kerja tersebut, lebih dari setengah (600
tersebut, pemerintah melakukan pembangunan ribu orang) bekerja di industri tekstil garmen yang
di berbagai bidang, baik dalam jangka pendek juga merupakan industri padat karya. Industri
maupun jangka panjang. Pelaksanaan pemban- tekstil juga merupakan salah satu sumber devisa
gunan tersebut dikelompokkan dalam pemban- yang penting sebagai satu-satunya manufaktur
gunan nasional dan pembangunan daerah. Pem- non migas dengan net ekspor positif. Produk teks-
bangunan daerah merupakan bagian integral dari til juga merupakan komoditi ekspor terbesar In-
pembangunan nasional. Pembangunan secara donesia ke Amerika Serikat (www.MP3EI.com).
lebih luas diartikan sebagai usaha untuk mening- Berikut ini data jumlah unit usaha, tenaga kerja,
katkan produktivitas sumber daya potensial yang dan investasi produk unggulan di Kabupaten Ku-
dimiliki oleh suatu negara, seperti sumber daya dus tahun 2007-2009.

Tabel 1

Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi

Produk Unggulan di Kabupaten Kudus Tahun 2007-2009

Komoditi Unggulan Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang) Nilai Investasi (Milyar)
2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Produk dari Tekstil 1.552 1.575 1.527 8.884 9.016 8.741 64.907 66.663 65.868
Barang dan Logam 426 438 444 1.838 1.886 1.911 6.641 6.812 6.905
Produk dari Kayu 320 334 336 1.581 1.515 1.590 9.395 9.806 9.865
Sumber : Disperinkop dan UMKM Kabupaten kudus, 2010

Dilihat dari tabel di atas, diketahui jum-


Dari data di atas Dinas Perindustrian, lah unit usaha industri konveksi tahun 2010 seba-
Koperasi dan UMKM Kabupaten Kudus menca- nyak 110 unit dengan jumlah tenaga kerja 1.118
tat, tahun 2007-2009 jumlah unit usaha menga- orang. Tahun 2011 unit usaha sebanyak 100 unit
lami fluktuasi yaitu industri produk dari tekstil. yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja se-
Penurunan jumlah unit usaha produk dari tekstil banyak 1.062 orang. Ini berarti terjadi penurunan
tahun 2008-2009 mengakibatkan penurunan pe- jumlah unit usaha konveksi dari tahun 2010 ke
nyerapan tenaga kerja dan penurunan nilai inves- tahun 2011, sehingga jumlah tenaga kerja juga
tasi. Sedangkan produk dari kayu dan barang lo- semakin menurun.
gam mengalami kenaikan. Berikut daftar industri
kecil konveksi Desa Padurenan Kecamatan Ge-
bog Kabupaten Kudus Tahun 2011.

Tabel
Jumlah Industri Kecil Konveksi dan Jumlah Tenaga Kerja
di Desa Padurenan Tahun 2010-2011

No Alamat 2010 2011


Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja
1 Jerabang 3 unit 30 orang 3 unit 22 orang
43
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

2 Jetis 3 unit 20 orang 2 unit 14 orang


3 Krajan 70 unit 793 orang 66 unit 702 orang
4 Randu Kuning 8 unit 13 orang 5 unit 22 orang
5 Salak 26 unit 262 orang 24 unit 302 orang
Jumlah 110 unit 1.118 orang 100 unit 1.062 orang
Sumber : Kantor Desa Padurenan, 2012
Industri konveksi di Desa Padurenan, ter- ran) akibat adanya kenaikan 1% L (tenaga kerja)
golong industri kecil yang keberadaannya sangat sementara K (modal) dipertahankan konstan.
penting dan senantiasa mendapatkan perhatian alpha = ratio persentase perubahan kelu-
dan pembinaan dari pemerintah daerah. Kare- aran terhadap persentase perubahan jumlah mo-
na mampu menciptakan lapangan kerja sehing- dal.
ga menciptakan pendapatan masyarakat. Desa Q adalah kuantitas output dan L dan K
Padurenan merupakan desa produktif sebagai masing-masing adalah tenaga kerja dan barang
sentral industri konveksi, dimana mayoritas ma- modal (alpha) dan ( betha) adalah parameter-
syarakatnya menjadi pengusaha industri kecil parameter positif yang ditentukan oleh data.
konveksi. Industri konveksi di Desa Padurenan Sifat-sifat fungsi produksi Cobb Douglas
telah terbentuk kluster, dan dibentuk suatu kope- adalah sebagai berikut:
rasi sebagai wadah organisasi industri yang dapat K dan L bisa saling mensubstitusi
memperjuangkan usaha dan kesejahteraan, yang Jika tenaga kerja menjadi mahal, pe-
mencakup pengusaha konveksi dan bordir seba- rusahaan akan mensubstitusi tenaga kerja
gai anggota koperasi.
Terjadinya penurunan jumlah produksi dengan modal. Dalam hal ini, teknologi
sebagai akibat dari masalah permodalan, tenaga yang padat karya diganti dengan teknologi
kerja, biaya bahan baku, dan mesin pada industri padat modal. Sifat substitusi antar input ini
kecil konveksi. Berdasarkan hal tersebut, maka mengikuti kaidah marginal rate of techni-
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah cal substitution transformation yang di-
seberapa besar pengaruh modal, tenaga kerja, ba-
han baku, mesin terhadap produksi industri kecil gambarkan oleh isoquant curve.
konveksi di Desa Padurenan Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus. Penelitian ini bertujuan untuk > 0 produktivitas margi-
menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, ba- nal dari faktor-faktor produksinya adalah
han baku, mesin terhadap produksi industri kecil psitif. Formula ini menunjukkan produk
konveksi di Desa Padurenan Kecamatan Gebog marginal modal dan tenaga kerja adalah
Kabupaten Kudus.
Dari tujuan penelitian, maka
positif. Marginal Product of Capital (MPP)
landasan teori yang digunakan dalam penelitian dan Marginal Product of Labour (MPL)
ini adalah teori produksi Cobb Douglas. Fungsi bergantung pada tingkat output dan tingkat
produksi Cobb Douglas merupakan suatu fung- penggunaan modal dan tenaga kerja.
si persamaan yang melibatkan dua atau lebih Faktor-faktor produksi dikenal pula den-
variabel. Variabel yang satu disebut dependen, gan istilah input dan jumlah produksi selalu
yang dijelaskan (Y) dan variabel lainnya disebut juga disebut sebagai output. Fungsi produksi
variabel independen yang menjelaskan dalam (X) selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu se-
(Soekartawi,1997:154). penyelesaian hubungan perti berikut :
antara X dan Y biasanya dengan cara regresi, yai- Q= f ( K, L, R, T )
tu variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dimana :
Adapun fungsi produksi Cobb Douglas sebagai K= Jumlah stok modal
berikut: L= Jumlah tenaga kerja
Q = L K R= Kekayaan alam
Dimana: T= Tingkat teknologi yang di gunakan
Q = jumlah produksi/output Dalam teori ekonomi, asumsi dasar
L = jumlah tenaga kerja mengenai sifat dari fungsi produksi adalah semua
K = jumlah modal. produsen dianggap tunduk pada suatu hukum
= ratio persentase kenaikan Q (kelua- yang disebut : The Law of Diminishing Returns.

44
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Hukum mengatakan bahwa apabila satu macam


input ditambah penggunaannya sedang input
- input lain tetap maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan tadi mula - mula menaik, te-
tapi kemudian seterusnya menurun bila input ter-
sebut terus ditambah (Sukirno,2005:196). Untuk
lebih jelasnya berikut kurva yang menunjukkan
hubungan antara produksi total (TP), produksi
rata-rata (AP), dan produksi marjinal (MP).

Kurva di atas memeperlihatkan antara dituliskan sebagai berikut:


titik A dan C adalah pertambahan produksi yang 2. Kondisi constant return to scale
Constant return to scale ditandai oleh
semakain berkurang (law of diminishing marginal marginal produk yang sudah mulai menurun
productivity). Titik C adalah total produksi men- (increasing at decreasing rate) dan marginal pro-
capai maksimum artinya tambahan input tidak duct (MP) mulai menurun bila dibanding dengan
lagi menyebabkan tambahan output atau produksi stage A. Secara grafis terlihat bahwa kurva AP
marginal (MP) adalah nol (C1). Sedangkan pro- (average product) berada di atas kurva MP dan
tingkat kemiringan (slope) kurva produksi total
duksi rata-rata (AP) mencapai maksimum pada (TP) terlihat lebih datar dari sebelumnya setelah
saat elastisitas produksi sama dengan 1, dan AP melewati titik inflection. Kondisi ini terletak an-
berpotongan dengan MP artinya produksi rata-rata tara AP= MP sampai dengan MP= 0. Secara ma-
dengan tambahan output akibat tambahan 1 unit tematis dapat dituliskan seperti berikut:
3. Kondisi decreasing return to scale
input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain
Pada kondisi ini terlihat marginal pro-
dianggap konstan. Tahap-tahap produksi tersebut duk (MP) telah berada di bawah sumbu hori-
juga return of scale. Hal tersebut berguna untuk zontal. Kurva total produksi (TP) membelok ke
melihat skala ekonomi dari suatu kegiatan produk- bawah, hal ini menunjukkan setiap penambahan
si yang dilaksanakan sehubungan dengan faktor satu unit input variabel mengakibatkan akan ter-
jadinya penurunan produksi total (TP). Hal ini
input yang digunakan. terjadi karena tidak seimbangnya porsi faktor
1. Kondisi increasing return of scale input tetap (fixed input),dengan faktor input be-
Suatu keadaan yang menunjukkan total rubah (variabel). Dengan kata lain faktor input
produksi sedang mengalami kenaikan sangat ting- digarap secara sangat intensif, kondisi ini berada
pada stage C. Pada saat ini seorang pengusaha
gi, secara lebih jelas gambar terlihat marginal pro-
yang rasional tentu tidak akan mengoperasikan
duk (MP) lebih tinggi dari produk rata-rata (AP). perusahaannya, karena VMP (Value Marginal
Kondisi ini terletak pada tahap 1, dan tahap ini Product= MP x P) lebih kecil dari tambahan bia-
berakhir sampai MP= AP memotong MP. Secara ya yang dikeluarkan. Kondisi tersebut dapat ditu-
matematis kondisi increasing return to scale dapat liskan sebagai berikut: .

45
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Bila VMP lebih rendah dari tambahan Keterangan :


biaya (marginal cost) secara ekonomis pengusaha Y= Produksi
akan mengalami kerugian. Kondisi optimal akan X1 = Modal
tercapai pada saat nilai value marginal product X2 = Tenaga kerja
sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan X3 = Bahan baku
dari setiap penggunaan faktor input. X4 = Mesin
B0 = Konstanta regresi
METODE PENELITIAN B1, B2, B3, B4 = Koefisien regresi
Jenis dan Sumber Data e = Kesalahan pengganggu (error term).
Data yang dipergunakan dalam pene-
litian ini adalah data primer dan data sekunder. Uji Asumsi Klasik
Jenis data primer yang diperlukan untuk analisis Uji Normalitas
penelitian ini meliputi : Ghozali (2006:147) uji normalitas ber-
1. Jumlah dan omzet produksi. tujuan untuk menguji apakah dalam model reg-
2. Jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan pe- resi, variabel pengganggu atau residual memiliki
latihan tenaga kerja. distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
3. Jumlah dan sumber permodalan. dan F mengasumsikan bahwa nilai residual men-
4. Jumlah dan biaya bahan baku. gikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilang-
5. Jumlah mesin produksi, jenis mesin pro- gar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
duksi, lamanya mesin beroperasi. jumlah sampel kecil. Cara untuk mengetahui
Sedangkan data sekunder yang dikum- normalitas residual adalah melalui analisis grafik
pulkan untuk mendukung dalam analisis peneli- (Histogram dan Normal P-Plot) dan analisis sta-
tian ini meliputi : tistik.
1. Perkembangan industri kecil konveksi, Analisis grafik, yaitu dengan melihat
akan digunakan data PDRB, nilai investasi, jum- grafik Histogram dan grafik P-Plot yang mem-
lah unit usaha, jumlah tenaga kerja. bandingkan distribusi komulatif dari distribusi
2. Sedangkan data sekunder penunjang normal, dasar pengambilan keputusan:
lainnya antara lain didapatkan dari kantor BPS 1. Jika data menyebar disekitar garis dia-
Kabupaten Kudus, Dinas Perindustrian Kopera- gonal dan mengikutu arah garis diagonal atau
si dan UMKM Kabupaten Kudus, Kantor Desa grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
Padurenan. normal, maka model regresi memenuhi asumsi
Teknik Pengumpulan Data normalitas.
Untuk kepentingan penelitian ini diper- 2. Jika data menyebar jauh dari garis dia-
lukan data yang relevan dengan permasalahan- gonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal
nya, jadi penelitian ini dipergunakan metode atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
pengumpulan data, sebagai berikut: distribusi normal, maka model regresi tidak me-
1. Metode kuesioner atau angket, dengan menuhi asumsi normalitas.
membuat pertanyaan secara tertulis untuk diisi Analisis statistik, yaitu dengan melihat
oleh pengusaha industri konveksi. uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smir-
2. Metode wawancara, adalah proses nov. Apabila hasil atau nilai Kolmogorov-Smir-
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian nov dan nilai Asymp.sig (2-tailed) atau probabi-
dengan cara tanya jawab antara pewawancara litasnya di atas 0,05, maka data telah memenuhi
dengan responden (pengusaha industri konveksi). asumsi normalitas.
3. Metode dokumentasi, dengan mengum-
pulkan data yang berkaitan dengan masalah pen-
elitian baik dari industri konveksi maupun instan- Uji Multikolinieritas
si terkait. Uji multikolinieritas dilakukan untuk
Metode Analisis Data melihat apakah ada variabel yang saling berko-
Analisis data yang dilakukan dalam pen- relasi pada variabel bebas (independent variable).
elitian inin adalah dengan Metode Regresi Linear Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah mul-
Berganda (Gujarati, 1993:99). tikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat
Y= B0 + B1X1 +B2X2 + BX3 +B4X4 + digunakan. Ghozali (2006:95) pengujian ini da-
e pat dilihat melalui:
1. Nilai Tolerance
Nilai tolerance, nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikoli-

46
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

nieritas adalah nilai tolerance 0,10.


2. Nilai Variance Inflation Factor (VIF)
B Jika nilai Variance Inflation Factor Dasar analisis:
(VIF) 10 maka terdapat persoalan multikoli- 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
nieritas diantara variabel bebas. yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
B Jika nilai Variance Inflation Factor yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
(VIF) 10 maka tidak terdapat persoalan multi- menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
kolinieritas diantara variabel bebas. heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
Uji Heteroskedastisitas titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
Ghozali (2006:125-126) uji heteroske- sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
dastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu Pengujian heteroskedastisitas dapat dili-
model regresi terdapat ketidaksamaan variansi hat pula dari uji Glejser untuk meregres nilai ab-
dari residual satu pengamatan ke pengamatan solute residual terhadap variabel bebas. Sebagai
yang lain. Jika varian dari residual satu pengama- pengertian dasar, residual adalah selisih antara
tan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut nilai observasi dengan nilai prediksi dan absolut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut hete- adalah nilai mutlaknya. Adanya heteroskedastisi-
roskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tas berarti adanya variabel dalam model yang ti-
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteros- dak sama (konstan). maka, dengan asumsi (Gho-
kedastisitas. Kebanyakan data crossection men- zali, 2006:129) :
gandung situasi heteroskedastisitas karena data 1. Jika probabilitas signifikansi di atas ting-
ini menghimpun data yang mewakili berbagai kat 5% maka tidak mengalami gangguan heteros-
ukuran (kecil, sedang, besar). Adapun beberapa kedastisitas.
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteros- 2. Jika probabilitas signifikansi di bawah
kedastisitas: tingkat 5% maka mengalami gangguan heteros-
1. Melihat grafik plot antara nilai prediksi kedastisitas.
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya hete- Uji Autokorelasi
roskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Uji autokorelasi bertujuan untuk mengu-
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterp- ji apakah dalam suatu model regresi terdapat ko-
lot anatara SRESID dan ZPRED dimana sumbu relasi antara kesalahan pengganggu pada periode
Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya
yang telah di studentized. autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin
Watson ( DW test ) (Ghozali, 2006:99).

melakukan uji t dapat dengan membandingkan


Uji Hipotesis nilai t statistik dengan titik kritis menurut tabel.
Pengujian Secara Parsial (Uji t) Apabila nilai t hasil perhitungan lebih tinggi di-
Uji statistik t pada dasarnya menun- bandingkan nilai t tabel, maka menerima hipote-
jukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel sis yang menyatakan suatu variabel independen
penjelas/independen secara individual dalam secara individual mempengaruhi variabel depen-
menerangkan variasi variabel dependen. Cara den (Ghozali, 2006:88).

47
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

Koefisien Determinasi
Keterangan: Koefiseien determinasi (R2) pada intinya
= t hitung. mengukur seberapa jauh kemampuan model da-
= Parameter yang diestimasi lam menerangkan variasi variabel dependen.
Se = Standar error. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu
Pengujian setiap koefisien regresi dikata- (0<R2<1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampu-
kan signifikan bila nilai mutlak thitung > ttabel an variabel-variabel independen dalam menjelas-
atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari kan variabel dependen amat terbatas.
0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih).

a. Dependent Variable: Y ningkat sebesar 0,131 persen.


5.
Koefisien regresi mesin sebesar 0,166
Data primer diolah, 2012 menyatakan bahwa apabila mesin naik 1 persen
Berdasarkan tabel di atas maka model sedangkan variabel lain konstan, maka akan me-
produksinya sebagai berikut: nyebabkan produksi konveksi meningkat sebesar
Y = - 0,293 + (0,372) X1 + (0,310) X2 + 0,166 persen.
(0,131) X3 + (0,166) X4 + e
Hasil dari model tersebut memberikan Uji Asumsi Klasik
pengertian sebagai berikut : Uji Normalitas
1. Residual konstanta sebesar -0,293 ar- Pada grafik normal probability plot titik
tinya apabila variabel independen (modal, te- menyebar dan mengikuti arah garis diagonal dan
naga kerja, bahan baku, mesin) dianggap kons- ini berarti residual berdistribusi dengan normal.
tan, maka produksi akan berkurang -0,293. Jika dilihat dengan bentuk histogram menunjuk-
2. Koefisien regresi modal sebesar 0,372 kan pola distribusi normal, maka model regresi
menyatakan bahwa apabila modal naik 1 persen memenuhi asumsi normalitas. Bila dilihat dari
sedangkan variabel lain konstan, maka akan me- analisis statistiknya adalah dapat diketahui besar-
nyebabkan produksi konveksi meningkat sebesar nya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0,696
0,372 persen. dan signifikan pada nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
3. Koefisien regresi tenaga kerja sebesar adalah 0,718. Karena nilai Kolmogorov-Smirnov
0,310 menyatakan bahwa apabila tenaga kerja Z dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari
naik 1 persen sedangkan variabel lain konstan, 0,05, hal ini berarti data berdistribusi normal,
maka akan menyebabkan produksi konveksi me- dan dan data telah memenuhi asumsi normalitas.
ningkat sebesar 0,310 persen. Uji Multikolinieritas
4. Koefisien regresi bahan baku sebesar Hasil perhitungan nilai tolerance me-
0,131 menyatakan bahwa apabila bahan baku nunjukkan tidak ada variabel independen yang
naik 1 persen sedangkan variabel lain konstan, memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang be-
maka akan menyebabkan produksi konveksi me-

48
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

rarti tidak ada korelasi antar variabel independen si, hal ini bisa dilihat dari nilai Prob. Sig sebesar
yang nilainya lebih dari 95%. hasil perhitungan 0,039 lebih kecil dari 0,05 (=5%) dan nilai thi-
nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menun- tung sebesar 2,132 lebih besar dari ttabel (2,013)
jukkan hal yang sama tidak ada satu variabel in- dengan demikian hipotesis H1 : 4 = 0 yang me-
dependen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. nyatakan bahan baku berpengaruh terhadap pro-
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multiko- duksi konveksi diterima.
linieritas antar variabel independen dalam model Variabel X4 (variabel mesin) berpenga-
regresi. ruh signifikan terhadap produksi konveksi, hal
Uji Heteroskedastisitas ini bisa dilihat dari nilai Prob. Sig sebesar 0,001
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa ti- lebih kecil dari 0,05 (=5%) dan nilai thitung se-
tik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik besar 3,610 lebih besar dari ttabel (2,013) dengan
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu demikian hipotesis H1 : 4 = 0 yang menyatakan
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi mesin berpengaruh terhadap produksi konveksi
heteroskedastisitas pada model regresi. Penguji- diterima.
an heteroskedastisitas dapat dilihat pula dari uji Koefisien Determinasi
Glejser yaitu menunjukkan nilai signifikan untuk Model summary besarnya adjusted R2
variabel modal sebesar 0,107, variabel tenaga sebesar 0,880 artinya sekitar 88,0% variasi pro-
kerja sebesar 0,772, variabel bahan baku sebesar duksi konveksi dapat dijelaskan oleh variasi dari
0,440, variabel mesin sebesar 0,434. Dari semua keempat variabel independen modal, tenaga ker-
variabel, tingkat probabilitas signifikansi di atas ja, bahan baku, mesin sedangkan sisanya (100% -
5%, sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak 88,0% = 12,0%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang
mengalami gangguan heteroskedastisitas. lain di luar model.
Uji Autokorelasi
Berdasarkan uji autokorelasi diperoleh
angka Durbin-Watson sebesar 1,880 dengan ting-
kat signifikan 5% dengan jumlah sampel N=50
dan variabel bebas (k = 4), maka dapat ditentu-
kan Durbin-Watson tabel yaitu dengan dL sebe- KESIMPULAN DAN SARAN
sar 1,378 dan dU sebesar 1,721. Dapat disimpul- Kesimpulan
kan bahwa nilai DW hitung terletak pada dU < Variabel modal berpengaruh positif dan
d < 4 dU atau 1,721 < 1,880 < 2,279 ini berarti signifikan terhadap produksi konveksi sebesar
tidak ada autokorelasi positif / negatif. 0,372 dengan tingkat signifikansi 0,000 (1%). Va-
riabel tenaga kerja berpengaruh positif dan sig-
Uji Hipotesis nifikan terhadap produksi konveksi sebesar 0,310
Pengujian Secara Parsial (Uji t) dengan tingkat signifikansi 0,000 (1%). Variabel
Berdasarkan hasil pengolahan data me- bahan baku berpengaruh positif dan signifikan
nunjukkan bahwa secara parsial (masing-masing terhadap produksi konveksi sebesar 0,131 den-
variabel bebas), yaitu sebagai berikut: gan tingkat signifikansi 0,039 (5%). Variabel me-
Variabel X1 (variabel modal) berpenga- sin berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ruh signifikan terhadap produksi konveksi, hal ini produksi konveksi sebesar 0,166 dengan tingkat
bisa dilihat dari nilai Prob. Sig sebesar 0,000 yang signifikansi 0,001 (1%). Dari hasil regresi didapat
lebih kecil dari 0,05 (=5%) dan nilai thitung se- adjusted R2 sebesar 0,880, artinya sekitar 88,0%
besar 4,637 lebih besar dari ttabel (2,013) dengan variasi produksi konveksi dapat dijelaskan oleh
demikian hipotesis H1 : 4 = 0 yang menyatakan variabel-variabel bebas (modal, tenaga kerja, ba-
modal berpengaruh terhadap produksi konveksi han baku, mesin), dan sekitar 12,0% dijelaskan
diterima. variabel lain di luar model.
Variabel X2 (variabel tenaga kerja) ber-
pengaruh signifikan terhadap produksi konvek- Saran
si, hal ini bisa dilihat dari nilai Pro. Sig Sebesar Bagi produsen konveksi
0,000 lebih kecil dari 0,05 (=5%) dan nilai thi- Produsen membeli bahan baku di pabrik
tung sebesar 6,588 lebih besar dari ttabel (2,013) tekstil sehingga harganya lebih terjangkau dan
artinya hipotesis H1 : 4 = 0 yang menyatakan berkualitas. Produsen harus lebih kreatif dalam
tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi kon- desain pakaian, agar desain produk konveksinya
veksi diterima. tidak monoton. Memperhatikan pemakaian jum-
Variabel X3 (variabel bahan baku) ber- lah tenaga kerja sesuai dengan kemampuan fi-
pengaruh signifikan terhadap produksi konvek- nansial industrinya, agar sistem keuangan usaha

49
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

tidak defisit pendapatan. Produsen mengalokasi- Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika:


kan dana untuk pembelian dan perawatan mesin, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisi.
dengan cara membuat pembukuan keuangan in-
dustrinya. Produsen mencari informasi dimana
tempat pemasaran yang potensial, kemudian
menjalin kerjasama dalam penjualan produk
konveksinya baik di dalam daerah maupun ke
luar daerah, luar provinsi, bahkan luar negeri.
Bagi pemerintah
Pemerintah melakukan kebijakan yang
mendukung usaha industri kecil konveksi dengan
mengontrol harga bahan baku konveksi. Pihak
lembaga keuangan diharapkan dapat memberi-
kan kemudahan dalam penyaluran kredit usaha
dengan bunga rendah bagi industri kecil konvek-
si. Pemerintah sebagai fasilitator dapat membe-
rikan bantuan berupa peralatan mesin produksi
yang lebih modern. Dalam meningkatkan kua-
litas SDM, pemerintah memberikan pelatihan
keterampilan kerja kepada tenaga kerja. Melaku-
kan koordinasi dengan lembaga perbankan un-
tuk memberikan pelatihan membuat pembukuan
keuangan industri kecil konveksi sesuai standar
BI.

DAFTAR PUSTAKA

Data Jumlah Usaha, Nilai Investasi, Te-


naga Kerja, Produk Unggulan di Kudus Tahun
2007-2009. Kudus: Dinas Perindustrian Koperasi
dan UMKM.
Data Industri Kecil Konveksi dan Jumlah
Tenaga Kerja Tahun 2010- 2011. Kudus: Kantor
Desa Padurenan.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 1993. Ekonometrika
Dasar Terjemahan Cetakan Ketiga. Jakarta: Er-
langga.
Indo Pacific Edelman. 2011. Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekono-
mi Indonesia. Jakarta: Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian.
Nicholson, Walter. 1995. Teori Ekonomi
Mikro, terjemahan Bayu Mahendra, A. Aziz. Ja-
karta: PT Raja Grafindo Persada.
Soekartawi. 1997. Teori Ekonomi Produk-
si Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb
Douglas. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Todaro P, Michael. 2000. Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid 1. Jakarta: Er-
langga.

50
Rudi Wibowo/ Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012)

51

Anda mungkin juga menyukai