Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

HUKUM ETIK DAN STANDAR PRAKTIK PADA ASUHAN


KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pembimbing:
Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked. Trop

Disusun Oleh:
Kelompok VI

Wirahadi Saputra 131711123016


Firda Dwi Yuliana 131711123036
Frida Rachmadianti 131711123054
Maria Evarista Sugo 131711123059
Munali 131711123074
Dwi Astutik 131711123078
Rafidah Azizah 131711123079

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
A. Standar Praktik Keperawatan Gerontik di Luar Negeri
Standart praktik kep. Gerontik 1987 dari American Nurses Association (ANA),
merupakan revisi dari standart asli tahun 1976. Standart ini menunjukkan tanggung
jawab perawat profesional pada saat memberikan askep kepada lansia. Standar praktik
keperawatan gerontik menurut ANA 1987:
1. Semua pelayanan keperawatan gerontik harus direncanakan, diatur oleh perawat
eksekutif.
2. Perawat menggunakan konsep teoritis sebagai petunjuk pelaksanaan praktik
keperawatan gerontik
3. Status kesehatan lansia dikaji secara teratur, komprehensif, akurat dan sistematis
4. Perawat menggunakan data pengkajian kesehatan untuk menentukan diagnosa
keperawatan
5. Perawat mengembangkan rencana keperawatan
6. Perawat menggembangkan diagnosa keperawatan
7. Evaluasi klien dan keluarga secara berkesinambungan
8. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain
9. Perawat berpartisipasi dalam riset untuk menghasilkan badan ilmu keperawatan
gerontik, menyebarkan dan menggunakan dalam praktik
10. Menggunakan kode etik
11. Bertanggungjawab terhadap pengembangan profesional

(Antoen, 2012).

Gerontological Nursing Competencies and Standards of Practice 2010 Canadian


Gerontological Nursing Association

1. Standard I : Physiological Health


Definisi: Keperawatan gerontik membantu mengatur regulasi homeostatis melalui
asesmen dan manajemen dari perawatan fisiologis untuk meminimalisir akibat dari
pengobatan, diagnosis atau prosedur terapeutik infeksi nosocomial atau stressor
lingkungan.
2. Standar II : Optimizing Functional Health
Definisi : keperawatan gerontik memotivasi lansia untuk mengoptimalkan fungsi
kesehatan termasuk dalam integrasi yang mencakup status fisik, kognitif, psikologis,
sosial, dan spiritual (AACN & Hartford, 2000)
3. Standard III : Responsive Care
Definisi : keperawatan gerontik menyediakan perawatan yang responsive yang
memfasilitasi dan mendukug kemandirian klien melalui perubahan gaya hidup.
Sebuah perawatan yang responsive dengan pendekatan kebiasaan tertentu tidak
terlalu berhubungan dengan patologi itu sendiri, tetapi meskipun mungkin
berhubungan dengan fisik atau sosial lingkungan sekitar lansia dengan demensia
(Wiersman & Dupuis, 2007)
4. Standard IV : Relationship Care
Definisi : Perawat gerontology mengembangkan dan memelihara hubungan
perawatan terapeutik. Perawatan berbasis relationship adalah sebuah pendekatan
khusus yang penting dan unik dari masing-masing hubungan partisipan dengan
lainnya, dan mempertimbangkan hubungan yang terpusat dalam mendukung
perawatan kualitas terbaik, lingkungan kerja yang berkualitas, dan performa
organisasi yang superior (Saffron, Miller & Beckman, 2006)
5. Standard V : Health System
Definisi : perawat gerontology selalu waspada pada pengaruh ekonomi dan politik
oleh penyedia atau fasilitato perawatan yang mendukung akses perawatan kesehatan.
Sistem untuk mendukung dan menopang perubahan praktis harus tetap dilakukan,
termasuk keberlangsungan pendidikan, perlindungan, prosedur dan pembagian kerja
(Crandall, White, Schuldheis & Talerico, 2007)
6. Standar VI : Safety and Security
Definisi : perawat gerontology selalu responsive dalam mengkaji klien dan
lingkungan dari bahaya yang dapat mengganggu keamanan, seperti merencanakan
dan mengintervensi lingkungan yang aman (Potter & Perry, 2009)

B. Hukum dan Peraturan Berkaitan dengan Kesejahteran Lansia


1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia ( Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3796 )
3. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3886 )
4. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4279 )
5. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4419)
6. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437)
7. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4456 )
8. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4967)
9. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5038 )
10. Undang Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063 )
11. Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4451)
12. Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. ( Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)
13. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lansia.
14. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Provinsi Jawa
Timur ( Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 5 Seri E )
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2007 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia ( Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 4 Seri E )

(Cahyo, Nur, 2013).


C. Kode Etik Keperawatan Indonesia
1. Kode Etik Perawat Menurut PPNI
a. Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan
fisik, material, dan spiritual untuk makhluk insane. Dalam wilayah republic
Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedomen
kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan
keperawatan.
Warga keperawatan Indonesia menyadarii bahwa kebutuhan akan
keperawatan bersifat universal bagi klien (Individu, keluarga, kellompok, dan
masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu
berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan
kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien, cakupan
tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan,
serta memulihkan kesehatan dilaksanakan atas dasar pelayanan paripurna.
Dalam melaksanakan tugas professional yang berdayaguna dan berhasil
guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu
dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan
ilmu dan keterampilan yang memenuhi standart, serta kesadaran bahwa
pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara
menyeluruh.
Dalam bimbingan Tuhan Yang Maha Esa, dalam melaksanakan tugas
pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air. Persatuan
perawat Indonesia menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa pancasila
dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan
kewajiban dalam bidang keperawatan dalam penuh tanggung jawab,
berpedoman pada dasar-dasar seperti yang tertera dibawah ini:
b. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan social.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

c. Perawat dan Praktik


1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan
melalui belajar terus menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional

d. Perawat dan Masyarakat


1) Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
e. Perawat dan Teman Sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.

f. Perawat dan Profesi


1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan
dan pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

2. Prinsip Etika
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada penderita usia
lanjut adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Empati : istilah empati menyangkut pengertian : simpati atas dasar pengertian
yang dalam. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatri harus
memandang seorang lansia yang sakit denagn pengertian, kasih sayang dan
memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan
empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak
memberi kesan over-protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua
petugas geriatrik harus memahami peroses fisiologis dan patologik dari
penderita lansia.
b. Yang harus dan yang jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-
maleficence dan beneficence. Pelayanan geriatri selalu didasarkan pada
keharusan untuka mngerjakan yang baik untuk pnderita dan harus menghindari
tindakan yang menambah penderita (harm) bagi penderita. Terdapat adagium
primum non nocere (yang penting jangan membuat seseorang menderita).
Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat
morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai
hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c. Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang inidividu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar
pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mandiri dan
bebas. Dalam etika ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin
rumit ?) oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi
berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih kapabel
(sedanagkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi
penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain
untuk membuat suatu keputusan (mis. Seorang ayah membuat keuitusan bagi
anaknya yang belum dewasa).
d. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita
secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang
tidak relevan.
e. Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Antoen. (2012). Tren & Issu Keperawatan Gerontik, (online). (http://blogs.unpad.ac.idf,


diakses pada 28 September 2017).
Cahyo, Nur. (2013). Peratran Perlindungan Kesejahteraan Bagi Lanjut Usia di Jawa Timur,
(online). (http://repository.unair.ac.id , diakses pada 28 September 2017)
Dinas Kesehatan. (2016). Kode Etik Kepererawatan Lampang Panji PPNI dan Ikrar
Keperawatan. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai