2.2.1. Tujuan
1. Mengetahui dan mengerti cara analisis proksimat kadar garam pada produk-produk hasil
perikanan;
Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman ikan. Sebagai bahan
pengawet dalam proses penggaraman, kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan asin
Menurut Djuhanda (1981), Ikan kembung (Rasterliger sp.) termasuk kedalam kelas
Condrichthyes yang memmiliki rahang, tubuh bilateral simetris, muliutnya terminal, dan
memiliki tutup insang, Ikan kembung (Rasterliger sp.) juga memilikiliniea lateralis, rudimeter,
finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sunngut. Ikan
Kembung (Rasterliger sp.) juga memiliki sirip punggung I,II sirip perut, pectoralis, sirip anal dan
Menurut Sudarmadji dkk (1997), penentuan kadar garam NaCl dapat dilakukan dengan
cara Kohman, yaitu dengan prinsip mengekstraksi sampel sehingga garam NaCl dipisah dengan
Garam murni terdiri dari NaCl, tetapi garam perdagangan yang terbuat dari air laut yang
diuapkan pada umumnya tidak terdiri dari NaCl saja, tetapi juga mengandung Calsium (Ca) dan
Magnesium (Mg). Ca dan Mg mempunyai sifat higrofis dan kadar air yang lebih tinggi sehingga
dapat menyebabkan garam menjadi kering. Makin kecil kadar Ca dan Mg, maka akan lebih baik
hasil penggaraman. Sebaliknya bila kadar Mg tinggi, dapat menyebabkan ikan menjadi merah,
tetapi bila kadar Ca yang tinggi, dapat menyebabkan warna ikan menjadi keputih-putihan (Rab,
1997).
Natrium dan klorida biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan makanan
maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium didapat dalam plasma darah dan dalam
cairan di luar sel (ekstraseluler), beberapa diantaranya juga terdapat dalam tulang. Dalam badan
seperti halnya dalam makanan, sebagian natrium bergabung dengan klorida membentuk garam
meja, yaitu natrium klorida. Sebagai bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan
klorida juga membantu mempertahankan tekanan osmotik, disamping juga membantu menjaga
mineral dalam jumlah sedikit. Kandungan kimia daging ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
1. Umur dan ukuran ikan. Makin dewasa ikan pada umumnya ukurannya makin besar dan
2. musim dan kebiasaan makan. Tersedianya makanan sangat dipengaruhi oleh musim. Musim juga
akan mempengaruhi ikan melakukan kegiatan seksual dan kebiasaan makannya. Makanan akan
). Proses pengeringan ini berlangsung menurut hokum osmosis. Larutan garam pekat menyerap
air keluar dari tubuh ikan, dan pada waktu yang sama, molekul- molekul garam memembus
masuk ke dalam daging ikan sehingga kadar garam ikan akan meningkat. Proses ini akan
berjalan makin lambat dan akhirnya akan berhenti ketika kepekatan garam di dalam tubuh ikan
Menurut Murniyati (2000), perbedaan kadar garam pada ikan dipengaruhi oleh:
1. Jenis habitatnya
2. Umur ikan
3. Cara pengolahannya
meningkatkan kandungan kadar garam pada ikan. Bila dibandingkan dengan produk olahan yang
tidak menggunakan garamGaram murni terdiri dari NaCl, tetapi garam perdagangan yang terbuat
dari air laut yang diuapkan pada umumnya tidak terdiri dari NaCl saja, tetapi juga mengandung
Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ca dan Mg mempunyai sifat higrofis dan kadar air yang
lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan garam menjadi kering. Makin kecil kadar Ca dan Mg,
maka akan lebih baik hasil penggaraman. Sebaliknya bila kadar Mg tinggi, dapat menyebabkan
ikan menjadi merah, tetapi bila kadar Ca yang tinggi, dapat menyebabkan warna ikan menjadi
Menurut Murniyati dan Sunarman (2004), cara pengolahan yang menggunakan garam
sebagai bahan pengawetnya dapat meningkatkan kandungan kadar garam pada ikan. Bila
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam materi penentuan kadar garam adalah sebagai berikut:
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam materi penentuan kadar garam adalah sebagai berikut:
Metode yang digunakan dalam materi penentuan kadar garam adalah sebagai berikut:
2.2.4.1.hasil
Massa garam = x
= x
= 6,0788 gram
% kadar garam =
= 24,305 %
2.2.4.2.pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar garam sampel yang digunakan yaitu ikan Asin
Kembung (Rasterliger sp.). Ikan Kembung tersebut termasuk jenis ikan yang hirup di perairan
laut dalam. Ikan kembung (Rasterliger sp.) tersebut memiliki bentuk tubuh yang agak pipih atau
gepeng. Menurut Djuhanda (1981), badan sedikit langsing, gepeng. Terdapat selaput lemak pada
kelopak mata. Panjang usus 1,3 3,7 kali panjang badan. Tapis insang panjang, jelas nampak
bila mulut dibuka, berjumlah 30 46 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di
perairan pantai, lepas pantai, bergerombol besar. Pemakan plankton kasar. Dapat mencapai
panjang 35 cm, umumnya 20-25 cm. Warna biru kehijauan bagian atas, putih kekuningan bagian
bawah.
Pada praktikum penentuan kadar garam, sampel ikan Asin Kembung (Rasterliger sp.)
dicacah halus terlebih dahulu. Sampel yang sudah dicacah halus diambil sebanyak 25 gram dan
ditambah dengan 225 mL aquades kemudian diblender. Setelah sampel ditambah aquades,
sampel diblender dengan tujuan agar terbentuk larutan yang homogen. Larutan sampel yang
sudah diblender kemudian disaring dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Dari penambahan
aquadest dengan sampel dimaksudkan supaya kandungan garam yang ada pada sampel tidak
terlalu pekat. Menurut Sudarmadji, et. al., (1997), dalam penentuan kadar garam, sampel yang
digunakan haruslah diekstrak terlebih dahulu dengan menggunakan aquades panas kemudian
dihomogenisasi sehingga semua garam NaCl larut dan terpisah dengan lemak.
Titran yang digunakan untuk titrasi sampel dalam penentuan kadar garam adalah perak
nitrat (AgNO3) dan indikator yang digunakan yaitu pottasium khromat (K2CrO4). Sampel yang
sudah disaring tadi kemudian ditetesi dengan pottasium khromat sebanyak 5 tetes dan dititrasi
hingga terbentuk warna kuning. Menurut Sudarmadji dkk (1997), dalam penentuan kadar garam,
menggunakan AgNO3 0,1 N sampai warna merah bata. Namun dalam praktikum ini, indikator
yang digunakan adalah pottasium khromat, sehingga 100 mL AgNO3 0,1 N equivalent dengan
Berdasarkan praktikum penentuan kadar garam, kita dapat mengetahui bahwa Ikan Asin
Kembung (Rasterliger sp.) memiliki kandungan garam yang cukup tinggi, yaitu 24,305%.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), pada pembuatan ikan asin menggunakan metode
penggaraman kering. Garam yang dibutuhkan berkisar antara 20-35% dari berat total ikan,
sebaiknya digunakan garam murni yaitu garam dengan kandungan NaCl cukup tinggi yaitu 95%.
Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan
keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Kandungan garam pada
ikan asin yang sesuai dengan SNI adalah 20%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Semakin tinggi kadar lemak yang terdapat dalam tubuh ikan, semakin lambat penetrasi garam ke
dalam tubuh ikan tersebut. Berdasarkan kandungan lemak, pakar perikanan telah membagi ikan
Semakin tebal daging ikan, proses penetrasi garam akan berjalan semakin lambat dan semakin
3. Kesegaran ikan
Pada ikan yang mempunyai tingkat kesegaran rendah, proses penetrasi garam berlangsung lebih
cepat karena ikan dengan tingkat kesegaran rendah mempunyai tubuh yang relatif lunak, cairan
tubuh tidak tidak terikat dengan kuat dan mudah terisap oleh larutan garam yang mempunyai
4. Temperatur ikan
Semakin tinggi temperatur ikan, semakin cepat pula proses penetrasi garam ke dalam tubuh ikan.
ikan, semakin cepat proses penetrasi garam ke dalam tubuh ikan. Selain itu, penetrasi garam
Hasil penentuan kadar garam kelompok kami diketahui bahwa sampel ikan Asin
Kembung (Rasterliger sp.) tersebut memiliki kandungan garam yang cukup tinggi. Hal ini berarti
pada ikan Asin Kembung (Rasterliger sp.) tersebut dalam pengolahannya ditambah dengan
garam. Penambahan garam ini bertujuan untuk menambah daya awet ikan dan menambah cita
rasa. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), tujuan dari penggaraman adalah memperpanjang
Garam yang terdapat dalam Ikan Asin Kembung (Rasterliger sp.) merupakan garam
NaCl karena setiap makhluk hidup dan bahan makanan mengandung natrium dan klorida yang
bereaksi menjadi garam natrium klorida. Menurut Winarno (2002), dalam badan seperti halnya
dalam makanan, sebagian natrium bergabung dengan klorida membentuk garam meja, yaitu
natrium klorida. Sebagai bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida juga
Berdasarkan praktikum penentuan kadar garam, kita juga dapat mengetahui meskipun
ikan Kembung (Rasterliger sp.) diolah begitu saja tanpa penambahan garam, ikan Kembung
(Rasterliger sp.) tetap memiliki rasa yang enak. Hal ini disebabkan ikan Kembung (Rasterliger
sp.) sudah mengndung garam yang dapat menambah citarasa. Menurut Winarno (2002),
makanan yang mengandung natrium kurang dari 0,3 % akan terasa hambar sehingga tidak
disenangi. Konsumsi natrium bervariasi terhadap suhu dan daerah tempat tinggal.
2.1.5. Kesimpulan dan Saran
2.1.5.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penentuan kadar garam adalah sebagai
berikut:
1. Cara pengolahan yang menggunakan garam sebagai bahan pengawetnya dapat meningkatkan
2.1.5.2.Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk materi penentuan kadar garam adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya dalam materi penentuan kadar garam, kita juga melakukan percobaan penentuan
kadar garam sesuai dengan teori yang ada, yaitu sampel diencerkan dengan aquades panas
sehingga kita dapat mengetahui pengaruh pengenceran sampel dengan aquades panas dan dengan
2. Sebaiknya sarana dan prasarana praktikum ditambah agar praktikum dapat berlangsung dengan
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Murniyati, A.S. dan Sunarman. 2004. Pendinginan, Pembekuan, dan Pengawetan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2005. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Rab, Tabrani. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Universitas Islam Riau Press. Pekanbaru.
Sudarmadji, Slamet dkk. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta