Anda di halaman 1dari 4

Keracunan Jengkol pada Anak

Epidemiologi
Keracunan jengkol adalah suatu keadaan klinis akibat keracunan asam jengkol. Angka kejadian
keracunan jengkol pada anak di Indonesia sulit disimpulkan, karena laporan penelitian yang ada
hanya terbatas pada beberapa rumah sakit yang berada di daerah tertentu.
Pada umumnya prognosis keracunan jengkol cukup baik, tetapi kadang-kadang dapat
berlanjut menjadi gangguan ginjal akut (GnGA) bahkan dapat berakhir dengan kematian. Oleh sebab
itu diagnosis dini dan penanganan yang tepat perlu segera diberikan sehingga komplikasi tersebut
dapat dihindarkan.

Manifestasi Klinis
Secara klinis, gejala keracunan jengkol dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu ringan apabila
hanya terdapat keluhan sakit pinggang atau buang air kecil (BAK) kemerahan, berat apabila disertai
oliguria, dan sangat berat jika sudah terdapat anuria atau tanda-tanda gagal ginjal akut yang nyata.
Gejala yang sering muncul adalah nyeri suprapubis, disuria, dan muntah, riwayat BAK kemerahan
atau seperti kristal putih, serta BAK menjadi lebih sedikit. Bau yang khas dari asam jengkol dapat
tercium dari mulut maupun urin penderita. Terkadang kita dapat meraba buli-buli yang penuh, serta
dapat ditemukan infiltrat urin pada batang penis, skrotum, dan jaringan perineum sekitarnya.
Apabila sudah terjadi komplikasi, maka terlihat gejala GnGA, misalnya edema, hipertensi, penurunan
kesadaran, pernafasan Kussmaul, dan sebagainya.

Diagnosis
Anamnesis
Riwayat makan buah jengkol
Nyeri suprapubis, disuria, dan muntah
Selain itu dapat disertai riwayat BAK kemerahan atau seperti kristal putih, serta BAK menjadi
lebih sedikit

Pemeriksaan fisis
Bau yang khas dari asam jengkol dapat tercium dari mulut maupun urin penderita. Terkadang
kita dapat meraba buli-buli yang penuh, serta dapat ditemukan infiltrat urin pada batang penis,
skrotum, dan jaringan perineum sekitarnya. Apabila sudah terjadi komplikasi, maka terlihat
gejala gangguan ginjal akut misalnya edema, hipertensi, penurunan kesadaran, pernafasan
Kussmaul, dan sebagainya.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urin rutin tidak selalu dapat menemukan kristal asam jengkol, karena kristal
tersebut hanya terjadi pada pH 5,5. Apabila ditemukan, kristal ini berupa jarum runcing
yang dapat bergumpal menjadi ikatan atau rosette.
Anemia dapat terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya hematuria. Uremia yang ringan
(40-60 mg%) seringkali ditemukan dan pada kasus berat dengan manifestasi GnGA kadar
ureum darah dapat mencapai 300 mg%.
Analisis gas darah dapat menunjukkan asidosis metabolik sesuai dengan beratnya GnGA yang
terjadi.

1
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau pielografi intravena (PIV) dapat ditemukan
pelebaran ureter atau tanda-tanda hidronefrosis akibat obstruksi akut oleh kristal asam
jengkol di saluran kemih.

Terapi
Medikamentosa
Terapi ditujukan untuk melarutkan kristal asam jengkol yang menyumbat saluran kemih. Cara
mudah dan sederhana yang dapat dilakukan adalah memperbanyak volume urin dengan
banyak minum dan membuat suasana urin lebih alkalis dengan memberikan natrium
bikarbonat 1 mEq/kgBB/hari atau 1-2 g/hari.
Pada kasus berat dengan komplikasi, penderita harus dirawat dan ditangani sebagai kasus GnGA.
Bila terjadi retensi urin segera lakukan kateterisasi, kemudian buli-buli dibilas dengan natrium
bikarbonat 1,5%.
Penderita yang mengalami oliguria diberi campuran larutan glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 3:1.
Pada kasus anuria sebaiknya diberi larutan glukosa 5-10% dengan restriksi cairan seperti pada
penatalaksanaan GnGA.
Natrium bikarbonat diberikan dengan dosis 2-5 mEq/kgBB, tetapi sebaiknya disesuaikan dengan
hasil analisis gas darah.
Diuretik golongan furosemid dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari dapat diberikan untuk mengurangi
kelebihan cairan. Apabila dengan penanganan di atas belum memberikan respons yang
baik atau bahkan terjadi perburukan klinis, maka dilakukan dialisis peritoneal.

Bedah
Bila terdapat obstruksi berat di uretra atau kesulitan pemasangan kateter pada retensi urin,
maka dilakukan tindakan pungsi buli-buli dengan wing needle ukuran besar atau dengan
jarum sistofik no 15 F. Caranya dengan meletakkan satu jari di atas simfisis pubis di garis
tengah dengan sudut 45. Selanjutnya dilakukan pembilasan kandung kemih dan sebaiknya
dipasang drainase secara tertutup.
Apabila ditemukan edema atau infiltrat urin pada batang penis atau skrotum dapat dilakukan
insisi pada bagian skrotum paling bawah. Tindakan insisi diawali dengan aseptik, antiseptik,
serta anestesi lokal. Kemudian daerah yang diinsisi dikompres dengan cairan yang tidak
merangsang, seperti larutan povidon iodine dan pemberian antibiotik.

Pemantauan (Monitoring)
Pada kasus berat atau sangat berat yang tidak berhasil ditangani dengan penanganan
konservatif seperti di atas selama 8 jam, harus dilakukan tindakan dialisis peritoneal.

Prognosis
Dengan tatalaksana yang tepat prognosisnya baik.

KEPUSTAKAAN
1. Alatas H. Acute renal failure due to jengkol intoxication in children. Pediatr Indones. 1967;90-4.
2. Tambunan T. Keracunan jengkol pada anak. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
penyunting. Nefrologi anak. Jilid ke-1. Jakarta: IDAI; 1993. h. 199-208.

2
3. Sjamsudin U, Darmansjah I, Handoko T. Beberapa masalah keracunan jengkol pada anak. Dalam:
Tjokronegoro A, penyunting. Pengobatan intensif pada anak. Jakarta: FKUI. h. 21-39.

3
Lampiran

Keracunan jengkol

Ringan Retensio urin Infiltrat kristal di skrotum,perineum Berat atau sangat berat

Banyak minum Kateterisasi Insisi Dirawat


Biknat Bilas buli-buli - Aseptik Ditangani sebagai GnGA
1mEq/kgBB/hr dng Biknat 1,5% - Antiseptik
atau - Anestesi local
1-2mg/hr - Antibiotik

Bila obstruksi berat


atau Oligouria Anuria
Kesulitan kateterisasi

Pungsi buli-buli Infus D5%:NaCl 0,9% Restriksi cairan


1:3 dengan D5-10%
Furosemid 1-2
mg/kg/hr
Bicnat 2-5mEq
(dlm 4-8 jam)

Observasi 8 jam

Dialisis
Peritoneal

Gambar 1 Algoritme penanganan keracunan jengkol pada anak

Anda mungkin juga menyukai