Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

RESUME KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan


Dosen Pembimbing : Ns. Yuni Astuti, M.Kep

Disusun Oleh
Nur Khasanah
16.068

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2017-2018
1. Definisi komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communico yang berarti membagi
(Cherry dalam Cangara, 2009). Berarti pula communis yakni membuat kebersamaan
atau membangun kebersamaan.

Tappen (1995) dalam Nursalam (2012) mendefinisikan komunikasi sebagai


suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasehat yang
terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Komunikasi juga
merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti serta menerima
maksud dan tujuan pemberi pesan

1. Bentuk dan jenis komunikasi


Menurut Potter & Perry (2005) bentuk komunikasi dibagi menjadi dua, yakni
komunikasi verbal dan non verbal.
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang
dituliskan. Kata-kata adalah media atau simbol yang digunakan dalam
mengekspresikan idea atau perasaan, sehingga menimbulkan respon
emosional, atau menggambarkan objek, observasi, kesimpulan.
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal merupakan transmisi pesan tanpa menggunakan kata-
kata, serta merupakan salah satu cara terkuat bagi seseorang untuk
mengirimkan pesan kepada orang lain. Gerakan tubuh memberi makna yang
lebih jelas dengan kata-kata. Maka dari itu dikatakan bahwa komunikasi non
verbal lebih kuat dalam menyampaikan pesan dibandingkan dengan
komunikasi verbal
Yang termasuk kode non verbal antara lain :

a) Ekspresi wajah, merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi


karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi.
Dengan mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab
menandakan seseorang terlibat dan menghargai lawan bicaranya
dengan adanya kemauan untuk memerhatikan tidak hanya sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata pun juga memberi kesempatan
pada seseorang untuk mengobservasi lawan bicaranya.
c) Sentuhan : sebuah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian
yang sungguh- sungguh, dukungan emosional, kasih sayang, atau
simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan : Cara seseorang berjalan, duduk,
berdiri, dan bergerak dapat memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur
tubuh dan gaya berjalan mampu merefleksikan emosi, konsep diri, dan
tingkat kesehatan seseorang
e) Sound (suara) : rintihan, menarik napas panjang, tangisan menjadi
salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan
komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi
non verbal lainnya, pesan akan lebih tersampai dengan jelas.
f) Gerak isyarat : merupakan kode non verbal yang dapat mempertegas
komunikasi. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari
komunikasi seperti mengetuk- mengetukan kaki atau menggerakan
tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stres
bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress. (canggara, 2009)

2. Proses komunikasi
Elemen proses komunikasi diyakini penting agar seseorang dapat berinteraksi
dengan efektif dan mewaspadai efek komunikasi diantara mereka. Menurut Potter
& Perry (2005) elemen proses komunikasi terdiri atas :
a. Referen
Referen atau stimulus memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang lain referen dapat berupa objek, pengalaman, emosi, idea tau tindakan.
Seseorang yang secara sadar memperhitungkan referen dalam interaksi
interpersonal dapat dengan hati-hati mengembangkan serta mengatur pesan.

b. Pengirim
Pengirim atau encorder adalah seseorang yang memprakarsai pesan atau
komunikasi interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk
yang dapat ditransmisikan serta melaksanakan tanggung jawab atas ketepatan
isi dan emosi pesan tersebut.

c. Pesan

Pesan didefinisikan sebagai bentuk informasi yang dikirimkan oleh pengirim.


Pesan yang efektif harus jelas dan terorganisir serta diekspresikan dengan
baik oleh pengirim dan diterima baik pula oleh penerima. Informasi harus
diberikan sejelas- jelasnya dengan penerima yang telah siap menerima pesan
tersebut.

d. Saluran
Pesan dikirim melalui saluran komunikasi baik sarana visual, pendengaran
bahkan taktil. Ekspresi wajah dapat dijadikan saluran visual untuk
menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan tersampaikan melalui saluran
audio atau pendengaran. Sentuhan tangan perawat pun menyampaikan pesan
bahwa perawat berempati pada apa yang dirasakan klien. Disimpulkan
bahwa semakin banyak saluran yang digunakan indivdu untuk
berkomunikasi, semakin baik pula pemahaman yang akan didapat.
e. Penerima
Penerima disebut juga decoder, adalah orang yang menerima pesan yang
dikirmkan kepadanya. Pengirim harus dengan baik membaca sandi atau
merspons pesan yang ditujukan padanya. Adakalanya terjadi kesalahpahaman
antara maksud pengirim pesan dengan penerima pesan karena memang
beberapa pesan sering kali bermakna ganda ketika dinterpretasikan. Semakin
banyak kesamaan atara maksud pengirim dan penerima, maka makna akan
tersampaikan dengan baik.
f. Respons

Respons dalam elemen komunikasi membantu untuk mengungkapkan apakah


makna dari pesan tersebut tersampaikan ataukah tidak. Tujuan dari pesan tidak
hanya memastikan pesan telah sampai namun juga untuk memastikan
apakah antara pengirim dan penerima mencapai sebuah pemahaman yang
sama atas pesan yang dikirim. Respons verbal non verbal yang disampaikan
penerima akan menunjukkan pemahaman penerima atas pesan yang ditujukan
padanya pun juga untuk memastikan apakah pemahaman yang diperlihatkan
melalui respon sesuai ataukah tidak dengan maskud pesan pengirim.

Pendapat lain ditambahkan Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin De


Fleur yakni adanya unsur efek dan feedback dirasa perlu dalam membangun
komunikasi yang sempurna. Perkembangan terakhir yakni munculnya
pandangan dari Joseph De Vito, K. Serono dan Erika Vora yang menilai
faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
mendukung terjadinya proses komunikasi (Cangara, 2009).

3. Factor factor yang mempengaruhi komunikasi


Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa persepsi, nilai, latar belakang budaya,
pengetahuan, peran dan lokasi interaksi memberikan pengaruh terhadap isi pesan
dan bagaimana pesan tersebut disampaikan.

a. Persepsi
Persepsi ialah pandangan pribadi atas apa yang sedang terjadi. Sebuah
komunikasi antara perawat dank lien memerlukan persepsi yang baik karena
persepsi terbentuk atas dasar kesamaan antara apa yang diharapkan kedua
belah pihak. Perbedaan persepsi antar individu dapat menjadi kendala dalam
berkomunikasi.

b. Nilai
Nilai merupakan standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai penting dalam
hidup seseorang terutama dalam hal pengaruh terhadap ekpresi pemikiran
dan ide yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap interpretasi pesan.
Dalam komunikasi, memahami dan menjelaskan sebuah nilai penitng disaat
akan membuat sebuah keputusan. Penting diperhatikan bahwa nilai pribadi dari
perawat tidak ikut mempengaruhi hubungan professional dengan klien.

c. Latar Belakang Budaya


Budaya merupakan jumlah keseluruhan dari cara berbuat, berpikir dan
merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya
melalui tingkah laku. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh
merefleksikan asal budaya. Budaya akan mempengaruhi klien dan perawat
dalam berinteraksi satu sama lain.

d. Pengetahuan
Komunikasi akan lebih sulit ketika seseorang berinteraksi dengan orang
lain yang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi
tidak jelas jika kata-kata ataupun ungkapan yang digunakantidak dikenal
oleh penerima pesan. Dalam hal melayani klien, perawat diharapkan dapat
berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh klien mengingat
tingkat pengetahuan diantaranya yang mungkin saja berbeda.
e. Peran
Individu berkomunikasi sesuai tatanan yang tepat menurut hubungan dan
peran mereka saat itu. Ketika perawat berkomunikasi dengan rekan sejawat
tentu mereka tahu peran dan hubungan mereka saat itu dan berkomunikasi yang
memang sesuai dengan peran dan hubungan mereka. Namun akan berbeda
nantinya ketika perawat berkomunikasi dengan klien karena saat itu perawat
telah memiliki hubungan dan peran yang berbeda saat berhadapan dengan
klien yang pada akhirnya juga mempengaruhi komunikasi mereka. Perawat
harus mampu menjaga jarak mereka dengan klien dalam batas professional
demi terciptanya sebuah komunikasi yang sesuai.
f. Lokasi Interaksi/ lingkungan
Orang akan cenderung bisa berkomunikasi jika lokasi interaksi atau
lingkungan mereka nyaman. Ruangan yang hangat, bebas dari kebisingan dan
gangguan adalah lingkungan yang terbaik untuk berkomunikasi.
Gangguan lingkungan dapat mengganggu pesan yang akan disampaikan.
Perawat memiliki semacam kontrol ketika memilih lingkungan untuk
berkomunikasi, artinya usaha perawat dalam memberikan sebuah informasi
tidak boleh dihalangi oleh distraksi lingkungan. Komunikasi harus tepat dan
relevan berdasarkan rencana pasien untuk perawatan.

4. Model komunikasi
Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
organisasi dan orang berkomunikasi. Komunikasi dalam hal ini adalah sesuatu yang
kompleks. Model-model komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam organisasi. Dalam


mencapai kebutuhan individu atau staf, setiap organisasi telah mengembangkan
metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan dan pengelolaan,
misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.
Komunikasi secara langsung atau verbal
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku
asertif (assertiveness) adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik
secara formal ataupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara
verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok atau
presentasi secara formal.

2. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi


wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh atau body language. Menurut Arnold dan
Boggs (1989), komunikasi nonverbal meliputi komponen emosi terhadap pesan
yang diterima atau disampaikan. Oleh sebab itu, komunikasi nonverbal lebih
mengandung arti yang signifikan disbandingkan dengan komunikasi verbal.
Akan tetapi, dapat menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi
nonverbal diartikan salah tanpa adanya penjelasan penjelasan secara verbal.
Ada beberapa hal kunci dalam komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa
atau dengan komunikasi nonverbal, yaitu:
a. Lingkungan: tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian
penting dalam proses komunikasi;
b. Penampilan: pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik
merupakan bagian dari komunikasi nonverbal yang perlu diidentifikasi;
c. Kontak mata: kontak mata bermakna kesediaan seseorang untuk
berkomunikasi;
d. Postur tubuh dan gerakan (gesture): bobot suatu pesan bisa ditingkatkan
dengan orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri, atau duduk;
e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang
setuju terhadap pesan yang disampaikan;
f. Suara, intonasi, isi (volume), dan refleksi: cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.

3. Komunikasi via telepon


Pada era modern ini (bahkan sudah post modern), media komunikasi
semakin berkembang pesat. Salah satu diantaranya adalah media telekomunikasi
seperti telepon atau handphone. Saat ini manager sangat bergantung pada
komunikasi dengan menggunakan telepon atau handphone ini, dengan
kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk
merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi.oleh sebab itu,
untuk menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus sopan dan
menghargai lawan bicara setiap berbicara melalui telepon. Jika ada oranglain
yang sedang menunggu untuk berbicara dan menggunakan pesawat telepon
bersama, maka waktu yang digunakan harius singkat dan berbicara seperlunya
saja untuk menghindari kesan negative.

5. Syarat komunikasi efektif


a. Persepsi atau pandangan
Komunikasi harus memperkirakan apakah pesan-pesan yang akan
disampaikannya dapat diterima komunikan dengan tepat
b. Ketepatan
Komunikasi dapat mencapai sasaran bila komunikator dapat mengekspresikan
atau menuangkan hal yang ingin disampaikan sesuai dengan kerangka berfikir
komunikan. Apabila hal ini tidak sesuai maka terjadi miscomunication.
c. Kredibilitas
Dalam komunikasi, komunikator harus mempunyai keyakinan bahwa
komunikannya termasuk orang yang dapat dipercaya.
d. Pengendalian
Ketika berkomunikasi, komunikan tentunya akan memberikan tanggapan
terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi komunikan tergantung pada berhasil
atau tidaknya komunikator mengendalikan komunikator pada saat melakukan
komunikasi.
e. Kecocokan atau keserasian
Yang dimaksud dengan kecocokan disini adalah apabila komunikator dapat
menjaga hubungan persahabatan yang menyenangkan dengan komunikan
sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan. Seorang
komunikator dapat dikatakan baik, jika menghormati dan berhasil memberi
kesan yang baik kepada komunikan.

6. Daftar pustaka

Potter dan perry.2005.FundamentalKeperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.


Edisi ke-4. Jakarta.EGC

Cangara, Hafid. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai