Anda di halaman 1dari 2

Roundtable On Sustainable Palm Oil atau biasa

disebut RSPO
Roundtable On Sustainable Palm Oil atau biasa disebut RSPO merupakan prakarsa (inisiatif) dari
pihak-pihak pemangku kepentingan global Industri kelapa Sawit untuk mendorong pertumbuhan
dan penggunaan minyak sawit yang lestari (sustainable) melalui dialog yang terbuka pada
seluruh rantai pasokan. RSPO Secara resmi didirikan berdasarkan pasal 60 Swiss Civil Code pada
tanggal 8 April 2004. Sustainable Palm Oil atau produksi minyak lestari merupakan Pengelolaan
Kebun dan Mill secara berkelanjutan (Sustainable) baik dari aspek Ekonomi Finansial maupun
dari aspek Sosial dan Lingkungan, dengan memperhatikan aspek transparansi yang mencakup
kebun, Mill (pabrik) dan Smallholder (plasma). Keanggotaan dalam RSPO terdiri dari :
1. Perkebunan kelapa sawit
2. Pabrikan minyak sawit atau pedagang
3. Perusahaan consumer goods
4. Pedagang eceran (Retailer)
5. Bank dan investor
6. Environmental/nature conservation NGO
7. Social/developmental NGO
Sertifikasi RSPO
Sertifikasi Sustanable Palm Oil pada Unit Manajemen Mill beserta kebun pemasok buah dengan
Prinsip dan Kriteria (P&C) Sustainable Palm Oil (SPO). Sertifikasi Supply Chain Requirement atau
Chain of Custody atau Penelusuran asal usul Tandan Buah Segar (TBS) atau Fruit Fresh Bunch
(FFB). Dalam proses Sertifikasi Asesmen ada proses Audit oleh Lembaga Sertifikasi RSPO yang
memberikan sertifikat RSPO dengan menggunakan Standar P&C RSPO dimana masa sertifikat
adalah 5 tahun dan setiap tahunnya akan dilakukan Surveilance audit (audit berkala).
Prinsip dan Kriteria dalam RSPO
Pada bulan November 2005, RSPO menetapkan Prinsip dan Kriteria Produksi Minyak Sawit
Berkelanjutan (RSPO P&C) yang terdiri atas 8 prinsip dan 39 kriteria, kemudian bulan November
2005-2007, RSPO melakukan uji coba penerapan RSPO P&C. November 2007, RSPO menetapkan
dimulainya proses sertifikasi produksi minyak sawit yang berkelanjutan (Sertifikasi
RSPO) dengan RSPO P&C sebagai standard global dan Interpretasi Nasional sebagai standard yang
berlaku di negara produsen.
Interpretasi Nasional RSPO
Interpretasi Nasional RSPO untuk Indonesia ini disusun oleh Indonesian National Interpretation
Working Group (INA NIWG) yang dipimpin oleh Bp. Daud Dharsono (GAPKI/SMART) dan
beranggotakan para pemangku kepentingan industri minyak sawit di
Indonesia. Stakeholder yang menjadi anggota INA-NIWG adalah
1. GAPKI (PT SMART, PT Lonsum, PT Astra Agro, PPKS, PT Makin , PT Asianagri PTPN dst),
2. Instansi Pemerintah (Kementrian Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, Badan Pertanahan
Nasional, Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor
Menko Perekonomian)
3. NGO Sosial Sawit Watch
4. NGO Lingkungan WWF Indonesia, The Nature Conservancy (TNC)
5. Bank Bank Mandiri, Bank Permata, SCB, Bank Mega
6. Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia)
Selain itu terdapat Asosiasi lain seperti AIMMI dan APOLIN. Interpretasi Nasional ini, disahkan
pada Mei 2008, dan terdiri atas; 139 indikator nasional yang terbagi atas 65 indikator
major dan 74 indikator minor. Indikator Major wajib untuk dipenuhi saat Certification Audit, dan
jika terdapat ketidaksesuaian Indikator Minor maka wajib dipenuhi dalam surveillance
audit berikutnya (1 tahun masa sertifikat).
8 Prinsip Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan
1. Komitmen terhadap transparansi (2 kriteria)
2. Mematuhi Hukum & Peraturan Berlaku (3 kriteria)
3. Komitmen pada kelayakan Ekonomi dan Keuangan Jangka Panjang (1 kriteria)
4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik (8 kriteria)
5. Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati (6
kriteria)
6. Tanggung jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik (11
kriteria)
7. Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab (7 kriteria)
8. Komitmen perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas (1 kriteria)

Anda mungkin juga menyukai