Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

4.1 Pengaruh Unfcc Terhadap Kebakaran Hutan Di Sumatera

Indonesia mengalami keadaan krisis hutan dikarenakan sering adanya kebakaran


hutan. Secara umum kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga
faktor utama yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan sosial budaya masyarakat. Kondisi
bahan bakar yang rawan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya yang melimpah di
lantai hutan, kadar airnya relatif rendah (kering), serta ketersediaan bahan bakar yang
berkesinambungan. Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut
menentukan kerawanan kebakaran,kebakaran yang disebabkan oleh 2 faktor yaitu factor
alam dan manusia.
Karena adanya dua topik yang menjadi utama yang menjadi dasar kebakaran
hutan yaitu karena factor Alam dan Manusia dibuatlah kebijakan perubahan tingkat
Nasional dan Internasional. DJPPI (Direktorat Jenderal Penanggulangan Perubahan
Iklim) menjalankan tugasnya dan mempertimbangkan nature dari pengendalian
perubahan iklim, melaksanakan implementasi fungsi koordinasi, sinergi, integrasi dan
fungsi leadership termasuk monitoring, pelaporan dan verifikasi pelaksanaan mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim baik di tingkat nasional maupun internasional, serta sebagai
National Focal Point (NFP) UNFCCC (United Nations Framework Convention on
Climate Change) yang dihasilkan melalui proses negosiasi para negara pihak yang sudah
meratifikasi kesepakatan UNFCCC yang saat ini berjumlah 194 negara, dan bersifat
mengikat. Indonesia telah meratifikasi UNFCCC dengan Undang Undang No. 6 Tahun
1994, dan meratifikasi kesepakatan Kyoto Protokol melalui UU No. 17 Tahun 2007.
UNFCCC sendiri langsung terhubung dengan Protokol Kyoto juga Paris Agreement
untuk Menjaga Lingkungan langsung. UNFCCC langsung terikat dengan pasal 6 UN
Framework : Pasal 6 pelatihan pendidikan dan kesadaran umum Dalam melaksanakan
komitmen mereka berdasarkan Pasal 4, paragraf 1
(i) Para Pihak wajib: (a) Promosikan dan fasilitasi dinasional dan, sebagai
appropriate, subregional dan regional tingkat, dan sesuai dengan hukum nasional
dan peraturan, dan di dalam masing-masing kapasitas pengembangan dan
implementasi kesadaran pendidikan dan public program tentang perubahan iklim
dan dampaknya;
(ii) akses publik terhadap informasi tentang perubahan iklim dan dampaknya;
(iii) partisipasi publik Dalam menghadapi iklim perubahan dan pengaruhnya dan
mengembangkan tanggapan yang memadai; dan
(iv) pelatihan ilmiah, tepersonil teknis dan manajerial;

(b) Bekerjasama dalam dan mempromosikan, pada tingkat nasional, dan, jika
sesuai, menggunakan badan yang ada:
(i) perkembangan dan pertukaran kesadaran pendidikan dan public materi tentang
perubahan iklim dan pengaruhnya; dan
(ii) pengembangan dan implementasi pendidikan dan pelatihan program, termasuk
penguatan institusi nasional dan pertukaran atau penempatan kembali personil
untuk melatih para ahli di bidang ini, di khusus untuk negara berkembang.

Sesuai UU No. 24 tahun 2007 dan PP no. 21 tahun 2008 tentang penanggulangan
bencana dan sesuai inpres nomor 16 tahun 20111. Dalam hal penanggulangan ini selain
Negara Indonesia sendiri NGO juga turut ikut andil dalam hal penyelamatan hutan. UN
(United Nation/Perserikatan Bangsa Bangsa) membuat lebih Spesifik Bernama UNFCCC
untuk turut menyelamatkan Hutan. UNFCCC membuat kebijakan di indonesia lewat
national focal points dan juga DJPPI. Bantuan yang diberikan UNFCCC berbentuk dana
dan juga bantuan langsung alat. Didalam perjanjian UNFCCC negara yang menyetujui
traktat ini segera membantu ketika sesuatu hal tejadi. Dana yang di berikan oleh
UNFCCC langsung diberikan ke pihak DJPPI sebesar 258 juta US dollar yang berasal
dari World Bank dan juga alat yang berupa helicopter water bomb.

1
Thania sceilla Catatan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau Tahun 2011-2017 dan Upaya Penanganannya dalam 3
RE+ diakses melaluihttp://www.riaubiru.com/2017/08/mimpi-langit-biru-catatan-kebakaran.html pada 11 Agustus
2017

Anda mungkin juga menyukai