Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT


EUCHEUMA COTTONI DENGAN DUA METODE

Disusun Oleh:
Retno Wulandari
I8305036

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT


EUCHEUMA COTTONI DENGAN DUA METODE

Disusun Oleh:
Retno Wulandari
I8305036

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Laporan Tugas Akhir ini saya susun
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III Teknik
Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan Tugas Akhir ini saya susun
berdasarkan data-data yang diperoeh dari hasil percobaan.
Selama penyusunan laporan ini saya banyak sekali mendapat
bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dwi Ardiana ST.,MT selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Kimia UNS
Surakarta.
2. Sperisa Distantina ST.,MT selaku dosen pembimbing Tugas Akhir.
3. Kepada keluarga tercinta terutama Bapak, Ibu, kakak, serta orang terdekat
saya atas doa, dukungan moril dan materiilnya.
4. Teman-teman angkatan 2005 kelas A atas bantuan dan dukungannya.
5. Dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Dan akhirnya saya selaku penyusun mohon maaf kepada semua pihak,
apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kesalahan. Saya berharap semoga
laporan ini dapat bermaanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Januari 2010

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
INTISARI...................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang ............................................................................... 1
B Perumusan Masalah ....................................................................... 2
C Tujuan Percobaan........................................................................... 2
D Manfaat Percobaan......................................................................... 2
BAB II. LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka ............................................................................ 3
B Kerangka Pemikiran ....................................................................... 16
BAB III. METODE PERCOBAAN
A Alat Dan Bahan .............................................................................. 17
B Lokasi ............................................................................................. 22
C Cara Kerja ...................................................................................... 22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 26
BAB V. PENUTUP
A Kesimpulan .................................................................................... 28
B Saran............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Rumus Bangun Karaginan ....................................................... 5


Gambar II.2 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode
alkohol ..................................................................................... 18
Gambar II.3 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode
tekan ........................................................................................ 19
Gambar III.1 Rangkaian Alat ekstraksi karaginan.........................................23
Gambar III.2 Alat petendaman rumput laut .................................................. 23
Gambar III.3 Rangkaian Alat Penggumpalan.................................................23
Gambar III.4 Rangkaian Alat Analisa Gel Strenght.......................................24
Gambar III.5 Rangkaian Alat Analisa Melting dan Gelling
Temperatur.............................................................................24
Gambar III.6 Rangkaian Alat Analisa Viskositas ........................................ 25
Gambar III.7 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode
KCl Presipitasi ....................................................................... 27
Gambar III.8 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode
Freeze-thaw............................................................................. 29

v
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Karaginan dari beberapa jenis algae ............................................. 6


Tabel II.2 Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia .................................... 7
Tabel II.3 Daya kelarutan karaginan pada berbagai media pelarut ............... 10
Tabel II.4 Stabilitas karaginan dalam berbagai media pelarut ...................... 11
Tabel II.5 Sifat fisik tepung keraginan Eucheuma cottoni dan karaginan
komersial ...................................................................................... 11
Tabel II.6 Ringkasan bahan kimia yang akan digunakan untuk
penggumpalan karaginan ............................................................. 20
Tabel IV.1 Data Percobaan Metode KCl Precipitation ................................. 33
Tabel IV.2 Hasil Percobaan dengan Metode KCl Presipitasi ....................... 33
Tabel IV.3 Data Percobaan Metode Freeze-thaw Proses.............................. 34
Tabel IV.4 Hasil Percobaan Metode Freeze-thaw Proses............................. 34

vi
INTISARI

RETNO WULANDARI, 2009, LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN


KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI DENGAN
DUA METODE. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA

Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting rumput laut di Asia.
Sayangnya rumput laut masih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu
berupa rumput laut kering yang memiliki nilai jual relatif murah. Maka dari itu
diperlukan penanganan untuk dapat meningkatkan daya jual produk. Salah
satunya dibuat karaginan, yang berperan dalam industri makanan dan obat-obatan.
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan
karaginan dengan dua metode yaitu presipitasi KCl dan Freeze-thaw serta
mengetahui kualitas karaginan yang dihasilkan dari rumput laut Eucheuma
cottoni. Percobaan dilakukan di Laboratorium Dasar Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tahapan pengolahan rumput laut Eucheuma cottoni menjadi karaginan
meliputi menimbang sebanyak 100 gr berat kering, merendam dalam air panas (40
0
C) selama 30 menit, dan memotong rumput laut Eucheuma cottoni. Lalu
mengekstraksi rumput laut menggunakan larutan KOH 0,2 N sebanyak 3 liter
pada suhu didih (80-90) oC selama 30 menit dengan sesekali diaduk. Setelah
selesai diekstraksi menyaring filtrat, dilanjutkan memisahkan karaginan dan air
menggunakan metode presipitasi KCl dengan menambah KCl 3,5 % sebanyak 1
liter dan metode Freeze-thaw. Karaginan basah yang diperoleh dikeringkan
menggunakan oven 60 oC sampai berat kostan. Karaginan yang dihasilkan
dianalisa rendemen dan sifat gel yaitu analisa gel strenght, melting temperature,
gelling temperature dan viskositas relatif.
Hasil dua percobaan ekstraksi rumput laut Eucheuma cottoni menunjukkan
rendemen karaginan dengan metode KCl presipitation sebesar 4% dan 5%, dengan
sifat gel strenght rata-rata 150,4 gr/cm2 dan 144 gr/cm2, melting temperature 58-
75 oC dan 56-75 oC, gelling temperature 56-53 oC dan 56-54 oC, dan viskositas
relatif 19,47 dan 22.31. Rendemen karaginan dengan metode Freeze-thaw sebesar
12% dan 14%, dengan sifat gel strenght rata-rata 158 gr/cm2 dan 158,2 gr/cm2,
melting temperature 40-51 oC dan 41-52 oC, gelling temperature 38-36 oC dan 39-
36 oC, dan viscositas relatif 25,96 dan 28,39.
Kesimpulan dari percobaan pembuatan karaginan dari rumput laut
Eucheuma cottoni dengan menggunakan dua metode, yaitu metode presipitasi
KCl dan metode Freeze-thaw adalah rendemen ,Gel Strength dan viskositas relatif
metode Freeze-thaw lebih besar dari pada metode presipitasi KCl. Sedangkan
Melting temperatur dan Gelling temperatur metode Freeze-thaw lebih kecil dari
pada metode presipitasi KCl. Karaginan yang dihasilkan metode Freeze-thaw
lebih banyak dan tebal dibandingkan metode presipitasi KCl yang lebih sedikit
dan cenderung encer.

vii
viii
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
Jl. Ir. Soetami No. 36A Surakarta 57126 Telp / Fax (0271) 632112

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama / NIM : Retno Wulandari (I8305036)

Judul Tugas Akhir : Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut


Eucheuma Cottoni dengan dua metode.
Tanggal : 22 Januari 2010
Dosen Pembimbing : Sperisa Distantina, S.T., M.T.

Surakarta, Januari 2010


Mengetahui,
Program Studi DIII Teknik Kimia Dosen Pembimbing

Dwi Ardiana, S.ST., M.T. Sperisa Distantina, S.T., M.T.


NIP. 19730131 199802 2 001 NIP. 19740509 200003 2 002

Dosen Penguji I

Ir. Endah Retno Dyartanti, M.T.


NIP. 19690719 200003 2 001

Dosen Penguji II

Enny Kriswiyanti A, S.T., M.T.


NIP. 19721126 200003 2 001
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis 81.000 km


merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya
hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumber daya hayati tersebut
merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baru.
Salah satunya rumput (alga) yang merupakan komoditi ekspor yang
potensial untuk dikembangkan. Jenis rumput laut yang bernilai tinggi antara lain
adalah Rhodophyceae merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan,
sedangkan Phaeophyceae merupakan penghasil alginat. Beberapa jenis rumput
laut penghasil agar-agar diantaranya adalah Gracilaria sp, Gelidium sp,
Gellidiella sp; rumput laut penghasil karaginan adalah Eucheuma sp, Eucheuma
Cottoni sedangkan penghasil alginate adalah Sargassum dan Turbinaria.
Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir rumput laut penting di Asia.
Sayangnya rumput laut masih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu
berupa rumput laut kering yang memiliki nilai jual relatif murah. Maka dari itu
diperlukan penanganan untuk dapat meningkatkan daya jual produk. Salah
satunya dibuat karaginan.
Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii hasil budidaya di Indonesia,
kebanyakan untuk komoditas ekspor. Studi pengolahan karaginan belum banyak
dilakukan. Melihat bahwa rumput laut Eucheuma mengandung karaginan yang
sangat berperan dalam industri makanan dan obat-obatan, yaitu sebagai
stabilisator, bahan pengental dan pengemulsi. Maka diperlukan adanya studi
pengolahan yang lebih baik dan inovatif sehingga diperoleh produk berkualitas
dengan proses yang baik dan harga jual tinggi, meningkatkan kesejahteraan rakyat
(www.unhas,ac.id/tekpert/indek.php).

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
1
Laporan Tugas Akhir 2
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum merupakan rumput laut yang


secara luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku industri di dalam
negeri maupun untuk ekspor. Sedangkan E. edule dan Hypnea sp hanya sedikit
sekali diperdagangkan dan tidak dikembangkan dalam usaha budidaya. Hypnea
biasanya dimanfaatkan oleh industri agar. Sebaliknya Eucheuma cottoni dan
Eucheuma spinosum dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari kedua jenis
tersebut Eucheuma cottoni yang paling banyak dibudidayakan karena permintaan
pasarnya sangat besar. Jenis lainnya Chondrus spp., Gigartina spp., dan Iridaea
spp tidak ada di Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Pengolahan rumput laut perlu dikembangkan untuk menaikkan harga jual.


2. Pembuatan karaginan dengan metode KCL presipitasi dan freeze thaw.
3. Mengetahui kualitas produk seperti gel strengh, melting temperatur, gel
setting temperatur, serta viskositas relatif pada pembuatan karaginan dari
rumput laut Eucheuma cottoni.

C. TUJUAN PERCOBAAN

Membandingkan kualitas karaginan baik menggunakan metode Presipitasi KCl


atau metode Freeze-thaw, yang meliputi :

- Yield / Rendemen

- Sifat-sifat

1. Gel strength

2. Melting Temperatur

3. Gelling Temperatur

4. Viskositas Relatif

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 3
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

D. MANFAAT PERCOBAAN

Manfaat yang dapat diharapkan dari percobaan ini antara lain:


1. Untuk Negara :
Karaginan yang diperoleh dari pengolahan rumput laut dapat
diekspor sehingga akan menambah devisa negara.
Karaginan juga digunakan dalam industri makanan, farmasi,
kosmetik, tekstil, cat dan keramik sehingga menambah pendapatan
negara.
2. Untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan mengetahui karakteristik karaginan yang dihasilkan diharapkan
mampu memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan dan
diaplikasikan pada industri pengolahan rumput laut.
3. Peningkatan ketrampilan percobaan
Percobaan dapat memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
ketrampilan mencoba karakteristik karaginan dari pengolahan rumput laut.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Karaginan merupakan kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi


dari rumput laut dari spesies tertentu kelas alga merah (rhodophyceae) jenis
Chondrus, Eucheuma, Irdaea, dan Phyllophora. Yang diekstraksi dengan air atau
larutan alkali yang dilanjutkan dengan pemisahan karaginan dengan pelarutnya.
Sebagian besar karaginan adalah senyawa hidrokoloid yang mengandung ester,
kalium, natrium, magnesium, dan kalium sulfat dengan galaktosa dan 3,6 anhydro
galaktopolimer (www.jasuda.net). Polisakarida ini merupakan galaktan yang
mengandung ester asam sulfat antara 20-30% dan saling berikatan dengan ikatan
(1,3) ; B (1,4) D glikosidik secara berselang-seling. Karaginan dibedakan dengan
agar-agar berdasarkan kandungan sulfatnya, karaginan mengandung minimal 18%
sulfat sedang agar-agar hanya mengandung 3-4% (www.damandiri.or.id).
Kandungan karaginan yang banyak dibudidayakan didapatkan dari rumput
laut dengan spesies Eucheuma ialah Eucheuma Cottoni dan Eucheuma
Spinosum. Dalam dunia perdagangan karaginan terdiri atas tiga jenis, yaitu :
kappa, iota, dan lambda karaginan. Dimana ketiga jenis ini dibedakan berdasarkan
perbedaan ikatan sel, sifat gel dan protein reactivity. Kappa karaginan dihasilkan
dari rumput laut jenis Eucheuma Cottoni, larut dalam air panas, serta membentuk
gel dalam air. Lambda karaginan dari Chondrus Crispus, sedang iota karaginan
dihasilkan dari Eucheuma Spinosum.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
4
Laporan Tugas Akhir 5
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Rumus bangun karaginan :

Gambar II.1 Rumus Bangun Karaginan

Beberapa sifat dari karaginan antara lain :

Dalam air dingin seluruh garam dari Lambda karaginan larut sedangkan
Kappa dan lota karaginan hanya garam natriumnya saja yang larut.
Lambda karaginan larut dalam air panas, Kappa dan lota karaginan larut
pada temperatur 70C ke atas.
Kappa, Lambda dan lota karaginan larut dalam susu panas, dalam susu
dingin Kappa dan lota tidak larut, sedangkan Lambda karaginan
membentuk dispersi.
Kappa karaginan membentuk gel dengan ion Kalium, lota karaginan
dengan ion Calsium dan Lambda karaginan tidak membentuk gel.
Semua type karaginan stabil pada pH netral dan alkali, pada pH asam akan
terhidrolisa.

Pada industri makanan, karaginan digunakan sebagai stabilizer, thickener,gelling


agent, zat tambahan (additive) dalam proses pengolahan coklat, susu, puding, susu
instant, dan makanan kaleng. Pada industri farmasi, karaginan digunakan sebagai
lahan pengental (suspensi), emulsi dan stabilizer dalam proses pembuatan pasta
gigi, obat-obatan, minyak mineral, dan lain-lain. Selain itu, juga digunakan dalam
industri tekstil, cat dan keramik. Industri pasta gigi merupakan industri terbesar di
Indonesia yang menggunakan karaginan (www.unhas.ac.id/tekpert/index.php).

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 6
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Tabel II.1. Karaginan dari beberapa jenis algae


(www.dikjen_perikanan,ac.id)

Jenis algae karaginofit Fraksi karaginan


Furcellaria fastigiata Kappa
Agardhiella tenera Iota
Eucheuma spinosum Iota
Eucheuma cottonii Kappa, Lambda
Anatheca montagnei Iota
Hypnea musciformis Kappa
Hypnea nidifica Kappa
Hypnea setosa Kappa
Chondrus crispus Kappa, Lambda, Iota
Chondrus spp. Lambda
Gigartina stellata Lambda, Kappa, Iota
Gigartina acicularis Lambda, Kappa
Gigartina pistillata Lambda, Kappa
Iridea radula Iridophyean,Kappa,
Phyllophora nervosa Lambda
Tichocarpus crinitus Iota, Lambda, Kappa

Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di perairan yang


mempunyai rataan terumbu karang. la melekat pada substrat karang mati atau
kulit kerang ataupun batu gamping di daerah intertidal dan subtidal. Tumbuh
tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Sebaran Eucheuma dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 7
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Tabel II.2 Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia


(www.dikjen_perikanan,ac.id)

Jenis rumput laut Sebaran Perairan


Kep. Riau, SelatSunda, Kep. Seribu
(JawaBarat), Sumbawa (NTB), Ngele-
ngele, Sanana (NTT), Wakatobi dan Muna
Eucheuma spinosum (Sulawesi Tenggara), Kep. Banggai dan
Togian, P. Dua dan P.Tiga (Sulawesi
Tengah), Seram Timur, Kep. Kei dan Kep.
Aru (Maluku).
Kep. Seribu (Jawa Barat), Bali, Seram
Timur (Maluku), P. Dua dan P. Tiga
Eucheuma edule (Sulawesi Tengah), Wakatobi dan P. Muna
(Sulawesi Tenggara), Tolimau, Kep. Kei
(Maluku).
Eucheuma serra Bali
Kep. Banggai, Togian, P. Dua dan P. Tiga
Eucheuma cottonii (Sulawesi Tengah), P. Seram Timur, Selat
Alas Sumbawa.
Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kep. Aru
Eucheuma crassum
(Maluku Tenggara)
Eucheuma arnoldhii Bali, Seram Timur (Maluku)
Eucheuma leewenii Nusa Kambangan (Jawa Tengah)
Eucheuma crustaeforme Kep. Sangir (Sulawesi Utara)
Eucheuma horizontal P. Selayar (Sulawesi Selatan)
Eucheuma adhaerens P. Ternate (Maluku Utara)
Eucheuma vermiculare Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Kep. Seribu (DKI Jakarta), Kep. Kei, Elat
Eucheuma dichotomum
(Maluku)

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 8
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Eucheuma cervicome Seram Timur (Maluku)


Eucheuma striatum Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma simplex Seram Timur (Maluku)
Eucheuma spp. Seram Timur (Maluku)

Dalam percobaan menggunakan Eucheuma cottonii yang merupakan salah


satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi
Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-
karaginan. Maka jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii. Nama
daerah cottonii umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia
perdagangan nasional maupun internasional. Klasifikasi Eucheuma cottonii
menurut www.damandiri.or.id adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma alvarezii Doty
Kappaphycus alvarezii (doty) Doty
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris,
permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang
berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi
hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi
kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas
pencahayaan. Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan
tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-
batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh
melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama
dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 9
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

mengarah ke arah datangnya sinar matahari (www.damandiri.or.id). Umumnya


Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat
khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut. Beberapa jenis Eucheuma
mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai
penghasil ekstrak karaginan.
Pengolahan karaginan secara umum menghasilkan karaginan dalam bentuk
: karaginan serbuk, karaginan batangan dan karaginan lembaran. Metode
pembuatan karaginan ini meliputi :
a. KCL presipitasi process
b. Press dehydration process
c. Freeze-thaw process
Dan dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah KCL presipitasi
dan Freeze-thaw. Menghasilkan karaginan dalam bentuk lembaran.

Sifat Dasar Karaginan


Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe karaginan yaitu kappa, iota dan
lambda karaginan. Tipe karaginan yang paling banyak dalam aplikasi pangan
adalah kappa karaginan. Sifat-sifat karaginan meliputi kelarutan, viskositas,
pembentukan gel dan stabilitas pH, gel strength, melting temperatur, setting
temperatur.

Kelarutan
Kelarutan karaginan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya tipe karaginan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan dan zat-
zat terlarut lainnya. Gugus hidroksil dan sulfat pada karaginan bersifat hidrofilik
sedangkan gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa lebih hidrofobik. Lambda karaginan
mudah larut pada semua kondisi karena tanpa unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan
mengandung gugus sulfat yang tinggi. Karaginan jenis iota bersifat lebih
hidrofilik karena adanya gugus 2-sulfat dapat menetralkan 3,6-anhidro-Dgalaktosa
yang kurang hidrofilik. Karaginan jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih
banyak memiliki gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa (www.cPKleco.com).
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 10
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Karakteristik daya larut karaginan juga dipengaruhi oleh bentuk garam


dari gugus ester sulfatnya. Jenis sodium umumnya lebih mudah larut, sementara
jenis potasium lebih sukar larut. Hal ini menyebabkan kappa karaginan dalam
bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam air dingin dan diperlukan panas
untuk mengubahnya menjadi larutan, sedangkan dalam bentuk garam sodium
lebih mudah larut. Lambda karaginan larut dalam air dan tidak tergantung jenis
garamnya (www.cPKleco.com).
Daya kelarutan karaginan pada berbagai media dapat dilihat pada Tabel II.3
Tabel II.3 Daya kelarutan karaginan pada berbagai media pelarut
Sifat-sifat Kappa Iota Lamda
Air Panas Larut suhu > 60oC Larut suhu > 60oC Larut
Air dingin Larut Na Larut Na Larut garam
Susu panas Larut Larut Larut
Susu dingin Kental Kental Lebih kental
Larutan gula Larut (panas) Susah larut Larut (panas)
Larutan garam Tidak larut Tidak larut Larut (panas)
Larutan organik Tidak larut Tidak larut Tidak Larut
Sumber : www.cPKleco.com

Karaginan dapat membentuk gel secara reversibel artinya dapat


membentuk gel pada saat pendinginan dan kembali cair pada saat dipanaskan.
Pembentukan gel disebabkan karena terbentuknya struktur heliks rangkap yang
tidak terjadi pada suhu tinggi (www.damandiri.or.id)

Stabilitas pH
Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan
akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Pada pH 6 atau lebih umumnya larutan
karaginan dapat mempertahankan kondisi proses produksi karaginan
(www.cPKleco.com).
Hidrolisis asam akan terjadi jika karaginan berada dalam bentuk larutan,
hidrolisis akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Larutan karaginan
akan menurun viskositasnya jika pHnya diturunkan dibawah 4,3
(www.damandiri.or.id).

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 11
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada
pH rendah, tetapi tidak mudah terhidrolisis sehingga tidak dapat digunakan dalam
pengolahan pangan. Penurunan pH menyebabkan terjadinya hidrolisis dari ikatan
glikosidik yang mengakibatkan kehilangan viskositas. Hidrolisis dipengaruhi oleh
pH, temperatur dan waktu. Hidrolisis dipercepat oleh panas pada pH rendah
(www.damandiri.or.id/file). Stabilitas karaginan dalam berbagai media pelarut
dapat dilihat pada Tabel II.4
Tabel II.4 Stabilitas karaginan dalam berbagai media pelarut
Stabilitas Kappa Iota Lamda
pH netral dan alkali Stabil Stabil Stabil
pH asam Terhidrolisis jika Terhidrolisis jika Terhidrolisis
dipanaskan. Stabil dipanaskan. Stabil
dalam bentuk gel dalam bentuk gel
Sumber: www.damandiri.or.id/file

Sifat fisik karaginan


Hasil ekstraksi karaginan dari perlakuan ini kemudian dibandingkan
dengan karaginan komersial berdasarkan indikator mutu karaginan. Indikator
mutu karaginan berdasarkan sifat fisik yang dianalisis adalah kekuatan gel, titik
leleh dan titik gel. Hasil analisis sifat fisik tepung karaginan dapat dilihat pada
Tabel II.5

Tabel II.5 Sifat fisik tepung karaginan Eucheuma cottonii dan karaginan
komersial
Parameter Karaginan Karaginan Karaginan
Eucheuma cottonii Komersil Standar
Kekuatan gel (g/cm2) 464,5 685,5 -

Viskositas (cP) 54,67 35,71 FAO min 15


Titik leleh (oC) 49,29 50,21 -
Titik gel (oC) 33,06 34,10 -

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 12
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Viskositas
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Viskositas
suatu hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi karaginan,
temperatur, jenis karaginan, berat molekul dan adanya molekul-molekul lain. Jika
konsentrasi karaginan meningkat maka viskositasnya akan meningkat secara
logaritmik. Viskositas akan menurun secara progresif dengan adanya peningkatan
suhu, pada konsentrasi 1,5% dan suhu 75oC nilai viskositas karaginan berkisar
antara 5 800 cP.(www.FAO.org/document)
Viskositas merupakan faktor kualitas yang penting untuk zat cair dan semi
cair (kental) atau produk murni, dimana hal ini merupakan ukuran dan kontrol
untuk mengetahui kualitas dari produk akhir (www.damandiri.or.id/file).
Viskositas karaginan berpengaruh terhadap sifat gel terutama titik pembentukan
gel dan titik leleh, dimana viskositas karaginan yang tinggi menghasilkan laju
pelelehan dan pembentukan gel yang lebih tinggi dibanding karaginan yang
viskositasnya rendah.
Nilai viskositas (Tabel II.5), dari karaginan Eucheuma cottonii sebesar
54,67 cP dan berbeda nyata dengan karaginan komersial sebesar 35,71 cP. Hal ini
disebabkan karena kandungan sulfat pada karaginan Eucheuma cottonii lebih
banyak dibandingkan dengan karaginan komersial.
Viskositas larutan karaginan terutama disebabkan oleh sifat karaginan
sebagai polielektrolit. Gaya tolakan (repultion) antara muatan-muatan negatif di
sepanjang rantai polimer yaitu ester sulfat, mengakibatkan rantai molekul
menegang. Karena sifat hidrofiliknya, polimer tersebut dikelilingi oleh molekul-
molekul air yang terimobilisasi, sehingga menyebabkan larutan karaginan bersifat
kental. Semakin kecil kandungan sulfat, maka nilai viskositasnya juga semakin
kecil, tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat. Adanya garam-garam yang
terlarut dalam karaginan akan menurunkan muatan bersih sepanjang rantai
polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan penurunan gaya tolakan (repulsion)
antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer semakin lemah dan
menyebabkan viskositas larutan menurun. Viskositas larutan karaginan akan

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 13
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

menurun seiring dengan peningkatan suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang


kemudian dilanjutkan dengan degradasi karaginan (www.damandiri.or.id).

Titik gel dan titik leleh


Titik gel adalah suhu dimana larutan karaginan dalam konsentrasi tertentu
mulai membentuk gel, sedangkan titik leleh merupakan kebalikan dari titik gel
yaitu suhu larutan karaginan ini mencair dengan konsentrasi tertentu. Karaginan
dapat membentuk gel secara reversible, artinya membentuk gel pada saat
pendinginan dan mencair kembali jika dipanaskan. Hasil pengukuran titik gel
tertinggi pada penelitian diperoleh dari karaginan komersial sebesar 33,06 oC,
sedangkan terendah sebesar 34,10 oC dari karaginan Eucheuma cottonii. Nilai titik
leleh tertinggi diperoleh dari karaginan komersial sebesar 50,21 oC, sedangkan
terendah sebesar 49,29 oC dari karaginan Eucheuma cottonii. Berdasarkan Tabel
II.5, terlihat bahwa titik gel dan titik leleh karaginan Eucheuma cottonii tidak
berbeda nyata dengan komersial. Hal ini diduga karena semakin tinggi suhu titik
gelnya, semakin tinggi pula suhu titik lelehnya. Suhu titik leleh untuk karaginan
komersial pada penelitian ini berkisar 15,5315,96 oC, sedangkan titik leleh untuk
karaginan Eucheuma cottonii berkisar 16,4916,68 oC di atas suhu titik gelnya.
Moirano (1977 diacu dalam Suryaningrum et al 1991) menyatakan bahwa suhu
titik gel kappa karaginan 10-15 oC di atas suhu titik gelnya. Suhu titik gel dan titik
leleh karaginan Eucheuma cottonii pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan
dengan karaginan komersial. Hal ini disebabkan karena kandungan sulfat pada
karaginan komersial lebih rendah dibandingkan karaginan Eucheuma cottonii.
Friedlander dan Zelokovitch (1984) menyatakan bahwa suhu titik gel dan titik
leleh berbanding lurus dengan kandungan 3,6-anhidrogalaktosa dan berbanding
terbalik dengan kandungan sulfatnya. Selanjutnya Reen (1986) menyatakan
bahwa adanya sulfat cenderung menyebabkan polimer terdapat dalam bentuk sol,
sehingga suhu titik gel sulit terbentuk (http://www.damandiri.or.id/file).
Pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikatan
silang rantai-rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi
bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau mengimobilisasikan air di
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 14
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Sifat pembentukan gel ini
beragam dari satu jenis hidrokoloid ke jenis lain, tergantung pada jenisnya. Gel
mempunyai sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan. Kappa-
karaginan dan iota-karaginan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel
dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh jika dipanaskan dan membentuk
gel kembali jika didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi
dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karaginan dalam larutan
menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka polimer akan
membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu
terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan
makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang bertanggung
jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat. Jika diteruskan, ada kemungkinan
proses pembentukan agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil
melepaskan air. Proses terakhir ini disebut sineresis. Kemampuan pembentukan
gel pada kappa dan iota karaginan terjadi pada saat larutan panas yang dibiarkan
menjadi dingin karena mengandung gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Adanya
perbedaan jumlah, tipe dan posisi gugus sulfat akan mempengaruhi proses
pembentukan gel. Kappa karaginan dan iota karaginan akan membentuk gel hanya
dengan adanya kation-kation tertentu seperti K+, Rb+ dan Cs+. Kappa karaginan
sensitif terhadap ion kalium dan membentuk gel kuat dengan adanya garam
kalium, sedangkan iota karaginan akan membentuk gel yang kuat dan stabil bila
ada ion Ca2+, akan tetapi lambda karaginan tidak dapat membentuk gel. Potensi
membentuk gel dan viskositas larutan karaginan akan menurun dengan
menurunnya pH, karena ion H+ membantu proses hidrolisis ikatan glikosidik pada
molekul karaginan (www.damandiri.or.id/file). Konsistensi gel dipengaruhi
beberapa faktor antara lain: jenis dan tipe karaginan, konsistensi, adanya ion-ion
serta pelarut yang menghambat pembentukan hidrokoloid .

Kekuatan gel
Kekuatan gel merupakan sifat fisik karaginan yang utama, karena
kekuatan gel menunjukkan kemampuan karaginan dalam pembentukan gel salah
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 15
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

satu sifat fisik yang penting pada karaginan adalah kekuatan untuk membentuk gel
yang disebut sebagai kekuatan gel. Hasil pengukuran kekuatan gel (Tabel II.5),
dari karaginan komersial sebesar 685,50 g/cm2 dan berbeda nyata dengan
karaginan hasil penelitian Eucheuma cottonii sebesar 464,50 g/cm2. Kekuatan gel
dari karaginan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi KOH, pH, suhu dan waktu
ekstraksi (www.damandiri.or.id). Tingginya kekuatan gel pada karaginan
komersial disebabkan kandungan sulfatnya lebih rendah dibandingkan karaginan
Eucheuma cottonii.
Peningkatan kekuatan gel berbanding lurus dengan 3,6 anhidrogalaktosa
dan berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya. Semakin kecil kandungan
sulfatnya semakin kecil pula viskositasnya tetapi konsistensi gelnya semakin
meningkat. Hal lain yang menyebabkan tingginya kekuatan gel pada karaginan
komersial diduga karena kondisi bahan baku, umur panen, metode ekstraksi dan
bahan pengekstrak. Berdasarkan nilai kekuatan gel karaginan yang mencapai
464,50 - 685,50 g/cm2, menunjukkan bahwa karaginan dapat digunakan secara
luas terutama untuk produk-produk yang membutuhkan gel yang kuat seperti
produk gummy, jelly, soft kapsul dan hard kapsul.

Pengolahan Karaginan
Pada dasarnya, pemungutan karaginan dari rumput laut membutuhkan
beberapa tahap, yaitu pencucian, ekstraksi, penyaringan, presipitasi, kemudian
pengeringan karaginan (www.jasuda.net, 2007). Dari beberapa sumber ada juga
yang menyebutkan bahwa proses produksi karaginan pada dasarnya terdiri atas
proses penyiapan bahan baku, ekstraksi karaginan dengan menggunakan bahan
pengekstrak, pemurnian, pengeringan dan penepungan. Penyiapan bahan baku
meliputi proses pencucian rumput laut untuk menghilangkan pasir, garam mineral,
dan benda asing yang masih melekat pada rumput laut. Ekstraksi karaginan
dilakukan dengan menggunakan air panas atau larutan alkali panas. Pemisahan
karaginan dari bahan pengekstrak dapat dilakukan dengan cara penyaringan dan
presipitasi. Penyaringan ekstrak karaginan umumnya masih menggunakan
penyaringan konvensional yaitu kain saring dan filter press, dalam keadaan panas
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 16
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

yang dimaksudkan untuk menghindari pembentukan gel). Presipitasi karaginan


dapat dilakukan antara lain dengan metode gel press, KCl freezing, KCl press,
atau presipitasi dengan alkohol (www.damandiri.or.id).
Pengeringan karaginan basah dapat dilakukan dengan oven atau
penjemuran. Pengeringan menggunakan oven dilakukan pada suhu 60 oC (Istini
dan Zatnika 1991). Karaginan kering tersebut kemudian ditepungkan, diayak,
distandardisasi dan dicampur, kemudian dikemas dalam wadah yang bertutup
rapat (www.damandiri.or.id).

Penelitian Terdahulu
Distantina (2007) telah mempelajari beberapa variabel ekstraksi, yaitu
rasio rumput-pelarut dan konsentrasi pelarut NaOH terhadap parameter dalam
peristiwa perpindahan massa proses ekstraksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi pelarut NaOH dan rasio Volume/Massa tidak mempengaruhi
kecepatan ekstraksi, tetapi mempengaruhi yield karaginan. Waktu ekstraksi yang
diperlukan untuk mencapai kondisi seimbang rata-rata 30 menit. Disarankan
menggunakan rasio Volume/Massa yang lebih besar dan konsentrasi NaOH yang
lebih besar. Setelah melakukan ekstraksi dengan NaOH, ekstrak dipisahkan dari
ampasnya menggunakan kain katun sebagai penyaring. Filtrat ditambah etanol
96% sebagai presipitan dengan rasio volum etanol:ekstrak=1:1. Serat karaginan
yang terbentuk dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan kemudian
dikeringkan sampai berat konstan hingga diperoleh karaginan kering (Distantina,
2007).
www.damandiri.or.id/file menyatakan bahwa larutan alkali mempunyai
dua fungsi yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dimana
Volume air yang digunakan dalam ekstraksi sebanyak 30 - 40 kali dari berat
rumput laut. Ekstraksi biasanya mendekati suhu didih yaitu sekitar 90 95 oC
selama satu sampai beberapa jam dan larutan alkali juga berfungsi untuk
mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan
membentuk 3,6-anhidrogalaktosa sehingga mengakibatkan kenaikan kekuatan

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 17
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

gelnya. Ekstraksi yang dilakukan dengan NaOH 2 % mempunyai gel 3 5 kali


lebih kuat jika dibanding dengan air.
Tahap yang akan di teliti dalam percobaan ini adalah tahap presipitasi
menggunakan KCl dengan perbandingan volume filtrat : KCl = 3 : 1 dan
konsentrasi KCl 3,5% dan tahap freeze-thaw.
Dalam pembuatan karaginan supaya diperoleh hasil yang maksimal dapat
digunakan beberapa cara pengolahan yaitu:
1.Pengolahan dengan presipitasi menggunakan Alkohol
Metode ini dapat digunakan untuk memproduksi karaginan dan Eucheuma
spinosum yang menghasilkan iota-karaginan dan dari eucheuma cottoni yang
menghasilkan kappa-karaginan. Prosesnya adalah sebagai berikut:

Pencucian

Ekstraksi I

Agitasi
(Penghancuran)

Ekstraksi II

Penyaringan

Pemutihan

Penambahan
Alkohol
Pengambilan
Filtrat

Pengeringan

Tepung karagenan

Gambar II.2 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode


alkohol

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 18
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

2. Pengolahan Tekan

Metode ini hanya digunakan untuk produksi kappa-karaginan dengan bahan


baku Eucheuma cottonii. Urutan proses produksi dengan metode tekan hampir
sama dengan metode alkohol hanya berbeda teknik pemisahan karaginan.
Prosesnya adalah sebagai berikut:

Pencucian

Ekstraksi I

Agitasi
(Penghancuran)

Ekstraksi II

Penyaringan

Pemutihan

Penjedalan dengan
KCl

Proses Tekan

Pengeringan

Tepung karagenan

Gambar II.3 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan metode


tekan (Anggadiredja, 1986).

B. Kerangka Pemikiran

Dari penelitian (Asnawi, 2008) menyimpulkan bahwa hasil percobaan


dengan pelarut KOH lebih baik dari pada pelarut NaOH dimana menghasilkan

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 19
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

karaginan yang optimal dan dapat diketahui pula bahwa rumput laut yang masih
segar dapat menghasilkan rendemen yang lebih besar dari pada yang sudah di
bleaching. Juga terlihat ada peningkatan rendemen dengan bertambahnya waktu
penggumpalan, tetapi mulai waktu 30 menit mulai menurun. Dengan demikian
waktu penggumpalan selama 30 menit sudah memberikan rendemen yang banyak.
Nilai ini digunakan sebagai dasar dalam penentuan waktu penggumpalan
karaginaan pada percobaan tugas akhir ini.

Tabel II.6 Ringkasan bahan kimia yang akan di gunakan untuk


penggumpalan karaginan.
Kondisi tahap penggumpalan
Penelitian vbahanpenggumpal
Bahan penggumpal Rasio
v filtrat
Naylor Isopropil Alkohol 1,5 : 2
Yunizal KCl
Alkohol
Distantina Etanol 1:1

Disimpulkan bahwa presipitasi, baik menggunakan KCl ataupun etanol,


semakin besar konsentrasi presipitasi yang digunakan maka rendemen yang
dihasilkan akan semakin baik pula. Semakin tinggi konsentrasi KCl akan
menghasilkan rendemen yang besar. Hal ini juga berpengaruh pada sifat kimia
dari karaginan yaitu terjadi peningkatan gel strength, melting temperatur dan
setting temperatur.
Presipitasi menggunakan KCl dimana rasio volume filtrat : volume KCl
akan berbanding terbalik dengan etanol terhadap rendemen dan sifat sifatnya.
Semakin kecil Volume KCl maka akan dihasilkan kondisi yang baik, yaitu
karaginan yang sangat banyak dan tebal. Semakin banyak Volume KCl maka gel
yang dihasilkan pada karaginan cenderung encer.
Juga terjadi peningkatan gel strength dengan peningkatan rendemen. Hal
ini dikarenakan gel strength merupakan sifat karaginan yang sangat dipengaruhi

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 20
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

bahan-bahan kimia yang terkandung dalam karaginan. Peningkatan sifat


karaginannya yang lain juga dialami pada gel melting dan gel setting terjadi
peningkatan seiring peningkatan rendemen.
Dalam tugas akhir ini menggunakan KOH sebagai pelarut, waktu
penggumpalan 30 menit dan presipitasi menggunakan KCl karena menurut
peneliti terdahulu menghasilkan karaginan yang optimal serta melakukan
percobaan dengan metode Freez-thaw.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

BAB III
METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN


1. Bahan-bahan yang digunakan
Rumput laut (Eucheuma cottoni) diperoleh dari Sulawesi
KCl diperoleh dari Lab Dasar Teknik Kimia
Aquadest diperoleh dari Lab Proses Teknik Kimia
KOH diperoleh dari Lab Dasar Teknik Kimia
2. Alat-alat yang digunakan
Pemanas
Panci besar
Pengaduk
Kain penyaring
Cawan petri
Oven
Timbangan
Gelas beaker
Tabung reaksi
Batu didih
Saringan
Pisau
Termometer
Karet penghisap
Viskometer
Labu takar
Picnometer

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
21
Laporan Tugas Akhir 22
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

3
Keterangan :
1. Pemanas
2. Panci
2
3. Termometer

Gambar III.1 Rangkaian alat ekstraksi karaginan

Gambar III.2 Alat perendaman rumput laut

Filtrat 1 Filtrat 1 Filtrat 1 Filtrat 1 Filtrat 1


+ KCL + KCL + KCL + KCL + KCL

Gambar III.3 Rangkaian Alat Penggumpalan


D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 23
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Keterangan :

3
1. Timbangan analitis
2. Gelas Beaker
2 3. Batang Stainlees Steel

Gambar III.4 Rangkaian Alat Analisa Gel Strenght

Keterangan Gambar III.5 :


6
1. Pemanas Listrik
2. Gelas Beaker
3. Kelereng
5
4. Tabung Reaksi
4
5. Termometer
3
6. Statif dan Klem

Gambar III.5 Rangkaian Alat Analisa Melting dan Gelling Temperature


D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 24
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Keterangan Gambar :
1. Pemanas Listrik
4 2. Gelas Beaker
3. Viscometer
3
4. Termometer
5. Statif dan Klem

Gambar III.6 Rangkaian Alat Analisa Viscometer

B. LOKASI
Percobaan pembuatan karaginan dari rumput laut Euchema Cottoni dilakukan
di Laboratorium Dasar Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

C. CARA KERJA
a). Pembuatan karaginan dengan metode KCL presipitasi(cara 1)
1.Persiapan
Menimbang 100 gr rumput laut yang akan diekstraksi kemudian
merendam dengan air hangat 400C agar karaginan tersebut dapat
mudah diekstraksi. Setelah itu memotong rumput laut 1 cm.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 25
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

2.Ekstraksi:
Rumput laut yang telah bersih diekstraksi dengan pelarut berupa
KOH 0,2 N sebanyak 3000 ml dengan berat rumput laut 100 gram.
Menjaga volume konstan dengan menambahkan aquadest panas
setiap saat. Ekstraksi dilakukan selama 30 menit pada suhu titik
0
didih (80-90) C. Sambil dilakukan pengadukan untuk
mempercepat proses ekstraksi.
3.Penyaringan:
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan proses penyaringan
dengan kain penyaring, dalam keadaan panas sehingga
memudahkan penyaringan.
4.Penggumpalan & Presipitasi KCL
Filtrat cara 1 yang di hasilkan dari hasil penyaringan kemudian di
bagi menjadi lima bagian dengan volume yang sama (600 ml).
Presipitasi karaginan dilakukan dengan cara menuangkan filtrat ke
dalam KCL 3,5% (200 ml) sambil diaduk, setelah itu didiamkan
sampai suhu kamar sehingga terbentuk gumpalan pada
permukaannya. Rasio filtrat KCl = 3 : 1 atau 600ml filtrat :
200ml KCl.
5.Pencucian & Penyaringan
Setelah proses presipitasi dilakukan pencucian sekitar 6Xpencucian
hingga pH = 7 kemudian dilakukan penyaringan dengan
menggunakan saringan dan kain katun.
6.Pengeringan
Karaginan basah kemudian dikeringkan di dalam oven dengan
suhu 60C sampai kering menjadi karaginan lembaran, kemudian
di timbang.
7.Penimbangan
Karaginan lembaran kering kemudian dilakukan penimbangan
hingga berat konstan.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 26
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

8.Analisa Kuatitas
Meliputi rendemen, gel strenght, gelling temperatur, melting
temperatur dan viskositas relatif.

Penimbangan
Rumput laut kering & bersih
100 gr

Perendaman ( 30 menit, dengan air panas)

Pemotongan ( 1 cm)

Ekstraksi (KOH 0,2 N 3000 ml + air panas, 30 menit

Ampas Penyaringan Filtrat + KCL 3,5%


1000ml

Penggumpalan

Karaginan lembaran Pengeringan Pencucian & Penyaringan


(pH = 7)

Penimbangan

Analisa Kualitas
Karaginan

Gambar III.7 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan Metode


KCL Presipitasi (cara 1)
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 27
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

b.) Pembuatan karaginan dengan metode Freeze-thaw process (cara 2)


1.Persiapan
Menimbang 100 gr rumput laut yang akan diekstraksi kemudian
merendam dengan air agar karaginan tersebut dapat mudah
diekstraksi. Setelah itu memotong rumput laut 1 cm.
2.Ekstraksi:
Rumput laut yang telah bersih diekstraksi dengan pelarut berupa
KOH 0,2 N sebanyak 3000 ml dengan berat rumput laut 100 gram.
Menjaga volume konstan dengan menambahkan aquadest panas
setiap saat. Ekstraksi dilakukan selama 30 menit pada suhu titik
0
didih (80-90) C. Sambil dilakukan pengadukan untuk
mempercepat proses ekstraksi.
3.Penyaringan:
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan proses penyaringan
dengan kain penyaring, dalam keadaan panas sehingga
memudahkan penyaringan (cara 2).
4.Pendinginan
Didiamkan beberapa menit sampai dingin (suhu kamar) dan
dilanjutkan pendinginan.
5.Pembekuan (Freeze)
Pembekuan 0 0C selama semalam dalam freezer lemari es.
6.Thawing (pencairan kembali)
Untuk memisahkan antara cairan dengan karaginan basah.
7.Pencucian
Dilakukan pencucian sekitar 3Xpencucian hingga pH = 7
8.Pengeringan
Karaginan basah kemudian dikeringkan di dalam driying sampai
kering menjadi keraginan lembaran, kemudian di timbang.
9. Penimbangan
Karaginan kering kemudian dilakukan penimbangan hingga berat
konstan.
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 28
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

10.Analisa Kuatitas
Meliputi rendemen, gel strenght, gelling temperatur, melting
temperatur dan viskositas relatif.

Rumput laut kering & bersih Penimbangan


100 gr

Perendaman ( 30 menit, dengan air panas)

Pemotongan ( 1 cm)

Ekstraksi (KOH 0,2 N 3000 ml + air panas(80-90)0C, 30 menit

Ampas Penyaringan
Filtrat didinginkan

Freeze

Thawing

Karaginan lembaran Pengeringan Pencucian & Penyaringan


(pH = 7)

Penimbangan

Analisa Kualitas
Karaginan

Gambar III.8 Blok Diagram Proses Ekstraksi Karaginan dengan Metode


Freeze-Thaw (cara 2)

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 29
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

c). Analisa Hasil Percobaan


Data percobaan berupa rendemen, gel strengh, melting temperatur,
gelling temperatur dan viskositas karaginan pada metode presipitasi KCl
dan metode freeze-thaw.

Karaginan yang dihasilkan dievaluasi :


1. Rendemen
Besar rendemen dihitung berdasarkan presentase berat serbuk karaginan
yang dihasilkan ( A ) terhadap berat rumput laut yang digunakan ( B ), yaitu:
A
Rendemen ( % ) = x 100%
B
Keterangan :
A = Berat karaginan ( gram )
B = Berat rumput laut ( gram )
2. Sifat kimia
1. Menentukan gel strength menggunakan metode Metode Stevenson (1998),
yaitu :
a.Karaginan kering 1 gram demasukkan dalam gelas beaker 100 ml.
Ditambahkan aquadest 100 ml.
b. Memanaskan sampai larut.
c. Larutan dibuat menjadi 50 ml (2%) dengan menambahkan aquadest dan
diaduk sampai homogen.
d. Larutan homogen dibiarkan membeku (membentuk gel) semalam pada
suhu kamar.
e. Meletakkan Gelas beaker di atas timbangan.
f.. Batang stainless stel (A rod= 0,95cm2 ) ditekan dengan tangan dari
permukaan atas gel sampai pecah dan berat maksimum dicatat
g. Mengulangi 4 kali untuk sample yang sama.
Gel Strenght = berat akhir - berat awal
A rod

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 30
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Arod = r2
r = 0,55 cm
2. Menentukan melting dan gelling temperatur menggunakan metode Metode
Stevenson (1998), yaitu :
a.Membuat larutan karaginan 2 % berat. Karaginan kering 1 gram di
masukkan dalam gelas beaker. Tambahkan aquadest 100 ml, panaskan
karaginan sampai karaginan melarut. Larutan dibuat menjadi 50 ml.
b. Masukkan larutan dalam tabung reaksi
c. Mendinginkan semalam dengan posisi tabung vertical
d. Meletakkan batu didih (diameter 5 mm) di permukaan gel beku.
e.Memanaskan tabung reaksi dalam aquadest (atau waterbath) di atas hot
plate dengan kecepatan pemanasan 2 oC/menit. Pasang thermometer di
waterbath.
f. Melting temperature adalah kisaran dari kelereng mulai tenggelem sampai
mencapai bagian dasar tabung. Mencatat kisaran suhu itu.
g. Pemanasan dihentikan dan dibiarkan mendingin.
h.Setiap menit tabung diambil dengan cepat dari bath dan diposisikan
horizontal.
i.Setting temperature adalah kisaran dimana larutan mulai membentuk gel
sampai larutan tidak mengalir lagi. Catat kisaran suhu itu.
j.Mengulangi 4 kali untuk sample yang sama (ulangi langkah 3 sampai
dengan 9)
3. Menentukan Viskositas Relatif
a..Membuat larutan karaginan 2 % berat. Karaginan kering 1 gram di
masukkan dalam gelas beaker. Tambahkan aquadest 100 ml, panaskan
karaginan sampai karaginan melarut. Larutan dibuat menjadi 50 ml.
b. Memanaskan viskometer dalam glika bath diatas hot plate sampai suhu 75
0
C
c.Menentukan viskositas larutan pada suhu 75 oC dengan memasukkan
larutan karaginan 2% dalam alat viskometer
d. Mengulangi 4X untuk suhu dan sample yang sama.
D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 31
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

= karaginan x t karaginan
aquades t aquades
karaginan = massa karaginan
volum karaginan
massa karaginan = berat pikno isi karaginan berat picno kosong
berat pikno isi karaginan = 46,78 gr
berat pikno kosong = 20,62 gr
volum karaginan = 25 ml
t aquades = 0,518 detik
aquades = 0,996

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode KCl Presipitasi

Metode KCl presipitasi ini adalah metode pembuatan karaginan dengan


proses precipitasi atau penggumpalan dengan KCl. Dalam percobaan ini
menggunakan KCl 3,5%, dengan perbandingan filtrat : KCl = 3 : 1. Karaginan
yang dihasilkan metode ini cenderung encer dan lebih sedikit dibandingkan
dengan metode freeze-thaw. Didapatkan data seperti berikut :

Tabel IV.1 Data Percobaan Metode KCl Presipitasi

Waktu Presipitasi Berat Rumput Laut Berat karaginan Rendeman


(menit) (gr) (gr) (%)
30 100 4 4
30 100 5 5

Hasil dari keraginan diatas dilakukan pengujian lebih lanjut, yang meliputi
seperti dalam tabel IV.2

Tabel IV.2 Hasil percobaan dengan metode KCl presipitasi proses

Gel Strength Meltin temperatur Setting temperatur Viskositas


No
(gr/cm2) (oC) (oC)
153 60-77 57-53 20,28
154 59-76 54-50 16,23
1. 148 58-76 56-54 20,28
149 56-75 58-56 22,31
148 58-75 56-53 18,25
152 54-74 54-52 20,28
148 54-76 54-50 22,31
2 144 56-74 56-54 22,31
140 60-75 58-56 22,31
136 60-75 58-56 24,34

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
32
Laporan Tugas Akhir 33
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

B. Metode Freeze-thaw

Metode freeze-thaw ini tidak beda jauh dengan metoda KCl presipitasi.
Setelah proses ekstraksi dengan KOH dilakukan penyaringan memisahkan filtrat
dengan ampas. Kemudian filtrat yang dihasilkan didinginkan dilanjutkan tahap
freezing yaitu pembekuan 0 0C selama semalam dan thawing (pencairan kembali).
Proses Thawing ini untuk memisahkan antara cairan (KOH+air) dengan karaginan
basah. Untuk memperoleh keraginan kering dengan berat konstan keraginan basah
di driying sehingga menguapkan air yang tersisa.

Tabel IV.3 Data Percobaan Metode Freeze-Thaw

Waktu Presipitasi Berat Rumput Laut Berat karaginan Rendeman


(menit) (gr) (gr) (%)
30 100 12 12
30 100 14 14

Hasil dari keraginan diatas dilakukan pengujian lebih lanjut, yang meliputi
seperti dalam tabel IV.4

Tabel IV.4 Hasil percobaan dengan metode Freeze-Thaw

Gel Strength Meltin temperatur Setting temperatur Viskositas


No 2 o o
(gr/cm ) ( C) ( C)
160 40-51 38-36 26,37
155 39-51 39-36 26,37
1. 158 40-52 38-36 26,37
157 40-50 37-35 26,37
161 39-49 38-35 24,34
160 40-51 38-36 28,39
155 39-51 39-36 28,39
2. 158 40-52 38-36 28,39
157 40-50 37-35 28,39
161 39-49 38-35 28,39

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 34
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

Metode ini menghasilkan karaginan yang sangat banyak dan lebih tebal.
Prosesnya juga lebih sederhana tidak membutuhkan waktu banyak dibandingkan
metode KCL presipitasi.

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian menggunakan 2 metode yaitu : metode KCL


presipitasi dan Freeze-thaw didapat kesimpulan :
1. Perbandingan volume filtrat dengan volume KCl adalah 1 : 3
2. Konsentrasi KCl untuk proses penggumpalan menggunakan kadar 3,5 %
dengan waktu 30 menit.
3. Rendemen, Gel Strength, dan Viskositas relatif metode freeze-thaw lebih besar
dari pada metode KCL presipitasi.
4. Melting temperatur dan Setting temperatur metode freeze-thaw lebih kecil
dari pada metode KCL presipitasi.
5. Karaginan hasil metode freeze-thaw lebih banyak dan tebal dibandingkan
metode KCL presipitasi yang lebih sedikit dan cenderung encer.

B. Saran

1. Untuk menghindari supaya KCl tidak menguap pada saat mulai dicampurkan
ke dalam filtrat, sebaiknya dilakukan dengan proses tertutup.
2. Dalam penyaringan metode freeze-thaw proses dilakukan dalam kondisi panas
menggunakan kain katun untuk memudahkan penyaringan dan tidak adanya
keraginan yang lolos.
3. Dalam penyaringan metode KCL presipitasi dilakukan dalam kondisi suhu
kamar menggunakan kain katun untuk memudahkan penyaringan dan tidak
adanya keraginan yang lolos.
4. Adanya penelitian lebih lanjut dengan variasi daerah asal rumput laut.
5. Penggunaan metode yang berbeda sebagai pembanding

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
35
Laporan Tugas Akhir 36
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja, J.T., Istini, S., Zatnika, A., Suhaimi, 1986, Manfat dan Pengolahan
Rumput Laut, hal 128-135, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
Jakarta
Asnawi,2008,Pengaruh Kondisi Presipitasi Terhadap Rendemen Sifat Karaginan
dari Rumput Laut Eucheuma Cottoni, Surakarta,
Distantina, S., Dyartanti, E.R, 2007, Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut
Eucheme Cottoni Menggunakan Pelarut NaOH, Surakarta
www.cPKleco.com
www.damandiri.or.id/file
www.dikjen_perikanan.ac.id
www.jasuda.net/index_dtl.php
www.unhas.ac.id/tekpert/index.php
www.FAO.org/document

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Laporan Tugas Akhir 37
Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut
Eucheuma Cottoni dengan Dua Metode

D3 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai