Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF ILMU KESEHATAN THT-KL


KARSINOMA NASOFARING

1. No. ICD 10 C.11


2. Diagnosis Karsinoma nasofaring.
3. Pengertian Tumor ganas epitelial di daerah nasofaring.
4. Anamnesis 1. Benjolan di leher yang semakin membesar
2. Lamanya benjolan
3. Hidung tersumbat
4. Riwayat mimisan
5. Gangguan pendengaran
6. Penglihatan ganda
7. Sakit kepala sebelah
5. Pemeriksaan Fisik 1. Benjolan di leher/ Neck mass sebanyak 43% kasus. (metastasis ke
kelenjar getah bening leher), di bawah Angulus Mandibula (Level
IIb) dan atau di level III Kgb Jugularis Superior) dibawah lobulus
daun Telinga. 36% Unilateral , 6% bilateral.
2. Gejala Hidung sebanyak 30%, berupa reak berdarah (blood
stained discharge), sumbatan hidung unilateral dan bilateral dan
epistaksis.
3. Gejala Telinga sebanyak 17%, berupa, tuli konduktif unilateral,
Tinnitus, Otalgia dan Otore.
4. Gejala lain akibat kelumpuhan atau terkenanya saraf kranial
sebanyak 10% berupa, sakit kepala hebat, diplopia, parastesia
wajah, kelumpuhan otot fasial, serak, disfagia, kelumpuhan otot
lidah, kelemahan otot bahu, trismus, vertigo, kebutaan.
6. Kriteria Diagnosis Hasil pemeriksaan patologi anatomi dari sediaan biopsi nasofaring
didapatkan karsinoma sel skuamosa
7. Diagnosis Banding 1. Hipertrofi adenoid
2. Nasofaringitis
3. Jaringan fibrosis
4. Keganasan nasofaring lainnya
5. Karsinoma sinonasal yang meluas ke nasofaring
8. Pemeriksaan 1. Biopsi nasofaring dengan pemeriksaan histopatologi
Penunjang 2. Tomografi Komputer/ MRI dengan kontras, untuk mengetahui
besar tumor, perluasan tumor, destruksi tumor
3. Foto toraks posisi AP, menilai ada/tidak metastasis jauh ke paru
4. USG abdomen, menilai ada/tidaknya metastasis jauh ke hati
5. Bone Scan,menilai ada/tidaknya metastasis jauh ke tulang
6. Serologi EBV
7. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, elektrolit

1
9. Konsultasi Departemen Neurologi
Departemen Mata
Departemen Gigi dan mulut
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Departemen Radioterapi
10. Perawatan Rawat jalan.
Rumah Sakit Rawat inap bila kondisi umum lemah atau akan dilakukan
kemoterapi.
11. Terapi / tindakan 1. Radioterapi
(ICD 9-CM) KNF stadium I dan IIa ( T1N0M0, T2aN0M0) Radioterapi
definitif pada Nasofaring ( 70 Gy) dan elektif RT di daerah leher
(N0) 40Gy
2. Kemoradiasi
KNF Stadium IIb, III, IVa, (T1-T4, N1,2, M0) Radioterapi
definitif (70 Gy) pada Nasofaring dan Leher disertai
kemoterapi setiap minggu (kemoterapi sensitisiser) dengan
Sisplatin 30-40 mg/m atau paclitaksel 40 mg atau dengan
Nimotuzumab 200mg. Dilanjutkan Kemoterapi Fulldose 3
siklus.
KNF Stadium IVB (T1-4 N3M0) NeoAjuvan Kemoterapi
(kemoterapi Full dose) selama 3 siklus dan dilanjutkan dengan
Kemoradiasi ( Radioterapi definitif di daerah Nasofaring dan
Leher masing2 70 Gy dan kemoterapi dosis sensitisasi setiap
minggu).
3. Kemoterapi
KNF Stadium IVC (T1-4N0-3,M1) Kemoterapi Full dose,
kombinasi antara Sisplatin 100mg/m dan 5 FU 1000mg/m atau
Paclitaksel 75 mg/m atau dengan Nimotuzumab 200mg
diberikan setiap 3 minggu, sebanyak 6- 8 siklus. Pada metastasis
tulang yang mengenai weight bearing bone (tulang yang
menyangga tubuh), daerah pergerakan ini harus di tunjang
dengan korset ( konsul ke URM) dan diberikan obat2
antiosteoporosis 1bulan sekali. Bila ada rasa nyeri akibat
metastasis tulang , diberikan radioterapi lokal sebanyak 2Gy.
4. Penanganan suportif
Bila ada nyeri hebat di kepala harus diatasi sebagai nyeri
kanker sesuai protokol Nyeri (stepladder WHO)
Bila ada kesulitan makan/asupan nutrisi kurang pasang
NGT/gastrostomi
Bila ada tanda2 infeksi di daerah saluran nafas atas, telinga
tengah, diberikan Antibiotika sistemis (Oral/Injeksi) atau dan
topikal (ear drop) konsultasi ke ahli otologi.
Bila terdapat obstruksi jalan napas atas sesuai dengan

2
protokol obstruksi jalan napas atas.
5. Edukasi pasien
Penjelasan mengenai tujuan dan resiko biopsi, penjelasan
tentang stadium tumor, hasil pertemuaan tumor, rencana terapi
serta akibat dan efek samping yang dapat terjadi selama dan
setelah pengobatan.
6. Follow-up
Selama pengobatan, bila ada efek samping yang berat akibat
radioterapi atau kemoterapi sesuai dengan grading efek
samping pengobatan, radioterapi/kemoterapi dapat di tunda/
dihentikan pengobatannya.
1 bulan setelah pengobatan selesai dilakukan pemeriksaan
Endoskopi, CT scan/MRI Nasofaring dan dilakukan 2 bulan
sekali untuk 2 tahun pertama dan setiap 6 bulan untuk tahun
berikutnya.
Bila pada waktu Follow up, ditemukan tanda2 residif/residu
pada tumor primer, dilakukan biopsi nasofaring untuk
memastikan ada/tidaknya residu.
Bila ada pemeriksaan histopatologi terdapat residu,
Radioterapi/kemoterapi dapat dilanjutkan sebagai booster.
Bila masih terdapat kekambuhan atau residu di kelenjar getah
bening leher tanpa kekambuhan di tumor primer, tanpa
adanya metastasis jauh, dilakukan diseksi leher radikal.
12. Tempat 1. Rawat Jalan Poli THT
Pelayanan 2. Rawat inap
13. Penyulit Karena penyakitnya : Disfagia, gangguan pendengaran,
perdarahan, gangguan neurologis, sumbatan jalan napas atas.
Karena kemoterapi : Mual, muntah, nafsu makan menurun,
badan lemah, diare, sariawan
14. Informed Consent Tertulis untuk tindakan biopsi dan kemoterapi.
15. Edukasi Menjaga pola hidup sehat.
Menghindari faktor-faktor risiko pemicu kanker.
Komplikasi yang mungkin timbul akibat radioterapi dan
kemoterapi.
16. Kepustakaan 1. Thompson LDR. Update on Nasopharyngeal Carcinoma. Head
and Neck Pathol (2007) 1:8186
2. Nutting CM, Cottrill CC, Wei WI. Tumors of the Nasopharynx. In:
Montgomery PQ, Evans PHR, Gullane PJ. Principles and Practice
of Head and Neck Surgery and Oncology. 2nd ed. United of
Kingdom: Informa Healthcare. 2009.

Anda mungkin juga menyukai