Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF KESEHATAN THT-KL


RINITIS ALERGI

1. No. ICD 10 J.304


2. Diagnosis Rinitis alergi
3. Definisi Rinitis alergi adalah penyakit simptomatis pada hidung akibat proses
inflamasi yang diperantarai IgE, terjadi setelah mukosa hidung
terpapar oleh alergen spesifik.
4. Anamnesis 1. Gejala utama berupa bersin berulang, hidung berair, hidung
tersumbat dan hidung gatal.
2. Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit, intermiten
atau persisten.
3. Faktor pemicu timbulnya gejala rinitis alergi.
4. Gejala lain seperti gejala mata (mata merah, gatal dan berair),
batuk, gangguan konsentrasi, dan gangguan tidur.
5. Riwayat alergi pada keluarga misalnya asma bronkial, dermatitis
atopik, rinitis alergi, alergi makanan, dsb.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Pada anak sering ditemukan tanda khas berupa bayangan gelap di
daerah bawah mata (allergic shiner), menggosok-gosok hidung
dengan punggung tangan (allergic salute) dan gambaran garis
melintang di dorsum hidung (allergic crease).
2. Rinoskopi anterior memperlihatkan gambaran khas seperti
mukosa hidung edema, berwarna pucat atau livid, disertai sekret
encer banyak.
3. Dapat ditemukan juga konka inferior yang hipertrofi.
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan ananmnesis,
pemeriksaan fisik dan korelasi dengan hasil tes kulit alergi.
Rinitis alergi diklasifikasikan menjadi:
Rinitis alergi intermiten ringan
Rinitis alergi intermiten sedang-berat
Rinitis alergi persisten ringan
Rinitis alergi persisten sedang-berat
7. Diagnosis Banding 1. Rinitis akut.
2. Rinosinusitis.
3. Rinitis non alergi non infeksi (rinitis vasomotor, rinitis
hormonal, rinitis pada usia lanjut, non allergic rhinitis
eosinophilic syndrome/NARES).
8. Pemeriksaan Pemeriksaan nasoendoskopi

1
Penunjang Dilakukan untuk evaluasi kompleks osteomeatal dalam menilai
adanya rinosinusitis dan polip hidung atas indikasi.
Tes kulit alergi
Dengan menggunakan bahan/vaksin dan alat yang terstandarisasi,
tes cukit/tusuk kulit merupakan baku emas diagnosis rinitis alergi di
klinik dan skrining. Pada tes kulit alergi harus diwaspadai terjadinya
komplikasi syok anafilaktik. Pemeriksaan ini dilakukan di RS rujukan
karena belum tersedia di RS ini.
Pemeriksaan serum IgE total dan IgE spesifik
Pemeriksaan apusan mukosa konka
Dilakukan untuk mencari jumlah eosinofil di mukosa konka.
Pemeriksaan X-foto SPN
Dilakukan bila dicurigai ada komplikasi.
9. Konsultasi Bagian Ilmu Kesehatan Anak atau Ilmu Penyakit Dalam, Bagian
anestesi untuk toleransi pembiusan.
10. Perawatan Rawat jalan.
Rumah Sakit Rawat inap bila terjadi penyulit akibat penyakit atau akibat terapi
atau untuk imunoterapi singkat (rush immunotherapy).
11. Terapi / tindakan 1. Menghindari alergen penyebab.
(ICD 9-CM) Bersamaan dengan pemberian obat, pasien diedukasi untuk
Turbinektomi (21.6) menghindari atau mengurangi jumlah alergen pemicu di
Kauterisasi konka (21.61) lingkungan sekitar.
2. Farmakoterapi.
Obat pilihan berupa kortikosteroid intranasal, antihistamin
generasi kedua/ketiga, antihistamin kombinasi dekongestan,
antikolinergik dan kromolin. Obat diberikan berdasarkan dari
klasifikasi diagnosis rinitis alergi. Obat diberikan jangka panjang
2-4 minggu, kemudian dievaluasi ulang ada/tidak adanya
respon, dan selanjutnya diberikan terapi sesuai dengan hasil
evaluasi. (Selengkapnya dapat dilihat pada Algoritma
penatalaksanaan rinitis alergi)
3. Imunoterapi.
Apabila tidak terdapat perbaikan dengan farmakoterapi dan
penghindaran alergen yang optimal, maka dipertimbangkan
untuk pemberian imunoterapi secara subkutan atau sublingual
(dengan berbagai pertimbangan khusus).
4. Pembedahan.
Dapat dilakukan elektrokauterisasi atau kemokauterisasi konka,
bila perlu konkotomi untuk hipertropi konka. Neurektomi vidian
dapat dilakukan sebagai alternatif lain.

2
12. Penyulit Akibat penyakit : Rhinosinusitis, polip nasi, otitis media
Akibat tindakan bedah : Epistaksis, anosmia
Akibat imunoterapi : Reaksi sistemik ringan, bronkospasme,
sampai terjadi syok anafilaksis.
13. Informed Consent Tertulis untuk tindakan bedah, tes alergi kulit, dan imunoterapi.
14. Edukasi 1. Pengertian mengenai penyakit rinitis alergi (penyebab,
komplikasi yang bisa ditimbulkan).
2. Hal-hal yang harus dihindari (alergen penyebab), cara-cara
mengurangi alergen di rumah.
3. Pengobatan yang diberikan (efek samping, lama pengobatan).
15. Prognosis Ad vitam: Ad bonam
Ad fungsionam: Dubia ad bonam
16. Kepustakaan 1. John H Krause, Stephen J Chadwick, Bruce R Gordon, M Jennifer
Derebery . Allergy and Immunology An Otolaryngologic
approach, Lippincott Williams & Wilkins A Walters Kluwer Co,
Philadelphia. Baltimore. New York. London 2002 part I, II, III
and V.
2. Byron J Bailey . Head and Neck Surgery Otolaryngology ,
Lippicontt Williams & Wilkins A Wolter Kluwer Co. Philadhelpia
2001 p 274-290.
3. Couwenberge P, Bachert C, Passalacqua G, Bousquet J, Canonica
GW, Durham SR, at al. Position paper : Consensus statement on
the treatment of allergic rhinitis Allergy 2000 ; 55: 116-134.
4. Bosquet J, van Cauwenberge P, Khaltaev N. Allergic rhinitis and
its impact on asthma. J Allergy Clin Immunol 2001; 108 : S 147-
334.
5. Baraniuk JN. Pathogenesis of allergic rhinitis. J Allergy Clin
Immunol 1997; 99: S763-72.
6. Nalbone VP, Naclerio RM. Allergy and Immunology In Bailey BJ,
Pillsbury III HC, Driscoll BP, editors, Head and Neck Surgery
Otolaryngology. Second edit Philadelphia : Lippincot-Raven
1998: 101-116.

3
4

Anda mungkin juga menyukai