Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DIALOG


BANYUWANGI
Raihana1, Ir.Suhartinah,MT 2, Irawati,ST., MT3
Universitas Muhammadiyah Jember1,2,3

ABSTRAK

Pembangunan Hotel Dialog Banyuwangi merupakan proyek bersekala menengah yang mempunyai
resiko kecelakaan cukup tinggi. Oleh karena itu perlu disusunnya sebuah penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) untuk meminimalisir angka kecelakaan yang
akan terjadi. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengidentifikasi potensi resiko kecelakaan
yang mungkin terjadi, merencanakan tindakan pencegahan pencegahan kecelakaan dan
merencanakan tindakan penanganan bila kecelakaan tidak dapat di hindari. Metode pelaksanaan
perlu di jabarkan, dibuat identifikasi potensi resiko kecelakaan dengan menggunakan diagram
tulang ikan (Fishbone Diagram). Dari identifikasi tersebut, diperoleh akar permasalahan resiko
sehingga dapat memprediksi penyebab kecelakaan. Kemudian dilakukan tindakan pencegahan dan
penanganan korban kecelakaan dengan cara menahan resiko, menghindari resiko, mengontrol
resiko dan mengalihkan resiko. Potensi resiko yang ada dipelaksanaan diprediksi kecelakaan
kerja yang terjadi adalah >1,25 - 3 jadi perlu dilakukan tindakan mendesak penangannnya
sehingga mengurangi tingkat resiko menengah menjadi resiko rendah.

Kata Kunci : Identifikasi Potensi Resiko, Tingkat Resiko

ABSTRACT

Banyuwangi Hotel Development Dialogue is an intermediate bersekala projects that have a high
enough risk of accidents. Therefore it is necessary formulation of a management system
implementation of occupational safety and health (SMK3) to minimize the number of accidents that
will happen. The aim of this thesis was to identify the potential risk of accidents that may occur, to
plan preventive measures of accident prevention and planning measures when handling accidents
can not be avoided.
The method of implementation needs to be described, made the identification of the potential risk of
accidents by using a fishbone diagram (Fishbone Diagram). Identification of the root causes of risk
thus obtained can predict the cause of the accident. Then preventive measures and treatment of
accident victims by holding your risk, avoid risk, control risk and transfer risk.
Potential risks that exist dipelaksanaan predictable work accident that is> 1.25 - 3 so urgent
action needs to be penangannnya thereby reducing the level of intermediate risk into low risk.

Keywords: Identification of Potential Risk, Risk Level

1. PENDAHULUAN mengalami hambatan yang mengganggu


1.1 Latar Belakang kinerja proyek, sehingga dapat mengalami
keterlambatan. Faktor yang mempengaruhi
Suatu proyek konstruksi dikatakan berhasil
keterlambatan penyelesaian sebuah proyek
atau sukses jika proyek tersebut dapat
konstruksi salah satunya adalah kemungkinan
dilaksanakan tepat waktu, tepat mutu dan
terjadinya kecelakaan konstruksi. Maka dari
tepat anggaran. Namun sering kali aktivitas
itu pemerintah menerapkan kebijakan baru
dalam pengerjaan proyek tersebut banyak

12
yang mengharuskan adanya peraturan Zero kerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja
Accident pada setiap perusahaan konstruksi. dan menderita luka maupun
Pada kenyataannya pengusaha jasa konstruksi menyebabkan penyakit di tempat kerja
adalah pemberi income negara yang besar, dengan mematuhi atau taat pada hukum
akan tetapi juga memiliki angka kecelakaan dan aturan keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi yang cukup tinggi. Oleh kerja,yang tercermin pada perubahan
karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan sikap menuju keselamatan di tempat
penelitian pada Sistem Manajemen kerja. Rijuna Dewi(2006 dalam Jurnal
Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek Studi Manajemen dan
pembangunan hotel dialog Banyuwangi. Organisasi,Volume 7:44)
2.2. Kecelakaan Kerja
1.2 Rumusan Masalah 2.2.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut ILO, kecelakaan kerja di
Dari latar belakang diatas maka dapat di
klasifikasikan menjadi 4 golongan,
ambil suatu rumusan masalah pokokmsebagai
yaitu:
berikut :
a) Klasifikasi Menurut Jenis
1. Apa saja tingkat resiko kecelakaan kerja
Kecelakaan
pada proyek pembangunan hotel dialog
Menurut jenis kecelakaan, kecelakaan
banyuwangi yang terjadi?
di klasifikasikan sebagai berikut:
2. Bagaimana rencana tindakan pencegahan
Terjatuh
agar dapat mengurangi resiko kecelakaan
Tertimpa benda
kerja pada proyek konstruksi
Terjepit
pembangunan hotel dialog banyuwangi?
Gerakan melebihi kemampuan
3. Bagaimana penenganan kecelakaan pada
Pengaruh suhu
proyek konstruksi pembangunan hotel
Terkena arus listrik
dialog banyuwangi?
Terkena bahan-bahan
berbahaya/radiasi
1.3. Maksud dan Tujuan
b) Klasifikasi menurut penyebab kecelakaan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
Menurut penyebab kecelakaan,
berikut :
kecelakaan di klasifikasikan sebagai
1. Menganalisa tingkat resiko kecelakaan
berikut:
yang terjadi pada proyek konstruksi
Mesin
pembangunan hotel dialog Banyuwangi.
Alat angkut
2. Agar dapat merancang tindakan
Peralatan lain, seperti dapur
pencegahan untuk mengurangi resiko
pembakaran atau pemanas, instalasi
kecelakaan pada proyek Konstruksi
listrik
pembangunan hotel dialog banyuwangi.
Bahan-bahan zat kimia atau radiasi
3. Untuk mengetahui cara penanganan
Lingkungan kerja, misalnya di
kecelakaan pada proyek konstruksi pada
ketinggian atau kedalaman tanah
pembangunan hotel dialog banyuwangi.
c) Klasifikasi menurut sifat luka atau
kelainan
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut sifat luka atau kelainan,
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kecelakaan di klasifikasikan sebagai
Program Keselamatan dan Kesehatan
berikut:
Kerja (K3) adalah suatu system yang
Patah tulang
dirancang untuk menjamin keselamatan
Dislokasi ( keseleo )
yang baik pada semua personel ditempat
Regang otot ( urat )

13
Memar dan luka dalam yang lain menghambat seperti kurangnya
Amputasi pengetahuan dan kesadaran pekerja,
Luka di permukaan kurangnya sarana dan prasarana, belum
Geger dan remuk adanya budaya tentang K3, komitmen dari
Luka bakar pihak managemen yang kurang dan lain
Keracunan-keracunan mendadak lain.
Pengaruh radiasi
Lain-lain 2.3. Perencanaan K3
d) Klasifikasi menurut letak kelainan atau Perencanaan K3 ini disusun dan
cacat di tubuh ditetapkan oleh pengusaha dengan
Menurut letak kelainan atau cacat di mengacu pada kebijakan K3 yang telah di
tubuh, kecelakaan di klasifikasikan tetapkan. Dalam menyusun rencana K3
sebagai berikut: harus melibatkan ahli K3, panitia pembina
Kepala K3, wakil pekerja dan phak lain yang
Leher terkait di perusahaan. Dalam penyusunan
Badan rencana K3, pengusaha harus
Anggota atas mempertimbangkan : Hasil Penelaahan
Anggota bawah awal, identifikasi potensi bahaya,
Banyak tempat penilaian, dan pengendalian resiko,
Letak lain yang tidak termasuk peraturan perundang undangan dan
klasifikasi tersebut persyaratan lainnya, sumber daya yang
2.2.2. Faktor Kecelakaan Kerja dimiliki. Dalam perencanaan ini
Ada beberapa sebab yang menggunakan metode fishbone diagram.
memungkinkan terjadinya kecelakaan 2.3.1. Diagram Tulang Ikan (Fishbone
dan gangguan kesehatan pegawai pada Diagram)
proyek konstruksi (Mangkunegara,
2001) diantaranya yaitu :
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
2. Metode Kerja
3. Pemakaian Peralatan Kerja
4. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
2.2.3. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri adalag
kelengkapan yang wajib di gunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja Langkahlangkah dalam
untuk menjaga keselamatan pekerja itu menganalisis dengan menggunakan
sendiri dan orang disekitarnya. metode ini adalah :
2.2.4. Pencegahan Kecelakaan Kerja a. Menyiapkan sesi sebab akibat
Sebenarnya upaya pencegahan b. Mengidentifikasi akibat
kecelakaan dapat dilakukan dengan c. Mengidentifikasi berbagai kategori
sederhana yaitu dengen menghilangkan d. Menemukan sebab - sebab potensial
faktor terjadinya kecelakaan. Akan tetapi dengan cara sumbang saran
kenyataan yang dihadapi dilapangan tidak e. Mengkaji kembali setiap kategori
semudah seperti yang dibayangkan, karena sebab utama
ini berkaitan dengan perubahan budaya f. Mencapai kesepakatan atas sebab-
dan prilaku. Banyak faktor yang sebab yang paling mungkin terjadi

14
(http://www.weha.web.id/2010/05/fishbo penyakit akut permanen. Kode untuk
ne-diagram-ishikawa-diagram.html) resiko ini adalah angka > 3 yang
2.3.2. Penilaian SMK3 artinya pekerjaan tidak boleh
Penilaian SMK3 dilakukan oleh dilaksanakan, kecuali setelah ada
lembaga audit independen yang di tunjuk rekomendasi dari pihakyang
oleh menteri atas permohonan perusahaan. kompeten (konsultan, engineering)
Perusahaan wajib melakukan penilaian yang telah melakukan pemeriksaan
penerapan SMK3 sesuai dengan peraturan atau perhitungan, serta harus
perundang-undangan. Hasil audit dilengkapi pengaman atau
dilaporkan kepada menteri dengan pengendalian unruk mengurangi
tembusan yang disampaikan kepada resiko.
menteri pembina sektor usaha, gubernur 2. Resiko Menengah atau Berbahaya
dan bupati/walikota sebagai pertimbangan Perlu perawatan medis lebih lanjut
dalam upaya peningkatan SMK3. atau menyebabkan penyakit kronis
dan hari kerja hilang akibat cidera
tanpa cacat. Kecelakaan seperti ini
dapat di artikan dengan angka 1,25 -
3 yang artinya pekerjaan tidak boleh
dilaksanakan jika tidak ada tindakan
program pengendalian untuk
mengurangi resiko.
3. Resiko Rendah atau Sedikit Bahaya
Cidera ringan atau gangguan
kesehatan hanya perlu P3K, tidak
menyebabkan hari kerja hilang.
Kecelakaan ini dikodekan dengan
angka 0 1,25 yang artinya
pekerjaan dilakukan dengan
pengaman standart supaya resikonya
dapat diperkecil. Dan angka 0 yang
masuk dalam kategori rendah,
2.3.3. Identifikasi Resiko Kecelakaan
diartikan untuk pekerjaan tersebut
Lankah-langkah dalam melakukan identifikasi boleh dilaksanakan tanpa perlu
bahaya dan analisa resiko adalahsebagai mengadakan lebih lanjut.
berikut: d. Langkah berikutnya adalah menentukan
a. Tentukan ruang lingkup identifikasi tingkat kemungkinan terjadinya bahaya
bahaya dan pengkriteriaan resiko. yang dapat membahayakan. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan dalam
b. Identifikasi jenis bahaya yang mungkin
menganalisa tingkat kemungkinan
ada dan berpotensi
potensi kerugian terjadi :
membahayakan/menimbulkan kerugian.
dapat merujuk pada satu tabel
c. Perkiraan konsekuensi/kriteria potensi perhitungan analisis resiko.
kerugian adalah sebagai berikut: e. Matrikulasi penilaian tingkat resiko
1. Resiko Tinggi atau Sangat Bahaya dapat dicari dengan menggunakan
Kecelakaan tersebut menimbulkan rumus sebagai berikut (CIC.2004):
cacat permanen atau kematian satu
orang atau lebih. Menyebabkan

15
TR
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E
5
Keterangan:
TR = Tingkat Resiko
A, B, C, D = Merupakan suatu
kelompok tingkat keparahan akibat
kecelakaan yang terjadi
E = Merupakan kemungkinan
terjadinya kecelakaan
0,25 = Merupakan bobot
untuk setiap variabel
5 = Nilai pembagi agar jumlah
nilai variabel maximal = 1

Format penilaian potensi resiko


kecelakaan terdiri dari beberapa faktor,
antara lain :

Keterangan :
a. 0 : Sangat Rendah
b. 0,25 1,25 : Rendah (R)
c. 1,26 3 : Menengah (M)
d. > 3 : Tinggi (T)
2.4. Penanganan Bahaya dan Kecelakaan
2.4.1. Penanganan Bahaya
Penanganan bahaya dan resiko ini
adalah proses untuk menetapkan sesuatu
kegiatan secara prosedural dalam
konteks untuk mengurangi suatu potensi
resiko kecelakaan yang harus
mempertimbangkan hirarki dan
pengendalian (eliminasi, subtitusi,
isolasi, engineering control,
administrative control, APD).
Penanganan bahaya dengan cara
isolasi adalah memilah-milah suatu
pekerjaan sesuai dengan potensi resiko
kecelakaan yang diakibatkan agar tidak
menimbulkan efek domino pada
pekerjaan lain. Pengontrolan teknik dan
administratif juga harus dilakukan

16
secara berkala agar tidak timbul pembangunan Apartemen Puncak
kecelakaan, Alat Pelindung Diri (APD) Permai Surabaya. Dalam penelitian
juga harus di siapkan sesuai kebutuhan ini akan digunakan metode penilaian
dan potensi kecelakaan yang mungkin menggunakan matriks penilaian
terjadi dan standart yang berlaku dalam resiko yang bersumber dari AS/NZS
lingkup tersebut. 4360:2004 Risk Managemen
2.4.2. Penanganan Kecelakaan Standard.
Penanganan kecelakaan adalah 2. Syamsul Arifin (2011) dalam
langkah terakhir yang dipersiapkan penelitiannya pada pembangunan
untuk mengantisipasi terjadinya gedung Ramayana Square Kediri
kecelakaan. Antisipasi kecelakaan ini mengenai identifikasi potensi resiko
dibedakan menjadi tiga golongan kecelakaan yang mungkin terjadi dan
yaitu minor, major dan fatal. Adapun perencanaan tindakan pencegahan.
persiapan yang harus dilakukan Dalam penelitian ini, metode perlu
adalah dengan : dijabarkan dan dibuat identifikasi
Penataan jalur evakuasi dan site potensi resiko kecelakaan dengan
layout yang strategis menggunakan diagram tulang ikan.
Penyediaan P3K pada klinik Dari identifikasi tersebut diperoleh
proyek akar permasalahan potensi resiko
Penyediaan sarana sehingga dapat memprediksi
penanggulangan darurat penyebab kecelakaan. Kemudian
kecelakaan dilakukan tindakan pencegahan dan
Penyediaan alat pemadam penanganan korban dengan cara
kebakaran (APAR) menahan resiko, menghindari resiko,
2.5. Penelitian Terdahulu mengontrol resiko, dan mengalihkan
Terdapat beberapa penelitian mengenai resiko.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3. KERANGKA KONSEP
konstruksi yang secara khusus 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
menggunakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara
lain :
1. Iwan Kurniawan Wicaksono dan
Mosses L. Singgih (2011) dalam
penelitiannya di Surabaya dilakukan
pada proyek pembangunan
Apartemen Puncak Permai mengenai
Manajemen Resiko K3 pada
pembangunan apartemen tersebut.
Pada penelitian ini dilakukan
identifikasi resiko K3 yang berkaitan
dengan kegiatan proyek
pembangunan, penelitian resiko K3
yang terjadi ada kegiatan proyek
pembangunan serta bagaimana 3.2. Hipotesis
tindakan penanganan terhadap resiko
K3 pada kegiatan proyek

17
Berdasarkan teori dan penelitian 4.2. Lokasi Penelitian
terdahulu, maka hipotesis yang dapat
dikemukakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Masih tingginya tingkat resiko
kecelakaan yang terjadi pada proyek
konstruksi, hal ini dikarenakan msih
kurangnya dari segi pengontrolan
dibidang rekruitmen pekerja,
penggunaan alat pelindung diri, dan Lay Out Plan
papan peringatan/rambu kecelakaan Batas wilayah proyek Hotel Dialog
kerja. Banyuwangi adalah sebagai berikut :
2. Tindakan pencegahan yang Sebelah utara : Kebun Kelapa
Sebelah Barat : Pemukiman Warga
dilakukang dengan menggunakan
Sebelah Selatan : Villa dan Kebun
berbagai metode (seperti : merode Kelapa
Root Cause Analysis, Sebelah Timur : Laut
mengidentifikasi resiko dengan
menggunakan diagram tulang ikan, 4.3. Study Literatur
serta pengontrolan terhadap K3) Tahap awal penelitian ini adalah observasi
akan mengurangi resiko kecelakaan secara langsug pada proyek pembangunan
Hotel Dialoog di Banyuwangi Jawa - Timur.
kerja.
Observasi dilakukan selama tiga bulan, dari
bulan september november. Hasil
pengamatan nantinya akan dicatat di dalam
4. METODOLOGI PENELITIAN sebuah form yang sudah dibuat sebelumnya
4.1. Diagram Metodologi Penelitian sesuai dengan krteria tingkat keamanan yang
di dapat dari penilaian tenaga kerja, lokasi,
APD dan rambu rambu kecelakaan kerja.
Data yang sudah diperoleh dari hasil
observasi selama tiga bulan selanjutnya diolah
dengan cara menjumlahkan semua penilaian
(penilaian tenaga kerja, lokasi, APD dan
rambu rambu), sehingga dapat dibuat
sebuah tabel tentang jumlah dari masing
masing kategori pekerjaan. Dari hasil rekapan
berupa tabel, selanjutnya ditentukan besar
kecilnya tingkat keamanan K3 dari masing
masing item pekerjaaan, serta penentuan jenis
pekerjaan apa yang akan dilakukan
Identifikasi Bahaya dan Kajian Resiko
(Hazard Identification and Risk Assesment)
untuk menentukan potensi bahaya dan resiko
dari pekerjaan yang total nilainya rendah,
menurut penilaian kategori tingkat keamanan
K3 pada proyek tersebut serta menetukan cara
penanggulangan dari bahaya dan resiko yang
terjadi.

18
4.4. Teknik Pengambilan Data 5. Setelah diketahui seberapa besar tingkat
resiko suatu pekerjaan, maka
Data-data tersebut diperoleh dengan direncanakan usaha penanganannya. Dari
mengadakan peninjauan langsung di resiko yang sudah dilakukan pencegahan,
lapangan, selain itu juga meminta informasi nilai tingkat resiko awal harus berkurang.
dari nara sumber yang ada. Untuk memahami Oleh karena itu dilakukan lagi penilaian
metode pelaksanaan serta tingkat resiko pada terhadap resiko awal, dari penilaian
proyek dilakukan study pustaka dan tersebut diharapkan menghasilkan nilai
selanjutnya akan dilakukan contoh tingkat resiko yang ringan (low).
perhitungan menentukan tingkat resiko pada 6. Berdasarkan beberapa proses analisa
salah satu item pekerjaan yang nantinya akan diatas, maka dapat dibuat rangkuman
menghasilkan suatu tabel dokumen Risk dalam satu bentuk tabel yang disebut
Assessment Matrik. Risk Assessment Matrix (RAM).
7. Untuk perencanaan penanganan jika
4.5. Teknik Pengolahan Data terjadi kecelakaan dibuat berdasarkan
1. Observasi lapangan menentukan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi.
keamanan K3, yang di nilai dari faktor
tenaga kerja, lingkungan, APD dan 5. ANALISA DAN PEMBAHASAN
rambu rambu kecelakaan pada setiap 5.1. Analisa (Kriteria Penilaian Resiko)
item pekerjaan. Untuk menilai sebuah resiko kecelakaan
2. Item pekerjaan yang nilainya < 9 yang ditemukan pada suatu pekerjaan
merupakan tingkat keamanan K3 yang maka di buat suatu kriteria yang
lemah, maka dari itu akan dilakukan menentukan bahwa sebuah kecelakaan
identifikasi dan bahaya resiko perlu dilakukan tindakan pencegahan
kecelakaan. dengan segera atau tidak. Berdasarkan
3. Setelah itu dilakukan pendugaan identifikasi resiko yang telah di buat pada
mengenai apa saja resiko yang mungkin setiap pekerjaan maka dapat di tentukan
terjadi. Metode dalam melakukan penilaian resiko berdasarkan :
identifikasi resiko digunakan dengan 1. Manusia (Kesehatan dan
menggunakan diagram tulang ikan Keselamatan)
(fishbone diagram). Dengan metode 2. Kerugian Material
tersebut akibat terburuk dari suatu 3. Kerusakan Lingkungan
kecelakaan atau keadaan bahaya pada 4. Nama baik (bagi pihak-pihak yang
salah satu pekerjaan dapat dipetakan atau terlibat)
dicari penyebabnya. 5. Kemungkinan Terjadinya
4. Setelah diketahui resiko-resiko yang Kecelakaan
dihadapi, maka peneliti membuat suatu 5.2. Hasil Observasi Lapangan
kriteria penilaian terhadap resiko-resiko Berdasarkan obsevasi yang dilakukan di
tersebut, berdasarkan tingkat lingkungan proyek dengan melihat
keparahannya. Dengan kondisi lapangan secara langsung dan
mempertimbangkan faktor tingkat
mengikuti dalam setiap pekerjaan
keparahan yang terdiri dari kesehatan dan
keselamatan manusia, kerugian material, pembangunan hotel tersebut, maka
dampak terhadap lingkungan, serta peneliti dapat melakukan penilaian
dampak terhadap nama baik pihak-pihak tentang Sistem Managemen
yang terlibat. Selain itu penilaian juga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
didasarkan pada tingkat kemungkinan proyek pembangunan Hotel Dialoog
terjadinya kecelakaan atau keadaan yang dilaksanakan di Banyuwangi.
bahaya.
Pada penelitian ini metode yang digunakan 5.3. Identifikasi pekerjaan yang berpotensi
adalah mengontrol resiko (risk control) kecelakaan
Penilaian resiko berdasarkan atas data yang
dengan cara mencegah (prevention) atau
diperoleh dari pengamatan langsung di
mengurangi resiko (mitigation)
lapangan yaitu pengamatan dan penilaian

19
tentang Sistem Managemen Kesehatan dan tingkat kecelakaan kerja pada pekerjaan
Keselamatan Kerja pada proyek selanjutnya.
pembangunan Hotel Dialoog Banyuwangi
Item kegiatan : Pengecoran Kolom (Lt.3)
5.4. Penilaian Resiko Permasalahan : Terjadi kecelakaan
Menurut penelitian yang telah dilakukan Analisa Bahaya :
pekerjaan yang berpotensi tinggi yang akan 1. Manusia : Petugas vibrator
di cantumkan di pembahasan kali iniyaitu berdiri pada tulangan kolom.
Pekerjaan Pengecoran Kolom (Lt.3).
2. Alat : Sling aus
5.4.1. Pekerjaan Pengecoran Kolom (Lt.3)
Metode pengecoran kilom adalah sebagai 3. Lokasi : Jarak antar pek.
berikut : Berdekatan
a) Persiapan pengecoran 4. Metode : tidak memakai helm
Sebelum dilaksanakan proyek
pengecoran, kolom yang akan dicor Ke empat resiko analisa bahaya tersebut
harus benar-benar bersih dari kotoran dapat di gambarkan dalam sebuah
agar tidak membahayakan konstruksi diagram tulang ikan sebagai berikut :
dan menghindari kerusakan beton.
b) Pelaksanaan pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan
menggunakan bucket cor yang
dihubungkan dengan pipa tremi dengan
kapasitas bucket sampai 0,9m3. Bucket
tersebut diangkut dengan menggunakan
Tower crane untuk memudahkan
pengerjaan.
Penuangan beton dilakukan 5.5.3. Penilaian Tingkat Resiko Untuk
secara bertahap, hal ini dilakukan untuk Pekerjaan Pengecoran Kolom (Lt.3)
menghindari terjadinya segregasi yaitu
pemisahan agregat yang dapat 5.1. Manusia
mengurangi mutu beton. Selama proses Identifikasi Resiko : Petugas
pengecoran berlangsung, pemadatan vibrator berdiri pada tulangan kolom.
beotn menggunakan vibrator. Hal Efek Bahaya : Pekerja terjatuh dai
tersebut dilakukan untuk ketinggian.
menghilangkan rongga-rongga udara A = 4 (Meniggal dunia)
serta untuk mencapai pemadatan yang B = 4 (Kerugian Besar ( 50 100
maksimal. jt))
C = 5 (Menimbulkan dampak luas
5.4.2. Identifikasi Resiko Kecelakaan yang terus menerus)
Pada Pekerjaan Pengecoran Kolom D = 4 (Berdampak nasional)
(Lt.3) E = 4 (Sangat mungkin terjadi)
Berdasarkan hasil pengamatan TR
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E
5
dilapangan Pada pekerjaan pengecoran plat 0,25 4 0,25 4 0,25 5 0,25 4 4
TR
lantai (Lt.2) tidak terjadi kecelakaan kerja. 5
Akan tetapi peneliti menganalisa TR 3,4(T )
kemungkinan apabila terjadinya kecelakaan
Keterangan :
kerja, ini dikarenakan untuk memperkerkecil
Tingkat resiko yang didapat 3,4 (T)
lebih dari 3

20
5.2. Alat 5.4. Metode
Identifikasi Resiko : sling aus Identifikasi Resiko : tidak
Efek Bahaya : Menimpa pekerja memakai helm proyek
di bawahnya Efek Bahaya : Tertimpa sirtu
A = 3 (Terjadi cacat / luka berat) A = 2 (Berpengaruh terhadap
B = 3 (Kerugian sedang ( 25 50 kesehatan / terjadi luka sedang)
jt )) B = 2 (Kerugian kecil ( 5 25jt )
C = 4 (Menimbulkan dampak C = 2 (Menimbulkan dampak bagi
luas) lingkungan kecil)
D = 3 (Berdampak bagi beberapa D = 1 (Berdampak sangat kecil)
pihak) E = 4 (Sangat mungkin terjadi)
E = 4 (Sangat mungkin terjadi)
TR
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E
5

TR
0,25 2 0,25 2 0,25 2 0,25 1 4
TR
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E 5
5
TR 1,4(M )
TR
0,25 3 0,25 3 0,25 4 0,25 3 4
5
Keterangan :
TR 2,6(M )
Tingkat resiko yang didapat 1,4 (M)
Keterangan : nilai lebih dari 1,25 dan kuran dari 3
Tingkat resiko yang didapat 2,6 (M) maka termasuk tingkat resiko
nilai lebih dari 1,25 dan kuran dari 3 menengah.
maka termasuk tingkat resiko
menengah.
5.5. Rencana Pencegahan Kecelakaan
5.3. Lokasi
Identifikasi Resiko : Kotor / licin 5.5.1. Rencana Pencegahan Kecelakaan
Efek Bahaya : Pekerja jatuh dari Pada Pengecoran Kolom (Lt.3)
ketinggian sama (Kesleo) a) Manusia
A = 3 (Terjadi cacat / luka berat) Identifikasi Resiko : Petugas
B = 2 (Kerugian kecil ( 5 25jt ) vibrator tidak berdiri di platform.
C = 2 (Menimbulkan dampak bagi Efek Bahaya : Pekerja
lingkungan kecil) terjatuh dai ketinggian.
D = 1 (Berdampak sangat kecil) Tindakan Pencegahan :
E = 4 (Sangat mungkin terjadi)
Memberi rambu peringatan.
TR
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E Pekerja menggunakan APD.
5
Pekerja bersungguh sungguh.
TR
0,25 3 0,25 2 0,25 2 0,25 1 4
b) Alat
5
Identifikasi Resiko : Sling aus.
TR 1,6(M )
Efek Bahaya : Sling putus,
Keterangan : tertimpa bekisting, cacat.
Tingkat resiko yang didapat 1,6 (M) Tindakan Pencegahan :
nilai lebih dari 1,25 dan kuran dari 3 Melakukan perawatan alat
maka termasuk tingkat resiko secara berkala.
menengah.

21
Memberi rambu peringatan A = 1 (Berpengaruh kecil pada
AWAS TERTIMPA kesehatan / terjadi luka ringan)
MATERIAL B = 2 (Kerugian kecil ( 5 25jt ))
Pekerja memakai APD. C = 1 (Menimbulkan dampak
c) Lokasi yang ringan)
Identifikasi Resiko : Jarak antar D = 1 (Berdampak sangat kecil)
pek. Berdekatan E = 2 (Kecil kemungkinan)
Efek Bahaya : 0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E
Pekerja/bangunan lain terimpa beton TR'
5
Tindakan Pencegahan :
TR'
0,25 1 0,25 2 0,25 1 0,25 1 2
Pasang rambu, peringatan atau 5
larangan.
TR' 0,5( R)
Pekerja lebih hati hati dalam
bekerja. Keterangan :
Kebersihan dan kerapian Nilai TR didapatkan 0,5 (R) dari nilai
tempat kerja terjaga TR 1,05 (R), meskipun sama sama
d) Metode rendah terjadi penurunan nilai tingkat
Identifikasi Resiko : tidak resiko setelah dilakukan pencegahan.
memakai helm proyek b) Alat
Efek Bahaya : Tertimpa Identifikasi Resiko : Sling aus.
sirtu Efek Bahaya : Sling putus.
Tindakan Pencegahan : A = 2 (Berpengaruh terhadap
Pengecekan ulang bekisting kesehatan / terjadi luka sedang)
yang mau diangkat. B = 1 (Kerugian sangat kecil ( <5
Pekerja memakai APD. jt ))
Bekerja dengan sungguh C = 2 (Menimbulkan dampak bagi
sungguh. lingkungan kecil)
5.5.2. Penilaian Tingkat resiko Tereduksi D = 2 (Berdampak bagi pihak
pada pekerjaan Pengecoran Kolom tertentu)
(Lt.3) E = 2 (Kecil kemungkinan)
Setelah dilakukan tindakan TR'
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E
pencegahan terhadap resiko 5

kecelakaan yang terjadi maka tingkat TR'


0,25 2 0,25 1 0,25 2 0,25 2 2
5
resiko diharapkan turun, hingga
TR' 0,7( R)
menjadi resiko yang lebih rendah dari
rpenilaian resiko sebelumnya (low
risk) oleh karena itu perlu ditemukan Keterangan :
nilai tingkat resiko tereduksi (TR) Nilai TR yang didapatkan 0,7 (R)
berikut adalah pembahasan tingkat dari nilai TR 1,8 (M) maka setelah
resiko tereduksi : dilakukan pencegahan menurun, dari
tingkat resiko menengah jadi rendah.
a) Manusia
Identifikasi Resiko : Petugas c) Lokasi
vibrator tdk berdiri di platform. Identifikasi Resiko : Jarak antar
Efek Bahaya : Pekerja pek. Berdekatan
terjatuh dai ketinggian. Efek Bahaya : Pekerja/bangunan
lain terimpa beton

22
A = 1 (Berpengaruh kecil pada
kesehatan / terjadi luka ringan) 6. KESIMPULAN DAN SARAN
B = 1 (Kerugian sangat kecil ( <5 6.1. Kesimpulan
jt )) Dari pembahasan yang telah dilakukan
C = 2 (Menimbulkan dampak bagi maka dapat diambil kesimpulan sebagai
lingkungan kecil) berikut :
D = 2 (Berdampak bagi pihak 1. Menurut penelitian yang telah
tertentu) dilakukan pada proyek konstruksi
E = 2 (Kecil kemungkinan) pembangunan Hotel Dialog
TR'
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E Banyuwangi tingkat resiko mayoritas
5 yang terjadi adalah tingkat resiko
TR'
0,25 1 0,25 1 0,25 2 0,25 2 2 menengah/sedang, hampir semua
5 pekerjaan masuk kedalam tingkat
TR' 0,6( R) resiko menengah/sedang. Tetapi ada
beberapa yang masuk kedalam
Keterangan : ketegori tingkat resiko tinggi, yaitu
Nilai TR didapatkan 0,6 (R) dari nilai salah satunya adalah pada pekerjaan
TR 1,6 (R), meskipun sama sama pengecoran kolom lantai 3, pekerja
rendah terjadi penurunan nilai tingkat vibrator tidak memakai sabuk
resiko setelah dilakukan pencegahan. pengaman pada saat di
d) Metode ketinggian(memanjat tulangan
Identifikasi Resiko : Tidak kolom). Kecelakaan yang terjadi di
memakai helm proyek lapangan bisa disebabkan oleh faktor
Efek Bahaya : Tertimpa sirtu manusia, alat, lokasi, dan metode
A = 2 (Berpengaruh terhadap pelaksanaan. Kecelakaan yang terjadi
kesehatan / terjadi luka sedang) pada proyek ini banyak disebabkan
B = 1 (Kerugian sangat kecil ( <5 karena kelalaian faktor manusia.
jt )) Adapun hasil dari penilaian secara
C = 2 (Menimbulkan dampak bagi terperinci dapat dilihat pada tabel
lingkungan kecil) RAM.
D = 1 (Berdampak sangat kecil) 2. Untuk tindakan pencegahan
E = 3 (Mungkin terjadi) kecelakaan pada pembangunan Hotel
TR'
0,25 A 0,25 B 0,25 C 0,25 D E Dialog Banyuwangi di adakannya
5 cheklish pekerjaan, monitoring
TR'
0,25 2 0,25 1 0,25 2 0,25 1 3 pengecoran, monitoring mixer. Serta
5
mewajibkan adanya laporan Hasil
TR' 0,9( R)
Inspeksi dan Test Pekerjaan (HITP)
pada setiap item pekerjaan,
Keterangan : pengendalian resikonya adalah
Nilai TR yang didapatkan 0,9 (R) dari disediakannya ruangan konsultasi
nilai TR 1,4 (M) maka setelah mengenai penerapan K3 bersama
dilakukan pencegahan menurun, dari tenaga kerja, pengecekan alat,
tingkat resiko menengah jadi rendah. pemasangan rambu-rambu K3,
pemasangan barricade tape disekitar
area proyek, serta rutin dilakukan

23
tentang penyuluhan dan penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3. (1996). Departemen Tenaga Kerja.
3. Penanganan kecelakaan dan korban Jakarta : Indonesia.
meninggal pada proyek pembangunan Peraturan Mentri No.PER-05/MEN/1996
Hotel Dialog Banyuwangi dilakukan tentang Sistem Managemen K3.
dengan membuat alur koordinasi Permen PU05-2014 penerapan sistem
penanganan korban kecelakaan dan manajemen keselamatan dan kesehatan
korban meninggal. Langkah pertama kerja
adalah mandor memberi pertolongan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
pertama lalu melaporkan pada petugas No.09/PER/M/2008 tentang pedoman
K3 untuk dilakuakan tindak lanjut system managemen keselamatan dan
penanganan terhadap kecelakaan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi bidang
menentukan apakah korban perlu pekerjaan umum(2008). Mentri
dirujuk ke rumah sakit atau tidak. Pekerjaan Umum. Jakarta. Indonesia
Sehubungan apabila terdapat korban Tunggal, I.S.1999. Peraturan Perundang-
yang meninggal mandor melaporkan Undanangan Ketenagakerjaan Baru di
kepada petugas K3 dan pimpinan Indonesia. Jakarta : PT. Harvido
proyek untuk selanjutnya dilakukan Suhartinah. Analisa Pengaruh Penerapan
visum dirumah sakit terkait untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan
mengetahui penyebab meninggalnya Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap
korban. Alur koordinasi secara Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi.
terperinci dapat di lihat pada gambar Tesis Universitas Brawijaya
5.5.1. untuk jalir koordinasi korban Malang.2009.
kecelakaan dan gambar 5.6.1. untuk Romadhona, Rizkha.2013. Perencanaan
jalur koordinasi penanganan korban Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
meninggal. padapembangunan Hotel Aston Jember.
6.2. Saran Dewi, Anita. Dasar dasar Keselamatan
Guna penulisan karya ilmiah ataupun dan Kesehatan Kerja
penelitian selanjutnya penulis memberi Website :
saran sebagai berikut : Envi, S (2007). Prosedur HIRADC,
a. Dari hasil pendugaan tingkat http://safetyenvi.wordpress.com/sistem-
resiko yang ditemukan, bila manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-
terjadi kegagalan pada kerja-/perencanaansmk3/ (23 April 2015)
pelaksanaannya maka perlu prosedur-hiradc
dilakukan pendekatan secara Ghautama, H (2009). Hazard
ilmiah lebih lanjut. Identification risk Assesment and
b. Untuk penelitian selanjutnya determining controls, http;//
dapat di variasi selain proyek xa.yimg.com/ kq/ groups/ 11126306/
bangunan gedung bertingkat. 897217002/ name/
c. Perlu diperhitungkan biaya yang RISK+Assesment+PT+ECCO+Indonesia
akan digunakan untuk K3. .pdf
http://www.weha.web.id/2010/05/fishbon
DAFTAR PUSTAKA e-diagram-ishikawa-diagram.html
Undang-Undang no.13 tahun 2003 (2 Oktober 2015)
tentang Ketenagakerjaan. Sanjaya, E., Ariesta, A.Standar penilaian
pengukuran kinerja untuk perlengkapan

24
K3 dan Lingkungan Kerja,
http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_1188
1.html (19 september 2015)
Depnakertrans, 2008. Perkembangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
http://www.nakertrans.go.id/index.php.
Wirahadikusumah, R.D. Tentang
Masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerjapada Proyek Konstruksi di
Indonesia
http://www.analitikum.com/files/EOHS_
9_safety%20for%supervisor.pdf
(7 Mei 2015)
dr. Yessi Kumalasari, AAAK Kepala
Pemasaran dan Kepesertaan PT. Askes
(Persero) Kantor Divisi Regional VII
Sosialisasi Jaminan Kesehatan
Nasional (Jkn) Dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)
Kesehatan
huda.dosen.narotama.ac.id/files/2014/10/
K3-dan-Jaminan-Sosial.ppt (17
November 2015)

25

Anda mungkin juga menyukai