PENDAHULUAN
Personal hygiene merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Beberapa macam kebersihan antara lain adalah kebersihan kulit, kebersihan
kuku, kebersihan rambut. (Potter, et.all, 2016).
Dari hasil penelitian Restiana pada tahun 2010 Untuk kepadatan hunian,
terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada
kelompok dengan kepadatan hunian yang tinggi (77,8%). Untuk hygiene
perorangan, terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar
terjadi pada kelompok dengan hygiene yang rendah (87,5%) sedangkan
untuk karakteristik individu, pada kelompok umur, persentase kejadian
Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok umur 12 tahun.
Pediculosis capitis banyak menyerang anak sekolah yang tinggal di asrama
karena banyak faktor pendukung, seperti kebersihan yang kurang dan
kebiasaan pinjam meminjam barang (Alatas & Linuwih, 2013).
Penyakit ini telah membawa suatu stigma sosial yang kuat karena
masyarakat telah lama menghubungkan penyakit ini dengan kemiskinan
atau status sosial dan ekonomi yang rendah, serta lingkungan yang kumuh
(Oh et al., 2010). Pediculosis capitis adalah suatu penyakit yang sering
diabaikan karena dianggap ringan, terutama di negara dimana terdapat
prioritas kesehatan lain yang lebih serius. Walaupun demikian, penyakit ini
telah menyebabkan morbiditas yang signifikan di antara anak-anak sekolah
di seluruh dunia (Barbara et al., 2002; Djuanda, 2007). Pesantren adalah
suatu tempat yang tersedia untuk para santriwati dalam menerima berbagai
pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya
(Qomar, 2007).
Di pesantren pada umumnya masih tinggi . Salah satu penyakit yang paling
banyak diderita adalah Pediculosis capitis. Hal ini disebabkan karena
sebagian pesantren di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang baik
dari pihak pemilik, pengurus, maupun pemerintah dari segi kebersihan,
perilaku, maupun kepedulian terhadap 5 kesehatan. Faktor risiko lain adalah
beberapa budaya tradisional bahwa mereka harus saling bertukar makanan,
tempat tidur, dan ilmu. Kondisi seperti ini sangat menunjang kelangsungan
daur hidup tungau,kutu,dan infestasi parasit lainnya serta jamur (Wijayati
& Fitriana, 2007; Saad, 2008).
B. Perumusan Masalah
Resiko terjadinya pediculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif
Kota Tangerang Selatan masih cukup tinggi, karena sebagian santri yang
sudah mengetahui personal hygiene tetapi masih melakukan bergantian alat
mandi seperti handuk dan sisir, memakai jilbab dalam keadaan rambu masih
basah, mencuci peralatan mandi ketika keadaan kotor saja. Berdasarkan
uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah
ada hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian pediculus capitis
di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif Kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian
pediculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif Kota
Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian pediculus capitis di Yayasan Pesantren
Yatim Al- Hanif Kota Tangerang Selatan.
b. Mengetahui personal hygiene santriwati di Yayasan Pesantren
Yatim Al- hanif Kota Tangerang Selatan.
c. Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian
peduculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- hanif Kota
Tangerang Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang personal
hygiene dan pencegahan pediculosis capitis.
3. Bagi Santri
Menambah informasi bahwa personal hygiene memiliki peranan yang
penting dalam menerapkan pola hidup bersih yang dapat mencegah
penularan Pediculosis capitis.