Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Personal


hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Tarwoto
dan Wartonah, 2006). Personal hygiene adalah aspek yang sangat penting
dari pendidikan kesehatan. Menjaga kebersihan bagian badan adalah hal
yang harus dilakukan oleh anak-anak agar terhindar dari penyebaran
penyakit (Siwach, 2009).

Personal hygiene merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Beberapa macam kebersihan antara lain adalah kebersihan kulit, kebersihan
kuku, kebersihan rambut. (Potter, et.all, 2016).

Personal hygiene menjadi aspek yang penting menjaga kesehatan individu


karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan masuknya mikro
organisme yang ada di mana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang
terkena penyakit baik penyakit kulit penyakit infeksi, penyakit mulut dan
penyakit saluran cerna atau bahkan Dapat menghilangkan fungsi bagian
tubuh tertentu, seperti halnya infeksi Pediculosis capitis pada rambut kepala.
(Laily, 2012)

Pediculosis capitis merupakan infestasi kutu kepala yang disebut


Pediculus humanus var. capitis yang menginfeksi kulit kepala. Pediculosis
capitis betina akan meletakkan telur-telurnya didekat kulit kepala. Telur ini
akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang lain.
Telur akan menetas 2 menjadi Pediculosis capitis muda dalam waktu sekitar
10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu (Fitzpatrick's,
2007).

Pediculosis capitis menginfeksi manusia diseluruh dunia dan prevalensi


terbanyak terutama pada anak-anak. Berdasarkan penelitian tahun 2011 di
kota Iran di Provinsi Kurdistab di Kota Sanadaj ditemukan 4,7% terinfeksi
pediculosis capitis. Didapatkan infeksi pediculosis capitis lebih tinggi pada
usia antara 10 11 tahun (50%) daripada usia diatas 12 tahun (5,4%)
(Rafinejad et al, 2012). Di Bangldesh prevalensi pediculosis capitis
ditemukan 59,67% dari usia 1 7 tahun (Karim et al., 2014).

Pediculus humanus capitis atau yang dikenal dengan kutu rambut


merupakan ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Kutu dewasa
dapat bertahan hidup dengan tidak makan selama sepuluh hari pada suhu
50C. parasit mudah ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita
seperti melakukan aktivitas berpelukan, duduk berdekatan, penggunaan
bersama barangbarang seperti sisir, topi, bantal dan sebagainya (Center For
Disease And Control, 2007). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan
mempunyai risiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki
(Burgress, 2009).

Prevalensi dan insidensi terjadinya pediculosis capitis di seluruh dunia


cukup tinggi, diperikirakan dalam setiap satu tahun sekitar ratusan juta
orang yang terinfeksi pediculosis. Di Amerika Serikat sekitar 6 12 juta
orang yang terinfeksi, dengan insidensi tersering pada anak perempuan
daripada anak laki-laki (Nutanson et al., 2008).

Pediculosis capitis menginfeksi manusia diseluruh dunia dan prevalensi


terbanyak terutama pada anak-anak. Berdasarkan penelitian tahun 2011 di
kota Iran di Provinsi Kurdistab di Kota Sanadaj ditemukan 4,7% terinfeksi
pediculosis capitis. Didapatkan infeksi pediculosis capitis lebih tinggi pada
usia antara 10 11 tahun (50%) daripada usia diatas 12 tahun (5,4%)
(Rafinejad et al, 2012). Di Bangldesh prevalensi pediculosis capitis
ditemukan 59,67% dari usia 1 7 tahun (Karim et al., 2014).

Di Indonesia data mengenai pediculosis capitis masih kurang, namun


berdasarkan dari survei penelitian sebelumnya yang dilakukan pada sebuah
pesantren Muhammaddiyah di Surakarta ditemukan 72,1% terinfeksi
pediculosis capitis (Ansyah, 2013).

Dari hasil penelitian Restiana pada tahun 2010 Untuk kepadatan hunian,
terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada
kelompok dengan kepadatan hunian yang tinggi (77,8%). Untuk hygiene
perorangan, terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar
terjadi pada kelompok dengan hygiene yang rendah (87,5%) sedangkan
untuk karakteristik individu, pada kelompok umur, persentase kejadian
Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok umur 12 tahun.
Pediculosis capitis banyak menyerang anak sekolah yang tinggal di asrama
karena banyak faktor pendukung, seperti kebersihan yang kurang dan
kebiasaan pinjam meminjam barang (Alatas & Linuwih, 2013).

Etim (2012) menemukan bahwa 92% kejadian pedikulosis kapitis terjadi


pada anak-anak dari pada orang dewasa. Disebutkan pula bahwa anak
perempuan lebih banyak terinfeksi pedikulosis kapitis dengan prevalensi
35,4% dibandingkan dengan anak laki-laki. Etim menyebutkan bahwa hal
ini antara lain dipengaruhi oleh kebiasaan tidur sendiri atau bersama dengan
orang lain di tempat tidur yang sama dan tingkat pengetahuan anak
mengenai pedikulosis kapitis.

Penyakit ini telah membawa suatu stigma sosial yang kuat karena
masyarakat telah lama menghubungkan penyakit ini dengan kemiskinan
atau status sosial dan ekonomi yang rendah, serta lingkungan yang kumuh
(Oh et al., 2010). Pediculosis capitis adalah suatu penyakit yang sering
diabaikan karena dianggap ringan, terutama di negara dimana terdapat
prioritas kesehatan lain yang lebih serius. Walaupun demikian, penyakit ini
telah menyebabkan morbiditas yang signifikan di antara anak-anak sekolah
di seluruh dunia (Barbara et al., 2002; Djuanda, 2007). Pesantren adalah
suatu tempat yang tersedia untuk para santriwati dalam menerima berbagai
pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya
(Qomar, 2007).

Beberapa faktor yang dapat membantu penyebaran infestasi Pediculosis


capitis adalah faktor sosial-ekonomi, tingkat pengetahuan, personal
hygiene buruk, kepadatan tempat tinggal, dan karakteristik individu (umur,
panjang rambut, dan tipe rambut) (Kamiabi, 2005). Pediculosis capitis
paling banyak ditemukan di asrama dan di daerah padat penduduk. Faktor
personal hygiene memiliki peranan yang besar terhadap kejadian
Pediculosis capitis. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Ansyah pada
tahun 2013 di Pondok Pesantren Modern Assalam Surakarta menyatakan
personal hygiene memiliki hubungan yang bermaknan terhadap kejadian
Pediculosis capitis (Ansyah et al., 2013).

Pemenuhan Kebutuhan hygiene dari tiap-tiap individu yang terkait adalah


perawatan kulit, rambut, kuku, dan meningkatkan perawatan personal dan
harga diri (Dingwall, 2010). Berbagai kebutuhan hygiene yang terkait dalam
penelitian ini akan dibahas mengenai personal hygiene rambut.
Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan
lepas dari permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari
kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan rambut. Salah satu masalah
akibat kurangnya menjaga kebersihan rambut adalah pedikulosis kapitis.
Pedikulosis kapitis merupakan parasit di kulit kepala, melekat pada rambut
(Isroin dan Andarmoyo, 2012).

Pedikulosis kapitis menyerang sekitar 2% anak usia sekolah (Dingwall,


2010). Pedikulosis kapitis sebenarnya perlu mendapat perhatian karena
penyakit ini sering menyerang anak-anak. Rasa gatal yang hebat
mengganggu ketenangan tidur dan mengganggu konsentrasi belajar anak
(Hadidjaja, 2011).
Personal hygiene menjadi aspek yang penting menjaga kesehatan individu
karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan masuknya mikro
organisme yang ada di mana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang
terkena penyakit baik penyakit kulit penyakit infeksi, penyakit mulut dan
penyakit saluran cerna atau bahkan Dapat menghilangkan fungsi bagian
tubuh tertentu, seperti halnya infeksi Pediculosis capitis pada rambut kepala.
(Laily, 2012)

Pemenuhan Kebutuhan hygiene dari tiap-tiap individu yang terkait adalah


perawatan kulit,rambut, kuku, dan meningkatkan perawatan personal dan
harga diri (Dingwall, 2010)

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dengan sistem boarding


school (pendidikan bersama) sehingga membentuk komunitas tersendiri
yang anggotanya terdiri dari para santri, para guru atau ustadz dan keluarga
pengasuh pesantren. Hal ini merupakan risiko penyakit akan cepat menular
kepada para anggota masyarakat pesantren (Hario, 2005).

Di pesantren pada umumnya masih tinggi . Salah satu penyakit yang paling
banyak diderita adalah Pediculosis capitis. Hal ini disebabkan karena
sebagian pesantren di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang baik
dari pihak pemilik, pengurus, maupun pemerintah dari segi kebersihan,
perilaku, maupun kepedulian terhadap 5 kesehatan. Faktor risiko lain adalah
beberapa budaya tradisional bahwa mereka harus saling bertukar makanan,
tempat tidur, dan ilmu. Kondisi seperti ini sangat menunjang kelangsungan
daur hidup tungau,kutu,dan infestasi parasit lainnya serta jamur (Wijayati
& Fitriana, 2007; Saad, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal


9 Oktober 2016 di Yayasan Pesantren Yatim Al-Hanif Kota Tangerang
Selatan, dari 86 santri didapatkan 86 orang mengalami pediculus capitis.
Setelah peneliti melakukan wawancara tentang pediculus capitis dan
personal hygiene didapatkan hasil, 27 santri melakukan personal hygiene
keramas 3 kali seminggu, 21 santri melakukan personal hygiene keramas 2
kali seminggu, 35 santri melakukan personal hygiene keramas setiap pagi,
3 santri yang melakukan personal hygiene keramas 1 kali seminggu. dan
didapatkan hasil personal hygine mandi, 71 santri mandi 2 kali sehari, 15
santri mandi 1 kali sehari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik meneliti tentang hubungan


Perilaku personal hygine dengan kejadian pediculus capitis untuk di teliti
lebih lanjut.

B. Perumusan Masalah
Resiko terjadinya pediculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif
Kota Tangerang Selatan masih cukup tinggi, karena sebagian santri yang
sudah mengetahui personal hygiene tetapi masih melakukan bergantian alat
mandi seperti handuk dan sisir, memakai jilbab dalam keadaan rambu masih
basah, mencuci peralatan mandi ketika keadaan kotor saja. Berdasarkan
uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah
ada hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian pediculus capitis
di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif Kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku personal hygiene dengan kejadian
pediculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- Hanif Kota
Tangerang Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian pediculus capitis di Yayasan Pesantren
Yatim Al- Hanif Kota Tangerang Selatan.
b. Mengetahui personal hygiene santriwati di Yayasan Pesantren
Yatim Al- hanif Kota Tangerang Selatan.
c. Mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian
peduculus capitis di Yayasan Pesantren Yatim Al- hanif Kota
Tangerang Selatan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang personal
hygiene dan pencegahan pediculosis capitis.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai hubungan perilaku personal hygiene dengan
kejadian pediculosis capitis, sehingga menambah ilmu keperawatan.

3. Bagi Santri
Menambah informasi bahwa personal hygiene memiliki peranan yang
penting dalam menerapkan pola hidup bersih yang dapat mencegah
penularan Pediculosis capitis.

Anda mungkin juga menyukai