KEGAWATDARURATAN THT
PENULIS :
Putri Yulia Habsari (2012730078)
PEMBIMBING :
Dr. Frita Oktina W, Sp.THT-KL
Definisi
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan demikian benda asing dijalan nafas
adalah benda yang terdapat pada alat-alat pernafasan yang normalnya tidak ada. Benda asing
Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk
melalui hidung dan mulut sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing
endogen.
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda eksogen padat terdiri
dari zat organik, seperti kacang-kacangan(dari tumbuhan), tulang (dari kerangka binatang), dan
zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu lain-lain. Benda asing eksogen cair terbagi dalam
benda cair bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu dengan ph 7,4.
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah dan bekuan darah,nanah krusta
cairan amnion, mekonium dapat masuk kedalam saluran nafas bayi pada saat proses persalinan.
Terdapat bebrapa faktor resiko yang mempermudah terjadinya benda asing kedalam
a. Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal.
d. Proses menelan surgical misal tindakan bedah , ekstraksi gigi, dan gigi molar yang
yang kurang baik , makan dan minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain
pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
Benda asing bronkus paling sering berada di bronkus kanan, karena bronkus utama
kanan lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan bronkus kiri.
Patogenesis
Benda asing mati di hidung cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa
hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis , jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi
sinusitis. Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi dari
infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak dibawah
Pada saat benda asing atau makanan ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit
sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk kedalam
laring pada saat sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang, sumbatan ditrakea, mengi, dan
sianosis. Bila benda asing telah masuk kedalam trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi
fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemungkinan diikuti oleh fase pulmonum dengan
menjadi lunak dan mangambang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa
bronkus menjadi edema dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan granulasi di sekitar
Benda asing anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebih ringan, dan lebih
mudah di diagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing anorganik
bersifat radioopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti, jarum, dapat
masuk kedalam bronkus yang masuh distal dengan gejala batuk spasmodik. Benda asing yang
menimbulkan komplikasi, antara lain penyakit paru kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru,
Gejala Klinis
Gejala sumbatan benda asing di saluran nafas tergantung pada lokasi benda asing,
derajat sumbatan, bentuk dan ukuran benda asing. benda asing yang masuk melalui hidung
dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea, dan bronkus. Benda yang masuk melalui
mulut dapat berhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esophagus
1. Stadium pertama : gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa
tercekik, rasa tersumbat ditenggorokan, bicara gagap dan obstruksi jalan nafas.
2. Stadium kedua : gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik hal ini
terjadi karena benda asing tersangkut, reflek-reflek akan melemah dan gejala
sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batuk-batuk, himoptisis,
Pada anak sering luput dari perhatian orangtua karena tidak ada gejala dan bertahan
dalam waktu yang lama. Dapat timbul rinolith disekitar benda asing.
Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat , rinorea unilateral dengan cairan
kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada
pemeriksaan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi
ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disebut sinusitis. Dalam hal
demikian bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu tidak
dapat masuk kelaring, trakea dan bronkus. Benda asing seperti karet busa, sangat cepat
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antaralain di tonsil, dasar
lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada waktu menelan (odinofagi)
baik makanan maupun ludah. Terutama bila benda asing tajam seperti tulang ikan, tulang ayam.
Untuk memeriksa dan mencari benda itu di dasar lidah, vanekula dan sinus piriformis
Benda asing dilaring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara atau ada di
subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak benda asing.
- Sumbatan total dilaring akan menyebabkan:
waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara
Gejala suara parau, difonia sampai afonia, batuk disertai sesak, odinofagia,
mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing( pasien akan
menujukan lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut) dan dispne dengan
derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut dilaring , dapat
juga benda asing turun ke trakea, tapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena
edema.
Disamping gejala batuk dengan tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa tercekik
(choking), rasa tersumbat ditenggorokan (gagging), terdapat gejala patonomomik yaitu audible
slap, pappatory thud dan asthmatoid wheeze ( nafas bunyi saat ekspirasi) . benda asing di trakea
yang masih dapat digerakkan, pada saat benda asing itu sampai di karina, dengan timbulnya
batuk, benda asing akan terlempar ke laring. Sentuhan benda asing dapat terasa merupakan
getaran di derah tiroid yang disebut oleh jackson sebagai palpatory trud atau dapat dapat
didengar oleh stetoskop di daerah tiroid, yang disebut audible slap. Selain itu terdapat juga
gejala suara serak, dispne dan sianosis, tergantung pada besar benda asing serta lokasinya.
Gejala palpatory thud serta audible slap lebih jelas teraba atau terdengar bila pasien tidur
terlentang dengan mulut terbuka saat batuk, sedangkan gejala mengi (asthmatoid wheeze)
dapat didengar pada saat pasien membuka mulut dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
asma bronkial.
Benda asing di bronkus
Lebih banyak masuk kebronkus kanan karena bronkus kanan hampir merupakan garis
lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan
benda asing di bronkus datang ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik. Pada
fase ini keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen toraks belum memperlihatkan
kelainan.
Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat digerakan ke perifer.
Pada fase ini udara dapat masuk ke segmen paru terganggu secara progresif dan pada auskultasi
terdengar ekspirasi memanjang disertai dengan mengi. derajat sumbatan bronkus dan gejala
yang ditimbulkannya bervariasi, tergantung pada bentuk, ukuran, dan sifat benda asing dan
Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan gejala
laringotrakeabronkitis, toksemia, batuk, dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing di
bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi yang lain dalam
paru.
Diagnosis
tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul choking (rasa tercekik) gejala, tanda pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran nafas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak
dapat dibuat Ro foto segera setelah kejadian, sedangkan benda asing yang berasal dari
a. Pemeriksaan radiologi
Leher dalam posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher dan pemeriksaan
torak postero anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda asing.
dalam fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan nafas dari mulut
sampai karina. Karena benda asing sering tersangkut di orifisium bronkus utama atau
lobus.
b. Video fluoroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran nafas secara keseluruhan, dapat
mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.
Emfisema parsial merupakan bukti radioopak pada benda asing disaluran nafas
mediastinum kesisi paru yang sehat pada saat ekspirasi dan pelebaran intercostal.
c. Bronkogram
Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada pandangan
endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibta benda asing yang lama
berada di bronkus.
d. Pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengancepat dan tepat perlu
diketahui dengan sebaik-baiknya gejala disetiap lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
a. Benda asing dihidung
Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai
pengait (haak) yang dimasukan kedalam hidung dibagian atas, menyusuri atap kavum
nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik
kedepan. Dengan cara benda asing itu akan ikut terbawa keluar. Dapat pula
nasofaring dengan maksud supaya masuk kedalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat masuk kelaring dan saluran nafas, sehingga menimbulkan keadaan yang
gawat.
Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
Benda asing ditonsil dapat diambil dengan memakai pinset atau cunam.
Biasanya yang tersangkut ditonsil adalah benda tajam seperti tulang ikan, jarum atau
kail.
lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorokan dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kiri memegang cunam untuk mengambil benda tersebut. Bila
luar.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver) dapat dilakukan
pada anak maupun dewasa. Menurut teori heimlich benda asing masuk kedalam
Dengan perasat heimlich dilakukan penekanan pada paru, caranya ialah bila
pasien masih dapat berdiri maka penolong dapat berdiri di belakang pasien. Kepalan
tangan kanan penolong diletakkan diatas prosesus xifoid, sedangkan tangan kirinya
paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar keluar dari
mulut pasien.
Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada
lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan diletakkan di bawah prosesus xifoid ,
kemudian dilakukan penekanan kebawah kearah paru pasien beberapa kali, sehingga
benda asing akan terlempar keluar mulut. Pada tindakan ini posisi muka pasien harus
lurus, leher jangan di tekuk kesamping, supaya jalan nafas merupakan garis lurus.
hati dan fraktur iga. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak
dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan
kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa kerumah sakit terdekat untuk
kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi
trendelenburg, kepala lebih rendah dari badan, supaya benda asing tidak turun di
trakea. Kemudia pasien dapat dirujuk kerumah sakit yang mempunyai fasilitas
cunam. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi (umum) atau analgesia (lokal).
merupakan tindakan yang harus dilakukan segera, dengan pasien tidur telentang
Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai
dengan benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu
panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, jadi pada sumbu vertikal
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus benda
asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi dan bila benda asing itu dikeluarkan
dengan memakai cunam atau alat penghisap melalui trakeostomi. Bila tidak berhasil
pasien dirujuk.
menggunakan bronkoskop kaku atau serat optik dengan memakai cunam yang sesuai
dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan apalagi bila
asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan dapat dilakukan servikotomi atau
Komplikasi
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan
bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas,
hipoksia, afiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi ditandai dengan adanya sianosis,
abses paru, bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip
akibat inflamasi pada mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi
pneumothorak.
Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3 hari akan
atelektasis. Komplikasi tindakan bronkoskopi antara lain aritmia jantung akibat hipoksia,
retensi CO2 atau tekanan langsung selama manipulasi bronkus kiri. Komplikasi teknis yang
paling mungkin pada operator kurang pengalaman adalah benda asing jauh masuk ke perifer
hingga sulit dicapai skop, laterasi mukosa, perforasi. Bisa terjadi edema laring dan reflek
vagal. Komplikasi pasca bronkoskopi antara lain demam, infiltrat paru dan pneumothorak yang
VERTIGO
Definisi
1. Vertere suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari vertigo, yang
artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing (Wahyono,
2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ
yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001).
adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar
2. Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
3. Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
4. Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan
tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa
tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan
tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari
organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat
gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005)
5. Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang
sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung
pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo
Etiologi
1. Keadaan lingkungan
2. Obat-obatan
a. Alkohol
b. Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
4. Kelainan di telinga
a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
c. Herpes zoster
d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
f. Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
a. Sklerosis multipel
b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
c. Tumor otak
Klasifikasi
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).
Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
Manifestasi Klinis
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien denganvertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
basiler.
2. Vertigo perifer
menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada
yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada
Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala
menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak
dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus
perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu
benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu
7 berkonsentrasi kata
menurun
dan Suara
Berkeringat
Pemeriksaan Klinik
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan
terjadi nistagmus
5. Tes Kalori
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Penatalaksanaan
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea)
dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih
buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan
ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi
2. Neurotis Vestibular
menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan
3. Penyakit Meniere
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian
penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang
baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.
EPISTAKSIS
Definisi
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau
sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal. Sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung.
1. Epistaksis ringan biasanya berasal dari bagian anterior hidung, umumnya mudah diatasi
2. Epistaksis berat berasal dari bagian posterior hidung yang dapat menimbulkan syok dan
anemia serta dapat menyebabkan terjadinya iskemia serebri, insufisiensi koroner dan
infark miokard yang kalau tidak cepat ditolong dapat berakhir dengan kematian.
Pemberian infus dan transfusi darah serta pemasangan tampon atau tindakan lainnya
harus cepat dilakukan. Disamping itu epistaksis juga dapat merupakan tanda adanya
pertumbuhan suatu tumor baik ganas maupun jinak. Ini juga memerlukan
penatalaksanaan yang rinci dan terarah untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
Etiologi
Pada banyak kasus, tidak mudah untuk mencari penyebab terjadinya epistaksis.
disebabkan karena trauma. Epistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau
kelainan sistemik. Kelainan lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh
darah, infeksi lokal, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. Kelainan sistemik seperti
kelainan hormonal dan kelainan kongenital. Etiologi epistaksis dapat dari banyak faktor,
berikut penjelasannya :
Faktor Lokal
Beberapa faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya epistaksis antara lain :
Trauma
benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai
akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaanlalu
lintas. Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma
pembedahan. Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang
tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa
epitel pada septum nasi. Epitel ini akan mudah berdarah jika krusta terlepas.
kokain.
(CPAP).
ringan pada mukosa hidung akan menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini
Faktor Sistemik
Sirosis hepatis.
penyakit Rendj-Osler-Weber;
antikoagjlansia.
Sumber Perdarahan
Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.
Epistaksis anterior
yang berada di septum bagian anterior yang merupakan area terpenting pada
pleksus ini di dalam mukosa terletak lebih superfisial, mudah pecan dan menjadi
Epistaksis posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri. Umumnya berasal
dari a.sfenopalatina dan a.etmoidalis posterior. Sebagian besar darah mengalir ke rongga mulut
dan memerlukan pemasangan tampon posterior untuk mengatasi perdarahan. Sering terjadi
Patofisiologi
Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada orang yang berusia menengah dan lanjut,
terlihat perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan kolagen.
Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan yang komplet menjadi
jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh darah karena
hilangnya otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama. Pada
orang yang lebih muda, pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya epistaksis
memperlihatkan area yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan
oleh iskemia lokal atau trauma. Berdasarkan lokasinya epistaksis dapat dibagi atas beberapa
bagian, yaitu:
1. Epistaksis anterior
Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak dan
biasanya dapat berhenti sendiri. Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari pleksus
Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum
bagian anterior tepat di ujung postero superior vestibulum nasi. Perdarahan juga dapat
berasal dari bagian depan konkha inferior. Mukosa pada daerah ini sangat rapuh dan
melekat erat pada tulang rawan dibawahnya. Daerah ini terbuka terhadap efek
pengeringan udara inspirasi dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur atau kondisi
2. Epistaksis posterior
Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior.
Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan
Gejala Klinis
Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan.
keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber
perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior
(depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach
ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh
sendiri.
posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien
dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung. Pemeriksaan yang
Pemeriksaan Fisik
a. Rinoskopi anterior Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke
menyingkirkan neoplasma.
penunjang. Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya untuk
b. Fungsi hemostatis
c. EKG
f. CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya rinosinusitis, benda
Penatalaksanaan
hentikan perdarahan, cari faktor penyebab untuk mencegah beulangnya perdarahan. Bila pasien
datang dengan epistaksis, perhatikan keadaan umumnya, nadi, pernapasan serta tekanan
darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih dulu misalnya dengan memasang infus. Jalan napas
dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau diisap.
perdarahan dari anterior atau posterior. Alat- alat yang diperlukan untuk pemeriksaan ialah
lampu kepala, spekulum hidung dan alat pengisap. Anamnesis yang lengkap sangat membantu
Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar
dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaan lemah sebaiknya setengah duduk atau
berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan jangan sampai darah mengalir ke
saluran napas bawah. Pasien anak duduk dipangku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi
dengan bantuan alat pengisap. Kemudian pasang tampon sementara yaitu kapas yang telah
dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan mengurangi rasa nyeri pada saat
dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon itu dibiarkan selama 10-15 menit. Setelah terjadi
vasokontriksi biasanya dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau
posterior hidung.
Perdarahan anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian depan.
Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior, terutama pada anak, dapat
dicoba dihentikan dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit, seringkali berhasil.
Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras
Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka perlu dilakukan
pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau
salep antibiotik. Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah dimasukkan dan tidak
menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. Tampon dimasukkan sebanyak
2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan asal perdarahan. Tampon di
pertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung. Selama 2
hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor penyebab epistaksis. Bila
Perdarahan posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya perdarahan hebat
dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaan rinoskopi anterior. Untuk menanggulangi
perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang disebut tampon Bellocq.
Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada
tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi berlawanan.
Untuk memasang tampon posterior pada perdarahan satu sisi, digunakan bantuan
kateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu ditarik
keluar dari mulut. Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi, kemudian
kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik. Tampon perlu
didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole masuk ke
nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam kavum
nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan
nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofarinf tetap pada tempatnya. Benang lain
yang keluar dari mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien. Gunanya ialah untuk menarik
tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Hati-hati mencabut tampon karena dapat
Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma, digunakan
bantuan dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri dan tampon posterior
kateter Folley dengan balon. Akhir-akhir ini juga banyak tersedia tampon buatan pabrik dengan
balon yang khusus untuk hidung atau tampon dari bahan gel hemostatik. Dengan semakin
meningkatnya pemakaian endoskop, akhir-akhir ini juga dikembangkan teknik kauterisasi atau
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epitaksis sendiri atau sebagai akibat dari
usaha penanggulangan epistaksis. Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah ke
dalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal ginjal. Turunnya
tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia, iskemik serebri,
insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal
Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeksi, sehingga perlu diberikan
antibiotik. Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis media, septikemia atau
toxic shock syndrome. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasang
tampon hidung dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahan masih berlanjut
Selain itu dapat terjadi hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba
Eustachius dan airmata berdarah akibat mengalirnya darah secara retrograd melalui duktus
nasolakrimalis. Pemasangan tampon posterior dapat menyebabkan laserasi palatum mole atau
sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat dilekatkan pada pipi. Kateter balon
atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena dapat menyebabkan nekrosis