Pendamping :
dr. Rudy Sp.A
dr. Dian FD
Disusun Oleh :
Nila Mahardika Tiara Nindy
1
BAB I
KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. AS
Usia : 7,5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Awar-awar, Nganjuk
Suku Bangsa / Agama: Jawa / Islam
No. Rekam Medis : 12.30 WIB
Tanggal Masuk : 11 Maret 2017
II. ANAMNESIS
Dilakukan sacara Alloanamnesis kepada ibu pasien dan Senin tanggal 11 Maret 2017
Keluhan Utama :
BAB cair
Muntah
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
BB : 7 kg
N : 168x/m
RR : 24x/m
Tax : 39,9C
Kepala/Leher : a/i/c/d : -/-/-/-, mata cowong +/+
SpO2 98%
Thorax : Pulmo/Cor : Ves +/+, Rh-/-, Whe-/-
S1S2 tunggal
Abdomen : soepel, meteorismus (+), bising usus (+) meningkat
Ekstremitas : tonus otot menurun
IV. DIAGNOSA :
Vomiting Profus + GEA Dehidrasi Berat
Observasi di IGD
Tanggal 11/3/2017 jam 12.30 wib
S : diare cair sering
O : KU lemah
N : 188x/m
Tax : 39,9C
SpO2 96%
Thorax : Rhonki-/-, Whe -/-
A : Vomiting Profus + GEA+ Dehidrasi Berat
P : O2 2 lpm
Inf Asering 210cc/1 jam
4
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab DL
5
Hasil Lab Elektrolit
6
VII. FOLLOW UP
Tanggal 12/3/2017 jam 05.30
S : panas (-) nangis (+) BAK (+) BAB cair 2x
O : KU lemah Kes : CM
GCS : 4-5-6
N : 150x/m
Tax : 36,8C
SpO2 99%
Thorax : Rhonki-/-, Whe -/-
A : Vomiting Profus+ Dehidrasi Sedang
P : Inf ganti D5% NS 800cc/24 jam
Zinc pro drop 1x1 ml
Terapi lain lanjut
7
Tanggal 13/3/2017
S : Muntah (-), BAB cair (-)
O : KU lemah
N : 120x/m
Tax : 37,6C
Thorax : Rhonki-/-, Whe -/-
A : Vomiting+ Dehidrasi Sedang
P : Zinc Pro 1x1
Lacto B 1x1 sach
Sanmol drop 3x1 ml
8
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 ETIOLOGI
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Beberapa jenis
virus penyebab diare akut :
10
Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 didapati pada
hewan dan manusia. Dan serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau
water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa
Adenovirus (type 40, 41)
Small bowel structured virus
Cytomegalovirus
b. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu
faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus
halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan
sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari
membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas
disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme
timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel
epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1
dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic
syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk
kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-
wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi
11
dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan
neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak
langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan
feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air.
Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person.
C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus
besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile
enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative
colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi
oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person
jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory
cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini
menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa
yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea
c. Protozoa
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis
masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan
metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi
host-parasite dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status
imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di
daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari
setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan
faty stools,nyeri perut dan gembung.
12
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan
bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90%
infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik
(E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan
persisten sampai disentri yang fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15%
dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited.
Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan
diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Microsporidium spp
Isospora belli
Cyclospora cayatanensis
d. Helminths
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing
dewasa dan larva, menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai
organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus.
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama
jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery
diarrhea dan nyeri abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix.
Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang
sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai berikut:
a. Infeksi
Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
13
Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
Parasit
o Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
o Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
o Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Alergi: alergi makanan
d. Keracunan :
1) Keracunan bahan-bahan kimia
2) Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
azad renik, Algae
Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
e. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun)
f. Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan cemas
14
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak,
f. Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi
pada manusia.
15
Diagnosis
Anamnesis
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir
dan/darah dalam tinja
- Muntah,rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, sesak, kejang, kembung
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma/, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti nafas cepat dan
dalam(asidosis metabolik), kembung(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
2.4 PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup sel,
pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk,
aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah dan
mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut.
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster
4. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik, percampuran dan
hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan melalui selaput
lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi sehingga
makanan bergerak dari lambung ke distal.
16
7. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak
60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan
bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat
zat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotik. Cairan yang berada dalam saluran
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung,
empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus,
dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa
kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja.
PATOFISIOLOGI DIARE
19
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
-Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik, sadar
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan
bibir basah
20
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
21
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
- Makroskopis : konsistensi,warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
- Kimia : pH, cilinitest, elektrolit ( Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan
Tatalaksana
Lintas Diare : (1) Cairan, (2), Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi
- Tanpa Dehidrasi
cairan oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 ml/kg BB setiap
diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5
tahun sebanyak 100-200 mL, dan diatas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah
tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasilain (tidak mau
minum, muntah terus-terusan, diare frekuen, dan profus
Dehidrasi ringan-sedang
Rehidrasi parenteral (IV) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun
telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan
intravena yang diberikan adalah RL/KaEN 3B/NaCl dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan berat badan.
22
Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
Dehidrasi Berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau ringer asetat 100 mL/
kgBB dengan cara pemberian :
- Umur kurang dari 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/
kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
- Umur diatas 12 bulan : 30 mL/ kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB
2,5 jam berikutnya
- Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai
dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi
Pemberian Zinc
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus
tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 3
bulan ke depan.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik.
Obat Zinc yang tersedia di Puskesmas baru berupa tablet dispersible. Saat ini
perusahaan farmasi juga telah memproduksi dalam bentuk sirup dan serbuk dalam
sachet.
Nutrisi
23
ASI bukan penyebab diare,justru dapat mencegah diare. Bayi dibawah 6 bulan
sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistim
imunitas tubuh bayi.
Anak harus diberi makan seperti biasa. Dengan frekuensi lebih sering. Lakukan ini
sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi makanan anak jika ia
mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat
penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun anjurkan untuk mulai mengurangi susu
formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat
oralit dan air matang.
Pemberian Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali
ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau
Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak
dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.
24
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan,
makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup
25
disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan
tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
26
27
28
29