Anda di halaman 1dari 4

1. Anemia defisiensi besi?

Definisi
Besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi
maka sintesa hemoglobin akan berkurang dan mengakibatkan kadar hemoglobin akan
turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena
kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi kemampuan menghantarkan O2 yang
sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh. (Hoffbrand, 2012).
Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh bayi, anak-anak, bahkan orang
dewasa baik pria maupun wanita, dimana banyak hal yang dapat mendasari terjadinya
anemia defisiensi besi. Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas, antara lain
terjadi perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-anak,
kurangnya konsentrasi pada anak yang mengakibatkan prestasi disekolahnya
menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja sehingga produktivitasnya
menurun.
Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang
hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis
kelamin. Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta
wanita menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin menderita
defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain maupun
kurangnya intake besi dalam jangka panjang. (Hoffbrand, 2012).

Etiologi :
1. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis, seperti:
- Perdarahan uterus (menorrhagi, metrorrhagia) pada wanita.
- Perdarahan gastrointestinal, diantaranya adalah ulcus pepticum, varices
esophagus, gastritis, hernia hiatus , diverikulitis, karsinoma lambung,
karsinoma sekum, karsinoma kolon, maupun karsinoma rectum, infestasi
cacing tambang, angiodisplasia.
- Konsumsi alkohol atau aspirin yang berlebihan dapat menyebabkan
gastritis, hal ini tanpa disadari terjadi kehilangan darah sedikit demi sedikit
tetapi akan berlangsung terus menerus.
- Perdarahan saluran kemih, yang disebabkan tumor, batu ataupun infeksi
kandung kemih.
- Perdarahan saluran nafas (hemoptoe).
2. Pertumbuhan yang sangat cepat akan disertai dengan penambahan volume darah
yang banyak, tentu akan meningkatkan kebutuhan besi. Seperti pada
prematuritas, pada masa pertumbuhan, kehamilan, wanita menyusui, dan wanita
menstruasi.
3. Malabsorbsi, sering terjadi akibat dari penyakit coeliac, gastritis atropi dan pada
pasien setelah dilakukan gastrektomi.
4. Diet yang buruk atau diet rendah besi.
Gejala :
Gejala umum dari anemia itu sendiri, yang sering disebut sebagai sindroma
anemia yaitu merupakan kumpulan gejala dari anemia, dimana hal ini akan tampak
jelas jika hemoglobin dibawah 7 8 g/dl dengan tanda-tanda adanya kelemahan
tubuh, lesu, mudah lelah, pucat, pusing, palpitasi, penurunan daya konsentrasi, sulit
nafas (khususnya saat latihan fisik), mata berkunang-kunang, telinga mendenging,
letargi, menurunnya daya tahan tubuh, dan keringat dingin.
Gejala dari anemia defisiensi besi yang khas dan tidak dijumpai pada anemia jenis
lainnya, yaitu.
1. koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok
dimana kuku berubah jadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga
mirip sendok.
2. Atropi papil lidah.
Permukaan lidah tampak licin dan mengkilap disebabkan karena hilangnya papil
lidah.
3. Stomatitis angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut.
4. Glositis
5. Pica/ keinginan makan yang tidak biasa
6. Disfagia merupakan nyeri telan yangdisebabkan `pharyngeal web`
7. Atrofi mukosa gaster.
8. Sindroma Plummer Vinson/ Paterson
Anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak, dapat menimbulkan
irritabilitas, fungsi cognitif yang buruk dan perkembangan psikomotornya akan
menurun. Prestasi belajar menurun pada anak usia sekolah yang disebabkan
kurangnya konsentrasi, mudah lelah, rasa mengantuk. Selain itu pada pria atau wanita
dewasa menyebabkan penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh kelemahan
tubuh, mudah lelah dalam melakukan pekerjaan fisik ataupun bekerja.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang mendasari terjadinya anemia
defisiensi besi tersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang maka
akan dijumpai gejala dispepsia, kelenjar parotis membengkak, kulit telapak tangan
warna kuning seperti jerami. Jika disebabkan oleh perdarahan kronis akibat dari suatu
karsinoma maka gejala yang ditimbulkan tergantung pada lokasi dari karsinoma
tersebut beserta metastasenya.

Pemeriksaan penunjang :
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Parameter awal dari hitung darah lengkap biasanya menunjukkan klinisi arah
dari anemia defisiensi besi. MCV, MCH dan MCHC yang rendah dan film darah
hipokromik sangat mengarahkan terutama jika pasien diketahui mempunyai
hitung darah yang normal dimasa lalu.
Saturasi transferin biasanya dibawah 5%, serum ferritin kadarnya kurang dari 10ng/
ml, protoporfirin eritrosit bebas sangat meningkat yaitu 200 g/dl, terjadi peningkatan
TIBC [normal orang dewasa 240-360g/dl], kadar besi serum kurang dari 40g/dl.
(Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p. 68-70).
Hapusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositik, anisositosis (banyak
variasi ukuran eritrosit), poikilositosis (banyak kelainan bentuk eritrosit), sel pensil,
kadang- kadang adanya sel target. (Permono B, Ugrasena IDG, 2002, hal 55- 66;
Sacher RA, Mc Pherson RA, 2000, p 68-70).
Pada pemeriksaan hapusan darah, sel darah merah mikrositik hipokromik apabila Hb
< 12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan), mungkin leukopeni, trombosit tinggi
pada perdarahan aktif, retikulosit rendah.(Metha A, Hoffbrand AV, 2000, p.32-33).
Pada pemeriksaan sumsum tulang : hiperplasi eritroid, besi yang terwarnai sangat
rendah atau tidak ada.

Pentalaksanaan :
Pemberian terapi haruslah tepat setelah diagnosis ditegakkan supaya terapi pada
anemia ini berhasil. Dalam hal ini kausa yang mendasari terjadinya anemia defisiensi
besi ini harus juga diterapi. Pemberian terapi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu:
1]. Terapi kausal: terapi ini diberikan berdasarkan penyebab yang mendasari
terjadinya anemia defisiensi besi. Terapi kausal ini harus dilakukan segera kalau
tidak, anemia ini dengan mudah akan kambuh lagi atau bahkan pemberian preparat
besi tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.
2]. Terapi dengan preparat besi: pemberiannya dapat secara:

1. Oral : preparat besi yang diberikan peroral merupakan terapi yang banyak disukai
oleh kebanyakan pasien, hal ini karena lebih efektif, lebih aman, dan dari segi
ekonomi preparat ini lebih murah. Preparat yang ter sedia berupa: - Ferro Sulfat :
merupakan preparat yang terbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat perut
kosong [sebelum makan]. Jika hal ini memberikan efek samping misalkan terjadi
mual, nyeri perut, konstipasi maupun diare maka sebaiknya diberikan setelah makan/
bersamaan dengan makan atau menggantikannya dengan preparat besi lain.
(Hoffbrand, 2012).

2. Parenteral Pemberian preparat besi secara parenteral yaitu pada pasien dengan
malabsorbsi berat, penderita Crohn aktif, penderita yang tidak member respon yang
baik dengan terapi besi peroral, penderita yang tidak patuh dalam minum preparat
besi atau memang dianggap untuk memulihkan besi tubuh secara cepat yaitu pada
kehamilan tua, pasien hemodialisis.(Bakta IM, 2007, hal 26-39; Hoffbrand AV,et al,
2005, hal 25- 34) Ada beberapa contoh preparat besi parenteral: - Besi Sorbitol Sitrat
(Jectofer) Pemberian dilakukan secara intramuscular dalam dan dilakukan berulang

3] Terapi lainnya berupa: (Bakta IM, 2007, hal 26- 39; Metha A, Hoffbrand AV,
2000, p.32-33) 1. Diet: perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang
bergizi dengan tinggi protein dalam hal ini diutamakan protein hewani. 2. Vitamin C:
pemberian vitamin C ini sangat diperlukan mengingat vitamin C ini akan membantu
penyerapan besi. Diberikan dengan dosis 3 x 100mg. 3. Transfusi darah: pada anemia
defisiensi besi ini jarang memerlukan transfusi kecuali dengan indikasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai