Anda di halaman 1dari 18

BAIK DAN BURUK MENURUT AKHLAK TASAWUF

Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan
buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan
itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan relatif. Dalam ilmu
akhlak kita berjumpa dengan istilah baik buruk, benar salah, apakah kita pakai itu benar atau
salah dan apakah kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat untuk baik apa buruk.

A.Pengertian
1. Baik dan Buruk

Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab) yang
artinya yang baik, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is morally right or
acceptable, sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra,
kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut
baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian,
dan seterusnya. Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq
yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan
alam manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia
dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.

Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab
definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi
kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya
mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang
tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur
kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan
bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam
manusia.
B. Ukuran Baik dan Buruk
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1. Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat
buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah
berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing masing individu memiliki kekuatan yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang
sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

2. Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang
mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa
perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya.
Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan
pengalaman pengalaman yang mereka miliki.

3. Adat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah
satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak
menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam
berinteraksi. Masing masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan batasan
tersendiri tentang hal hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap
baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain. Mereka akan
mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaankebiasaan yang
mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka.

4. Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau masyarakat yang
secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di
kelompoknya. Masingmasing individu memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan
pemikiran tersendiri meski harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masingmasing
individu memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan dan
mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh
masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang berhasil meyakinkan
kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.

5. Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut
norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata
nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan
dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma
agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma
agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat
universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.

C. Sifat Dari Baik dan Buruk Bagaimana Allah Membalas Niat Baik dan Buruk
Sifat dari baik dan buruk didasarkan pada pandangan filsafat yang sesuai dengan sifat
dari filsafat itu sendiri yaitu berubah relative nisbi dan tidak universal. Sifat baik buruk yang
dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, local dan temporal. Dan oleh
karenanya nilai baik buruk itu sifatnya relative.
Sebuah hadist menaytakan:



: -
-







Dari ibnu Abbas radhiallahu anhuma dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari apa
yang beliau riwayatkan dari Robbnya tabaaroka wa taala beliau berkata: Sesungguhnya Allah
azza wa jalla telah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya. Barang
siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan kemudian dia tidak melakukannya, Allah
mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berkeinginan melakukan kebaikan
kemudian ia melakukannya, Allah mencatat untuknya 10-700 kali lipat kebaikan sampai tidak
terhingga. Jika dia berkeinginan untuk melakukan kejelekan kemudian dia tidak
mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika dia berkeinginan
melakukannya, kemudian dia melakukannya maka Allah mencatat baginya satu kejelekan. (HR.
Bukhori, Muslim)

Penjelasan
Perkataan Rasulullah [yang beliau riwayatkan dari Robbnya tabaaroka wa taala] menunjukkan
bahwa hadits ini adalah hadits qudsi. Beliau berkata, [Sesungguhnya Allah azza wa jalla telah
menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya], yaitu Allah menetapkan
kebaikan dan keburukan di sisi-Nya kemudian Allah jelaskan dalam Al Quran. Allah jelaskan
perbuatan-perbuatan yang merupakan kebaikan dan Allah jelaskan perbuatan-perbuatan yang
merupakan keburukan. Allah jelaskan amalan yang akan dicatat sebagai kebaikan bagi seseorang
dan Allah jelaskan amalan yang akan dicatat sebagai keburukan bagi seseorang.

Hadits ini juga menunjukkan adanya dua malaikat yang mencatat perbuatan manusia. kedua
malaikat ini mengetahui apa yang diniatkan dalam hati manusia. Keinginan manusia dapat
diketahui oleh malaikat. Sebagian para nabi dapat mengetahui isi hati orang yang berada di
hadapannya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pernah mengabarkan pada seorang laki-laki
tentang isi hati laki-laki tersebut dan hal ini juga terjadi pada beberapa Nabi lainnya.
Pengetahuan terhadap isi hati seseorang termasuk perkara gaib yang Allah tampakkan pada
hamba-Nya yang Ia kehendaki. Allah menampakkan pada malaikat tentang hal gaib ini
sebagaimana firman Allah,



(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun tentang yang ghaib itu, Kecuali kepada utusan yang diridhai-Nya.(QS. Al Jin:
26,27)
Utusan di sini termasuk utusan berupa malaikat ataupun utusan berupa manusia (Nabi dan Rasul
pent). Beliau bersabda, [Barang siapa yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan kemudian dia
tidak melakukannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna]. Karena keinginan
termasuk bagian dari kehendak dan kehendak yang baik merupakan amal ketaatan. Maka dengan
rahmat, karunia dan kemurahan-Nya, Ia mencatat kehendak tersebut sebagai kebaikan.

Kemudian beliau berkata, [Jika ia berkeinginan melakukan kebaikan kemudian ia melakukannya,


Allah mencatat untuknya 10-700 kali lipat kebaikan] yaitu bahwa jika seseorang berkeinginan
untuk melakukan kebaikan kemudian mengamalkannya maka paling sedikit, akan dicatat
baginya sepuluh kebaikan bahkan dapat mencapai 700 kali lipat sesuai kondisinya. Kaum
muslimin berbeda-beda dalam balasan kebaikan. Di antara mereka ada yang dibalas dengan 10
kali lipat kebaikan jika dia beramal, ada yang dibalas dengan 700 kali lipat, ada yang dibalas 200
kebaikan dan lebih dari itu sampai 700 kali lipat bahkan sampai tak terhitung. Balasan ini akan
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan ilmu, perbedaan penghormatan pada Allah dan perbedaan
rasa takut pada akhirat. Oleh karena itu, para sahabat semoga Allah meridhainya- adalah umat
yang paling besar pahalanya dan paling tinggi kedudukannya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Demi Zat Yang jiwaku berada di
tangannya, jika salah seorang kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud hal itu tidak bisa
menyamai 1 mud infak mereka (para sahabat pent) bahkan tidak juga setengahnya. Yaitu
bahwa walaupun infak dan amalan para sahabat sedikit akan tetapi hal itu jauh lebih besar
dibandingkan infak kalian atau orang-orang yang terakhir masuk Islam, maka bagaimana pula
dengan orang yang setelah mereka jika para sahabat berinfak emas sebesar gunung Uhud? Hal
ini akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan bagusnya Islam seseorang serta tingginya
keyakinan.

Kemudian beliau bersabda, [Jika dia berkeinginan untuk melakukan kejelekan kemudian dia
tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu kebaikan yang sempurna]. Yaitu, dia
hendak berbuat kejelekan kemudian dia tidak jadi melakukannya. Dalam hal ini, ada perincian.
Pertama, jika dia tidak jadi melakukan keburukan karena Allah jalla wa ala, takut kepada Allah
dan khawatir dengan azab-Nya, maka bagi orang akan ditulis ini satu kebaikan sebagaimana
disebutkan dalam hadits ini. Dalam hadits (qudsi pent) lain disebutkan bahwa Nabi alaihi
sholatu wa sallam bersabda, Sesungguhnya orang tersebut meninggalkan keburukan karena
Aku. Jika dia meninggalkan keburukan yang ingin dilakukannya dan tidak mengamalkan
keburukan tersebut karena Allah jalla wa ala maka akan dicatat baginya satu kebaikan. Hal ini
dikarenakan keikhlasannya telah mengubah kehendaknya. Dari niat yang buruk menjadi niat
yang baik. Sedangkan niat dan keinginan untuk berbuat baik akan dicatat sebagai kebaikan.
Keadaan kedua, seseorang berkeinginan untuk melakukan keburukan namun dia tidak
melakukannya karena tidak ada fasilitas yang mendukungnya sedangkan jiwanya tetap ingin
untuk melakukan keburukan tersebut. Maka dalam kondisi seperti ini, walaupun dia tidak
melakukan keburukan tersebut, tetap tidak dicatat satu kebaikan untuknya. Bahkan jika dia
berbuat untuk melakukan sebab yang membawa pada maksiat, maka akan dicatat untuknya satu
keburukan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Jika dua orang muslim saling
membunuh dengan pedangnya, maka pembunuh dan yang terbunuh berada di neraka. Para
sahabat bertanya, wahai Rosululloh, demikian halnya bagi pembunuh, namun bagaimana
dengan yang dibunuh? Beliau menjawab, sesungguhnya dia juga bertekad untuk membunuh
saudaranya.

Para ulama mengatakan bahwa jika memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan maksiat
namun kemudian ada sesuatu yang menghalanginya yang bukan merupakan kehendaknya, maka
keinginannya untuk melakukan keburukan tersebut akan dibalas dengan keburukan. Hal ini
disimpulkan berdasarkan hadits, pembunuh dan yang terbunuh berada di neraka.

Kemudian beliau bersabda, [Jika dia berkeinginan melakukannya, kemudian dia melakukannya
maka Allah mencatat baginya satu kejelekan]. Hal ini adalah sebagian dari besarnya rahmat
Allah pada hamba-hambaNya yang beriman. Jika mereka berbuat keburukan, maka balasannya
tidak dilipatgandakan bahkan hanya ditulis sebagai satu keburukan. Akan tetapi jika mereka
berbuat kebaikan, maka balasannya dilipatgandakan. Oleh karena itu orang yang celaka pada hari
kiamat hanyalah orang yang benar-benar celaka. Orang yang keburukannya lebih berat
dibandingkan kebaikannya hanyalah orang yang benar-benar hancur. Karena Allah
melipatgandakan balasan perbuatan baik bahkan keinginan untuk berbuat buruk jika ditinggalkan
akan berubah menjadi kebaikan. Sedangkan keburukan hanya dibalas dengan yang serupa. Akan
tampak bahwa bertambahnya timbangan keburukan seseorang dibandingkan timbangan
kebaikannya hanyalah terjadi pada orang-orang yang merugi dan dia telah melakukan banyak
sekali keburukan dan sangat jauh dari kebaikan.
Kita bersyukur kepada Allah jalla wa ala dan memuji-Nya atas kebaikan, keutamaan dan
nikmat-Nya yang mulia yang diberikan pada kita. Dan atas nikmatnya yang Agung ini. Ya Allah,
jangan Engkau hukum kami karena perbuatan orang yang bodoh di antara kami.

D. Aliran aliran tentang Baik dan Buruk


Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya
baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia. Menurut Poedja Wijatna
berhubungan dengan perkembangan pemikiran manusia dengan pandangan filsafat tentang
manusia (Antropologi Metafisika) dan ini tergantung pula dari Metafisika pada umumnya. Dan
dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan
baik dan buruk diantaranya:
1. Aliran Hedoisme
Aliran ini adalah aliran filsafat yag bersumber pada pemikiran filsafat yunani kuno .
Terutama pemikiran filsafat epicurus (341-270 SM0 kemudian di kembangkan oleh Cyrenis,
berikutnya di kembangkan oleh Freud bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis.
Epicurus sebagai peletak dasar paham ini mengatakan bahwa kebahagiaan atau kelezatan itu
adalah tujuan semua manusia yang hidup didunia. Sedangkan akhlak adalah berbuat untuk
menghasilkan kelezatan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Paham hedonisme ada dua corak, yaitu individual dan universal.Pertama, berpendapat
bahwa yang di pentingkan terlebih dahulu adalah mencari kelezatan dan kepuasan sebesar-
besarnya untuk dirinya sendiri(individualistik). Kedua, memandang bahwa perbuatan baik
itu adalah yang mementingkan kebahagiaan untuk kebutuhan sesama manusia atau orang
banyak bahkan semua makhluk yang berperasaan. Hedonisme model pertama yang
individualistik lebih banyak mewarnai masyarakat barat yang bercorak liberal dan
kapitalistik. Sementara hedonisme model kedua yang sosialistik lebih banyak mewarnai
masyarakat Eropa yang bercorak komunis.
Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan,
melainkan adapula yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah
perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan
kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus
diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila
diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
2. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
Setiap gerak dan langkah untuk mencari nilai, sudah tentu manusia memiliki suatu
standar untuk mengukur sesuatu yang baik dan buruk.Baik dan buruk kadang-kadang diukur
oleh adat.Ukuran adat istiadat ini tentu saja berbeda-beda disetiap tempat.Sebab, adat
istiadat sangat dipengaruhi oleh faktor geografis dan lingkungan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya
Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang
teguh oleh masyarakat. Di dalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang berkenaan
dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dan sebagainya. Orang yang
mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang
menyalahinya adalah orang yang buruk.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat
istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. Pada masa
sekarang, kita dapat membenarkan adat istiadat semacam itu dan bukan mengingkarinya,
dan bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk
bagi perbuatan-perbuatan kita. Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat istiadat pada
hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan paham adat
istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat. Berpegang adat
istiadat itu, meskipun tidak benar ada juga faedahnya, sebab ada juga orang orang yang
tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, dan banyak pula orang orang yang tidak mau
mengikutinya adat istiadat dari lingkungannya.

3. Intuition ( Humanisme )
Paham intuition melihat bahwa sesuatu dianggap baik atau buruk bukan karena akibat yang
ditimbulkannya, melainkan dari keberadaan sesuatu itu sendiri. Jujur, adil, berani, dianggap
baik dan kebalikannya dianggap buruk, bukan karena akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu
tersebut, melainkan karena memang sifat jujur, adil dan berani itu secara dhatiyyah
baik. Paham ini memiliki pendirian bahwa setiap manusia memiliki kekuatan batin untuk
membedakan antara baik dan buruk, misalnya ketika seseorang mendengarkan suara musik,
secara otomatis, tanpa berfikir panjang, ia dapat menilai bahwa suara musik tersebut baik
atau jelek. Kekuatan tersebut disebut intuisi (laqanat). Oleh karena itu, paham ini disebut
intuition (laqanat) perbedaan yang menonjol antara aliran intuition dan hedonisme terletak
pada:
a. Sesuatu yang baik akan tetap baik dan tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Tidak
bergantung pada tujuan yang akan dicapai, juga tidak bergantung pada akibat yang
dihasilkan.
b. Sesuatu yang baik itu sesuatu yang pasti tidak membutuhkan alasan mengapa dianggap
baik dan mengapa dianggap buruk.
c. Sesuatu yang tidak menerima keraguan, adalah mustahil sesuatu yang berlawanan, baik
dan buruk, suatu ketika dianggap baik dan suatu ketika dianggap buruk.
Setiap orang memiliki suara hati yang dapat mengarahkannya untuk berbuat baik dan
melaksanakan kewajibannya. Kebaikan dan kewajiban tersebut membuahkan kenikmatan
dan kebahagiaan yang dapat mengantarkan manusia pada sesuatu yang disenangi dan
terhindar dari penderitaan. Suara hati tidak tunduk karena sesuatu itu menyenangkan atau
menyakitkan, tetapi tunduk pada kewajiban. Kewajiban tetap harus dilaksanakan meski
menghalang-halangi kesenangan dan menyebabkan sakit. Kebaikan tetap baik meski untuk
apakah menghasilkan kenikmatan atau kesusahan adalah cara berfikirnya pedagang. Jika
berfikir tentang moralitas, seharusnya lebih dari sekedar menghitung untung rugi.
Kelompok yang masuk dalam aliran intuition ini antara lain, kelompok filosof kuno
yang dikenal dengan sebutan kaum Sofis. Mereka adalah pengikut Zeno seorang filosof
Yunani 342-270SM. Mereka tidak menjadikan kenikmatan dan kekayaan sebagai keinginan
terbesarnya, yang menjadi keinginan terbesarnya adalah hidup sebagai seorang yang
bijaksana dalam kondisi apapun, susah maupun senang, fakir maupun kaya.
Dalam perkembangannya, pemikiran aliran intuition ini, di Barat dikembangkan oleh
Immanuel Kant, ia merupakan salah seorang pemikir besar filsafat moral dari Jerman, yang
hidup di tahun 1724-1804. menurutnya rasio manusia merupakan asas moral. Baik-buruk
tidak dapat diukur dengan melihat akibat yang ditimbulkannya (nikmat atau sakit), tetapi
aqal secara alamiah dapat menunjukkan baik dan buruk.
Kemudian lebih jauh Immanuel Kant mengembangkan pemikirannya dengan
menciptakan sistem moral deontologi. Kant berpendapat bahwa sesuatu yang baik adalah
kehendak yang baik. Sesuatu yang baik akan tetap baik, jika digunakan oleh kehendak yang
baik. Sesuatu yang baik dapat menjadi buruk karena kehendak yang jahat. Kehendak akan
menjadi baik, bila seseorang bertindak karena kewajiban. Jika bertindak karena maksud
lain-bukan karena kewajiban-sesuatu tersebut menjadi tidak baik, perbuatan dianggap baik
bila hanya dilakukan karena wajib dilakukan. Bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut,
oleh Kant disebut legalitas.
Selanjutnya, Kant membagi kewajiban menjadi dua, kewajiban yang mengandung
imperative, hipotesis dan yang mengandung imperative kategoris. Imperative hipotesis
adalah perintah (kewajiban) yang mengikutsertakan syarat, misalnya Jika ingin lulus dalam
ujian, maka harus belajar imperative kategoris adalah perintah (kewajiban) tanpa
mengikutsertakan syarat, misalnya janji harus ditepati (sepakat atau tidak dengan norma
ini, tetap harus dilakukan dan memang adanya demikian). Berkaitan dengan moral, perilaku
manusia hanya dibimbing oleh norma yang mewajibkan begitu saja tanpa syarat, tanpa
pertimbangan yang lain.
Pelaksanaan imperative kategoris menuntut adanya otonomi kehendak. Kehendak
yang otonom dapat menentukan dirinya sendiri dan tidak membiarkan diri ditentukan oleh
faktor dari luar, seperti kecenderungan atau emosi. Yang dimaksud otonomi kehendak oleh
Kant adalah: secara umum manusia membuat hukum moral dan kehendak menaklukkan diri
kepada hukum tersebut. Manusia yang hidup dengan mengikuti hukum moral, ia akan
menyerahkan diri.
4. Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum
yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan
pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tirani. Perbuatan dan ketetapan yang
dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh dan lemah
selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya. Dalam masyarakat yang sudah maju,
dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat,
paham vitalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang
bersifat demokratis.
5. Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat
memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut Poedjawijatna
aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula keberatan terhadap
aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk yang
digunakannya. Diketahui bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-
masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing masing. Agama Hindu,
Budha, Yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masing masing memiliki pandangan dan
tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.

6. Evolusi (Evolution)
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala ini mengalami
evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. Paham ini
pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama LAMARK. Dia
berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya. Pendapat ini bukan hanya
berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan
moral.
7. Baik Buruk Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah
perbuatan yang sesuai dengan fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir
maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju
kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap sesuatu akan dapat
sampai kepada kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi
manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan
kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.
8. Baik Buruk Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan/dilarang
oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampaknya masih samara karena di dunia ini
terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci sendiri-sendiri yang antara
satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan
mengkaitkan etika, theologies ini dengan jelas kepada agama, missal etika theologies
menurut Kristen, etika theologies menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.

9. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam


Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Quran yang
dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al
Quran dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Quran dan Al Hadits dapat dijumpai
berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang buruk.
Misal Al hasanah dikemukakan oleh Al Eqghib al Asfahani adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari al
hasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal keuntungan kelapangan rezeki
dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang artinya: Ajaran manusia menuju
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Adapun kata Al birr digunakan untuk
menunjukkan pada upaya memperluas/memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika
kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah
memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang
dimaksud adalah ketaatannya.

E. ISTILAH BAIK DAN BURUK DALAM ISLAM


Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan
Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran maupun hadits banyak istilah yang mengacu kepada
baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk.

a) Di antara istilah yang mengacu pada baik dalam Al-Quran sebagai berikut :

1. Al-Hasanah.

Al-Hasanah menurut al-Raghib al-Asfahani adalah untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau
dipandang baik. Kemudian hasanah dibagi menjadi 3 bagian yakni: dari segi akal, segi hawa
nafsu/keinginan dan juga dari segi panca indera. Yang termasuk Al-Hasanah misalnya
keuntungan, kelapangan, rizki dan kemenangan.

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[1] dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl 125)

(

:
)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Amal yang paling banyak menentukan masuk surga ialah takwa kepada Allah dan
perangai yang baik. Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Hakim.



:
(
)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Sesungguhnya kalian tidak akan cukup memberi manusia dengan harta kalian tetapi
kalian akan cukup memberikan kepada mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang
baik. Riwayat Abu Yala. Hadits shahih menurut Hakim.
2. Toyyibah.

Kata ini khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan kepada
panca indera dan jiwa, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.

Artinya : Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan
salwa[2]. makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan
tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka
sendiri. (al-Baqarah: 57)

3. Khairan.

Kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh umat manusia, seperti
berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat.

Artinya : Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang
lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa)
kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan
kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS Qhashash
84)

:-
(
-


:
)



Dari Ibnu Umar Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar dengan gangguan mereka lebih baik
daripada yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak sabar dengan gangguan mereka. Riwayat
Ibnu Majah dengan sanad hasan. Hadits tersebut ada dalam riwayat Tirmidzi namun ia tidak
menyebut nama dari sahabat.


)
:
(
Dari Muawiyah Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ia akan diberi pemahaman tentang agama.
Muttafaq Alaihi.

4. Al-Mahmudah

Kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan
sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. dengan demikian kata ini menunjukkan pada kebaikan
yang bersifat batin dan spiritual

Artinya : Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
)Al-Isra:79(.Terpuji

5. Al-Karimah

Kata ini untuk menunjukkan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji yang ditampakkan dalam
kenyataan hidup sehari-hari. Selanjutnya kata ini digunakan untuk menunjukkan hal yang terpuji
yang skalanya besar, seperti menafkahkan harta dijalan Allah, berbuat baik kepada kedua orang
tua dan sebagainnya.

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[6]. (QS Al-Isra 23)

6. Al-Birr

Kata ini untuk menunjukkan pada upaya memperluas atau memperbanyak melakukan
perbuatan yang baik. Kata tersebut kadang digunakan untuk menunjukkan sifat Allah dan
terkadang juga digunakan untuk sifat manusia. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah,
maka maksudnya adalah Allah memberikan pahala yang besar dan jika digunakan untuk
manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi . (QS Al-Baqarah 177)



:
(








)



Dari Ibnu Masud Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran karena kebenaran akan menuntun
kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan
bersungguh dengan kebenaran ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar.
Jauhkanlah dirimu dari bohong karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan dan durhaka
itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan
kebohongan ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong. Muttafaq
Alaihi.

b) Diantara istilah yang mengacu pada keburukan sebagai berikut :

1. As-Sayyiah

Lawan dari As-Sayyiah adalah Al-Hasanah. Yang termasuk Al-Hasanah misalnya keuntungan,
kelapangan, rizki dan kemenangan. Sedangkan As-Sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan, dan
keterbelakangan.

Artinya : Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang
lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa)
kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan
QS Qhashash (.kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan
)84

1. 2. Asy-Syarr
Kata ini merupakan dari lawan dari Khairan, Kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang buruk oleh seluruh umat manusia.

Artinya : Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,. Dari kejahatan
makhluk-Nya,. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,. Dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.[7], Dan dari kejahatan
pendengki bila ia dengki. (Al-Falaq 1-5)

3. Fahsya dan Suu.

Kata ini menunjukkan kelakuan buruk yang di karnakan mengikuti ajakan Syaithan.

Artinya : Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Al-Baqarah 169).


:
(

)

Dari Abu Said al-Khudry Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Dua sifat jangan sampai berkumpul dalam diri seorang muslim yaitu kikir dan akhlak
jelek. Riwayat Tirmidzi dan dalam sanadnya ada kelemahan.

)
(
:

Dari Abu Darda Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berperangai jahat dan berlidah kotor.
Hadits shahih riwayat Tirmidzi.

)
: ( :
: - -


Dari Aisyah Radliyallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
Beranggapan jelek adalah perangai yang jelek. Riwayat Ahmad dan sanadnya lemah.

Adanya berbagai istilah kebaikan yang demikian variatif yang diberikan Al-Quran dan
Hadis itu menunjukkan bahwa penjelasan tentang sesuatu yang baik menurut ajaran Islam jauh
lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan arti kebaikan yang dikemukakan
sebelumnya. Berbagai istilah yang mengacu pada kebaikan itu menunjukkan bahwa kebaikan
dalam pandangan Islam meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa,
kesejahteraan di dunia dan akhirat serta akhlak yang mulia.

Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian, Islam memberikan tolok ukur yang jelas,
yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan untuk mendapatkan keridlaan Allah yang
dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas.

Selanjutnya dalam menentukan perbuatan yang baik dan buruk itu, Islam memperhatikan
kriteria lainnya yaitu dari segi cara melakukan perbuatan itu. Seseeorang yang berniat baik, tapi
dalam melakukannya menempuh cara yang salah, maka perbuatan itu dipandang tercela.

Selain itu perbuatan yang dianggap baik oleh Islam juga adalah perbuatan yang sesuia
dengan petunjuk Al-Quran Dan Al-Sunnah, dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang
bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Sunnah. Namun demikian, Al-Quran dan Al-Sunnah
bukanlah sumber ajaran yang eksklusif atau tertutup. Kedua sumber itu bersikap terbuka untuk
menghargai bahkan menampung pendapat akal pikiran, adat istiadat dan sebagainya yang dibuat
manusia, dengan catatan semuanya itu tetap sejalan dengan petunjuk al-quran dan al-sunnah.
Ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada logika dan filsafat dengan berbagai alirannya
tertampung dalam istilah etika, atau ketentuan baik-birik yang didasarkan atas istilah adat istiadat
tetap diakui dan dihargai keberadaannya. Ketentuan baik-buruk yang terdapat pada etika dan
moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk
yang ada didalam Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai