Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KAJIAN KURIKULUM

ANALISIS KURIKULUM 1975

Dosen Pengampu: Dafid Slamet Setiana, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2:

1. Rizki Nur Laili (2014004047)

2. Ikhfan khoerudin (2014004076)

3. Nur Alfiani Atikah (2014004091)

Kelas 5C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis
Kurikulum 1975. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
kurikulum serta pengaruhnya bagi proses pembelajaran. Makalah ini juga
memuat tentang definisi dan seberapa besar pengaruh kurikulum bagi dunia
pendidikan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dafid Slamet
Setiana,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Kurikulum yang
selalu memberi masukan kepada penulis, dan kepada teman-teman yang selalu
memberi dukungan dan bantuan dalam menulis paper ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna, baik dari materinya maupun dari penulisannya. Oleh karena
itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah yang lebih baik. Kurang lebihnya penulis mohon maaf
apabila terdapat kekurangan karena penulis bukanlah manusia yang sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Yogyakarta, 02 November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .........................................................................1
Rumusan Masalah ...................................................................................1
Tujuan Penulisan Makalah .....................................................................2
Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Kurikulum SD, SMP, SMA, dan SPG tahun 1975 .................................3
Latar Belakang Munculnya Kurikulum 1975 .........................................4
Ciri-ciri Kurikulum 1975 ........................................................................5
Prinsip-prinsip yang Melandasi Kurikulum 1975 ..................................7
Susunan Kurikulum 1975 .....................................................................10
Prosedur Pengembangan Sistem Institusional (PPSI) ..........................15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...........................................................................................18
Saran .....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan kurikulum yang baik bagi dunia pendidikan sangatlah


mendesak. Ada Negara yang hanya menerapkan satu kurikulum dalam jangka
waktu yang sangat lama, namun ada pula Negara yang bergonta ganti
kurikulum demi mendapatkan sebuah kurikulum yang dianggap cocok
dengan Negara tersebut. Tidak jarang pula Negara yang mencoba kurikulum
Negara lain untuk digunakan di Negaranya.

Saat ini banyak orang telah familiar dengan kata kurikulum namun
kurang memahami apa itu kurikulum sehingga manfaat dari kurikulum itu
sendiri juga tidak diketahui. Dengan tidak mengetahui maknanya, beberapa
dari mereka tidak menyadari bahwa kurikulum sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran sehingga tujuan dari kurikulum tersebut tidak tercapai.
Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara tujuan dan proses.

Isi dari makalah ini membahas mengenai kurikulum 1975. Makalah ini
juga membahas mengenai manfaat kurikulum sehingga pembaca khususnya
calon guru dapat menerapkan kurikulum dengan bijak.

B. Rumusan masalah
Dari permasalahan diatas, kami merumuskan permasalahan,
diantaranya:
1) Apa latar belakang munculnya kurikulum 1975?
2) Apa saja prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975?
3) Bagaimana penyusunan kurikulum 1975?
4) Bagaimana Prosedur Pengembangan Sistem Institusional (PPSI)?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1) Mengetahui latar belakang munculnya kurikulum 1975.

1
2) Mengetahui apa saja prinsip-prinsip yang melandasi kurikulum 1975.
3) Mengetahui susunan kurikulum 1975.
4) Mengetahui tentang Prosedur Pengembangan Sistem Institusional (PPSI).

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari makalah ini untuk khalayak umum baik untuk penulis,
mahasiswa, pemerintah dan masyarakat, antara lain :
1) Bagi penulis, dapat menyalurkan ide dan gagasan penulis atas
keingintahuannya tentang kurikulum 1975.
2) Bagi pemerintah, dapat membantu pemerintah dalam mencerdaskan
bangsa melalui makalah tentang kurikulum 1975.
3) Bagi masyarakat, memberikan pengertian yang baik dan benar tentang
kurikulum 1975.
4) Bagi mahasiswa, memicu mahasiswa untuk mencari tahu lebih lanjut
tentang kurikulum 1975.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KURIKULUM SD, SMP, SMA, DAN SPG TAHUN 1975

Pembaharuan pendidikan di Indonesia berjalan terus sejalan dengan


perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
Indonesiadalam segala bidang: Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, dan
Budaya.

Sejak munculnya orde baru dimana Bangsa Indonesia kembali ke


Ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Bangsa Indonesia menganut politik pembangunan dalam segala
bidang baik materiil maupum spirituil. Dalam bidang materiil bangsa kita
berusaha dengan sekuat tenaga membangun dan menata kembali kehidupan
ekonomi nasional yang selama ini banyak terbengkalai. Dalam bidang sosial,
pemerintah merintis dan membina kehidupan masyarakat yang mengarah pada
keadilan social dan pemerataan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.
Kebudayaan nasional dikembangkan sambil mengembangkan pula
kebudayaan daerah.

Perubahan dan perkembangan itu, mau tidak mau memberikan pengaruh


yang sangat besar terhadap dunia pendidikan. Kurikulum tahun 1968 yang
telah dilaksanakan di berbagai sekolah, ternyata dipandang kurang serasi lagi
setelah masyarakat atau bangsa kita menginjakkan kakinya dalam
pembangunan tahapan kedua (Pelita Kedua). Sehingga pada tahun 1975 mulai
dikembangkan kurikulum baru, yang dikenal dengan kurikulum 1975, dan
langkah ini merupakan tonggak pembaharuan yang lebih nyata dan lebih
mantap bagi sistem pendidikan nasional. Dalam uraian berikut ini kita perlu
meninjau kurikulum tersebut, mulai dari kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Pendidikan Guru.

3
B. LATAR BELAKANG MUNCULNYA KURIKULUM 1975

Dalam pembahasan perkembangan kurikulum sebagai sekolah di Negara


kita, dalam hal ini kurikulum SD, SMP, SMA, dan SPG, maka pembahasan
kurikulum tahun 1975 mendapat tempat sendiri. Hal ini dengan pertimbangan
sebagai berikut:

1. Kurikulum tahun 1975 merupakan kurikulum yang dilaksanakan dan


merupakan perubahan kurikulum yang mutakhir sejak timbulnya Zaman
Orde Baru.
2. Kurikulum 1975 merupakan usaha inovasi dalam dunia pendidikan di
negara kita sejak dilakukannya barbagai usaha inovasi jauh sebelum masa
kini. Dapat diperkirakan bahwa usaha ini merupakan tonggak sejarah
inovasi pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan terus menerus.
3. Perubahan kurikulum sehingga menjelmakan kurikulum ini, diperkirakan
memiliki cirinya sendiri mengingat cara pendekatan yang dipergunakan,
landasan filsafah, isi dan organisasi kurikulum dan cara pendekatan
metode mengajar yang diterapkan; kesemuanya memberikan corak dan
pola tersendiri. Apalagi kalau dikaitkan dengan usaha modernisasi di
Negara kita yang kini sedang terus menerus membangun.
Secara implisit dikemukakan bahwa terdapat sejumlah keijaksanaan dan
fenomena yang mempengaruhi perubahan kurikulum tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Kegiatan pembaharuan pendidikan selama Pelita 1 yang dimulai pada
tahun 1969, telah melahirkan dan menghasilkan gagasan-gagasan baru
yang sudah mulai memenuhi pelaksanaan system pendidikan nasional.
2. Kebijaksanaan Pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menuntut pelaksanaan.
3. Hasil analisa dan penelitian pendidikan nasional telah mendorong
Departemen P dan K untuk meninjau kembali kebijaksanaan pendidikan
nasional.
4. Inovasi dalam sistem belajar mengajar yang dirasakan dan dinilai lebih
efisien dan efektif telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.

4
5. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan, mendorong para
petugas pendidikan untuk meninjau kembali system yang kini sedang
dalaksanakan.

Dengan perubahan kurikulum tahun 1968 menjadi kurikulum tahun 1975


ini, dimaksudkan agar tercapai keselarasan antara kurikulum dengan
kebijaksanaan baru dibidang pendidikan, meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengajaran, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan
merelevansikan pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang
membangun.

Pada tanggal 17 Januari tahun 1975, melalui Keputusan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan nomor 008-D/U/1975, Pemerintah menetapkan
kurikulum baru yang dinamakan Kurikulum 1975, sesuai dengan tahun
penetapan berlakunya kurikulum tersebut. Dapat dikatakan bahwa Kurikulum
1975 memberikan landasan baru bagi kebijakan pengembangan kurikulum di
Indonesia. Kurikulum 1975 merupakan kurikulum pertama di Indonesia yang
dikembangkan berdasarkan teori, model, dan desain kurikulum modern.
Pikiran teoritik tentang peserta didik, proses pembelajaran, penilaian hasil
belajar dijadikan dasar-dasar utama dalam pemikiran pengembangan
kurikulum. Model pembelajaran yang dikenal dengan nama Perencanaan
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) menjadi model baru dalam dunia
pendidikan Indonesia.

C. CIRI-CIRI KHUSUS KURIKULUM 1975

Kurikulum 1975 memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1. Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus


mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap siswa di
dalam menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar dan membimbing
siswa untuk melaksanakan rencana tersebut.

5
2. Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan
bidang pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya
tujuan.

3. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum 1975 bukan hanya


dibebankan kepada bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam
pencapaiannya, melainkan juga kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan
sosial dan pendidikan agama.

4. Kurikulum 1975 menekankan pada efisiensi dan efektivitas pengguna


dana, daya dan waktu yang tersedia.

5. Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program


pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).

6. Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi: Agama, Bahasa,


Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Kesenian, Olahraga dan
Kesehatan, Keterampilan, disamping Pendidikan Moral Pancasila dan
integrasi pelajaran-pelajaran yang sekelompok.

7. Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar-


mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan
pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan
metode pembelajaran.

8. Sistem Evaluasi, diakukan penialain siswa pada setiap akhir satuan


pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai siswa
pada setiap akhir satuan pembelajaran.

D. PRINSIP-PRINSIP YANG MELANDASI KURIKULUM 1975

6
1. Prinsip berorientasi pada tujuan

Untuk mengingat pentingnya fungsi dan peranan sekolah dalam


pembinaan para siswa dan mengingat terbatasnya waktu belajar disekolah
dan dibalik itu semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan bertambah
banyaknya bahan pelajaran, dimana diperlukan penyusunan pengalaman,
kegiatan, bahan dan jam pelajaran yang betul-betul fungsional dan efektif.
Dalam hal ini peranan tujuan sangat penting.

2. Prinsip relevansi

Suatu sistem pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang


digunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja.
Pendidikan di SD, SMP, SMA dalam rangka mempersiapkan para siswa
yang tidak mungkin melanjutkan studinya ketingkat yang lebih tinggi,
mereka dilengkapi dengan program pendidikan ketrampilan yang relevan
dengan tuntutan kerja di dalam masyarakat. SPG harus mempersiapkan
para siswanya agar mampu bekerja sebagai guru di SD/TK. Ini berarti
program pendidikan SPG harus relevan dengan program pendidikan di
SD/TK. Relevansi in juga perlu menjadi prinsip oleh karena mengingat
peranan guru yang bukan saja mengajar akan tetapi juga turut
berkecimpung dalam pendidikan diluar sekolah. Disamping itu harus pula
relevan dengan arah pembaharuan pendidikan nasional yang
diselenggarakan oleh Pemerintah.

3. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas

Kurikulum 1975 menekankan kepada efisiensi dan efektifitas


penggunaan dana, daya dan waktu. Sistem penyampaian, banyaknya bahan
pelajaran disusun dan direncanakan sesuai dengan keadaan dana yang
terbatas yang dimiliki oleh sekolah. Lagi pula harus disesuaikan dengan
kemampuan daya tangkap para siswa dan ruang dan lamanya perhatian
yang mungkin dapat mereka lakukan.karena kalau pengajaran itu tidak
disesuaikan dengan daya kemampuan mereka, baik jasmaniah maupun

7
rohaniah, maka kurikulum itu tidak akan berhasil secara optimal dan ini
berarti pemborosan yang sia-sia. Selain dari itu, waktu yang tersedia bagi
para siswa disekolah juga sangat terbatas, sekitar enam jam. Karena itu
waktu yang sedikit itu harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dalam
setiap minggu hanya disediakan waktu sebanyak 36/40 jam saja sedangkan
hari Sabtu disediakan untuk kegiatan ekspresi atau rekreasi. Itu sebabnya
kurikulum ini menuntut pembagian jam pelajaran untuk satu kali pertemuan
sebanyak dua atau tiga jam, dimana para siswa dituntut bekerja keras dalam
waktu tersebut, disamping itu memnfaatkan waktu diluar sekolah dengan
kegiatan yang bermakna. Karenya pula banyaknya bidang pelajaran agak
dibatasi dan urutan penyajian pelajaran untuk setiap bidang pelajaran
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan hasil yang optimal.

4. Prinsip Keluesan Program

Pelaksanaan suatu program hendaknya didasarkan atau dengan


mempertimbangkan faktor-faktor: ekosistem dan kemampuan penyediaan
fasilitas yang menunjang terlaksananya program itu. Kalau kedua faktor ini
tidak diperhatikan maka hasil belajar yang optimal sulit untuk dapat
tercapai. Karena itu pelaksanaan program pendidikan ketrampilan
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya; suatu
sekolah, apabila perlu, cukup mempelajari dua atau tiga ketrampilan saja
seandainya ekosistem dan fasilitas untuk itu masih belum memungkinkan.
SPG dapat menyediakan satu spesialisasi saja seandainya tidak
memungkinkan mengadakan dua spesialisasi sekaligus mengingat
keterbatasan fasilitas ataupun guru untuk spesialisasi itu ternyata sudah
mencukupi untuk daerah bersangkutan. Jadi program itu bersifat lues atau
fleksibel.

5. Prinsip Berkesinambungan (Kontinuitas = Berkelanjutan)

Sesuai dengan tujuan institusional setiap lembaga pendidikan, maka SD

8
disamping mempersiapkan para siswa untuk berkembang menjadi warga
masyarakat tetapi juga dipersiapkan untuk mampu melanjutkan studinya ke
SMP. Demikian pula pendidikan di SMP disamping mempersiapkan para
siswa untuk memasuki masyarakat kerja juga dipersiapkan untuk
melanjutkan studinya ke SMA atau SPG atau kelembaga pendidikan pada
tingkat SLA lainnya. Ini berarti bahwa setiap lembaga tersebut, berkhirarkis
dan memiliki hubungan fungsional satu sama lain. Karena itu program
pengajaran harus disusun secara berurutan dan sistematis yang memiliki
hubungan fungsional yang bermakna. Pokok bahasan/sub pokok bahasan
serta ruang lingkup untuk setiap pokok itu hendaknya disusun secara
berkesinambungan dan disesuaikan dengan kematangan dan perkembangan
siswa. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi dimana sesuatu bahan
terlalu sulit atau terlalu mudah bagi siswa untuk mempelajarinya, sehingga
mempengaruhi hasil belajar sesuai dengan pendidikan yang hendak dicapai.

6. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah dirumuskan


bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan para siswa tidak
cukup hanya disekolah saja, sekalipun kesempatan belajar yang luas dan
penting terdapat disekolah, melainkan harus dilanjutkan didalam
masyarakat. Dengan kata lain, setelah siswa memperoleh bekal
pengetahuan untuk bekerja dimasyarakat, namun dia masih tetap terus
belajar; jadi mereka perlu mempelajari kemampuan belajar sebagi
persiapan untuk belajar dimasyarakat. Masyarakat belajar ini perlu
dikembangkan, mengingat perkembangan seseorang masih terus berjalan
kendatipun dia sudah dewasa, dan pula mengingat masyarakat terus
berkembang dan berubah.

Sasaran ini akan dapat tercapai apabila generasi muda yang masih
berkembang tersebut memiliki kegairahan untuk belajar dan sebaliknya
masyarakat juga bersikap atau menciptakan tantangan bagi mereka untuk

9
belajar. Masyarakat demikianlah yang mampu menjadi masyarakat yang
maju.

E. SUSUNAN KURIKULUM 1975


Susunan Kurikulum Sekolah Dasar (SD)

1. Program pendidikan di SD diberikan dalam bentuk bidang studi sebagai


berikut:
a. Agama
b. Pendidikan Moral Pancasila
c. Bahasa Indonesia
d. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
e. Matematika
f. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
g. Olahraga dan Kesehatan
h. Kesenian
i. Ketrampilan
2. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan
diintegrasikan kedalam beberapa bidang studi yang relevan

3. Bahasa Daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus


bagi sekolah di daerah yang memerlukan pelajaran Bahasa Daerah.

4. Jam pelajaran dalam setiap minggu untuk kelas I dan II masing-masing


berjumlan 26 jam pelajaran, untuk kelas III berjumlah 33 jam pelajaran,
untuk kelas IV ,V, dan VI masing-masing berjumlah 36 jam pelajaran.

5. Alokasi waktu setiap bidang studi adalah sebagai berikut:

No Bidang Studi Kelas

I II III IV V VI

10
1. Agama 2 2 2 3 3 3

2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 8 8 8 8 8 8

4. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 2 2 2

5. Matematika 6 6 6 6 6 6

6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4

7. Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3

8. Kesenian 2 2 3 4 4 4

9. Ketrampilan 2 2 4 4 4 4

Jumlah 26 26 33 36 36 36

6. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan Bahasa Daerah,


disediakan waktu 2 jam pelajaran seminggu dari kelas I sampai kelas VI
diluar jam pelajaran.

Susunan Kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1. Kurikulum SMP tersusun atas program pendidikan, yaitu:

Program pendidikan umum wajib diikuti oleh setiap siswa, meliputi:

a. Pendidikan agama
b. Pendidikan Moral Pancasila
c. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
d. Pendidikan Kesenian
Program pendidikan akademis wajib diikuti oleh semua siswa, meliputi:

a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Daerah, Khusus bagi sekolah dalam daerah yang masih
memerlukan pelajaran Bahasa Daerah.
c. Bahasa Inggris

11
d. Ilmu Pengetahuan Sosial
e. Matematika
f. Ilmu Pengetahuan Alam
Program pendidikan ketrampilan, terdiri atas:

a. Pendidikan Ketrampilan Pilihan Terikat, yang dapat dipilih yaitu Praktek


Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Tehnik, Jasa, Agraria, Maritim,
Industri dan Kerajinan

b. Pendidikan Ketrampilan Pilihan Bebas, yang dapat dipilih di antaranya:


Praktikum Ilmu Alam, Praktikum Ilmu Hayat, Konversasi Diskusi, Olahra
Prestasi, Kesenian dan Usaha Kesehatan Sekolah

2. Pendidikan kependudukan diintergrasikan ke dalam bidang studi yang


relevan.

3. Jam pelajaran dalam setiap minggu untuk setiap kelas berjumlah 37 jam
pelajaran dengan ketentuan bagi kelas yang memberikan pelajaran bahasa
daerah, jam pelajaran setiap minggu berjumlah 39 jam pelajaran.

4. Alokasi waktu untuk setiap bidang studi adalah sebagai berikut:

Kelas
Program
Bidang Studi I II III
Pendidikan
1 2 3 4 5 6

Pendidikan 1. Pendidikan agama 2 2 2 2 2 2


Umum
2. Pendidikan Moral 2 2 2 2 2 2
Pancasila

3. Pendidikan
3 3 3 3 3 3
Olahraga dan
Kesehatan

4. Pendidikan 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Kesenian

12
Akademis 5. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 5 5

6. Bahasa Daerah, (2) (2) (2) (2) - -


Khusus bagi
sekolah dalam
daerah yang masih
memerlukan
pelajaran Bahasa
Daerah.

7. Bahasa Inggris
4 4 4 4 4 4

8. Ilmu Pengetahuan
4 4 4 4 4 4
Sosial

9. Matematika
5 5 5 5 5 5
10. Ilmu Pengetahuan
Alam 4 4 4 4 4 4

Pendidikan 11. Pilihan Terikat 6 - 6 - 6 -


Keterampilan
12. Pilihan Bebas - 6 - 6 - 6

37 37 37 37 37 37
Jumlah jam pelajaran/minggu
(39) (39) (39) (39)

5. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan


2 jam pelajaran seminggu dari kelas I dan II diluar jam pelajaran.

Susunan Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru (SPG)

Kurikulum SPG tersusun atas program pendidikan, yang meliputi:

1. Program Pendidikan Umum wajib diikuti oleh semua siswa jurusan guru SD
dan TK, meliputi:

a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Moral Pancasila
c. Bahasa Indonesia

13
d. Bahasa Inggris
e. Olahraga dan Kesehatan
2. Program Pendidikan Keguruan wajib diikuti oleh semua siswa jurusan guru
SD dan TK, meliputi:

a. Ilmu Keguruan terdiri atas: Pedagogik, Pendidikan Nasional, Teknik


Penilaian Pendidikan, Administrasi Sekoah, Psikologi Umum dan Sosial,
Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Bimbingan dan
Penyuluhan, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Didaktik dan
Metodik Umum, Metodik Khusus, Alat Peraga dan Komunikasi
Pendidikan dan Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat

b. Praktek Keguruan terdiri atas: Observasi kelas dan Simulasi,


Ketrampilan Mengajar.

3. Program Pengajaran di SD wajib diikuti oleh semua siswa jurusan guru SD


dan meliputi:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
c. Matematika
d. Pendidikan Kesenian, terdiri atas: Seni Rupa, Seni Musik, Seni Drama
dan Seni Tari
e. Pendidikan Ketrampilan terdiriatas : Jasa, Kerajinan, Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, Tehnik, Pertanian, Peternakan dan Perikanan.
f. Bahasa Indonesia (disamping sebagai bidang pengajaran dalam program
pendidikan umum)
4. Program Pendidikan Spesialisasi, diikuti oleh siswa jurusan guru SD yang
memilihnya berdasarkan minat, bakat dan kemampuan dasar yang cocok,
setiap siswa memilih 2 diantara bidang-bidang pengajaran yang termasuk
dalam program pengajaran di SD.

5. Program Pengajaran di TK wajib diikuti oleh semua siswa jurusan guru TK,

14
dan meliputi:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
c. Matematika
d. Pendidikan Kesenian
e. Pendidikan Ketrampilan
f. Bahasa Indonesia (disamping sebagai bidang pengajaran dalam program
pendidikan umum)

F. PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM INSTITUSIONAL (PPSI)


Kurikulum 1975 mengharuskan setiap guru untuk menggunakan teknik
penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional). Kurikulum 1975 meliputi bagian-bagian
sebagai berikut:
1. Tujuan-Tujuan Institusional dan Struktur Program Kurikulum yang
terdapat pada batang tubuh keputusan mentri.
2. Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang meliputi : (1)
rumusan tujuan-tujuan kurikuler setiap bidang studi; (2) tujuan-tujuan
instruksional umum yang secara bertahap harus dicapai oleh setiap bidang
studi; (3) pokok bahasan untuk setiap bidang studi yang secara berencana
dari tahun ke tahun harus diajarkan.
3. Penjelasan umum pelaksanaan yang berisi beberapa pengertian dan
petunjuk bagainmana menggunakan kurikulum tersebut.

Pedoman-pedoman khusus tentang pelaksanaan system kurikulum ini


untuk setiap bidang studi serta pedoman tentang system penilaian, program
bimbingan dan penyuluhan, administrasi dan supervisi pendidikan. Keempat
bagian tersebut harus dipelajari oleh setiap guru, kepala sekolah, dan petugas
TUJUAN ALAT EVALUASI
pendidikan lainnya agar dapat melaksanakan kurikulum ini.

PENGEMBANGAN
KEGIATAN

15

PELAKSANAAN
Pendekatan

Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Ini


berarti bahwa setiap guru harus mengetahui secara jelas tujuan yang harus
dicapai siswa dalam menyisun rencana pengajaran dan bimbingan siswa.
Kurikulum ini menganut pendekatan integrative dalam arti setiap bidang
pelajaran memiliki arti dan peranan dalam menunjang pencapaiannya tujuan-
tujuan yang lebih akhir. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini
tidak hanya dibebankan pada mata Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila
melainkan juga kepada bidang IPS (sejarah, geografi, dan ekonomi) dan
pendidikan agama. Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektifitas
penggunaan dana, daya, waktu.

PPSI Sebagai Suatu Keharusan


Dalam kata pengantar GBPP Kurikulum 1975 Mendikbud Syarif Thajeb
menyatakan bahwa setiap guru dan petugas pendidikan lainnya hendaknya
benar-benar mendalami setiap tujuan yang telah ditetapkan agar dapat
memahami jenis kegiatan belajar yang perlu direncanakan bagi tercapainya
tujuan tersebut. Agar maksud penyusunan rencana kegiatan belajar yang
fungsional dan efektif tercapai maka kurikulum ini mengharuskan setiap guru
untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal
dengan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah proses
dalam mengembangkan pengajaran sebagai sebuah system yaitu pengajaran
yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling terkait erat

16
membentuk organisasi yang padu untuk mencapai tujuan pengajaran.
Konponen-komponen pengajaran ini antara lain: tujuan pengajaran, metode
pengajaran, media pengajaran, materi atau bahan pengajaran, evaluasi atau
penilaian pengajaran. PPSI adalah langkah-langkah pengembangan system
pengajaran yang diyakini akan mendasari efektivitas dan efisiensi praktik
pengajaran, langkah-langkah penyusunan Satuan Pelajaran (SP), Model
Satuan Pelajaran (MSP) atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dikenalkan PPSI sangat sistematis, dimulai dari (1) merumuskan tujuan, (2)
mengembangkan alat evaluasi, (3) menetapkan kegiatan belajar, (4)
merencanakan program kegiatan, dan (5) melaksanakan program. Hubungan
antara rumusan tujuan dan alat evaluasi dalam PPSI sangat erat karena setiap
tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan dan dipilih guru dalam perencanaan
pengajarannya harus diketahui tercapai oleh guru.
Diagram Langkah-Langkah PPSI

I. Perumusan tujuan III. Menetapkan KBM

II. IV. Perencanaan Program


Pengembangan Kegiatan
Alat Evaluasi

V. Pelaksanaan
-pre-
test
-
Program
-Post-
test
-
Remidi

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 1975 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya, setiap kurikulum pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. oleh karena kita harus tetap mendukung upaya pemerintah
untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia demi menciptakan
peserta didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan sesuai dengan
pancasila demi memenuhi tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum 1975 merupakan kurikulum pertama di Indonesia yang
dikembangkan berdasarkan teori, model, dan desain kurikulum modern.
Pikiran teoritik tentang peserta didik, proses pembelajaran, penilaian hasil
belajar dijadikan dasar-dasar utama dalam pemikiran pengembangan
kurikulum. Model pembelajaran yang dikenal dengan nama Perencanaan
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) menjadi model baru dalam
dunia pendidikan Indonesia.
Kurikulum 1975 bertitik tolak pada pendekatan tujuan
instruksional, baik umum maupun khusus, maksudnya bahwa didalam
kegiatan belajar mengajar yang penting adalah dicapainya target atau
tujuan yang hendak dicapai, sementara materi dimaksudkan untuk
keperluan pencapaian tujuan pembelajaran.

B. Saran
Diharapkan pengembangan kurikulum tidak hanya berdasarkan
pada pendidikan, namun harus memperhatikann kebutuhan dan sarana
prasarana yang memadai, oleh karena itu keberhasilan pendidikan
merupakan tanggung jawab guru, siswa, orang tua serta masyarakat. Selain
itu, bahwa pengembangan kurikulum merupakan sumber dari landasan
bagi pendidikan dan pengajaran disekolah atau di perguruan tinggi, karena
kurikulum sebagai alat merealisasikan sistem pendidikan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ismawati, Esti, (2012), Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar,


Yogyakarta: Ombak.

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Mandar Maju.

. . 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta:

Bina Aksara.

Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development Theory and Practice.

Newyork,Chicago, San Francisco, Atlanta: Harcourt, Barace & World Inc.

19

Anda mungkin juga menyukai